Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UPAYA MENCEGAH HAZARD KEPADA PSIKOSOSIAL

GURU PEMBIMBING
Mariaty A Sangkai. S. Pd., M.Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
Angelina 2021-01-14201-014
Berliane Cahyani Putri 2021-01-14201-019
Chelvin Cipta Agustian 2021-01-14201-022
Erlin Wulan Sary 2021-01-14201-031
Friski Pratama 2021-01-14201-033
Listiana Ningsih 2021-01-14201-043
Muhammad Satria Pratama 2021-01-14201-051
Selvia Lestiani 2021-01-14201-070
Silvana Tisha Deskia 2021-01-14201-075
Tia Jenita 2021-01-14201-077

STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA

i
2021/2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya
alam ciptaan-Nya. Kiranya kita curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan Bahasa yang sangat
indah.
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
kami beri judul “UPAYA MENCEGAH HAZARD KEPADA PSIKOSOSIAL“ Dalam makalah ini kami
mencoba untuk menjelaskan tentang upaya mencegah hazard kepada psikososial dengan masalah
pemenuhan kebutuhan rasa dan nyaman yang kami mulai dari penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 25 Mei 2022

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................
2.1 Pengertian nyeri ....................................................................................................
2.2 Fisiologi nyeri .....................................................................................................
2.3 Klasifikasi nyeri ...................................................................................................
2.4 Stimulus nyeri ........................................................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
`1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang
ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang
lain yang ada di tenpat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. Potensi-potensi yang
dapat menimbulkan bahaya dapat berasak dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja dan proses produksi. K3 melihat hazard dan risk dengan tujuan memanage /
mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk meminimalisir terjadinya injury ataupun
accident.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu disiplin dengan ruang lingkup
yang luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah
kepada pengendalian hazard dan risk untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun accident,
promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik , mental dan kesejahteraan social pada
pekerja di semua tempat kerja , pencegahan pada para pekerja terhadap efek buruk kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam
lingkungan kerja dari resiko yang berakibat kepada kesehatan yang buruk, adaptasi pekerjaan
terhadap manusia. Keselamatan kerja ini dilaksanakan supaya ada saling kerjasama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, dengan keselamatan kerja tenaga kerja bisa merasa nyaman
saat bekerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kesehatan kerja adalah lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan


secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam artiusaha-usaha preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktormanusia terhadap pekerjaannya
dan sebagainya. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadi masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materiyang
cukup besar namun kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar
karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapatdigantikan oleh teknologi
apapun. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerjayang dapat menyebabkan

1
terjadinya

2
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja. Salah satu hazard atau bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya.
Psikososial adalah hubungan antara kondisi sosial seseorang atau pekerja dengan
kesehatan mental/emosionalnya. Hazard psikososial adalah suatu bentuk bahaya yangdapat
mengancam kesehatan mental para pekerja dan risiko penurunan produktifitas pekerja.
Dikarenakan hal tersebut upaya atau pencegahan pada hazard psikososial yangakan dibahas
ini menjadi hal penting selain melindungi atau mencegah bahaya fisik atauluar lainnya.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta
pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan
memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan hazard?
2. Apa saja kategori hazard psikososial?
3. Apa saja potensi bahaya psikososial?
4. Bagaimana upaya pencegahan hazard psikososial?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui definisi hazard.
2. Mengetahui kategori hazard psikososial.
3. Mengetahui potensi bahaya psikososial.
4. Mengetahui upaya pencegahan hazard psikososial.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hazard


Hazard (bahaya) psikososial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek job description, desain kerja dan organisasi serta managemen di
3
tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik,
sosial dan psikologi.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan
fisik-fisiologi pekerja. Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek
berdasarkan kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat
menyebabkan bahaya ( hazardous ). Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga kerjaan yang kurang baik
atau kurang mendapatkan perhatian seperti :
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai.
2. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh.
3. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
4. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar produktivitas
kerja dapat tetap terjaga.
Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis maupun organisasi
pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada aspek fisik dan
menal pekerja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar
waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi,
suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll (sunaryo 2004).
2.2 Kategori hazard psikososial
Kategori kondisi yang menggambarkan bahaya context to work Fungsi dan budaya
organisasi komunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk pemecahan masalah dan
pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap tujuan organisasi, peran dalam
organisasi ambiguitas dan konflik peran, tanggung jawab terhadap orang lain, pengembangan
karir, ketidakpastian dan stagnasi karir, underpromotion atau overpromotion, insentif yang
buruk, rendahnya nilai sosial terhadap pekerjaan latitude keputusan/ pengendalian. Partisipasi
yang rendah pada pembuatan keputusan, kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan
(pengendalian, khususnya pada bentuk partisipasi, termasuk juga konteks dan wider
organizational issue), hubungan interpersonal pada pekerjaan isolasi sosial atau fisik,
buruknya hubungan dengan atasan, konflik interpersonal, kurangnya dukungan sosial home-
work interface, konflik demand of work and home, dukungan rendah dari rumah, masalah
dualisme karir.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik
dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini
dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan
mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Gejala stress :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
4
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui pendekatan individu dan organisasi.
Gangguan emosional yang timbul :
1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan seksual
2.3 Potensi Bahaya Psikososial
Faktor psikososial merupakan salah satu bahaya di tempat kerja yang kerap kali tidak
disadari oleh para pekerja maupun pihak manajemen. Perlu diketahui bahwa pekerja sering
mengalami situasi dan lingkungan kerja yang tidak kondusif, seperti bekerja dalam shift,
beban kerja yang berlebih, bekerja monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran
kerja, serta konflik dengan teman kerja. Di perusahaan bisa saja semua perangkat sudah baik
seperti mesin produksi yang sesuai standar dan lolos uji mesin, prosedur bekerja yang telah
ditetapkan, peralatan keselamatan yang sudah disediakan dan karyawan yang kompeten.
Akan tetapi ketika orang dengan gangguan psikososial bisa menyebabkan kecelakaan kerja
akibat lose consentration. Semua aspek tersebut merupakan beberapa faktor psikososial yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik, mental maupun emosional para pekerja, seperti
gangguan musculoskeletal (yaitu gangguan fungsi pada ligamen, otot, saraf, sendi dan
tendon, serta tulang belakang), stres, penyakit psikomatis (yaitu keluhan fisik yang timbul
atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya oleh alasan fisik yang jelas), yang
menjadi penyebab meningkatnya penyakit akibat hubungan pekerjaan, dan yang paling serius
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Pentingnya memahami bahaya psikososial yaitu untuk meminimalisir dampak buruk dari
faktor psikososial di tempat kerja dan menentukan program apa yang tepat untuk
mengendalikan bahaya psikososial. Agar K3 perusahaan dapat berhasil maka perusahaan juga
harus mempunyai program untuk menghindari faktor psikososial. Koordinasikan dengan
HRD untuk membuat program mengendalikan bahaya psikososial.

1. Program Konseling
Adanya program konseling akan menyediakan ruang untuk karyawan yang memiliki risiko
bahaya psikososial dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan ketidaksesuaian
yang terjadi seperti perlakuan yang kurang adil dalam pembagian kerja, tugas dan tanggung
jawab yang kurang jelas dan permasalahan dengan rekan kerja lain. Berikan
dukungan/motivasi seperti menyadarkan karyawan bahwa masalah harus diterima dan harus
diselesaikan.

2. Sistem Reward
Untuk meningkatkan motivasi bagi pekerja serta menciptkan komunikasi lebih aktif antara
manajemen dengan pekerja di tempat kerja, sebaiknya perusahaan mengupayakan sistem
reward baik berupa materi maupun apresiasi terhadap hasil kerja. Reward diperlukan sebagai
upaya untuk meningkatkan kepercayaan perkerja terhadap organisasi, sehingga pekerja
menganggap dirinya memang pantas dan merasa memiliki peran penting di dalam organisasi.

3.Penilaian Karyawan
Menyesuaikan kapasitas kerja karyawan dengan beban kerja dan kemampuan karyawan
5
dengan jenis kerja yang dikerjakan merupakan sesuatu hal yang perlu diperhatikan. Misalnya,
karyawan yang tidak memiliki kemampuan olah data dan pengoperasian komputer serta
mudah bosan pada pekerjaan diam tidak cocok ditempatkan di pekerjaan administrasi atau
area office. Begitu pula dengan karyawan yang tidak terbiasa dengan pekerjaan kasar, terlalu
panas, atau aktivitas yang sering berdiri tidak cocok ditempatkan di area produksi. Maka
perlu dilakukan penilaian karyawan dan persyaratan kompetensi pada setiap pekerjaan.

2.4 Upaya Pencegahan Hazard Psikososial


1. Analisis beban kerja
Analisa beban kerja adalah proses menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan
atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan
kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan
berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang
petugas.
Tujuan :
a. Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang
dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggug jawab atau
beban kerja yang dilimpahkan kepada soerang pegawau, atau dapat pula dikemukakan
bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.
b. Membangun merumuskan sistem penilaian beban kerja dan perencanaan kebutuhan
pegawai pada masing-masing unit kerja;
c. Melakukan penilaian beban kerja unit kerja berdasarkan beban kerja jabatan/unit kerja
dengan menggunakan variabel norma waktu, volume kerja dan jam kerja efektif, dikaitkan
dengan jumlah pegawai/jabatan.
Antara lain:
1) Sebagai landasan untuk melakukan mutasi
2) Sebagai landasan melakukan promosi
3) Sebagai landasan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan(Diklat)
4) Sebagai landasan untuk melakukan kompensasi
5) Sebagai landaan untuk melakukan syarat-syarat lingkungan kerja
6) Sebagai landasan untuk pemenuhan kebutuhan peralatan atau pasaran dan sarana
kerja.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja, organisasi kerja
dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang
berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan
sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan
tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan
penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga kerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai
dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai penulis dari
makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa Perawat lebih memahami
tentang Upaya Mencegah Hazard Psikososial serta untuk lebih menambah wawasan mahasiswa sehingga
bermanfaat di masa yang akan datang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and Work. Eight Edition. New York: Elsevier, Inc
Bandji, (2012). Comparison and Contrast of Orem's Self Care Theory and Roy's Adaptation Model .
Nursing Jurnal Vol 1. The Aga Khan University, School of Nursing and Midwifery
Emilia Puspita. (2015). Gambaran Masalah Keperawatan Psikososial di Ruang Gayatri RS Marzuki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 162-167
Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their workplace as
an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In IOP conference series:
Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP Publishing
Mary A., Melanie Mcewen.(2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.
Singapore : Elsevier
Meleis, A. I. (2012). Theoritical Nursing Developmental & Progress. Fifth Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Muhith, Abdul. (2015). Teori Aplikasi Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Ned J. Presnall, D.A. Patterson Silver Wolf, etc. 2019. A comparison of buprenorphine and psychosocial
treatment outcomes in psychosocial and medical settings. Journal of Substance Abuse
Treatment. 4-9. Elsevier
Nurhalimah. KEMENKES RI. (2016). Keperawatan Jiwa. Modul Bahan Ajar Cetak. Jakarta

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through Clinical
Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556
Sutejo. (2012). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yusuf, Ah, dkk. (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

8
9

Anda mungkin juga menyukai