Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN


INFERTILITAS

Dosen Pembimbing :Riska Yuni, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep., Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 14

1. Ahmad Fitra Firdaus


2. Nur Faidah
3. Qorinatul Masruroh

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul “INFERTILITAS” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:


1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Ibu Rizka Yunita, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas II dan Kepala Prodi Sarjana Keperawatan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
4. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
5. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo semester V.

Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Probolinggo, 22 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau
lebih tanpa menggunakan kontrasepsi dan bersifat primer dimana pasangan
yang gagal untuk mendapakan kehamilan untuk meneruskan keturunan.
Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor perempuan, laki-laki, maupun
keduanya (Ni Wayan et al., 2019).
Prevalensi infertilitas di Indonesia saat ini adalah 10-15% dari 40 juta
pasangan usia subur yang mengalami masalah dalam kesuburan. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, dari total 237 juta penduduk Indonesia,
terdapat ± 39,8 juta wanita usia subur, 10-15% diantaranya dinyatakan tidak
subur atau infertil. Dari data diatas, maka diperkirakan sebanyak 4 sampai 6
juta pasangan di Indonesia memerlukan pertolongan lanjut untuk mendapatkan
keturunan ( Dewi and Vanessa, 2019)
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pasangan
infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada pria, sedangkan 64%
berada pada wanita. Hal ini dialami oleh 17% pasangan yang sudah menikah
lebih dari 2 tahun yang belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama
sekali belum pernah hamil. WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta
pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun
muncul sekitar 2 juta pasangan infertil.
Upaya pertolongan dan pengobatan untuk masalah infertilitas ada
beberapa alternatif yaitu salah satunya adalah bayi tabung atau IVF (In Vitro
Fertilization), Fertilisasi dapat diartikan pembuahan, sedangkan In Vitro
adalah di luar. Jadi Fertilisasi In Vitro adalah suatu proses pembuahan sel telur
oleh sel sperma diluar tubuh wanita, In Vitro (di dalam gelas kaca).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud Infertilitas?
2. Apa penyebab dari Infertilitas?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Infertilitas?
4. Bagaimana patofisiologis Infertilitas?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik Infertilitas?
6. Apa saja penatalaksanaan Infertilitas?
7. Apa saja komplikasi Infertilitas?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Infertilitas?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


A. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi Infertilitas
b. Untuk mengetahui dan memahami penyebab Infertilitas
c. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Infertilitas
d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologis Infertilitas
e. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik Infertilitas
f. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Infertilitas
g. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Infertilitas
h. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada
Infertilitas
B. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami Infertilitas. Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses
belajar mengajar di Institusi
2. Tenaga Kesehatan (Perawat)
Agar mengetahui tentang Infertilitas, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam dunia kerja, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang Infertilitas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Infertilitas merupakan permasalahan pada sistem reproduksi yang
digambarkan dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12
bulan atau lebih menikah dan melakukan hubungan seksual minimal 2-3 kali
seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Rahmadiani, D.
2021)
Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan ketidakmampuan pasangan
usia subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah rutin melakukan
hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa perlindungan kontrasepsi
lebih dari satu tahun (Ayu Setiani, Rizka. 2020)
Menurut World Health Organization (WHO) infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil, ketidakmampuan mempertahankan kehamilan,
ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup.
Secara Umum Infertilitas pada PUS dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
sebagai berikut: (Suprapti and Sulastri, 2020)
1) Infertilitas Primer:
Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan
belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
2) Infertilitas Sekunder:
Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya infertilitas (Nuraeni, dkk.
2021)
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor Penyakit
1) Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak
di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang
disebut juga adenomyosis,saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut.
2) Infeksi panggul
Infeksi pangguladalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas,meliputi radang pada
rahim,saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.
3) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran
jaringan otot yang ada di rahim.tergantung dari
lokasinya,mioma dapat terletak di lapisan luar,lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium).
4) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu,
sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yangtumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.
6) Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi atau
tidak terjadi kehamilan.
7) Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan menifestasi dari gangguan proses
pelepasan sel telur (ovulasi). 80% penyebab gangguan ovulasi
adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direflesikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc.
b. Faktor Fungsional
1) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis).
2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
3) Gangguan pada leher rahim,uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur).
4) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim
c. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tingi,asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2. Penyebab pada laki laki(suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
1) Hipospadia yaitu muara saluran kencing. letaknya abnormal, antara
lain pada permukaan testis
2) Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi di mana air mani masuk ke
dalam kandung kemih
3) Varikokel yaitu suatu keadaan di mana pembuluh darah menuju
bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti untuk menimbulkan kehamilan
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testisatrofi sehungga tidak
turun..
b. Kegagalan fungsional
1) Kemampuan ereksi kurang
2) Kelainan pembentukan spermatozoa
3) Gangguan pada sperma.
c. Gangguan di daerah sebelum testis pretescular
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang
bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan
untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan
fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai "pabrik" sperma
membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34-35
°C. Sedangkan suhu tubuh normal 36,5-37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-
menerus naik 2-3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar,biasanya karena salurannya buntu.
Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi. penyakit
seperti tuberkulosis (TB), serta vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semeni maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan
yang memengaruhitulang belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi - kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan
anti kanker.
3. Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan t penetrasi tak
sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,
kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia,
epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi
2) Belum stabil
3) Masalah dalam pendidikan
4) Emosi karena didahului orang lain hamil

2.3 MANIFESTASI KLINIS


1. Perempuan
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipominore dan amenore, hipominore adalah perdarahan haid dengan
jumlah darah lebih sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal.
Sedangkan amenore adalah kondisi dimana wanita tidak mengalami
haid pada suatu periode atau masa menstruasi.
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus atau aberasi
genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara
yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurunkan atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Laki-laki
a. Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid yaitu rendahnya kadar hormon tiroid
dalam tubuh seseorang. Kondisi ini terjadi karena kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup.
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma yaitu kemunculan tumor jinak otak,
tepatnya di kelenjar hipofisis (pituitary), yang menyebabkan produksi
hormon prolaktin secara berlebihan.
e. Disfungsi ereksi berat yaitu ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual.
f. Ejakulasi retrogat yaitu kondisi dimana sperma tidak keluar melalui
ujung penis, melainkan masuk ke kandung kemih saat orgasme.
g. Hypo/ epispadia yaitu kelainan genitourinaria bawaan dimana dinding
ata uretra tidak terbentuk dengan baik, sehingga meatus uretra terdapat
pada dorsum penis.
h. Mikropenis yaitu kondisi seorang pria memiliki ukuran penis yang
sangat kecil dan dibawah normal.
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
j. Gangguan spermatogenensis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas
sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dari toksik yang mengakibatkan gangguan
pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab
mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilitasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempengaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genetalia
tidak berkembang dengan baik.
2. Laki-Laki
Abnormalitas endrogen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas diantaranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar area testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinta ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3
hari. Pemeriksan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
 Ejakulasi normal: volume 2-5 cc,jumlah spermatozoa 100-120 juta
per cc, pergerakan 60% masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan,bentuk abnormal 25%.
 Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil: 20-60
juta per cc, steril: 20 juta per cc atau kurang.
2. Deteksi Ovulasi
 Anamnesis siklus menstruasi, 90% siklus menstruasi teratur :
siklus ovulator
 Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6-10C setelah ovulasi :
Bifasik
 Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :
lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan
gambaran daun pakis dan terjadi estradiol meningkat.
3. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan
tentang sebab infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan hipofise
dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle
stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone
(estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini
diharapkan dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari
kegagalannya melepas telur (ovulasi).
4. Sitologi Vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel
vagina.
5. Uji Pasca Senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks.
6. Biopsy Endometrium Terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hari sebelum haid.
7. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Di sini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri,
jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
8. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
9. Pemeriksaan Pelvis Ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi
kehamilan intra uteri.

2.6 PENATALAKSANAAN
1. Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coita.
 Siklus menstruasi yang normal bisa dihitung sejak hari
pertama mengeluarkan darah haid hingga hari terakhir siklus
haid, yaitu hari sebelum haid berikutnya dimulai. Panjang
siklus haid yang dianggap normal adalah antara 21-35 hari.
Masa subur wanita adalah 2-5 hari sebelum ovulasi. Umumnya
masa subur wanita dihitung berdasarkan catatan dan analisis
siklus haid selama setidaknya 8 bulan terakhir.
 Ketahui siklus terpendek anda. Sebagai contoh, siklus
terpendek menstruasi anda adalah 27 hari. Kurangi 27 dengan
18 dan hasilnya adalah 9. Angka ini adalah hari pertama saat
anda berada pada posisi paling subur.
 Ketahui siklus terpanjang anda. Sebagai contoh, siklus
terpanjang menstruasi anda adalah 30 hari. Kurangi 30 dengan
11 dan hasilnya adalah 19. Angka ini adalah hari terakhir saat
anda paling subur. Dengan demikian, jika siklus anda rata-rata
adalah 27-30 hari, maka masa paling subur anda adalah pada
hari ke-9 hingga ke –19.
 Jika anda ingin segera memiliki buah hati, disarankan untuk
melakukan hubungan seksual di antara dua tanggal tersebut,
yaitu hari ke-9 hingga ke-19 dalam siklus kalender haid anda.
 Lendir serviks adalah lendir yang keluar dari leher rahim dan
dipicu oleh hormon estrogen. Pada masa subur, lendir serviks
akan berwarna bening seperti putih telur mentah atau disebut
juga egg white cervical mucus (EWCM). Pada masa ini pula,
lendir serviks memiliki tekstur yang lebih elastis dan pH yang
tepat bagi sperma. Tekstur lendir yang elastis ini membantu
melindungi sperma agar selamat hingga mencapai sel telur.
Jadi, dapat dikatakan bahwa ini adalah waktu yang paling baik
untuk berhubungan seksual jika ingin hamil.
b. Pemberian terapi obat,seperti :
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi hipotalamus, peningkatan kaar prolactin, pemberian tsh
2) Terapi pengganti hormone
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
5) GIFT (Gemete Introfollopain Transfer)
6) Laparotami dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
7) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
8) Pengangkatan tumor atau fibroid
9) Eliminasi vaginatis atau servistis dengan antibiotika atau
kemoterapi
2. Laki – laki
1) Penekanan produksi sperma untuku mengurangi jumlah antibody
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
2) Agen antimikroba
3) Testosterone Enantat dan Testosterone Spionat untuk stimulasi
kejantanan
4) HCG memperbaiki hipoganadisme
5) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
6) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
7) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
8) Perbaikan verikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
9) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan terkoreksi.seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang
panas dan ketat
10) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
3. Pria dan Wanita
Infertilitas pada pria dan wanita juga dapat diobati dengan teknologi
reproduksi bantuan. Ada beberapa jenis teknologi reproduksi bantuan,
seperti:
1) IUI (intrauterine insemination): adalah teknik dimana sperma yang
telah dipersiapkan, dimasukkan secara langsung ke dalam rahim di
saat ovarium diperkirakan sedang pembuahan (baik dengan atau
tanpa obat untuk stimulasi ovulasi).
2) IVF (invintrofertilization) atau Bayi Tabung: adalah teknik yang
mempertemukan sel sperma dan sel telur di luar tubuh manusia.
Produksi ovum akan ditingkatkan dengan obat-obatan dan proses
produksi ini dievaluasi menggunkan ultrasonografi. Sel telur yang
sudah matang kemudian diambil dengan jarum khusus dan dibawa
keluar tubuh untuk dibuahi dengan sperma. Setelah pembuahan
terjadi in vintro, hasil konsepsi ini dimasukkan kembali ke rahim
agar dapat berkembang.
3) GIFT (gamet intrafallopian transfer) dan ZIFT (zygote
intrafallopian transfer): sperma dan sel telur dikumpulkan,
disatukan di laboratorium, dan dengan cepat ditempatkan di tuba
falopi. Dengan GIFT, sperma dan sel telur ditempatkan ke tuba
fallopi. Dengan GIFT, sel telur yang telah dibuahi ditempatkan ke
dalam tabung pada 24 jam.

2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum terjadi pada wanita dengan infertilitas adalah:
1. Gonadotropin-induced Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
Gonadotropin-induced ovarian hyperstimulation
syndrome (OHSS) merupakan komplikasi dari stimulasi ovarium
terkontrol yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler yang
kemudian mengakibatkan perpindahan cairan intravaskular ke
kompartmen ruang ketiga, terutama kavitas abdomen. Hal ini
menyebabkan gejala ringan pada pasien, seperti perut kembung dan rasa
tidak nyaman pada abdomen.  Apabila pengumpulan cairan pada
abdomen banyak, maka dapat menyebabkan gangguan aktivitas diafragma
yang menyebabkan pasien sesak nafas. Penurunan cairan intravaskular
juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Terapi OHSS umumnya hanya
suportif. Parasentesis dapat dilakukan untuk mengurangi sesak pada
pasien dan meningkatkan curah jantung.
2. Gestasi Multipel
Gestasi multipel paling sering ditemukan pada pasien yang
mendapatkan terapi gonadotropin. Terapi induksi ovarium oral,
seperti klomifen sitrat dan letrozole, memiliki risiko yang lebih rendah
mengalami gestasi multipel.
3. Kehamilan Ektopik
Risiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat 2-3 kali lipat pada
pasien dengan infertilitas. Hal ini umumnya terjadi pada pasien dengan
infertilitas akibat masalah tuba.
Komplikasi yang umum terjadi pada pria dengan infertilitas adalah:
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat infeksi atau peradangan pada epididimis
yang menjadi saluran sperma, di mana letak epididimis ini berada di
belakang testis. Infeksi epididimitis tidak hanya menyerang pria dewasa
dengan rentan usia 25 hingga 35 tahun saja, akan tetapi penyakit ini juga
bisa dialami oleh pria yang baru menginjak usia 19 tahun. Penyebabnya
pun beragam, mulai dari letak saluran kemih yang abnormal, belum
disunat, bergonta-ganti pasangan saat berhubungan intim, punya riwayat
penyakit seksual, hingga pembesaran pada bagian prostat.
Untuk mendeteksi adanya infeksi epididimitis pada area saluran
sperma, bisa dilakukan pengecekan dengan melihat gejalanya secara
berkala, seperti pembengkakan pada skrotum, terdapat darah pada cairan
sperma, terdapat benjolan di sekitar testis, serta merasakan nyeri saat
buang air kecil. Jika seluruh gejala tersebut dialami dan tak kunjung
membaik bahkan sampai lebih dari 6 minggu. Bisa dipastikan jika
penyakit ini berkembang menjadi infeksi epididimitis kronis, dan
membutuhkan segera penanganan dari dokter.
2. Orkitis
Orchitis atau orkitis adalah kondisi timbulnya peradangan pada
salah satu atau kedua testis dalam skrotum. Penyakit ini bisa membuat
testis atau buah zakar membengkak karena infeksi bakteri maupun virus.
Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual, terutama
gonore atau klamidia juga bisa menyebabkan orchitis. Selain itu, testis
yang terkena infeksi virus paramyxovirus penyebab gondongan juga bisa
menimbulkan kondisi ini.
Bakteri orchitis juga bisa menyebabkan epididimitis, yaitu kondisi
peradangan pada struktur kantung pembuahan atau epididimis yang
terletak pada bagian belakang testis. Dalam istilah medis, kondisi ini
dikenal sebagai epididymo-orchitis. Orchitis adalah kondisi yang
menimbulkan rasa sakit dan dapat memengaruhi kesuburan pria.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan,
agama, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
 Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang
membahayakan reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa
alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu
tahun tanpa alat kontrasepsi
 Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang
membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan
vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu
spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu
organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor
saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat
paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
B. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan wanita
1) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan
air mani ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya
sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut
vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik
dapat karena bawaan atau perolehan.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang
disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina
terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk
dianalisa di laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang
dengan lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik.
Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga
pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk
mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada vagina,
misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau
gangguan lain.
2) Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal
sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu dilakukan 3-5
tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan
seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan
contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat
spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan
melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan
produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP
Smear
b. Pemeriksaan Pria
1) Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat
penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata, atau
konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat
ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat
reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat
mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak
(mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun
(kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi
sperma.
2) Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi
langsung kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau
gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya
penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa
kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
2. Harga diri rendah kronis b.d kegagalan berulang
3. Distres spiritual b.d kejadian hidup yang tak diharapkan
4. Penurunan koping keluarga b.d situasi penyerta yang
mempengaruhi orang terdekat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

1. (D.0080) Ansietas Tujuan: Setelah Reduksi Ansietas (I.09314)


b.d ancaman dilakukan intervensi Observasi:
terhadap konsep dalam 1x24 jam, 1. Identifikasi saat tingkat
diri masalah ansietas ansietas berubah (mis.
dapat diatasi dengan Kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil sebagai 2. Identifikasi mengambil
berikut : keputusan
3. Monitor tanda-tanda
Tingkat Ansietas
ansietas (verbal dan
(L.09093)
nonverbal)
1. Verbalisasi Terapeutik:
kebingungan 1. Ciptsksn suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Verbalisasi
2. Pahami situasi yang
khawatir akibat
membuat ansietas
kondisi yang
3. Diskusikan perencanaan
dihadapi
realistis tentang peristiwa
menurun
yang akan datang
3. Perilaku gelisah Edukasi :
menurun 1. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
4. Perilaku tegang
pengobatan, dan prognosis
menurun
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

2. (D.0021) Harga Tujuan: Setelah Promosi Harga Diri (I.09308)


diri rendah kronis dilakukan intervensi Observasi:
b.d kegagalan dalam 1x24 jam, 1. Monitor verbalisasi yang
berulang masalah Harga diri merendahkan diri sendiri
rendah kronis dapat 2. Monitor tingkat harga diri
diatasi dengan setiap waktu, sesuai
kriteria hasil sebagai kebutuhan
berikut :
Terapeutik:
Harga Diri
1. Motivasi terlibat dalam
(L.09069)
verbalisasi positif untuk
1. Penilaian diri diri sendiri
positif meningkat 2. Diskusikan persepsi negatif
2. Penerimaan diri
penilaian positif
Edukasi :
terhadap diri
sendiri 1. Jelaskan kepada keluarga
meningkat pentingnya dukungan
3. Perasaan malu dalam perkembangan
menurun konsep positif diri pasien
4. Perasaan 2. Anjurkan membuka diri
bersalah terhadap kritik yang negatif
menurun 3. Latih meningkatkan
5. Perasaan tidak kepercayaan pada
mempu kemampuan dalam
melakukan menangani situasi
apapun menurun
6. Meremehkan
kemampuan
mengatasi
masalah
menurun

3. (D.0082) Distres Tujuan: Setelah Dukungan Spiritual (I.09276)


spiritual b.d dilakukan intervensi Observasi:
kejadian hidup dalam 1x24 jam, 1. Identifikasi perasaan
yang tak masalah distres khawatir, kesepian, dan
diharapkan spiritual dapat ketidakberdayaan
diatasi dengan 2. Identifikasi pandangan
kriteria hasil sebagai tentang hubungan antara
berikut : spiritual dan kesehatan
3. Identifikasi harapan dan
Status Spiritual
kekuatan pasien
(L.03028)
Terapeutik:
1. Verbalisasi
makna dan 1. Yakinkan bahwa perawat
tujuan hidup bersedia mendukung
meningkat selama masa
2. Verbalisasi ketidakberdayaan
perasaan 2. Sediakan privasi dan waktu
keberdayaan tenang untuk aktivitas
meningkat spiritual
3. Verbalisasi
penerimaan Edukasi:
meningkat 1. Anjurkan berinteraksi
4. Perilaku marah dengan keluarga, teman,
pada Tuhan dan/ atau orang lain
menurun 2. Ajarkan metode relaksasi,
5. Verbalisasi meditasi, dan imajinasi
menyalahkan diri terbimbing
sendiri menurun
6. Interpretasi
realitas membaik
4. (D.0097) Tujuan: Setelah Dukungan Koping Keluarga
Penurunan dilakukan intervensi (I.09260)
koping keluarga dalam 1x24 jam, Observasi:
b.d situasi penyerta masalah Penurunan 1. Identifikasi respons
yang koping keluarga emosional terhadap kondisi
mempengaruhi dapat diatasi dengan saat ini
orang terdekat kriteria hasil sebagai 2. Identifikasi beban
berikut : prognosis secara psikologis

Status Koping Terapeutik:


Keluarga (L.09088)
1. Dengarkan masalh,
1. Keterpaparan
perasaan, dan pertanyaan
informasi
keluarga
meningkat
2. Terima nilai-nilai keluarga
2. Perasaan
dengan cara yang tidak
diabaikan
menghakimi
menurun
3. Diskusikan rencana medis
3. Komunikasi
dan perawatan
antara anggota
keluarga
Edukasi:
menurun
1. Informasikan fasilitas
4. Perasaan tertekan
perawatan kesehatan yang
menurun
tersedia
5. Toleransi
Kolaborasi:
membaik
1. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Lakukan intervensi atau rencanaan tindakan keperawatan secara tepat
dan sesuai standar operasional prosedur
F. EVALUASI
Evaluasi respon pasien setelah melakukan tindakan dan dokumentasi
semua tindakan yang sudah di lakukan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia
Subur (PUS), untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa pencegahan lebih dari satu tahun.
Infertilitas dibagi menjadi 2 antara lain Infertilitas Primer yaitu
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak setelah
berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dan Infertilitas Sekunder yaitu ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk memperoleh anaklagi setelah berhubungan seksual secara teratur
selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya
pasangan ini telah mempunyai anak.
Faktor penyebab terjadinya Infertilitas terdapat pada Istri seperti:
gangguan pada serviks, kelainan endokrin atau hormonal, Suami seperti:
varilokel, sumbatan/obstruksi saluran sperma, dan pada keduanya seperti:
gangguan senggama, ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa
subur, adanya tumor otak.

3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya dalam
pemahaman tentang Infertilitas sehingga para pembaca bisa mengaplikasikan
hal tersebut dalam kehidupan sehari – hari maupun di lahan kerja dengan
mampu memahami definisi Infertilitas, sehingga nantinya makalah ini mampu
meningkatkan keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Setiani, Rizka. (2020). Serba-Serbi Kesehatan Reproduksi Wanita &


Keluarga Berencana. Yogyakarta: PT Sahabat Alter Indonesia.

Harnani, Yessi. dkk. (2019). Teori Kesehatan Reproduksi ( Untuk Mahasiswa


Ilmu Kesehatan Masyarakat). Yogyakarta: Grup Penerbitan CV Budi
Utama.

Kusuma Duarsa, Gede Wirya. (2021). Massa Skrotum dan Testis,


Etiopatogenesis, Tata Laksana. Surabaya: Airlangga University Press.

Mayasari, Ade Tyas. dkk. (2021). Kesehatan Produksi Wanita di Sepanjang


Daur Kehidupan. Aceh: Syiah Kuala University Press.

Ni Wayan Ariati Trisna Dewi. dkk. (2019). Faktor penyebab infertilitas pasien
program IVF (In Vitro Fertilization) di Klinik Graha Tunjung Rsup
Sanglah. Original Article: Intisari Sanis Medis. Vol 10.(3).

Nuraeni. Rina, Wianti. Arni. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas.


Sindanglaut-Cirebon: LovRinz Publishing.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi daan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi daan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Purwoastuti, Endang. dkk. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi &


Keluarga Berencana. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Suprapti. Sulastri. (2020). Buku Ajar Patologi Reproduksi. Malang: Literasi
Nusantara

Susilawati, Dewi. Restia, Vanessa. (2019). Hubungan Obesitas Dan Siklus


Menstruasi Dengan Kejadian Infertilitas Pada Pasangan Usia Subur Di
Klinik DR.HJ. Putri Sri Lasmini SpOG (K) Periode Januari-Juli Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Mercusuar. Vol 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai