Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK


EFEKTIF PADA PASIEN AN.R USIA 2 TAHUN DIAGNOSA
MEDIS BRONKOPNEUMONI DI RSUD LIMPUNG KOTA
LIMPUNG

NAMA : SITI WULANDARI

NIM : 1222007041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN AN.R USIA 2 TAHUN DIAGNOSA
MEDIS BRONKOPNEUMONI DENGAN INTERVENSI TERAPI
NEBULIZER DI RSUD LIMPUNG KOTA LIMPUNG

Telah disahkan

Pada tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(…………………………………) (…………………………………)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2024

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

LAPORAN PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Pengertian ............................................................................................................................ 1

C. Etiologi ................................................................................................................................. 2

D. Patofisiologi ......................................................................................................................... 2

E. Manifesti Klinik ................................................................................................................... 3

F. Pathway ................................................................................................................................ 4

G. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 4

H. Pengkajian ............................................................................................................................ 5

I. Diagnosa keperawatan ......................................................................................................... 7

J. Fokus Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 7

K. Daftar isi............................................................................................................................... 8

BAB II............................................................................................................................................. 9

TINJAUAN KASUS ....................................................................................................................... 9

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ..................................................................................... 9

II. ANALISIS DATA ................................................................................................................ 11

III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................... 12

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN ...................................................................................... 12

V. IMPLEMENTASI ................................................................................................................ 16

ii
VI. EVALUASI......................................................................................................................... 18

iii
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia masih menjadi penyebab angka kematian tertinggi pada kasus gangguan
napas yang umumnya terjadi di kalangan anak – anak, Bronkopneumonia termasuk kategori jenis
pneumonia yang dapat disebut juga Pneumonia lobularis yang ditandai dengan gejala timbulnya
bercak – bercak infiltrate yang mengelilingi serta melibatkan bronkus yang disebabkan oleh
bakteri. Bakteri – bakteri tersebut dapat menyebar dengan cara percikan air liur atau ludah saat
penderita batuk maupun bersin yang dapat menulari orang disekitar. ( Makdalena et al, 2021)

Hasil data Riskesdas pada tahun 2018 penderita bronkopneumonia mengalami kenaikan awal
mula dengan prevelensi 1,6% menjadi 2% dan berdasarkan kategori jenis kelamin pada
perempuan 46% dan laki – laki 54%. Jumlah resiko bronkopneumonia lebih besar pada laki –
laki dibandingkan dengan perempuan. ( Handayani dkk, 2022 )

Kasus bronkopneumoni pada anak di Indonesia tahun 2019 mencapai 52,9% , pada lima wilayah di
Indonesia memiliki tingkatan insiden kasus bronkopneumoni yang berbeda diantaranya Papua barat
dengan prevelensi tertinggi mencapai 129,1% , DKI Jakarta sekitar 104,5%, Sulawesi Tengah 67,4%,
Kalimantan utara 67,9%, sedangkan di Sulawesi selatan termasuk kedalam kategori rendah dengan
presentase 18,8%. World Health Organization (WHO), menyatakan kurang lebih sekitar 800.000 hingga
2 juta anak meninggal pada setiap tahunnya disebabkan bronkopneumonia. Sedangkan United Nations
Children’s Fund (UNICEF) dan WHO mengungkapkan bahwa pneumonia masih menjadi penyebab
utama kematian pada anak balita. ( Makdalena et al, 2021)

B. Pengertian
Bronkopneumonia adanya peradangan pada bagian parenkim paru yang diakibatkan oleh bakteri,
virus, jamur maupun benda asing yang masuk kedalam saluran pernapasan sehingga
mengganggu saluran pernapasan. Bronkopneumonia dapat diketahui dengan munculnya
beberapa tanda seperti ; demam tinggi, gelisah, nafas cepat, muntah, diare, dyspnea, dan batuk
kering. Secara umum tanda dan gejala pada pasien bronkopneumonia yang sering muncul
terjadinya peningkatan suhu tubuh, pernapasan menjadi cepat dan dangkal, tampak sianosis

1
disekitar hidung dan mulut, batuk kering dan produktif, terdapat bunyi napas napas tambahan
ronchi atau wheezing, serta penumpukan mucus. (Rahmawati dkk, 2023)

C. Etiologi
Secara umum individu yang terserang BRPN disebabkan oleh adanya penurunan mekanisme
pertahanan pada tubuh terhadap vurilensi organisme pathogen. Penyebab timbulnya
Broncopneumonia diantaranya ;

1.) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klesbsiella


2.) Virus : Legionella pneumonia
3.) Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

Pada hasil studi anak – anak dengan kasus bronkopneumonia yang penyebab utamanya bakteri
dengan nama lain pneumococcus, bakteri ini dapat ditemukan dalam bagian paru kiri maupun
kanan yang memiliki ciri khas tanda yaitu; bercak – bercak pada hasil pemeriksaan radiologi
thorax. Selain itu, virus juga menjadi penyebab utama pneumoni pada rentan usia bayi dengan
umur 30hari sampai dengan balita lebih dari 2 tahun hingga 5 tahun hal ini sangat umum terjadi.
Meningkatnya kasus berhubungan dengan S.Pneumoniae dan H. Influenzae tipe B diamati pada
kelompok usia. Pneumonia mikoplasma sering terjadi pada anak – anak dengan rentang usia 5
tahun hingga 13 tahun, hal ini menjadikan pneumoni menjadi organisme yang paling sering
diidentifikasi.

D. Patofisiologi
Bronkopneumonia disebabkan oleh banyak faktor antara lain bakteri, virus, mycoplasma
pneumothorax, jamur aspergillus species dan candida albicans, pneumonia hipostatik yang
disebabkan oleh nafas dangal dan terus menerus pada posisi yang sama atau terjadi karena
kongesti paru yang lama, dan sindrom Loeffler.

Penderita yang dirawat di rumah sakit, penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan
tubuh, dan kontaminasi peralatan rumah sakit akan membuat partisipan mudah mengalami
infeksi jamur, virus, bakteri dan protozoa yang masuk melalui saluran nafas atas. Sebagian
kuman akan terbawa melalui saluran cerna, dan akan menimbulkan kuman berlebih di bronkus

2
yang mengakibatkan proses peradangan sehingga menimbulkan akumulasi sekret di bronkus
yang berakibat bersihan jalan nafas tidak efektif.

Bersihan jalan nafas tidak efektif menjadi masalah utama, karena dampak dari pengeluaran
dahak yang tidak lancar dapat menyebabkan penderita mengalami kesulitan bernafas dan
gangguan pertukaran gas didalam paru-paru sehingga mengakibatkan timbulnya sianosis,
kelelahan, apatis serta merasa lemah, dalam tahap selanjutnya akan 30 mengalami penyempitan
jalan nafas yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas

E. Manifesti Klinik
Bronkopneumonia terjadi karena adanya infeksi pada bagian saluran napas atas dan bisa terjadi
dalam kurung waktu beberapa hari. Suhu dapat meningkat secara mendadak sekitar 39 – 40 oC
yang dapat disertai kejang. Anak terlihat gelisah, dispneu, napasnya cepat dan dangkal disertai
adanya pernafasan cuping hidung dan sianosis pada sekitar hidung dan mulut. Batuk yang
semula tidak ada menjadi munculnya setelah beberapa hari mulai timbul batuk kering dan
menjadi produktif. Pneumonia virus secara umum berhubungan dengan batuk, mengi, atau
stidor. Sedangkan demam pada kasus ini tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan
pneumonia bakteri dan peradangan saluran napas bagian atas menunjukkan infeksi virus. (Hts,
S.E.P., & Amalia, D. 2023)

Pneumoni bakteri umumnya pasien mengalami demam tinggi, menggigil, batuk, dyspnea serta
saat diauskultasi ditemukan konsilidasi paru. Pneumoni bayi muda ditandai dengan takipnea,
batuk, dan suara tambahan seperti ronchi. Gejala bronkopneumoni beragam, tergantung
keparahan kondisi keparahan, gejalanya sebagai berikut :

- Demam tinggi
- Kesulitan bernapas
- Detak jantung cepat
- Mengi
- Nyeri dada yang mungkin tambah parah
- Batuk berlendir kuning atau hijau
- Menggigil
- Sakit kepala

3
- Energy rendah atau kelelahan
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan muntah
- Dehidrasi, dll

F. Pathway

Sumber : Maharani Rose, A. 2018

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto rongent thorax pada anak dengan kasus bronkopneumonia kesan yang
didapatkan dari foto thorax yaitu infiltrat dilapang paru DD/ bronkopneumonia. Hasil thorax
pada klien pertama berada lapang paru kanan kiri atas, hasil thorax pada klien kedua berada

4
lapang paru kiri bawah, hasil thorax pada klien ketiga berada lapang paru kiri kanan. gambaran
radiologis dengan bentuk bilateral dan adanya peningkatan corakan bronkhovaskular serta
infiltrate kecil dan halus yang menyebar pada pinggir lapang paru. Bercak-bercak ini lebih sering
terlihat di bagian lobus bagian bawah. Pemeriksaan foto thorax merupakan pemeriksaan penting
untuk mendiagnosis penyakit bronkopneumonia. Berbeda dengan pemeriksaan laboratorium
jumlah leukosit, pemeriksaan radiologis tidak dapat menunjukkan perbedaan nyata antara infeksi
virus dengan bakteri. Seringkali panas dan takipneu sudah timbul sebelum terlihat perubahan
pada foto rontgen thoraks. Foto toraks umumnya akan kembali normal setelah 3-4 minggu.

H. Pengkajian
a. Identifikasi dan Usia. Bronkopneumonia sering terjadi pada anak. Kasus
terbanyak sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa
juga masih sering mengalami bronkopneumonia
b. Jenis kelamin. Anak yang menderita infeksi saluran nafas paling banyak pada
jenis kelamin laki-laki dikarenakan diameter saluran pernafasan anak laki-laki
lebih kecil dibandingkan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya
tubuh anak laki-laki dan perempuan
c. Keluhan Utama: Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak
nafas. Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan
sumbatan pada lumen bronkus
d. Riwayat Penyakit Sekarang: Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai dengan kejang karena
demam yang tinggi
e. Riwayat Kesehatan Dahulu: Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah
menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
f. Riwayat Imunisasi: Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

5
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya: BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak
g. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat Data yang muncul sering orangtua
berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menganggap belum terjadi gangguan
serius, biasanya orangtua menganggap anaknya benar-benar sakit apabila anak
sudah mengalami sesak nafas
h. Pola metabolik nutrisi Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia
(akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena
peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme)
i. Pola eliminasi Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam
j. Pola tidur-istirahat Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan
tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata
merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan
tersebut
k. Pola aktivitas-latihan Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai
dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong
orangtuanya atau bedrest
l. Pola kognitif-persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada
otak. Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru
disampaikan
m. Pola persepsi diri-konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam
kuran bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat
n. Pola peran-hubungan Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman
sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
dengan orang terdekat orang tua
o. Pola seksualitas-reproduktif Pada kondisi sakit dan anak kecilmasih sulit
terkaji.Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan
menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan

6
p. Pola toleransi stress-koping Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress
adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah
mudah tersinggung dan suka marah
q. Pola nilai-keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan
kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT
r. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan head to toe secara menyeluruh selain itu juga ada
tanda – tanda vital, dan status gizi

I. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi masalah utama yang selalu muncul pada
pasien bronchopneumonia. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret juga merupakan
kendala yang sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan pra sekolah. Hal ini
dapat terjadi karena pada usia tersebut reflek batuk masih sangat lemah. Apabila masalah
bersihan jalan napas ini tidak ditangani secara cepat maka dapat menimbulkan masalah
yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa
menimbulkan kematian.
2. Gangguan Pertukaran Gas
Pada diagnosa keperawatan hambatan pertukaran gas pada kasus anak kedua
menunjukkan adanya sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, pemberian terapi
oksigen, gelisah dan monitor pernapasan.
3. Hipertensi
Kenaikan suhu yang tidak normal dalam kurun waktu beberapa hari serta mengalami
penurunan nafsu makan dan menimbulkan rasa tidak nyaman akibat kenaikan suhu tubuh

J. Fokus Intervensi Keperawatan


Pada kasus asuhan keperawatan pada anak anak dengan bronkopneumonia menegakkan masalah
keperawatan berdasarkan hasil pengkajian dan data yang didapatkan. Pengkajian dilakukan
dengan cara observasi secara langsung dan wawancara orang tua klien. Klien dilakukan
pengkajian mulai dari keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu hingga pemeriksaan fisik
persistem pada anak. pengkajian fokus pada anak dilakukan dengan keluhan utama, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi, tumbuh kembang anak dan

7
pemeriksaan fisik head to toe. Berdasarkan analisis Keluhan utama ditemukan batuk, sesak.
Pemeriksaan darah peningkatan nilai leukosit. Tanda-tanda vital peningkatan denyut nadi.
Antropometik BB < sentil ke 10 deficit. Respiratorik saat inspeksi terjadi hiperventilasi dan
penggunaan otot bantu napas. Thorax saat dilaukan inspeksi: Anak > 2 tahun: lingkar dada >
lingkar kepala, palpasi: taktil fremitus teraba pada paru kanan dan kiri, perkusi: bunyi sonor,
auskultasi: ada suara tambahan ronchi. Saluran Pencernaan: adanya rasa mual dan muntah. Kulit:
CRT (Makdalena dkk, 2021)

K. Daftar isi
Handayani, R., Novitasari, D., & Ragil, N. (2022). Studi Kasus Intervensi Batuk Efektif untuk
Mengurangi Sesak Nafas dan Pengeluaran Sekresi pada Pasien Bronkopneumonia.
INDOGENIUS, 1(2), 67-71.
Hts, S. E. P., & Amalia, D. (2023). Bronkopneumonia. Jurnal Medika Nusantara, 1(3), 134-145.
Maharani Rose, A. Asuhan Keperawatan Bronkopneumoni Pada An. S Dan An. D Dengan
Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Bougenville, Rsud Dr.
Haryoto Lumajang Tahun 2018.
Makdalena, Meliana Oloan, et al. "Analisis Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia." JCA of Health Science 1.02 (2021).
Ngemba, H. R., Nursalim, N., & Habibu, R. (2015). Model Inferensi Sistem Pendukung
Keputusan Pathway Klinik Asuhan Keperawatan Bronchopneumonia. In Seminar Nasional
Informatika Medis (SNIMed) (pp. 1-10).
PRATIWI, S. M., Zakiyah, A., & Ningsih, A. D. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA (Doctoral dissertation, PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS BINA
SEHAT PPNI MOJOKERTO).
Rahmawati, Syinta & Kartikasari, Dian & Purwati, Eny. (2023). Penerapan Inhalasi Uap
Sederhana dan Batuk Efektif untuk Penurunan Respirasi Rate Pada Tn.I dengan
Bronkopneumonia di Ruang Ismail 2 RS Roemani Muhammadiyah Semarang. MAHESA :
Malahayati Health Student Journal. 3. 3929-3935. 10.33024/mahesa.v3i12.11619.

8
BAB II

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2024

Jam : 10.00 WIB

1. Biodata :
Nama : An.R
Agama : islam
Tempat / Tanggal Lahir : Sukorejo, 7 Desember 2021
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Dk Plangkok, Sukorejo. Limpung
Diagnosa Medis : Nesofangitis akut, vomitus

Penanggung jawab : Ny.R


Hubungan : Ibu kandung
2. Keluhan Kesehatan : Demam selama 4 hari dan Diare selama 2 hari, flu batuk berdahak,
mengalami kesulitan bernapas
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Demam, Flu batuk berdahak, Bronkopneumonia
b. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normal
Wajah : Normal
Mata : Normal

9
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Telinga : Pendengaran baik
Leher : Normal
Dada : Simetris
Paru : Normal
Batuk dahak
Jantung : Normal
Payudara : Normal
Abdomen : Normal
Punggung : Normal
Panggul : Simetris
Ekstermitas Atas : Normal
Ekstermitas Bawah : Normal
Genetalia : Bersih
Anus : Normal
5. Perkembangan tumbuh kembang
Berguling : Bisa usia 6 bulan
Duduk : Bisa usia 8 bulan
Merangkak : Bisa usia 11 bulan
Berdiri : Bisa usia 14 bulan
Berjalan : Bisa usia 14 bulan
Berbicara : Bisa usia 1 tahun
Senyum kepada orang lain : Bisa usia 3 bulan
Berpakaian tanpa bantuan : Tidak bisa
6. Riwayat Imunisasi
BCG : Sudah
Polio 1 : Sudah
Polio 2 : Sudah
Polio 3 : Sudah
Polio 4 : Sudah

10
DPT-HB / Pentavalent : Sudah
DPT-HB / Pentavalent : Sudah
DPT-HB / Pentavalent : Sudah
Campak : Sudah

II. ANALISIS DATA


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Data Subjektif : Sekresi yang tertahan Bersihan Jalan Napas
- Ibu pasien mengatakan anaknya Tidak Efektif
BAB cair 3x, ada ampas, batuk,
pilek
Data Objektif :
- KU : Sedang composmentis
- Tanda- Tanda Vital :
S : 37,5 oC
N : 116x/menit
RR : 24x/menit
- Pasien nampak bernapas
meggunakan mulut, Suara
Pasien terdengar serak
- Terdapat suara tambahan
2. Data Subjektif : Peningkatan laju Hipertermia
- Ibu pasien anaknya muntah 1x, metabolisme
makan susah, minum sedikit,
demam naik turun sejak hari
senin
Data Objektif :
- KU : Sedang composmentis
- Tanda- Tanda Vital :
S : 38,3oC
N : 120x/menit

11
RR : 24x/menit
3. Data Subjektif : Ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran
- Ibu pasien mengatakan anaknya ventilasi-perfusi Gas
mengalami sesak , sedikit
kesulitan bernapas
Data Objektif :
- Pasien nampak bernapas
meggunakan mulut, Suara
Pasien terdengar serak
- Pola napas pasien sedikit lambat

III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Sekret yang tertahan d.d Pasien mengalami batuk
pilek
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d Pola napas pasien
sedikit lambat
3. Hipertemia b.d Peningkatan laju metabolism d.d Pasein mengalami demam naik turun

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


HARI/TGL/JAM NO. DIAGNOSA INTERVENSI & RASIONAL TTD
(DP)
Senin, 15 January D.0001 Intervensi :
2024. 08.00 - Intervensi Utama :
Pemantauan Respirasi
Observasi :
1. Monitor kemampuan batuk
efektif
2. Monitor produksi sputum
3. Monitor sumbatan jalan napas
Terapeutik :
1. Mendokumentasikan hasil

12
pemantauan
Edukasi :
1. Informasikan hasil pemantauan
Rasional : Karena Pasien mengalami
batuk pilek yang kemungkinan dapat
menyebabkan pasien kesulitan
bernapas
- Intervensi Pendukung :
Pemberian Obat Inhalasi
Observasi :
- Identifikasi alergi, interaksi,
dan kontraindikasi obat
- Periksa tanggal kadarluwarsa
obat
- Monitor TTV dan nilai
laboratorium sebelum
pemberian obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam benar (
pasien, obat, waktu, rute,
dokumentasi)
- Lepaskan penutup inhaler dan
pegang terbalik
- Posisikan inhaler didalam
mulut dan mulut tertutup rapat
Edukasi :
- Anjurkan bernafas lambat
selama penggunaan nebulizer
- Ajarkan keluarga pasien
tentang cara pemberian obat
Rasional : Supaya secret yang

13
tertahan bisa dikeluarkan
Senin, 15 January D.0003 Intervensi :
2024. 08.00 - Intervensi Utama :
Pemantauan Respirasi
Observasi :
- Monitor sumbatan jalan napas
Terapeutik :
- Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
- Informasikan hasil pemantauan
Rasional : Karena pasien mengalami
pola napas yang lambat disertai
demam yang naik turun sehingga
butuh pemantauan
- Intervensi Pendukung :
Pemberian Obat Inhalasi
Observasi :
- Identifikasi alergi, interaksi,
dan kontraindikasi obat
- Periksa tanggal kadarluwarsa
obat
- Monitor TTV dan nilai
laboratorium sebelum
pemberian obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam benar (
pasien, obat, waktu, rute,
dokumentasi)
- Lepaskan penutup inhaler dan
pegang terbalik

14
- Posisikan inhaler didalam
mulut dan mulut tertutup rapat
Edukasi :
- Anjurkan bernafas lambat
selama penggunaan nebulizer
- Ajarkan keluarga pasien
tentang cara pemberian obat
Rasional : Melegakan kembali
saluran pernapasan
Senin, 15 January D.0130 Intervensi :
2024. 08.00 Intervensi utama : Manajement
Hipertermia
Observasi :
- Identifikasi penyebab
hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Lakukan pendinginan eksternal
( kompres dingin di dahi leher,
dada )
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit IV
Rasional : karena pasien mengalami
demam tinggi sejak hari senin, suhu
naik turun

15
Intervensi Pendukung : Pemberian
Obat
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan
alergi
- Periksa tanggal kadaluwarsa
obat
- Monitor TTV dan nilai
laboratorium sebelum
pemberian obat
Terapeutik :
- Lakukan enam prinsip benar (
pasien, obat, dosis )
- Dokumentasi respon obat dan
pemberian obat
Edukasi :
- Jelaskan jenis obat, alas an
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian
Rasional : Intervensi ini diberikan
untuk mengurangi demam dan gejala
flu pada pasien

V. IMPLEMENTASI
HARI/TGL/JAM NO. DP IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
Selasa, 16 Januari D.0130 Setelah dilakukan Pasien sudah tidak
2024 intervensi manajement Nampak rewel, sudah
hipertermia dan dapat diajak bermain,
pemberian obat selama makan sudah lumayan

16
2x24 jam dengan banyak dan pasien sudah
pemantauan suhu terlihat bugar
tubuh, suhu kulit dan
pemberian injeksi IV
Paracetamol serta
Ondam. Pasien sudah
tidak demam dan nafsu
makan membaik
Rabu, 17 Januari D.0001 Pemberian intervensi Pasien terlihat sudah
2024. 09.00 keperawatan dengan bisa gelisah atau rewel,
sudah 3x24 jam napasnya kembali
diharapkan dapat normal
mempermudah
pengeluaran sputum.
Pada tahap awal pasien
masih kesulitan dalam
pengeluaran sputum
setelah dilakukan
nebulizer, tahap dua
setelah di nebulizer
kembali pasien mampu
dengan spontan batuk
efektif namun sputum
masih tertahan dan
pada tahap 3 pasien
telah mampu
mengeluarkan sputum
setelah dilakukan
nebulizer
Rabu, 17 Januari D.0003 Setelah dilakukan terapi Pasien sudah tidak
2024. 09.00 uap dengan nebulizer merengek , suara sudah

17
selama 3x24 jam cukup lantang, tidak
produktifitas sputum terdengar suara
menurun, suara tambahan cupping
tambahan Wheezing hidung dan batuk serta
menurun, sudah dapat pilek sudah menurun
berbicara dengan serta pasien sudah tidak
normal, pola napas dan Nampak kesulitan
frekuensi napas bernapas
membaik.

VI. EVALUASI
HARI/TGL/JAM NO. DIAGNOSA (DP) SOAP TTD
Rabu, 17 D.0001 S: Ibu pasien mengatakan anaknya
Januari 2024
BAB cair 3x, ada ampas, batuk, pilek
O:
- KU : Sedang composmentis
- Tanda- Tanda Vital :
S : 37,5 oC
N : 116x/menit
RR : 24x/menit
- Pasien nampak bernapas
meggunakan mulut, Suara
Pasien terdengar serak
- Terdapat suara tambahan
A : Bersiihan Jalan Napas tidak
efektif
P: Dilakukan Terapi Uap Nebulizer
Rabu, 17 D.0003 S : Ibu pasien mengatakan anaknya
Januari 2024
mengalami sesak , sedikit kesulitan
bernapas
O:

18
- Pasien nampak bernapas
meggunakan mulut, Suara
Pasien terdengar serak
- Pola napas pasien sedikit
lambat
A : Gangguan Pertukaran Gas
P : Rongent Thorax
Rabu, 17 D.0130 S: Ibu pasien anaknya muntah 1x,
Januari 2024
makan susah, minum sedikit, demam
naik turun sejak hari senin
O:
- KU : Sedang composmentis
- Tanda- Tanda Vital :
S : 38,3oC
N : 120x/menit
RR : 24x/menit
A: Hipertermia
P: Pemberian Injeksi IV Paracetamol
dan

19

Anda mungkin juga menyukai