Anda di halaman 1dari 26

Referat

INFEKSI PADA NEONATUS

disusun oleh :

BELLA CHRYSTHYA UTAMY,S.KED

196100802054

Pembimbing:

dr. Ni Made Yuliari,Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA
RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

INFEKSI PADA NEONATUS

BELLA CHRYSTHYA UTAMY,S.KED

196100802054

REFERAT
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui untuk
diujikan di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak dan
Remaja

Referat ini disetujui oleh :

Nama Tanggal Tanda Tangan

dr. Ni Made Yuliari ,Sp.A 11/10/2021 ………………

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bella Chrysthya Utamy,S.Ked
NIM : 196100802054
Jurusan : Program Studi Profesi Dokter Universitas Palangka Raya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa referat yang berjudul


“Infeksi Pada Neonatus” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan peniruan terhadap hasil karya dari orang lain.
Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan
cara-cara penulisan yang berlaku. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa referat ini terkandung ciri-
ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Palangka Raya, Oktober 2021

Bella Chrysthya Utamy,S.Ked


196100802054

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 7
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9
2.1 Definisi...................................................................................
2.2 Epidemiologi ..........................................................................
2.3 Etiologi.........................................................................................10
2.4 Tanda Gejala................................................................................11
2.5 Patofisiologi.................................................................................15
2.6 Tata Laksana................................................................................20
2.7 Prognosis......................................................................................25
BAB III PENUTUP..........................................................................................26
3.1 Kesimpulan....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
LAMPIRAN PERTANYAAN.............................................................................31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Infeksi .....................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Infeksi pada neonatus merupakan penyebab penting dari morbiditas,
lamanya tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi.Pola penyakit
penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal
pada bulan pertama adalah infeksi (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare)
sebesar 57,1%, prematur dan Bayi BeratLahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%,
kemudian asfiksia lahir (33,6%), dan feeding problem sebesar 14,3%.1
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.4Infeksi merupakanfase sepsis
awal yang belum disertai adanya tanda systemic inflammation response
syndromes (SIRS) seperti suhu >38,5ºC atau <36,5ºC, takikardiatau bradikardi,
takipneudan leukositosis.Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin melalui
transplasental, didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses
persalinan, atau pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir.
Infeksi intrapartum dapat terjadi pada saat melalui jalanlahir atau infeksi
asendens bila terjadi partus lama dan ketuban pecah dini.1
Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga
kategori:risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko
prenatal meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan.
Faktor nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi
meliputi:lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan,
danprosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis kelamin dan
kelainan kongenital.1
Sebuah studi prevalensi internasional tahun 2015 yang mengumpulkan
data dari 26 negara didapatkan prevalensi global sepsis pada unit perawatan
intensif anak 8,2%. Rerata usia sepsis adalah 3 tahun dan infeksi terbanyak
terdapat pada sistem respirasi (40%). Hal yang sama didapatkan di Indonesia.
Sebagian besar sumber infeksi berasal dari infeksi saluran pernapasan (36% -

1
42%) dengan insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi.2,3

1.2 TUJUAN
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran secara singkat mengenai
definisi,epidemiologi ,etiologi, patogenesis, penegakkan diagnosis ,komplikasi
dan penatalaksanaan infeksi pada neonatus.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Infeksi pada neonatus adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir atau
neonatorum yang terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal. Infeksi
merupakan penyebab paling sering terjadi pada periode bayi baru lahir. Masa
neonatus pada usia < 28 hari, neonatorum atau bayi baru lahir merupakan masa
yang sangat rentan pada bayi. Bayi yang berpotensi berisiko selama masa
neonatus harus diidentifikasi sedini mungkin agar dapat menurunkan morbiditas
dan mortalitas neonatus.5
2.2 EPIDEMIOLOGI
Infeksi merupakan penyebab yang paling sering dan paling penting dalam
morbiditas dan mortalitas selama  periode bayi baru lahir. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) kematian bayi pada tahun
2017 adalah sebesar 24/1.000 KH dengan kematian neonatal 15/1.000.
Beberapa penyebab kematian bayi disebabkan berat badan lahir rendah, asfiksia,
tetanus, infeksi, dan masalah pemberian minum. Penyebab kematian neonatal
kelompok umur 0-7 hari adalah prematuritas dan berat badan lahir rendah/low
birth weight (LBW) 35%, diikuti oleh asfiksia lahir 33,6%. Sedangkan
penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari adalah infeksi 57,1%
(termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare).6
2.3 ETIOLOGI
Infeksi neonatal dapat terjadi pada intrauterin melalui jalur transplasental,
yang kemudian ditemukan pada intrapartum saat melalui jalan lahir selama
proses persalinan, atau pascapartum akibat infeksi dari luar setelah b a y i
lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada saat b a y i l a h i r melalui jalan
lahir atau infeksi asendens bila terjadi partus lama dan ketuban pecah dini.
Virus yang sering menjadi penyebab infeksi yaitu herpes simplex, HIV,
cytomegalovirus (CMV), dan hepatitis B virus yang jarang ditularkan secara
transplasental.  Kelompok kuman termasuk Streptokokus grup B Gram negatif,
kuman enterik Gram negatif terutama Escheria coli, gonokokus dan klamidia.7 
3
Infeksi pasca persalinan terjadi karena kontak dengan ibu yang terinfeksi
secara langsung misalnya ibu yang menderita tuberkulosis (meskipun dapat
ditularkan intrauterin), melalui ASI (HIV, cytomegalovirus), kontak dengan
petugas yang membantu persalinan maupun yang merawat bayi selama di
Rumah sakit, ataupun lingkungan sekitar rumah sakit.7
2.4 FAKTOR RISIKO 8
Faktor resiko infeksi yang terjadi pada neonatus dapat
bervariasi tergantung awitan infeksi yang diderita oleh  pasien. Pada awitan dini
faktor yang terjadi adalah saat kehamilan, persalinan ataupun kelahiran dapat
digunakan sebagai indikator untuk melakukantindakani lebih lanjut terhadap
infeksi neonatorum. Sedangkan pada pasien dengan awitan lambat, infeksi terjadi
karna sumber infeksi yang terdapat dalam lingkungan pasien
 Faktor Ibu

- Persalinan dan kelahiran yang kurang bulan

- Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam

- Chorioamniositis

- Persalinan dengan tindakan

- Demam pada ibu (> 38,4oC )

- Infeksi saluran kencing pada ibu

- Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.


 Faktor bayi: 

- Asfiksia perinatal

- Berat lahir rendah

- Bayi kurang bulan

- Prosedur invasif

- Kelainan bawaan

4
2.5 PATOGENESIS
Infeksi pada neonatus daat melalui 3 c a r a yaitu : 7  
1. Infeksi neonatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang
janin melalui janin ini adalah :
a. Virus yaitu rubella, polimielitis, coxsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion.
b. Treponemma pallidum
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria
Monocytogenes. Tuberculosis kongenital dapat terjadi melalui
infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan
akibatnya  janin mendapat tuberculosis melalui cairan inhalasi tersebut.2 

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya
plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh
misalnya pada artus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi dengan inhalasi liquor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital. Selain itu infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung
dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral trush.2 
3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai

5
akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karna mortalitas infeksi pascanatal ini sangat
tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan
terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.2
2.6 KLASIFIKASI5,8,9
Infeksi neonatorum dibagi dalam 2 kelompok yaitu awitan dini

(early onset) dan awitan lambat (late onset).

Tabel 1.1 Klasifikasi Infeksi

Infeksi Awitan Dini Infeksi Awitan Lambat

1. Terjadi pada 72 jam setelah lahir Terjadi pada lebih 72 jam setelah

lahir
2.sumber infeksi : traktus Sumber infeksi : nasokomial atau

genitaliamaternal lingkungan masyarakat


3.presentasi klinis : distress respirasi presentasi klinis : pneumonia atau

dan pneumonia meningitis


4.Predisposisi : Predisposisi :

 BBLR ( < 2.500 gram )  BBLR

 Demam pada ibu dengan  Prematuritas

bukti infeksi bakterial dalam  Sepsis yang didapatkan dari

2 minggu sebelum persalinan rumah sakit

 Ketuban keruh bercampur  Sepsis didapat dari

meconium masyarakat

 Ketuban pecah dini > 24 jam

 Pemeriksaan dalam vagina

selama persalinan tidak

bersih

 Partus lama

6
Infeksi pada neonatus juga dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan :
1. Infeksi berat (major infections) : sepsis neonatal, meningitis,
 pneumonia, diare epidemik, pyelonefritis, osteitis akut, tetanus neonatoum
2. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia
neonaturum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.

2.7 MANIFESTASI KLINIS


Pada sepsis awitan dini, janin yang terkena infeksi mungkin menderita

takikardia, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karna nilai agar yang

rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tamak gambaran sepsis seperti

hipotermia/hipertermia, hipoglikemia, dan kadang-kadang hiperglikemia.

Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh.

1.   Kelainan susunan saraf pusat : Letargi, refleks hisap buruk, menangis

lemah kadang kadang high pitch cry, dan bayi menjadi irritabel, serta

mungkin disertai kejang.

2. Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, pucat, sianosis, dingin dan clumy

skin.

3. Kelainan hematologik : perdarahan (etc. Petekie dan Purpura),

splenomegali, pucat (waktu pengisian kapiler < 2 detik),

trombositopenia, leukositosis atau leukositopenia.

4. Kelainan gastrointestinal : diare, distensi abdomen, intoleransi minum,

waktu pengosongan lambung yang panjang.

5. Gangguan Respirasi : tackhie pneu, apneu, merintih dan retraksi.

6. Gangguan hepar : ikterus

2.8 DIAGNOSIS8,9

7
Diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis
kehamilan, persalinan untuk mencari faktor risiko yang teliti, bervariasinya gejala
klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam menyebabkan kesulitan
dalam menentukan diagnosis pasti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan
laboratorium ataupun pemeriksaan khusus lainnya seringkali dipergunakan dalam
membantu menegakkan diagnosis yang didahului oleh dugaan adanya infeksi.
Gold Standart dalam hal ini adalah pemeriksaan biakan darah, tetapi
hasil pemeriksaan membutuhkan waktu minimal 2-5 hari. Biakan darah berulang
dilakukan untuk mencari kemungkinan bakterimia, biakan dari fokus infeksi, tes
kepekaan kuman, jumlah leukosit dengan apus darah tepi, kadar hemoglobin,
jumlah trombosit, urinalisis dan foto thorax. Pada keadaan syndrom sepsis dan
syok septik diperlukan pemeriksaan tambahan analisis gas darah, kadar elektrolit
darah, tes fungsi hati dan EKG. Pemeriksaan faktor pembekuan dilakukan bila
ditemukan tanda tanda DIC.
Trombositopenia (<100.000) sering ditemukan, mungkin disebabkan oleh
antibodi terhadap trombosit atau berhubungan dengan kejadian  Dissaminated
intravascular coagulation  (DIC). Adanya leukopenia yang disertai dengan jumlah
neutrofil yang rendah menunjukkan adanya infeksi yang berat yang menimbulkan
deplesi sum-sum tulang. Gangguan faktor embekuan darah biasanya terjadi
ada Dissaminated intravascular coagulation  (DIC), tetapi dapat pula terjadi karna
gangguan fungsi hati atau toksisitas obat.
Pemeriksaan marker radang yang akut seperti Protein C reaktif (CRP)

yang meningkat 50-90% ,laju endap darah (LED) meningkat, peningkatan

beberapa sitokin dan TNFα.

2.9 TATA LAKSANA10,11,12


a.  Suportif 

- Lakukan monitoring cairan dan elektrolit


- Terapi O2  bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan, apneu, dan serangan
kejang. Dan mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka.
8
- Pemberian cairan dan elektrolit pada keadaan umum yang jelek, diberikan
secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi.
- Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara
bertahap dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
- Bila terjadi SIADH (Syndrome of inappropriate anti diuretik hormon)
batasi cairan.
- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik.
- Awasi adanya hiperbilirubinemia
- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.

 b. Kausatif

Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam managemen sepsis


neonatal. Untuk memeroleh hasil yang maksimal pengobatan harus cepat
diberikan. Sehingga pengobatan dengan antibiotika secara empiris terpaksa
cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya
perjalanan penyakit.Setelah diagnosis ditegakkan penderita harus diberi
antibiotik, inisial antibiotik yang dipilih harus mempunyai spektrum luas yang
diperkirakan bisa mengatasi bakteri gram positif maupun gram negatif
yang paling sering menyebabkan infeksi atau sepsis. Biasanya antibiotik yang
dipilih adalah golongan ampisilin/ kloksasilin/ vankomisin dan golongan
aminoglikosid/ sefalosorin. Lamanya pengobatan sangat tergantung pada jenis
kuman penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman gram positif ,
pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan pengobatan
penderita dengan gram negatif diteruskan sampai 2-3 minggu.

2.10 PENCEGAHAN13

Pada bayi baru lahir di rumah sakit , Berikan imunisasi BCG intrakutan
dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari rumah sakit.
Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan :

9
- Higine dan kebersihan yang baik selama persalinan
- Perhatian khusus pada perawatan tali pusat
- Perawatan mata
Kasus infeksi neonatal lanjut didapat dirumah sakit.Hal ini dapat dicegah
dengan :
- ASI eksklusif
- Prosedur mencuci tangan yang baik bagi perawat maupun keluarga
sebelum dan sesudah memegang bayi
- Tindakan menyuntik yang bersih
- Menghangatkan bayi lakukan dengan metode kanguru
2.10 PENYAKIT INFEKSI PADA NEONATUS14
Beberapa penyakit infeksi yang dapat dialami bayi baru lahir yaitu :
a. Infeksi Berat
1. Sepsis Neonatorum
Merupakan sindrom klinis penyakit sistemik akibat infeksi yang
terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan .Bakteri,virus,jamur dan
protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.

Tanda dan gejala :

-  Bayi tidak mau/tidak bisa menyusu

-  Bayi tampak sakit, tidak aktif, dan sangat lemah

-  Hipotermia/hipertermia, tetapi dapat normal

-  Bayi gelisah dan menangis

-  Bayi kesulitan bernapas

-  Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus

-  Menggigil, hiperventilasi,

-  Takikardia dan vasodilatasi yang kemudian disusul dengan hipotensi

 Prinsip pengobatan:

10
-   Pemantauan Cairan, elektrolit, dan glukosa , disertai dengan
perbaikan hipovalemia,hiponatremia,hipokalsemia dan
hipoglikemia
-  Pemberian oksigen untuk oksigenasi jaringan.

-  Pantau hiperbilirubinemia

-    Nutrisi paraenteral harus dipertimbangkan pada bayi yang tidak bisa

makan dengan cara enteral.

-  Pemeriksaan laboratorium rutin.

-  Pungsi lumbal, biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.


-  Pengobatan antibiotika secara IV

Pilihan pertama adalah sefalosporin dengan dosis 200 mg/kgbb/hari intravena

dibagi dalam dua dosis dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dengan

dosis awal 10mg/kgbb/hari intravena, dilanjutkan dengan 15 mg/kgbb/hari atau

dengan gentamisin 5-7 mg/kgbb/hari i.v masing masing dalam 2 dosis. Atau

ampisilin 200mg/kgbb/hari/i.v dalam 4 dosis dikombinasikan dengan

aminoglikosida (garamisin 5- 7 mg/kgbb/hari/iv atau amikasin 15-20

mg/kgbb/hari/i.v atau netilmisin 5-6mg/kgbb/hari/iv dalam 2 dosis. Lama

pengobatan ialah 14 hari

2. Meningitis Pada Neonatus

Suatu peradangan selaput jaringan otak dan medula spinalis yang

disebabkan oleh bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai arachnoid,

iamater dan cairan serebrospinal. Peradangan ini meluas melalui ruang

subarachnoid sekitar otak, medula spinalis dan ventrikel. Biasanya didahului

oleh sepsis.

 Gejala :
11
- Sering kali didahului infeksi pada saluran napas atau saluran cerna.
- Demam, iritable, letargie, malas minum dan high pitch cry.
- Ubun- ubun besar menonjol, kaku kuduk, kejang

 Pengobatan :
- Pasang jalur intravena dan berikan cairan intravena dengan dosis rumatan.
- Jangan memberi bayi minum selama 12 jam pertama
- Beri ampisilin dan gentamisin dengan dosis ampisilin 2 kali lipat dosis yang
diberikan untuk sepsis.
- Bila anak masuk kedalam status konvulsius diberikan diazepam 0,5
mg/kgbb/kali inravena yang dapat diulang dengan dosis sama 15 menit
kemudian bila kejang belum berhenti, yang ketiga kali diberikan secara IM.
Setelah kejang dapat diatasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk
neonatus 30 mg. Dosis rumat: 8-10 mg/kgbb/hari. dibagi dalam dua dosis
selama 2 hari, selanjutnya 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam dua dosis.
3. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut pada parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstitial.Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia antara lain virus ,jamur, dan bakteri .
 Gejala :

-  Sering tidur atau letargia atau lesu

-  Suhu tidak stabil

-  Perut kembung

-  Berat badan turun drastis

-  Kurang minum/nafsu makan buruk


-  Terjadi serangan apnea (apneu neonatal), taki pneu, tackhie

cardi, napas cuping hidung, retraksi, mendengkur dan sianosis

 Pengobatan :

12
-  Resusitasi pada bayi baru lahir
-  Pertahankan suhu tubuh
- Beri antibiotika spektrum luas kombinasi ampisilin
dan aminoglikosida sudah cukup pada 7-10 hari pertama.

4. Osteitis Akut

Merupakan infeksi pada tulang yang disebabkan oleh metastasis dari


fokus infeksi bakteri Staphylococcus aureus.
 Gejala :

- Demam
- Bayi tampak sakit berat
- Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang terkena
digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis.

 Pengobatan :

- Pemberian antibiotika: kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara parenteral.


- Lokal dilakukan aspirasi dari pus.

5. Diare
Diare merupakan perubahan pola defekasi yang frekwensinya >3x/hari
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih lunak sampai cair. Diare
merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia
1-4 tahun.
 Gejala klinis diare yaitu :

- Frekuensi akut jika belangsung 3-7 hari tapi dapat menjadi 14


hari.Jika lebih dari 14 hari makan menjadi diare persisten.
- Tinja/feses yang jumlahnya banyak cair, berwarna hijau/kuning dan
berbau.

 Pengobatan:

Kematian akibat diare paling sering disebabkan oleh dehidrasi, maka


13
intervensi awal --yang paling utama adalah penggantian cairan dan elektrolit
yang hilang. Rehidrasi paling baik dilakukan dengan cairan rehidrasi oral.
-  Susu bebas laktosa sebaiknya diberikan pada semua anak dengan diare
persisten --yang tidak mendapat ASI (sesuai dengan algoritme terapi yang
dibuat oleh WHO).
-  Minum bayi tidak perlu dikurangi
-  Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin
-  Bila keadaan lebih membahayakan perlu dilakukan rehidrasi cairan.
b. Infeksi Ringan

1. Konjungtivitis Neonatal

Radang konjungtiva yang terjadi pada neonatus dengan onset


munculnya manifestasi dalam 28 hari pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya
diperoleh oleh neonatus selama perjalanan melalui jalan lahir yang
terinfeksi.
Kondisi ini juga dikenal sebagai oftalmia neonatorum yang dapat
menghasilkan berbagai macam komplikasi visual. Infeksi bisa disebabkan oleh
infeksi bakteri, inflamasi akibat bahan kimia dan infeksi virus. Chlamydia
trachomatis adalah  bakteri tersering penyebab konjungtivitis neonatal ini dan
Neisseria gonorhea  merupakan infeksi yang paling serius. .
 Gejala :
- Chlamydia trachomatis : edema ringan, konjungtiva hiperemis dan
reaksi eksudat ringan sampai sedang.
- Neisseria gonorhea  : onset neisseria gonorhea enyakit biasanya
terjadi 3-4 hari pertama kelahiran tetapi mungkin tertunda sampai
3 minggu dapat terjadi unilateral ataupun bilateral, mata terlihat
merah dan edem disertai keluarnya sekret purulent.
- Stadium lanjut: ditandai dengan ekimosis, sekret yang berlebihan, dan
ulserasi kornea yang progresif dan dapat mejadi perfoasi.
 Tindakan :
- Bayi harus diisolasi

14
- Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis sampai sekret
hilang, keringkan dengan kasa steril
- Beri tetes mata/salep antibiotika yang mengandung neomisin
dan basitrasin, kloramfenikol atau penisilin.
-  Beri antibiotika IM pada pada bagian depan lateral paha: (penisilin
kristalin) atau ampisilin per oral
- Obati orang tua bayi dari gonorea2,3

15
2. Infeksi Umbilikus (Omfalitis)
Merupakan infeksi pada pangkal umbilikus yang
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus. 
 Gejala :
- Terdapat radang & mengeluarkan nanah, merah dan ada
edema pada tali pusar
- Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar
- Pada keadaan kronik dapat terjadi granuloma
 Pengobatan :
- Berikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin,
dan salep gentamisin. Bila terdapat granuloma: diberi
Argentinitras 3%
 Pencegahan :
- Perawatan tali pusat yg baik
- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari

3. Stomatitis (Oral trush)

Merupakan infeksi infeksi yang disebabkan


jamur Candida albicans (Moniliasis) yang dimulai sebagai
bercak putih di lidah, bibir, dan mukosa mulut.
 Pengobatan :

- Lokal dapat diberikan gentian violet 0,5% dioleskan pada


lidah dan mukosa mulut.
- Obat lain: nistatin dgn dosis 3x 100.000 unit/hr
- Dapat juga diberi ampoterisin (fungilin) selama 1 minggu

16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

17
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3. Weiss SL, Fitzgerald JC, Maffei FA, dkk. Discordant identification of
pediatric severe sepsis by research and clinical definitions in the
SPROUT international point prevalence study. Crit Care 2015;19:325.
4. Latief A, Chairulfatah A, Alam A, Pudjiadi A, Malisie RF, Hadinegoro
SR. Pedoman nasional pelayanan kedokteran Ikatan Dokter Anak
Indonesia: diagnosis dan tatalaksana sepsis pada anak. Indonesia: Badan
penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.h.1-47.
5. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak
Nelsson.Jakarta. EGC;2011.
6.
7. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Balai
  Penerbit FKUI; 2007.
8. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A,
penyunting.  Buku ajar neonatologi. Edisi 2. Jakarta: IDAI. 2008.
9. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Ketuban Keruh. Sari
Pediatri, vol. 11, No.3, Oktober 2009 ; 212-18.
10. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 1.
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
11. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Indonesia. Edisi 2.
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
12. Rauf, syarifuddin. Standar pelayanan medik. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNHAS RS. Wahidin
Sudirohusodo. Makassar; 2009.
13. World Health Organization .2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak
di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta
14. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI.  Buku
ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2008.

18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai