Disusun Oleh :
Kelompok 14
PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul “INFERTILITAS” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Infertilitas merupakan permasalahan pada sistem reproduksi yang
digambarkan dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan setelah 12
bulan atau lebih menikah dan melakukan hubungan seksual minimal 2-3 kali
seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Rahmadiani, D.
2021)
Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan ketidakmampuan pasangan
usia subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah rutin melakukan
hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa perlindungan kontrasepsi
lebih dari satu tahun (Ayu Setiani, Rizka. 2020)
Menurut World Health Organization (WHO) infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil, ketidakmampuan mempertahankan kehamilan,
ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup.
Secara Umum Infertilitas pada PUS dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
sebagai berikut: (Suprapti and Sulastri, 2020)
1) Infertilitas Primer:
Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan
belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
2) Infertilitas Sekunder:
Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya infertilitas (Nuraeni, dkk.
2021)
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor Penyakit
1) Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak
di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang
disebut juga adenomyosis,saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut.
2) Infeksi panggul
Infeksi pangguladalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas,meliputi radang pada
rahim,saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.
3) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran
jaringan otot yang ada di rahim.tergantung dari
lokasinya,mioma dapat terletak di lapisan luar,lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium).
4) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu,
sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yangtumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.
6) Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi atau
tidak terjadi kehamilan.
7) Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan menifestasi dari gangguan proses
pelepasan sel telur (ovulasi). 80% penyebab gangguan ovulasi
adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya
direflesikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki
siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc.
b. Faktor Fungsional
1) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis).
2) Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
3) Gangguan pada leher rahim,uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur).
4) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim
c. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tingi,asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2. Penyebab pada laki laki(suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
1) Hipospadia yaitu muara saluran kencing. letaknya abnormal, antara
lain pada permukaan testis
2) Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi di mana air mani masuk ke
dalam kandung kemih
3) Varikokel yaitu suatu keadaan di mana pembuluh darah menuju
bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti untuk menimbulkan kehamilan
mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testisatrofi sehungga tidak
turun..
b. Kegagalan fungsional
1) Kemampuan ereksi kurang
2) Kelainan pembentukan spermatozoa
3) Gangguan pada sperma.
c. Gangguan di daerah sebelum testis pretescular
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang
bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan
untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan
fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai "pabrik" sperma
membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34-35
°C. Sedangkan suhu tubuh normal 36,5-37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-
menerus naik 2-3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar,biasanya karena salurannya buntu.
Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi. penyakit
seperti tuberkulosis (TB), serta vasektomi yang memang disengaja.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semeni maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan
yang memengaruhitulang belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi - kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan
anti kanker.
3. Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan t penetrasi tak
sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,
kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia,
epispadia, penyakit Peyronie.
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi
2) Belum stabil
3) Masalah dalam pendidikan
4) Emosi karena didahului orang lain hamil
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coita.
Siklus menstruasi yang normal bisa dihitung sejak hari
pertama mengeluarkan darah haid hingga hari terakhir siklus
haid, yaitu hari sebelum haid berikutnya dimulai. Panjang
siklus haid yang dianggap normal adalah antara 21-35 hari.
Masa subur wanita adalah 2-5 hari sebelum ovulasi. Umumnya
masa subur wanita dihitung berdasarkan catatan dan analisis
siklus haid selama setidaknya 8 bulan terakhir.
Ketahui siklus terpendek anda. Sebagai contoh, siklus
terpendek menstruasi anda adalah 27 hari. Kurangi 27 dengan
18 dan hasilnya adalah 9. Angka ini adalah hari pertama saat
anda berada pada posisi paling subur.
Ketahui siklus terpanjang anda. Sebagai contoh, siklus
terpanjang menstruasi anda adalah 30 hari. Kurangi 30 dengan
11 dan hasilnya adalah 19. Angka ini adalah hari terakhir saat
anda paling subur. Dengan demikian, jika siklus anda rata-rata
adalah 27-30 hari, maka masa paling subur anda adalah pada
hari ke-9 hingga ke –19.
Jika anda ingin segera memiliki buah hati, disarankan untuk
melakukan hubungan seksual di antara dua tanggal tersebut,
yaitu hari ke-9 hingga ke-19 dalam siklus kalender haid anda.
Lendir serviks adalah lendir yang keluar dari leher rahim dan
dipicu oleh hormon estrogen. Pada masa subur, lendir serviks
akan berwarna bening seperti putih telur mentah atau disebut
juga egg white cervical mucus (EWCM). Pada masa ini pula,
lendir serviks memiliki tekstur yang lebih elastis dan pH yang
tepat bagi sperma. Tekstur lendir yang elastis ini membantu
melindungi sperma agar selamat hingga mencapai sel telur.
Jadi, dapat dikatakan bahwa ini adalah waktu yang paling baik
untuk berhubungan seksual jika ingin hamil.
b. Pemberian terapi obat,seperti :
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi hipotalamus, peningkatan kaar prolactin, pemberian tsh
2) Terapi pengganti hormone
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
5) GIFT (Gemete Introfollopain Transfer)
6) Laparotami dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
7) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
8) Pengangkatan tumor atau fibroid
9) Eliminasi vaginatis atau servistis dengan antibiotika atau
kemoterapi
2. Laki – laki
1) Penekanan produksi sperma untuku mengurangi jumlah antibody
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
2) Agen antimikroba
3) Testosterone Enantat dan Testosterone Spionat untuk stimulasi
kejantanan
4) HCG memperbaiki hipoganadisme
5) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
6) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
7) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
8) Perbaikan verikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
9) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan terkoreksi.seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang
panas dan ketat
10) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida
3. Pria dan Wanita
Infertilitas pada pria dan wanita juga dapat diobati dengan teknologi
reproduksi bantuan. Ada beberapa jenis teknologi reproduksi bantuan,
seperti:
1) IUI (intrauterine insemination): adalah teknik dimana sperma yang
telah dipersiapkan, dimasukkan secara langsung ke dalam rahim di
saat ovarium diperkirakan sedang pembuahan (baik dengan atau
tanpa obat untuk stimulasi ovulasi).
2) IVF (invintrofertilization) atau Bayi Tabung: adalah teknik yang
mempertemukan sel sperma dan sel telur di luar tubuh manusia.
Produksi ovum akan ditingkatkan dengan obat-obatan dan proses
produksi ini dievaluasi menggunkan ultrasonografi. Sel telur yang
sudah matang kemudian diambil dengan jarum khusus dan dibawa
keluar tubuh untuk dibuahi dengan sperma. Setelah pembuahan
terjadi in vintro, hasil konsepsi ini dimasukkan kembali ke rahim
agar dapat berkembang.
3) GIFT (gamet intrafallopian transfer) dan ZIFT (zygote
intrafallopian transfer): sperma dan sel telur dikumpulkan,
disatukan di laboratorium, dan dengan cepat ditempatkan di tuba
falopi. Dengan GIFT, sperma dan sel telur ditempatkan ke tuba
fallopi. Dengan GIFT, sel telur yang telah dibuahi ditempatkan ke
dalam tabung pada 24 jam.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum terjadi pada wanita dengan infertilitas adalah:
1. Gonadotropin-induced Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
Gonadotropin-induced ovarian hyperstimulation
syndrome (OHSS) merupakan komplikasi dari stimulasi ovarium
terkontrol yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler yang
kemudian mengakibatkan perpindahan cairan intravaskular ke
kompartmen ruang ketiga, terutama kavitas abdomen. Hal ini
menyebabkan gejala ringan pada pasien, seperti perut kembung dan rasa
tidak nyaman pada abdomen. Apabila pengumpulan cairan pada
abdomen banyak, maka dapat menyebabkan gangguan aktivitas diafragma
yang menyebabkan pasien sesak nafas. Penurunan cairan intravaskular
juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Terapi OHSS umumnya hanya
suportif. Parasentesis dapat dilakukan untuk mengurangi sesak pada
pasien dan meningkatkan curah jantung.
2. Gestasi Multipel
Gestasi multipel paling sering ditemukan pada pasien yang
mendapatkan terapi gonadotropin. Terapi induksi ovarium oral,
seperti klomifen sitrat dan letrozole, memiliki risiko yang lebih rendah
mengalami gestasi multipel.
3. Kehamilan Ektopik
Risiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat 2-3 kali lipat pada
pasien dengan infertilitas. Hal ini umumnya terjadi pada pasien dengan
infertilitas akibat masalah tuba.
Komplikasi yang umum terjadi pada pria dengan infertilitas adalah:
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat infeksi atau peradangan pada epididimis
yang menjadi saluran sperma, di mana letak epididimis ini berada di
belakang testis. Infeksi epididimitis tidak hanya menyerang pria dewasa
dengan rentan usia 25 hingga 35 tahun saja, akan tetapi penyakit ini juga
bisa dialami oleh pria yang baru menginjak usia 19 tahun. Penyebabnya
pun beragam, mulai dari letak saluran kemih yang abnormal, belum
disunat, bergonta-ganti pasangan saat berhubungan intim, punya riwayat
penyakit seksual, hingga pembesaran pada bagian prostat.
Untuk mendeteksi adanya infeksi epididimitis pada area saluran
sperma, bisa dilakukan pengecekan dengan melihat gejalanya secara
berkala, seperti pembengkakan pada skrotum, terdapat darah pada cairan
sperma, terdapat benjolan di sekitar testis, serta merasakan nyeri saat
buang air kecil. Jika seluruh gejala tersebut dialami dan tak kunjung
membaik bahkan sampai lebih dari 6 minggu. Bisa dipastikan jika
penyakit ini berkembang menjadi infeksi epididimitis kronis, dan
membutuhkan segera penanganan dari dokter.
2. Orkitis
Orchitis atau orkitis adalah kondisi timbulnya peradangan pada
salah satu atau kedua testis dalam skrotum. Penyakit ini bisa membuat
testis atau buah zakar membengkak karena infeksi bakteri maupun virus.
Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual, terutama
gonore atau klamidia juga bisa menyebabkan orchitis. Selain itu, testis
yang terkena infeksi virus paramyxovirus penyebab gondongan juga bisa
menimbulkan kondisi ini.
Bakteri orchitis juga bisa menyebabkan epididimitis, yaitu kondisi
peradangan pada struktur kantung pembuahan atau epididimis yang
terletak pada bagian belakang testis. Dalam istilah medis, kondisi ini
dikenal sebagai epididymo-orchitis. Orchitis adalah kondisi yang
menimbulkan rasa sakit dan dapat memengaruhi kesuburan pria.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
2. Harga diri rendah kronis b.d kegagalan berulang
3. Distres spiritual b.d kejadian hidup yang tak diharapkan
4. Penurunan koping keluarga b.d situasi penyerta yang
mempengaruhi orang terdekat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Lakukan intervensi atau rencanaan tindakan keperawatan secara tepat
dan sesuai standar operasional prosedur
F. EVALUASI
Evaluasi respon pasien setelah melakukan tindakan dan dokumentasi
semua tindakan yang sudah di lakukan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia
Subur (PUS), untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan
seksual secara teratur dan benar tanpa pencegahan lebih dari satu tahun.
Infertilitas dibagi menjadi 2 antara lain Infertilitas Primer yaitu
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak setelah
berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dan Infertilitas Sekunder yaitu ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk memperoleh anaklagi setelah berhubungan seksual secara teratur
selama 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi, dimana sebelumnya
pasangan ini telah mempunyai anak.
Faktor penyebab terjadinya Infertilitas terdapat pada Istri seperti:
gangguan pada serviks, kelainan endokrin atau hormonal, Suami seperti:
varilokel, sumbatan/obstruksi saluran sperma, dan pada keduanya seperti:
gangguan senggama, ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa
subur, adanya tumor otak.
3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya dalam
pemahaman tentang Infertilitas sehingga para pembaca bisa mengaplikasikan
hal tersebut dalam kehidupan sehari – hari maupun di lahan kerja dengan
mampu memahami definisi Infertilitas, sehingga nantinya makalah ini mampu
meningkatkan keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ni Wayan Ariati Trisna Dewi. dkk. (2019). Faktor penyebab infertilitas pasien
program IVF (In Vitro Fertilization) di Klinik Graha Tunjung Rsup
Sanglah. Original Article: Intisari Sanis Medis. Vol 10.(3).