Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

PNEUMONIA

DISUSUN OLEH :

Faizah Afifah Khalid C014222206

RESIDEN PEMBIMBING :

dr. Dina Fadhilah Monika


dr. Nancy Pongsibidang

SUPERVISOR :

dr. Amiruddin L, Sp.A(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISTILAH ATAU SINGKATAN ..................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 2
2.1. Definisi .......................................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi ................................................................................................. 2
2.3. Etiologi .......................................................................................................... 3
2.4. Faktor Risiko ................................................................................................. 4
2.5. Patogenesis .................................................................................................... 4
2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan ........................................................................... 5
2.7. Diagnosis Banding ......................................................................................... 7
2.8. Penatalaksanaan ............................................................................................. 8
2.9. Prognosis ....................................................................................................... 10
2.10. Komplikasi..................................................................................................... 10
2.11. Pencegahan .................................................................................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patogenesis Pediactric Pneumonia ................................................................... 5


Gambar 2. Gambaran radiologi pneumonia pada anak ....................................................... 6
Gambar 3. Pilihan antibiotik untuk pneumonia pada anak ................................................. 10
Gambar 4. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun ......................................................... 11

iv
DAFTAR ISTILAH ATAU SINGKATAN

CAP : Community-Acquired Pneumonia

HAP : Hospital-Acquired Pneumonia

VAP : Ventilator-Associated Pneumonia

HIV : Human Immunodeficiency Virus

CRP : C-reactive protein

PCT : Pro-calcitonin

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

v
BAB 1
PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan salah satu peradangan akut pada parenkim paru yang
pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur.
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang ringan hingga berat seperti mengancam
jiwa pada orang-orang di segala kalangan usia, namun penyakit ini menjadi penyebab
yang menular dan mematikan terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.(1) Pneumonia
ialah penyakit yang meginvasi saluran pernapasan bagian bawah yaitu di bawah dari
laring yang disebabkan oleh patogen melalui inhalasi, aspirasi, invasi epitel pernapasan,
atau penyebaran hematogen.(2)

Penyebab dari pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Community-


Acquired Pneumonia (CAP), Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator-
Associated Pneumonia (VAP). Adapun gejala yang tidak spesifik, maka dari itu
diperlukan anamnesis yang terpimpin, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
agar dapat menyingkirkan penyakit lainnya yang memiliki gejala hampir sama.(3)

Faktor risiko penting untuk diperhatikan sebab yang menjadi faktor risiko dari
pneumonia mulai dari lahir hingga perkembangan anak baik dari anak itu sendiri
maupun lingkungan sekitar.(4) Selain itu, pneumonia menjadi penyebab utama
kematian pada anak di bawah usia 5 tahun pada negara-negara dengan taraf ekonomi
rendah dan menengah.(5) Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, didapatkan
angka kejadian pneumonia di Indonesia mencapai 1.017.290 kasus per tahun.
Kemudian, prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia mencapai 93.619 kasus per
tahun.(6) Sehingga perlu menjadi perhatian lebih dalam menegakkan diagnosis
pneumonia khusunya pada anak.

Oleh karena tingginya angka prevalensi dari pneumonia, dimana tingkat


kompetensi penyakit tersebut adalah 4A. Maka, diperlukan pengetahuan menyeluruh
mengenai pneumonia serta tatalaksana dari penyakit tersebut khususnya pada anak.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pneumonia merupakan salah satu peradangan akut pada parenkim paru yang
pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur.
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang ringan hingga berat seperti mengancam
jiwa pada orang-orang di segala kalangan usia, namun penyakit ini menjadi penyebab
yang menular dan mematikan terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.(1)
Pada kondisi penyakit ini, infeksi menyebabkan peradangan pada alveoli atau
disebut sebagai kantung-katung kecil yang terisi udara saat orang sehat bernapas di
salah satu atau kedua paru. Hal tersebut menyebabkan alveoli dipenuhi dengan cairan
atau nanah sehingga penderitanya kesulitan bernapas atau terasa nyeri, dan
berkurangnya asupan oksigen.(7)

2.2. Epidemiologi
Pneumonia pada anak-anak yang sering terjadi adalah Community-Acquired
Pneumonia (CAP) atau pneumonia yang didapat dari komunitas, dimana menjadi
penyebab utama kematian pada anak di bawah usia 5 tahun pada negara-negara dengan
taraf ekonomi rendah dan menengah. Insiden global tahunan CAP mencapai 155 juta
kasus baru per tahun di dunia, dimana 10-17% memerlukan rawat inap.(5) Pada salah
satu penelitian didapatkan bahwa kejadian rawat inap terkait pneumonia di Amerika
Serikat yaitu 15,7 kasus per 10.000 anak per tahun, namun terdapat variasi berdasarkan
kelompok umur yaitu usia 2 tahun sebanyak 62,2% dan usia 10-17 tahun sebanyak
4,2%.(3)
Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018, didapatkan angka kejadian
pneumonia di Indonesia mencapai 1.017.290 kasus per tahun. Kemudian, prevalensi
pneumonia pada balita di Indonesia mencapai 93.619 kasus per tahun. Angka kejadian
pneumonia pada seluruh kelompok usia di Sulawesi Selatan mencapai 33.693 kasus per
tahun dan pada balita sebanyak 3.269 kasus per tahun.(6) Pada Kota Makassar, angka
kejadian pneumonia pada seluruh kelompok usia mencapai 8.611 kasus per tahun dan
pada balita mencapai 774 kasus per tahun.(8)

2
2.3. Etiologi
Etiologi pneumonia pada populasi anak dapat diklasifikasi berdasarkan
organisme spesifik dengan usia atau organisme patogen yang spesifik. Pada neonatus
berisiko terkena dari bakteri patogen di jalan lahir seperti Streptococcus grup B,
Klebesiella, Eschericia coli, dan Listeria monocytogenes. Kemudian, pada bayi dan
balita berusia 30 hari hingga 2 tahun yang menjadi penyebab utama menderita
pneumonia adalah virus. Pada anak-anak usia 2 hingga 5 tahun sering berhubungan
dengan Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae serta pneumonia
mikoplasma biasanya terjadi pada kelompok usia 5 hingga 13 tahun. Remaja biasanya
memiliki faktor risiko penularan yang sama dengan orang dewasa.(2)
Selain itu, dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat darimana yaitu seperti
Community-Acquired Pneumonia (CAP) dimana dibagi menjadi beberapa penyebab,
sebagai berikut:(9)
• Penyebab bakteri, seperti organisme tipikal yang umum termasuk
Pneumococcus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
Streptococcus grup B, dan organisme gram negatif aerobik dan
anaerobik lainnya. Organisme atipikal yang biasanya didapatkan antara
lain Legionella, Mycoplasma, dan Chlamydia.
• Penyebab virus, biasanya didapatkan berkoloni di nasofaring pasien
dengan CAP yaitu seperti virus influenzae, virus parainfluenzae, dan
adenovirus.
• Penyebab jamur, biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi
immunocompromised seperti HIV atau penerima trasnplantasi organ.
Yang paling umum yaitu Histoplasma, Blastomyces, dan Coccidioides.
Kemudian, Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator-Associated
Pneumonia (VAP) dimana penyebab dari 2 klasifikasi ini terkadang tumpang tindih
satu sama lain yaitu sebagai berikut:(9)
• Basil gram negatif seperti Escherichia coli, Pseudomonas Aerugenosa,
Acinetobacter, dan Enterobacter lainnya
• Kokus gram positif seperti Staphylococcus aureus; resisten terhadap
Metisilin
• Virus dan jamur lain yang lebih umum terjadi pada pasien dengan sistem
kekebalan lemah dan pasien dengan penyakit parah

3
2.4. Faktor Risiko
Pneumonia pada masa anak-anak disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara
faktor risiko host dan lingkungan sebagai berikut:(4)
• Mengalami kelahiran prematur
• Kurang gizi (malnutrisi)
• Menderita infeksi tertentu seperti HIV atau campak
• Belum mendapatkan vaksinasi pneumonia dan kurangnya vaksinasi campak pada akhir
tahun pertama
• Kurangnya pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama kehidupan
• Terdapat kelainan bawaan pada organ paru-paru dan pernapasan
• Faktor lingkungan, seperti paparan asap rokok, debu, polusi udara akibat penggunaan
bahan bakar, atau tinggal di daerah dengan pemukiman padat penduduk.

2.5. Patogenesis
Pneumonia merupakan invasi saluran pernapasan bagian bawah yaitu di bawah
dari laring yang disebabkan oleh patogen melalui inhalasi, aspirasi, invasi epitel
pernapasan, atau penyebaran hematogen. Pada struktur anatomi terdapat penghalang
yang menjadi hambatan terhadap infeksi seperti rambut hidung dan epiglotis, serta
imunitas humoral dan seluler. Pada saat penghalang tersebut dilewati baik melalui
penyebaran droplet pada kebanyakan penyebab virus atau kolonisasi nasofaring pada
kebanyakan penyebab bakteri, mengakibatkan peradangan dan cedera atau kematian
epitel dan alveoli di sekitarnya. Hal ini pada akhirnya disertai dengan migrasi sel
inflamasi ke tempat infeksi, menyebabkan proses eksudatif, dan pada akhirnya
mengganggu oksigenasi. Terdapat empat tahap pneumonia lobar yaitu sebagai
berikut:(2)
• Tahap pertama terjadi dalam waktu 24 jam dan ditandai dengan edema
alveolar dan kongesti vaskular serta terdapat bakteri maupun neutrophil.
• Tahap kedua yaitu red hepatization, dimana tahap ini ditandai dengan
neutrofil, sel darah merah, dan sel epitel yang mengalami deskuamasi.
Kemudian sering terjadi deposit fibrin.
• Tahap ketiga yaitu grey hepatization yang terjadi 2-3 hari, dimana paru-
paru tampak berwarna coklat tua akibat terjadinya akumulasi
hemosiderin dan hemolisis sel darah merah.

4
• Tahap keempat yaitu tahap resolusi, dimana infiltrate seluler diserap dan
paru dipulihkan. Jika penyembuhan tidak ideal, maka bisa menyebabkan
efusi parapneumonik dan perlengketan pleura.

Gambar 1. Patogenesis Pediactric Pneumonia

2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan


2.6.1. Anamnesis
Pada beberapa kasus, keluhan terkait dengan pneumonia tidak spesifik,
termasuk batuk, demam, takipnea, atau kesulitan bernapas. Terkadang anak mungkin
mengalami sakit perut. Anamnesis penting yang perlu ditanyakan mencakupi durasi
gejala, paparan, perjalanan, kontak dengan orang menderita keluhan yang sama,
kesehatan awal anak, penyakit kronis, gejala berulang, tersedak, riwayat imunisasi,
kesehatan ibu, atau komplikasi kelahiran pada neonatus.(2)

2.6.2. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik harus mencakup observasi tanda-tanda gangguan pernapasan,
termasuk takipnea, hidung melebar, tarikan dada bagian bawah pada udara ruangan.
Biasanya pada bayi didapatkan adanya ketidakmampuan mentoleransi makanan,
disertai dengkuran atau apnea. Pada auskultasi didapatkan untuk ronki di salah satu
bagian paru atau ronki di seluruh lapang paru.(2) Selain itu adanya hipoksemia sedang
5
(saturasi oksigen < 96%) merupakan tanda-tanda yang paling berhubungan dengan
pneumonia. Keterbatasan dalam diagnosis berdasarkan laju pernapasan terkadang
berlebihan karena masuknya kasus asma dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
diagnosis yang tidak terarah.(10)

2.6.3. Pemeriksaann Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang biasanya menajdi pertimbangan adalah
dikonfirmasi secara radiologis. Temuan radiologis yang konsisten dengan pneumonia
seperti infiltrasi paru, baik alveolar atau interstitial; infiltrasi alveolar dicirikan sebagai
kekeruhan padat atau halus yang menempati sebagian atau seluruh lobus, atau bahkan
seluruh paru-paru, yang mungkin mengandung atau tidak mengandung air-
bronchogram, dan infiltrasi interstisial didefinisikan sebagai kepadatan linier dan tidak
merata dalam pola berenda.(10)

Gambar 2. Gambaran radiologi pneumonia pada anak

6
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan biomarker inflamasi
darah untuk membedakan CAP penyebab bakteri dan virus, dimana Prokalsitonin
(PCT) dan C-reactive protein (CRP) telah menunjukkan beberapa manfaat dalam
identifikasi infeksi bakteri.(10) Anak-anak yang datang dengan penyakit parah dan
tampak toksik harus menjalani hitung darah lengkap, elektrolit, tes fungsi ginjal/hati,
dan kultur darah. Tes-tes ini umumnya tidak diperlukan pada anak-anak dengan
penyakit ringan.(2)

2.7. Diagnosis Banding


Diagnosis banding pneumonia meliputi infeksi saluran pernapasan atas dan
bawah, penyakit paru menular dan tidak menular, serta kelainan jantung dan pembuluh
darah. Merumuskan diagnosis banding harus bergantung pada riwayat terfokus yang
disesuaikan sesuai dengan usia pasien, penyakit penyerta yang mendasarinya, dan
pemeriksaan fisiknya.(11)

Anamnesis perlu fokus pada durasi dan kualitas batuk (misalnya spasmodik,
nokturnal, menggonggong), adanya demam, riwayat batuk, peristiwa tersedak, dan
riwayat gangguan pernapasan. Riwayat asma atau atopi pasien dan keluarga juga
penting untuk membedakan asma dari pneumonia atau untuk memberikan terapi yang
ditargetkan untuk penyakit saluran napas reaktif, jika diperlukan. Kontak yang sakit,
status imunisasi (khususnya Influenzae, pertusis, Haemophilus influenzae Tipe B dan
vaksin konjugat Streptococcus pneumoniae), perjalanan baru-baru ini, dan paparan
hewan atau lingkungan apa pun dapat memberikan petunjuk diagnostik yang
penting.(11)

Batuk merupakan gejala pneumonia yang sering terjadi dan tidak spesifik serta
memiliki diagnosis banding yang luas. Batuk pada bayi yang disertai dengan
pertambahan berat badan yang buruk, sianosis, atau berkeringat saat minum harus
segera dievaluasi untuk mengetahui adanya lesi jantung bawaan. Batuk paroksismal,
batuk dengan perubahan warna atau apnea menimbulkan kecurigaan adanya pertusis
pada bayi.(11)

Pada bayi yang lebih tua dan balita (biasanya usia 6 bulan sampai 3 tahun),
batuk menggonggong disertai demam dan tangisan atau suara serak dengan atau tanpa
stridor inspirasi harus menimbulkan kecurigaan adanya croup. Pemeriksaan saluran

7
pernafasan bagian bawah dalam batas normal. Batuk menggonggong atau stridor yang
berulang dapat mengarahkan dokter mempertimbangkan lesi anatomi, seperti cincin
atau sling vaskular, yang merupakan predisposisi kompresi trakea.(11)

Anak-anak dengan riwayat episode tersedak yang diikuti batuk, demam, atau
temuan fokal pada pemeriksaan paru-paru mungkin telah terjadi aspirasi benda asing.
Mengi fokal juga dapat menyertai peristiwa aspirasi. Demam dapat terjadi pada
penyakit saluran pernapasan atas dan bawah dan tidak spesifik untuk pneumonia. Batuk
malam hari, terutama bila disertai mengi atau tanda-tanda pemeriksaan rinitis alergi
(allergic shiners, boggy nasal turbinates, orofaring dengan cobblestone appearance)
lebih khas dari etiologi alergi atau penyakit saluran napas reaktif atau asma yang
mendasarinya. (11)

Pada anak-anak dengan pneumonia berulang, terutama anak-anak yang


patogennya tidak umum teridentifikasi, dokter harus mempertimbangkannya
imunodefisiensi yang mendasari (misalnya, imunodefisiensi variabel umum, penyakit
granulomatosa kronis), fibrosis kistik atau malformasi paru kongenital. Fibrosis kistik
juga harus dipertimbangkan jika terdapat kegagalan pertumbuhan, gejala malabsorptif,
konstipasi parah atau obstruksi usus, atau jika ada riwayat keluarga yang positif.
Pneumonia berulang dalam lobus yang sama harus segera dilakukan investigasi untuk
mencari anomali anatomi.(11)

2.8. Penatalaksanaan
Tatalaksana seharusnya sesuai dengan patogen yang spesifik dimana
berdasarkan anamneis, pemeriksaan, fisik, dan pemeriksaan penunjang. Terkait dari
gejala seperti pemberian oksigen untuk hipoksia, antipiretik untik demam, dan cairan
untuk dehidrasi yang terjadi pada anak.(2)
2.8.1. Rawat Jalan
Agen penyebab CAP biasanya tidak teridentifikasi, terutama pada pasien rawat
jalan, maka pengobatan antibiotik umumnya diperlukan ditargetkan pada organisme
bakteri yang paling umum. Pada tahun 2011, Infectious Diseases Society of America
(IDSA) dan Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS) menerbitkan pedoman
bersama yang merekomendasikan pengobatan antibiotik berdasarkan kelompok umur.
Untuk bayi dan anak yang diimunisasi untuk segala usia, amoksisilin dosis
tinggi (90 mg/kg/hari dibagi dua kali sehari) direkomendasikan untuk anak-anak

8
dengan CAP ringan hingga sedang dengan diduga berasal dari bakteri. Regimen ini
cukup mencakup Streptococcus pneumoniae, bakteri penyebab CAP bakterial yang
paling umum pada kelompok usia ini. Untuk anak-anak dengan alergi amoksisilin,
regimen antibiotik alternatif termasuk yang kedua atau sefalosporin generasi ketiga,
levofloxacin oral, atau linezolid oral. Durasi terapi biasanya 7–10 hari, namun
pemberian antibiotik yang lebih singkat juga terbukti efektif. Untuk anak-anak usia
sekolah dan remaja, makrolida, paling sering berupa azitromisin selama 5 hari, dapat
ditambahkan jika ada kecurigaan terhadap patogen atipikal seperti Mycoplasma
pneumoniae lebih sering terjadi pada kelompok usia ini.(11)
Selama musim influenza, terapi antivirus yang ditargetkan untuk melawan
influenza harus dimulai pada pasien berisiko tinggi di negara tersebut terjadinya wabah
influenza lokal atau jika gejalanya konsisten dengan influenza. Pasien berisiko tinggi
termasuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, terutama di bawah usia 2 tahun, yang
menderita penyakit paru kronis (misalnya asma, fibrosis kistik, displasia
bronkopulmoner) atau gangguan fungsi pernapasan, penyakit jantung yang signifikan
secara hemodinamik, gangguan ginjal, penyakit hematologi termasuk sel sabit dan
hemoglobinopati lainnya, gangguan metabolisme, imunodefisiensi, kondisi neurologis
atau perkembangan saraf, anak-anak yang menjalani terapi aspirin jangka panjang dan
anak-anak yang mengalami kondisi ekstrem kegemukan.(11)

2.8.2. Rawat Inap


Pasien yang dirawat di rumah sakit karena CAP umumnya memerlukan
pengobatan parenteral. Terapi spektrum sempit lebih sering dipakai daripada terapi
luas. Pada anak di bawah usia 1 bulan, ampisilin dan aminoglikosida atau ampisilin dan
cefotaxime direkomendasikan dalam pengobatan. Pada anak usia 1-3 bulan, monoterapi
ampisilin atau cefotaxime lebih baik. Makrolida seharusnya ditambahkan jika dicurigai
Bordetella pertussis atau Chlamydia trachomatis. (11)
Ampisilin adalah antibiotik lini pertama pada semua anak di atas usia 3 bulan
yang diimunisasi dengan pneumonia tanpa komplikasi. Untuk anak-anak dengan
penyakit kritis mereka yang tidak diimunisasi atau tidak diimunisasi lengkap, atau di
daerah dengan tingkat imunitas tinggi. Resistensi pneumokokus terhadap penisilin,
sefalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone direkomendasikan untuk digunakan.
Jika ada kecurigaan terhadap patogen atipikal atau jika pasien tidak membaik dengan
regimen antibiotik yang telah disebutkan, maka makrolida dapat ditambahkan ke terapi

9
beta-laktam. Pada anak-anak sakit kritis dengan sepsis atau empiema, vankomisin juga
harus ditambahkan. Terapi antivirus harus dimulai pada pasien dengan CAP sedang
hingga berat keadaan wabah influenza lokal atau jika gejalanya konsisten dengan
influenza.(11)

Gambar 3. Pilihan antibiotik untuk pneumonia pada anak

2.9. Prognosis
Rata-rata prognosis pada anak yaitu baik. Pneumonia akibat virus cenderung
sembuh sendiri tanpa pengobatan, dimana gejala sisa jangka panjang jarang terjadi.
Namun, pneumonia dengan penyebab Staphylococcus dan varicella tidak memberikan
hasil yang baik pada anak-anak. Anak-anak yang mengidap tuberkulosis mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami perkembangan penyakit jika kondisinya tidak diobati.
Anak-anak dengan imunosupresi mempunyai prognosis yang paling buruk. Setiap
tahun, sekitar 3 juta anak meninggal karena pneumonia dan sebagian besar dari anak-
anak ini juga memiliki penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung bawaan,
imunosupresi, atau penyakit paru-paru kronis prematuritas.(2)

2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu empyema yang sering dikaitkan dengan
tingkat keparahan termasuk rawat inap yang berkepanjangan, bakteremia, dan
kebutuhan masuk ke ICU. Selain itu, necrotizing pneumonia adalah komplikasi CAP
yang palig sering terjadi, ditandai dengan pencairan dan nekrosis parenkim, yang lalu

10
digantikan dengan rongga berisi udara atau cairan. Selanjutnya, nekrosis atau abses
paru yang dapat terjadi umumnya disebabkan oleh bakteri patogen, khusunya
Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus.(2,12)

2.11. Pencegahan
Berdasarkan WHO, dimana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan
untuk mencegah pneumonia pada anak dengan cara menyediakan lingkungan hidup
yang sehat bagi balita seperti nutrisi yang cukup, ASI eksklusif sampai bayi usia 6
bulan, dan udara pernafasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap kendaraan,
asap pabrik. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kejadian pneumonia sebesar
20%. Selain itu, dapat dilakukan pemberian imunisasi lengkap sebab beberapa jenis
imunisasi terkait pneumonia dapat menurunkan angka kejadian pneumonia sebesar
50%. IDAI telah merekomendasikan pemberian imunisasi PCV untuk anak berumur 2
bulan hingga 5 tahun.(13)

Gambar 4. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun

11
BAB 3
KESIMPULAN

Pneumonia merupakan salah satu peradangan akut pada parenkim paru yang
pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur.
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang ringan hingga berat seperti mengancam
jiwa pada orang-orang di segala kalangan usia, namun penyakit ini menjadi penyebab
yang menular dan mematikan terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Dimana
penularannya dapat melalui inhalasi, aspirasi, invasi epitel pernapasan, atau penyebaran
hematogen. Pnemonia dapat dikelompokkan menjadi Community-Acquired Pneumonia
(CAP), Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator-Associated Pneumonia
(VAP). Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa gambaran radiologi yaitu foto x-ray thorax.
Pada beberapa kasus, keluhan terkait dengan pneumonia tidak spesifik,
termasuk batuk, demam, takipnea, atau kesulitan bernapas. Terkadang anak mungkin
mengalami sakit perut. Anamnesis penting yang perlu ditanyakan mencakupi durasi
gejala, paparan, perjalanan, kontak dengan orang menderita keluhan yang sama,
kesehatan awal anak, penyakit kronis, gejala berulang, tersedak, riwayat imunisasi,
kesehatan ibu, atau komplikasi kelahiran pada neonates. Mengenai pengobatan,
terdapat beberapa pilihan antibiotic, dimana ampisilin adalah antibiotik lini pertama
pada semua anak di atas usia 3 bulan yang diimunisasi dengan pneumonia tanpa
komplikasi. Secara keseluruhan prognosis baik apabila ditangani dengan cepat dan
tepat sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pneumonia [Internet]. [cited 2023 Sep 9]. Available from:


https://www.who.int/health-topics/pneumonia

2. Ebeledike C, Ahmad T. Pediatric Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Sep 9]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536940/

3. Jain S, Williams DJ, Arnold SR, Ampofo K, Bramley AM, Reed C, et al. Community-
Acquired Pneumonia Requiring Hospitalization among U.S. Children. N Engl J Med. 2015
Feb 26;372(9):835–45.

4. le Roux DM, Zar HJ. Community-acquired pneumonia in children — a changing spectrum


of disease. Pediatr Radiol. 2017;47(11):1392–8.

5. Rueda ZV, Aguilar Y, Maya MA, López L, Restrepo A, Garcés C, et al. Etiology and the
challenge of diagnostic testing of community-acquired pneumonia in children and
adolescents. BMC Pediatr. 2022 Mar 31;22:169.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan -. Laporan Nasional Riskesdas 2018


[Internet]. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
2020. 628 p. Available from:
https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3514/

7. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan [Internet]. [cited 2023 Sep 9]. Available from:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1879/ketahui-apa-itu-pneumonia

8. Laporan Riskesdas 2018 (Provinsi) - Google Drive [Internet]. [cited 2023 Sep 9]. Available
from: https://drive.google.com/drive/folders/1XYHFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJgqzI-l

9. Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, Bhardwaj A. Pneumonia Pathology. In: StatPearls [Internet].


Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Sep 9]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/

10. Nascimento-Carvalho CM. Community-acquired pneumonia among children: the latest


evidence for an updated management. J Pediatr (Rio J). 2019 Sep 10;96(Suppl 1):29–38.

11. Popovsky EY, Florin TA. Community-Acquired Pneumonia in Childhood. Encycl


Respir Med. 2022;119–31.

12. Dean P, Florin TA. Factors Associated With Pneumonia Severity in Children: A
Systematic Review. J Pediatr Infect Dis Soc. 2018 Dec;7(4):323–34.

13. IDAI | Menekan Pneumonia [Internet]. [cited 2023 Sep 9]. Available from:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menekan-pneumonia

13

Anda mungkin juga menyukai