Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


“PNEUMONIA PADA ANAK ”

Dosen pembimbing : Erna Handayani, S.kep ,Ns,M.kep

Di susun oleh :
M. Misbahul Munir (14201.12.20028)
Mochammad Nurul Kutzi (14201.12.20023)
Silvina Sugianti (14201.12.20037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis membahas mengenai penulis membahas mengenai pengaruh
kesejajaran tubuh. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa sumber
sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan internet.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari
dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh Yayasan
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., N.s M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Erna Handayani, S.kep ,Ns,M.kep Selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Anak.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Genggong, 21 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………...….iii
B. RUMUSAN MASALAH………………….
……………………………………...iii
C. TUJUAN PENULISAN……………………….……………………………….…iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi pneumonia………………………….……….…………..…......................1
B. Etiologi ………………………………………………………................................1
C. Manifestasi klinis ....................................................................................................2
D. Klasifikasi …….......................................................................................................3
E. Patofisiologi………………………………………………….................................4
F. Pemeriksaan penunjang
…………………………………………...........................6
G. Penatalaksanaan ……………………………………………..................................6
H. Komplikasi……...……………………………………...…….................................7
I. Asuhan Keperawatan
pneumonia………………………………………….............8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN .....................................................................................................18
B. SARAN .................................................................................................................18
C. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak
anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis
pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain (Chaves et al.,
2019). Itu adalah penyebab kematian terbesar pada anak di bawah lima tahun. Gangguan
klinis tersebut ditandai dengan peradangan paru-paru, salah satu faktor yang
mempengaruhi pneumonia adalah penumpukan sekresi pernapasan di saluran udara, yang
berkontribusi pada gejala klinis yang memburuk dan peningkatan resistensi saluran nafas,
sehingga anak-anak sulit bernapas. Pneumonia terjadi akibat dari patogen yang
terakumulasi di saluran udara bagian bawah alveoli, yang menyebabkan masuknya
inflamasi cairan eksudatif. sumber paling umum dari organisme ini adalah mikroaspirasi
(Strep. pneumoniae, H. influenzae, Staph. aureus, Enterobacteriaceae spp.), terkadang
terjadi penghirupan langsung mikroorganisme di udara (patogen bakteri atipikal)
(Periselneris, Brown and José, 2020).
Penyebab keprihatinan bagi para profesional kesehatan karena tingginya morbiditas
dan mortalitas yang diamati di seluruh dunia. Pneumonia yang didapat dari masyarakat
umum terjadi di antara anak-anak di seluruh dunia tetapi insiden dan tingkat kematian
secara signifikan lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dibandingkan di
negara berpenghasilan tinggi (Chaves et al., 2019). Berdasarkan laporan subdit ISPA
tahun 2018, diketahui terdapat insiden pneumonia anak (per 1000 balita) di Indonesia
sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun sebelumnya 20,56% (Kemenkes RI,
2019). Pada tahun 2018 angka kematian pneumonia pada balita sebesar 0,08%. Angka
kematian akibat pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16%
dibandingkan pada kelompok anak umur 1-4 tahun sebesar 0,05%.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Apa yang dimaksud etiologi dari pneumonia?
3. Apa saja manifestasi klinis dari pneuminia?
4. Apa saja klasifikasi dari pneumonia?

iii
5. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan penyakit pneumonia?
7. Apa saja pentalaksanaan pada pasien pneumoni?
8. Bagaimana komplikasi pneumonia?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pneumonia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud etiologi dari pneumonia?
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari pneuminia?
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari pneumonia?
5. Untuk menegetahui patofisiologi dari pneumonia?
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan penyakit
pneumonia?
7. Untuk mengetahui apa saja pentalaksanaan pada pasien pneumoni?
8. Untuk mengetahui komplikasi pneumonia?
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pneumonia?

iv
v
BAB 11
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang
paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut alveoli. Ketika seseorang
menderita pneumonia, alveoli berisi nanah dan cairan, yang menyebabkan nyeri saat
bernapas dan membuat terbatasnya asupan oksigen yang masuk ke paru-paru (WHO, 2019).
Pneumonia dalam arti umum merupakan peradangan parenkim yang dikarenakan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia dapat juga disebabkan
karena bahan kimia atau karena paparan fisik seperti suhu ataupun radiasi (Djojodibroto,
2018).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di
alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun
mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak nafas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansi
asing yang berupa eksudat (cairan ) dan konsolidasi (bercak berawan ) pada paru-paru
(abdjul & herlina, 2020 )
B. ETIOLOGI
Menurut nurarif (2019) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilatr  pada pemakaian ventilatr 
oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena  perubahan  perubahan
keadan pasien seperti seperti kekebalan kekebalan tubuh dan penyakit penyakit kronis,
kronis,  polusi  polusi ligkungan, ligkungan, penggunaan penggunaan antibiotic antibiotic
yang tidak tepat. Setelah Setelah masuk   paru-paru organism  paru-paru organism
bermultiplikasi bermultiplikasi dan jika dan jika telah berhasil berhasil mengahlahkan
mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu
1. Bacteria : pneumococcus, streptococcus hemolytikus,streptococcusaureus,
haemophillus influenza, mycobacteriaum tuberculosis
2. Virus : virus influenza, adenovirus
3. Jamur : hitoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides aspirasi : makanan, kerosene ( minyak tanah, bensin), cairan amnion,
benda asing

1
4. Factor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energy protein (MEP), penyakit menahan trauma
pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak
sempurna

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan -3tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria
dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa
2. Mengingismus yaitu tanda- tanda megigil tanpa infeksi meningies terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
pungungung dan leher, adanya tanda kering dan brudzinzski, dan akan berkurang saat
suhu turun
3. Anoreksia merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak
seringkali merupakan bukti awal dari penyakit menetap sampai derajat yang lebih
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam. Dari penyakit seringkali
Memanjang sampai tahap pemulihan
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan diare smentara tetapi dapat menjadu berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan khususnya karena virus
6. Nyeri abdomen merupakaan keluhan utama kadang tidak bias dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudaah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusun pada bayi
8. Keluhan nasal sering menyertai infeksi pernafasan mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan perulen, bergantung pada tipe dan ataau tahap infeksi
9. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan menjadi bukti hanya
selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan seperti batuk, mengi, mengorok, Auskultasi terdengar mengi,
krekels

2
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia berdasarakan anatomi (pola keterlibatan paru) (LeMone.
Atal, 2016) antara lain :
1. Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses awalnya,
ketika respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang lobus yang terkena
dengan akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi respons imun dan
inflamasi, RBC dan neutrofil, merusak sel epitel, dan fibrin berakumulasi
dalam alveoli. Eksudat purulent mengandung neurofil dan makrofag
terbentuk. Karena alveoli dan bronkiolus pernafasan terisi dengan eksudat, sel
darah, fibrin, dan bacteria, konsolidasi (solidifikasi) jaringan paru terjadi.
Akhirnya, proses sembuh karena enzim menghancurkan eksudat dan sisa
debris direabsorpsi, di fagosit, atau dibatukan keluar.
2. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian
jaringan paru terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat cenderung
tetap terutama di bronki dan bronkiolus, dengan sedikit edema dan kongesti
alveoli daripada Pneumonia lobar.
3. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama melibatkan
interstisium : dinding alveolar dan jaringan ikat yang menyokong pohon
bronchial. Keterlibatan dapat berupa bercak atau difus karena limfosit,
makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi septa alveolar. Ketika alveoli
biasanya tidak mengandung eksudat yang banyak, membrane hialin yang kaya
protein dpat melapisi alveoli, mengandung pertukaran gas.
4. Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi memiliki
ciri tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke paru melalui aliran
darah. Pneumonia milier umumnya terlihat pada orang yang mengalami luluh
imun berat. Sebagai akibatnya, respons imun buruk dan kerusakan jaringan
pleura sangat signifikan.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan (LeMone. Atal, 2016) :
1. Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia). Pneumonia
komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius yang sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia. Bakteri ini terletak
di saluran napas atas pada hingga 70% orang dewasa. Bakteri ini dapat
menyebar secara langsung dari kontak orang ke orang melalui droplet.
2. Penyakit Legionnaire. Penyakit Legionnaire adalah bentuk
bronkopneumonia yang disebabkan oleh legionella pneumophilia, bakteri
gram negative yang secara luas ditemukan dalam air, terutama air hangat.
Perokok, lansia, dan orang yang menderita penyakit kronik atau gangguan
pertukaran imun merupakan orang yang paling rentan terhadap penyakit
Legionnaire.
3
3. Pneumonia Atipikal Primer Pneumonia disebabkan oleh Mycoplasma
pneumonia umumnya diklasifikasikan sebagai Pneumonia Atipikal Primer
karena manifestasi dan rangkaian penyakit sangat berbeda dengan
Pneumonia bakteri lainnya. Dewasa muda khususnya mahasiswa dan
calon anggota militer merupakan populasi yang umumnya terkena.
Pneumonia ini sangat menular.
4. Pneumonia Virus. Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan
yang sering kali mengenai lansia dan orang yang mengalami kondisi
kronik. Sekitar 10% pneumonia ini terjadi pada orang dewasa.
5. Pneumonia Pneumosis Orang yang mengalami luluh imun yang parah
beresiko terjadinya pneumonia oportunistik yang disebabkan oleh
Pneumocystis jiroveci, parasit yang lazim ditemukan di seluruh dunia.
Infeksi oportunistik dapat terjadi pada orang yang ditangani dengan
imunosupresif atau obat sitotoksik untuk kanker atau transplan organ.
6. Pneumonia Aspirasi. Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung
ke paru-paru yang menyebabkan pneumonia kimia dan bakteri.

E. PATOFISIOLOGI
Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa bakteri
tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumonia
biasanya bermanisfestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh
lapangan paru (bronkopneumonia), dan pada remaja dapat berupa konsolidasi
pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada neonates, karena Staphylococcus
aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin,
stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis
pendarahan, dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan
menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, sehingga
terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan
virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak menghasilkan koagulase jarang
menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan-
bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut (Rahajoe dkk, 2008).
Sedangkan Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.
Suatu reaksi-reaksi infalamsi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada
alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi okisegen
serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi
ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
4
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi
kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. (Brunner &
Suddarth, 2002)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

5
Menurut Ryusuke dan Damayanti (2017) pemeriksaan penunjang penyakit
pneumonia adalah sebagai berikut:
a. Rontgen thorax atau sinar X : Mengidentifikasi distribusi structural, dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empysema (stapilococcus).
Infiltrasi penyebaran atau terlokalisasi (bakterial) atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikroplasma
sinar X dada mungkin bersih.
b. Pemeriksaan laboratorium lengkap : Terjadi peningkatan leukosit dan
peningkalan LED. LED meningkat terjadi karena hipoksia, volume
menurun, tekanan jalan napas meningkat. c. Pemeriksaan mikrobiologi
yaitu pemeriksaan gram atau kultur sputum dan darah yang diambil
dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, atau biopsi atau pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
c. Analisis gas darah : Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru. 14
d. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat, complain
menurun, dan hipoksemia.
e. Pewarnaan darah lengkap (Complete Blood Count – CBC): Leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count - WBC) rendah pada infeksi virus.
f. Tes serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Digiulio,
Jackson, & Keogh, 2014 :
a. Memberikan oksigen jika diperlukan. Terapi oksigen dianjurkan pada pasien
dewasa, anak-anak dan bayi ketika menilai saturasi oksigen kurang dari/ sama
dengan 90% saat pasien beristirahat dan bernapas dengan udara ruangan. Pada
kasus pneumonia yang mengalami hipoksia akut dibutuhkan segera pemberian
terapi O2 dengan fraksi oksigen (Fio2) berkisaran 60 – 100% dalam jangka
waktu yang pendek sampai kondisi klinik membaik dan terapi spesifik
diberikan. Terapi awal dapat diberiakan dengan nasal canul 1-6L/ menit atau
masker wajah sederhana 5-8L/ menit, kemudian ubah ke masker dengan
reservoir jika target saturasi 94 – 98% tidak tercapai dengan nasal canul dan
masker wajah sederhana. Masker dengan reservoir dapat diberikan langsung
jika saturasi oksigen <85% (Driscoll et al., 2017 )
b. Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides
(azithomycin, clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin),

6
beta-lactams (amoxilin atau clavulanate, cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime
axetil, cefpodoxime, ampicillin atau sulbactam), atau ketolide (telithromycin).
c. Memberikan antipiretik jika demam, seperti Acitaminophen, ibuprofen.
d. Memberikan bronkodilator untuk menjaga jalur udara tetap terbuka,
memperkuat aliran udara jika perlu seperti albuterol, metaproteranol,
levabuterol via nebulizer atau metered dose inhaler.
e. Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah dehidrasi.

Pencegahan pneumonia pada anak antara lain sebagai berikut:

a) Berikan ASI eksklusif pada anak, sedapat mungkin hingga usia 6 bulan dan
dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

b) Cegah anak terpajan rokok dan polusi udara.

c) Imunisasi sesuai jadwal, terutama imunisasi DTP-Hib, PCV, dan influenza 

d) Jaga kebersihan antara lain dengan cuci tangan, membersihkan mainan (terutama
mainan yang digunakan bersama), tidak berbagi peralatan makan seperti
gelas/sedotan/dan sebagainya.

e) Memberikan asupan nutrisi yang baik, cukup, serta sesuai dengan usia anak.

f) Menghindari orang yang sedang sakit.

H. KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasi ( pengembangan paru yang tidak sempurna ) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura ( terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura )
d. Empyema ( efusi pleura yang berisi nanah )
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar .
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
h. Endocarditis yaitu peradangan pada setiap endocardial
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak

7
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Pengkajian
1) Airway dan cervicalcontrol
Btgfdcuyhgbvbhu87hgy87Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran
airway. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau
maksila,fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin
lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,
harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi
dari leher.
2) Breathing danventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas
yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik
meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation dan hemorrhagecontrol
a) Volume darah dan curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap
disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan
detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
b) kontrol pendarahan
4) Disanbility
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil.
5) Exposure dan Environmentcontrol
Pada klien dengan pneumoni sering tampak menggigil dan demam dengan
suhu tubuh mencapai 38,80C sampai 41,10C.
2. Pengkajian sekunder
1) Identitas
Nama, umur jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/ bangsa, status pernikahan
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien pneumonia
b. Riwayat keluhan utama
8
Keluhan utama disertai keluhan lain yang di rasakan klien seperti
lemah, sianosis, sesak nafas, adanya suara nafas tambahan ( ronchi
dan wheezing ), batuk, demam. Sianosis daerah mulut dan hidung,
muntah , diare
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA,TBC
paru, trauma, hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya factor predisposisi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca
paru, asma, TBC paru dan lain sebagainya
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemas, dan sesak napas
b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah : biasanya normal, Nadi: takikardi, Respiration
rate : takipneu, dipsneu, napas dangkal, Suhu: hipertermi.
c. Pemeriksaan fisik paru Teknik dasar pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Berikut adalah pemeriksaan fisik paru pada
pasien pneumonia
a) Inspeksi : Bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan
dangkal, napas cuping hidung, sesak berat, dan batuk produktif
disertai dengan peningkatan produksi sekret yang berlebih
b) Palpasi : Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk menentukan gerakan
dada pada saat bernapas (ekspansi paru), peningkatan vokal premitus
pada daerah yang terdampak, adanya nyeri tekan, dan teraba atau
tidaknya massa.
c) Perkusi: Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru, dan
pekak terjadi bila terisi cairan pada paru-paru.
d) Auskultasi: Didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
d. Mata
Cekung, air mata kering

e. Neurologi
Reflek, gangguan motorik dan sensorik tingkat kesadaran .
f. Gastrointestinal
Keadaan mukosa mulut, lidah dan muntah-muntah
g. Abdomen

9
Bentuk perut bising usus biasanya meningkat
h. Genetalia /anus
Amati bagian perineum dengan adanya iritasi karna seringnya defekasi.

4. Pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntaah karena peningkatan rasangan
gaster sebagai dampak peningkatan tokssik mikroorganisme
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan evaporasi karena demam
d. Pola istrirahat/ tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak
nafas
e. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
5. Diagnose keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D. 0001)
b. Gangguan pertukaran gas (D. 0003)
c. HIpertemia (D.0130)
6. Intervensi keperawatan

DiAGNOSA : BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF (D.0001)


I. KRITERIA HASIL
Luaran Utama : Bersihan Jalan Napas (L.01001)
: Ekspektasi (meningkat)
Kriteria Hasil :
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


meningkat menurun
Produksi sputum 1 2 3 4 5
Mengi 1 2 3 4 5
Wheezing 1 2 3 4 5
Mekonium 1 2 3 4 5

10
( pada neonatus)
Dispnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit berbicara 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik


memburuk membaik
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5

II. INTERVENSI UTAMA


A. Latihan Batuk Efektif (1.01006)
B. Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
C. Pemantauan Respirasi (1.01014)
1. Latihan batuk efektif
a. Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas dan karakteristik)
- Monitor input dan output cairan (mis jumlah dan karasteristik)
b. Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
a. Observasi

11
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering) Monitor sputum (jumlah, wama, aroma)
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
3. Pemantauan Respirasi (1.01014)
a. Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas Monitor pola napas
(seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne Stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AG D
- Monitor hasil X-ray toraks

b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- >6 bulan

12
DIAGNOSA : GANGGUAN PERTUKARAN GAS (D.0003)
I. KRITERIA HASIL
Luaran Utama : Pertukaran Gas (L.01003)
: Ekspektasi (meningkat)
Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup meningka


menurun meningkat t
Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5

Meningka Cukup Sedang Cukup Menurun


t meningkat menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Bunyi napas 1 2 3 4 5
tambahan 1 2 3 4 5
Pusing 1 2 3 4 5
Penglihatan kabur 1 2 3 4 5
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Nafas cuping hidung
Memburu Cukup Sedang Cukup membaik
k memburuk membaik
PCO2 1 2 3 4 5
PO2 1 2 3 4 5
Takikardia 1 2 3 4 5
PH arteri 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Pola nafas warna kulit 1 2 3 4 5

II. INTERVENSI UTAMA

A. Pemantauan respirasi (1.01014)


B. Terapi oksigen (1.01026)
1. Pemantauan respirasi
a. Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum

13
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X-ray toraks
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2. Terapi oksigen
a. Obserfasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda – tanda dan gejala toksikasi oksigen dan etelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
b. Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan peralatan oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
c. Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga menggunakan oksigen di rumah
d. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas atau tidur

Diagnosa :HIpertemia (D.0130)


Luaranutama :termoregulasi(L.14134)

14
Kriteria hasil

Hasil Cukup Sedan Cukup Menuru


meningkat g menurun n
Menggigil 1 2 3 4 5

Kejang 1 2 3 4 5

Akrosianosis 1 2 3 4 5

Konsumsioksigen 1 2 3 4 5

Piloereksi 1 2 3 4 5

Vasokonstriksiperifer 1 2 3 4 5

Kutismemorata 1 2 3 4 5

Pucat 1 2 3 4 5

Takikardi 1 2 3 4 5

Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5

Dasar kuku sianolik 1 2 3 4 5

Hipoksia 1 2 3 4 5

Meningkat Cukupmenurun Sedan Cukupmem Memba


g baik ik
Suhutubuh 1 2 3 4 5

Suhukulit 1 2 3 4 5

Kadar glukosadarah 1 2 3 4 5

Pengisiankapiler 1 2 3 4 5

Ventilasi 1 2 3 4 5

tekanandarah 1 2 3 4 5

15
Intervensi utama

a. Manajemenhipertermia (I.15506)
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.Dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan inkubator)
2. Monitor suhutubuh
3. Monitor kadarelektrolit
4. Monitor haluran urine
5. Monitor komplikasiakibathipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasipermukaantubuh
4. Berikancairan oral
5. Ganti linen seriap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Lakukanpendinginaneksternal (mis. Selimuthiportemiaataukompresdingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindaripemberianantipiretikatau aspirin
8. Berikanoksigen, jikaperlu
Edukasi

- Anjurkantirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasipemberiancairan dan elektrolitintravena, jikaperlu

b. Regulasi temperature (I.14578)


Obsevasi
1. Monitor suhubayisampaistabil (36,5oC-37,5oC)
2. Monitor suhutubuhanaktiapdua jam, jikaperlu
3. Monitor tekanandarah, frekuensipernafasan dan nadi
4. Monitor warna dan suhukulit

16
5. Monitor dan catattanda dan gejalahipotermiaatauhipertemia
Terapeutik
1. Pasanganalatpemantausuhukontinu, jikaperlu
2. Tingkatkanasupancairan dan nutrisi yang adekuat
3. Bedongbayisegerasetelahlahiruntukmencegahkehilanganpanas
4. Masukanbayi BBLR kedalam plastic segera setelah lahir (mis. Bahan
polyethylene, polyurethane)
5. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
7. Pertahankan kelembahan incubator 50% atau lebih untuk mengurangi
kehilngan panas karena proses evaporasi
8. Atursuhu incubator sesuaikebutuhan
9. Hangat terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi (mis.
Selimut, kain bedongan ,stetoskop)
10. Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angina
11. Gunakan matras penghangat ,selimuthangat, dan penghangat rungan untuk
menaikan suhu tubuh, jikaperlu
12. Gunakan Kasur pendingin, wafer circulating blankets, ice pack atau gel pad
dan intravascular cooling catheterization untuk menurunkan suhu tubuh
13. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metodekan guru (PMK) untukbayi BBLR
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antipiretik, jikaperlu

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang
paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang disebut alveoli. Ketika seseorang
menderita pneumonia, alveoli berisi nanah dan cairan, yang menyebabkan nyeri saat
bernapas dan membuat terbatasnya asupan oksigen yang masuk ke paru-paru (WHO, 2019).
Pneumonia dalam arti umum merupakan peradangan parenkim yang dikarenakan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia dapat juga disebabkan
karena bahan kimia atau karena paparan fisik seperti suhu ataupun radiasi (Djojodibroto,
2018).

B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran
pernafasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.

18
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi daan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi daan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2019 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Depkes RI.
Jackson, & Keogh, 2018 :. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher.

19

Anda mungkin juga menyukai