Oleh :
(20101440117028)
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian............................................................................................. 3
B. Etiologi.................................................................................................3
C. Patofisiologi ......................................................................................... 5
D. Pathway................................................................................................. 5
E. Manifestasi Klinis................................................................................. 7
F. Pengobatan............................................................................................ 8
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 8
H. Komplikasi............................................................................................ 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian............................................................................................. 11
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................... 15
C. Intervensi keperawatan......................................................................... 17
D. Evaluasi................................................................................................. 23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak merupakan aspek terpenting dari
kehidupan seseorang, karena menentukan dasar untuk kehidupan selanjutnya.
Disamping itu, menjelaskan tentang proses pembentukan seseorang, baik fisik
iii
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum tentu memahmi hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan social ekonomi yang
relative rendah. Mereka menganggap selama anak tidak sakit, berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering
kali para orang tua juga mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai pengertian yang sama.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau selaruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak)
sel-sel tubuh dan juga disebabkan oleh bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi
dan bertambah besarnya ukuran sel menandakan pertambahan secara kuantitatif dan
hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi hingga dewasa. Konsepsi yaitu
bertemunya sel telur dan sperma (IDAI, 2002). Jadi pertumbuhan lebih ditekankan
pada pertambahan ukuran fisik seseorang menjadi lebih besar atau lebih matang
bentuknya, misalnya pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, serta lingkar
kepala.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, serta dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan
system yang terorganisasi (IDAI, 2002). Aspek perkembangan ini sifatnya kualitatif,
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh, yang
diawali dengan jantung bisa berdenyut memompa darah, kemampuan bernapas
sampai anak mempunyai kemampuan tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut
benda-benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan social anak. Tahap
perkembangan awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
iv
Dapat memenuhi tugas praktek klinik mata kuliah Keperawatan anak tentang
penyakit bronkopneumonia serta agar dapat memahami hal-hal yang berkaitan
dengan masalah bronkopneumonia.
2. Tujuan khusus
v
BAB II
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2005)
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli
atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009).
A. Etiologi
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri
atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 )
Antara lain :
vi
1. Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
B. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
vii
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi
adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas,
dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2002)
C. Phatway
Menurut Smeltzer, Suzanne C, 2002
viii
D. Manifestasi klinis
ix
Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronkhopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam,
nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan
otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat)(Sandra M. Nettina, 2002 : 683).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247).
E. Pengobatan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya
maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
x
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram
ThoraksMenunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long, 1996 : 435).
xi
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat(Sandra M, Nettina, 2001).
G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
xii
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, donna l, dkk 2009)
xiii
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
(Muttaqin, A. 2008)
1. Pengkajian Primer (Primery Survey) :
a) Air way
1) Ada atau tidak penumpukan secret
2) Refleks batuk menurun
3) Refleks menelan menurun
4) ronkhi
b) Breathing
1) Sesak nafas
2) RR > 20 x/menit
3) Menggunakan otot bantu pernafasan
4) Retraksi dinding dada asimitris
5) Irama nafas tidak teratur,
6) Pernafasan cepat dan dangkal
c) Circulation
1) Nadi cepat
2) TD meningkat atau hipotensi
3) Distritmia
d) Disability
1) Kesadaran GCS
2) Pupil
3) Mual / muntah
4) Gelisah
xiv
d) Makanan / cairan
Adanya pemasangan infus intravena.
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi.
f) Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk.
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,
retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun
(pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi
udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan.
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,
berkeringat, krepitasi subkutan.
a. Identitas
1. Bronkopneumonia tidak mengenal usia anak-anak maupun orang dewasa atau
bahkan orang tua. Bronkopneumonia dapat menyerang berbagai usia. Anak
mudah terkena bronkopneumonia karena daya imun tubuhnya belum terbentu
secara sempurna.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserati
pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
xv
2. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
a. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala atas dan lingkar dada
Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
Keadaan sistem tubuh
- Inspeksi : perlu diperhatikan adanya takipnea, dyspnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk
semula non produktif mrnjadi produktif, serta nyeri dada waktu
pernafas, adanya retraksi dinding dada.
- Palpasi : hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan mengalami peningkatan denyut
nadi.
- Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit
xvi
- Auskultasi : pada pneumonia akan terdengar stridor suara nafas
berjurang, terdengar suara nafas tambahan atau ronchi, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
Data Fokus
- Pernafasan
Gejala : takipnea, dyspnea, pernafasan dangkal
Tanda : bunyi pernafasan ronchi, halus, wajah pucat atau
sianosis bibir atau kulit
- Aktivitas atau Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan insomnia
Tanda : penurunan intoleransi aktivitas, letargi
- Integritas Ego : banyaknya stressor
- Makanan atau Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual dan mutah
Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering
- Nyeri dan kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada, maligna
Tanda : melindungi area yang sakit
B. Diagnosa keperawatan
xvii
- Perubahan ekskursi dada
- Bradipnea
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi
- Penurunan ventilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Dyspnea
- Peningkatan diameter anterior anterior-posterior
- Pernapasan cuping hidung
- Ortopnea
- Fase ekspirasi memanjang pernapasan bibir
- Takipnea
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Penggunaan posisi tiga titik
xviii
- Ansietas
- Menangis
- Merasa kurang senang dengan situasi
- Gejala distress
- Ketakutan
- Merasa dingin
- Merasa tidak nyaman
- Merasa lapar
- Merasa hangat
- Ketidakmampuan untuk rileks
- Iritabilitas
- Gatal
- Merintih
- Gelisah
- Berkeluh kesah
- Kurang puas dengan keadaan
C. Intervensi
xix
20) (041004) meringankan sesak
- klien mampu
nafas
mengeluarkan secret - monitor satus
yang ada dalam pernafasan dan
tubuhnya secara mandiri oksigenasi
(041012) sebagaimana
- tidak adanya suara
mestinya
tambahan ketika klien 2. Monitor
bernapas (041007) pernafasan (3350)
- klien tidak - Monitor kecepatan
memperlihatkan irama, kedalaman
pernapasan cuping dan kesulitan
hidung (041003) bernafas
- klien mampu - monitor suara nafas
menghilangkan batuk tambahan seperti
yang dialaminya ngorok atau mengi
- berikan bantuan
(041019)
terapi nafas jika
diperlukan
(nebulizer)
- monitor hasil
thoraks
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Terapi oksigen
napas berhubungan tindakan keperawatan (3320)
- Berikan terapi
dengan imaturitas selama 7x24 jam
oksigen tambahan
neurologis (00032) diharapkan klien mampu
sesuai yang
mengatasi
diperintahkan
ketidakefektifan pola
- monitor aliran
nafasnya dengan kriteria
oksigen
hasil : - monitor kerusakan
Status pernafasan :
kulit terhadap adanya
xx
pertukaran gas (0402) gesekan perangkat
- hasil rontgen dada
oksigen.
klien normal (040213) 2. Pemberian obat
- klien terlihat tampak
(2300)
segar (tidak pucat/ - pertahankan
sianosis) (040206) peraturan / prosedur
yang sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan pemberian
obat
- hindarkan interupsi
ketika menyiapkan
menyiapkan,
memverivikasi dan
memberikan obat.
- catat alergi yang
dialami klien
sebelum pemberian
obat dan tahan obat-
obatan jika
diperlukan.
- beritahukan klien
mengenai jenis obat,
alasan pemberian
obat, hasil yang
diharapkan dan efek
lanjutan yang akan
terjadi sebelum
pemberian obat
3. Manajemen jalan
xxi
nafas (3140)
4. Monitor
pernafasan (3350)
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. manajemen
nutrisi : kurang dari tindakan keperawatan gangguan makan
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam (1030)
- kolaborasi dengan
berhubungan dengan diharapkan klien mampu
tim kesehatan lain
asupan diet kurang mengatasi masalah
untuk
(00002) nutrisinya dengan
mengembangkan
kriteria hasil :
Status nutrisi (1004) rencana perawat
- asupan gizi dapat
dengan melibatkan
terpenuhi (100401)
klien dan orang-
- klien tidak lemas
orang terdekatnya
(memiliki energy yang
yang tepat.
kuat) (100403)
- ajarkan dan dukung
- dapat menaikkan rasio
konsep nutrisi yang
berat badan (100405)
Nafsu makan (1014) baik dengan klien
- klien dapat
maupun keluarga.
meningkatkan hasrat / 2. manajemen nutrisi
keinginan untuk makan (1100)
- identifikasi adanya
(101401)
- klien dapat memiliki alergi atau
rangsangan untuk makan intoleransi makanan
(101409) yang dimiliki oleh
pasien.
- anjurkan kepada
pasien mengenai
modifakasi diet yang
diperlukan (makanan
yang tidak
xxii
membuatnya mual)
- anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet untuk
kondisi sakit saat ini
(makanan penambah
darah)
4 Hambatan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. Pengurangan
berhubungan dengan tindakan keperawatan kecemasan (5820)
- gunakan
gejala terkait penyakit selama 2x24 jam
pendekatan yang
(00214) diharapkan klien mampu
tenang dan
mengatasi masalah
meyakinkan
hambatan rasa
- nyatakan dengan
nyamannya dengan
jelas harapan
kriteria :
terhadap perilaku
Status kenyamanan
klien
(2008)
Berikan objek yang
- klien mampu
menunjukan
mengontrol
perasaan aman
kecemasannya saat rasa
- lakukakan usapan
nyamannya terganggu
pada punggung atau
(200802)
bahu dengan cara
- klien mampu lebih
yang tepat
percaya diri ketika
2. pemberian obat
mendapat dukungan
(2300)
social dari keluarga
(200806)
- klien mampu lebih
percaya diri ketika
mendapat dukungan
xxiii
social dari teman-teman
(200807)
Tingkat kecemasan
(1211)
- diharapkan klien
mampu beristirahat
secara adekuat (121101)
- pusing tidak lagi
dirasakan oleh klien
(121124)
- klien tidak mengalami
gangguan tidur lagi
(121129)
Tidur
D. evaluasi
xxiv
Klien tidak mengalami hambatan rasa nyaman dan dapat melakukan aktifitas
serta kegiatan sehari-harinya dengan maksimal.
xxv
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
xxvi
C. DAFTAR PUSTAKA
xxvii