INVAGINASI
Disusun oleh :
1. Ima Amalia Juliyantiara 14201.12.20015
2. Indriwati 14201.12.20017
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga dapat tersusun dengan
berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses
belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga
dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan sebagai panduan dalam melaksanakan
penyusunan “Keperawatan Anak II - Invaginasi” kami juga tidak lupa menyampaikan
ucapa terima kasih kepada :
1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,SH., MM., Sebagai Pengasuh Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim, S. KM.,S.Kep.Ns,M.Kes Sebagai Ketua STIKes Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Sebagai Ketua prodi S1 Keperawatan
4. Erna Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep. Sebagai dosen pembimbing kuliah mata ajar
Keperawatan Anak II
5. Alwin Widhiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes sebagai dosen koordinator kuliah mata ajar
Keperawatan Anak II
Kami menyadari bahwa yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan, kami sebagai penyusun mohon maaf jika ada
kesalahan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh
segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. (pickering,
2000). Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan dalam
pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum
diketahui. (Husain, 1993). Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat
infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.manifestasi
klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24jam setelah terjadinya invaginasi.
Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen,
muntah, dan perdarahan rectum.
Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit,
diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada anak <1
tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang menunjukan gejala
yang mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada bayi muntah dapat
sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur <2 tahun (73%)
dan >2tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam
lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja
masih normal kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lender pada awal
penyakit (currant jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12
jam, kemudian berangsung-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool)
Karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan
invaginasi, paling banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo-ileocolica (15%) dan sisa
nya (10%). Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2
tahun dan terdapat ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit
diperkirakan 1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki
berbanding perempuan adalah 4:1 (pikering, 2000).
B. Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit invaginasi pada anak dan
cara menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
B. Tujuan khusus
C. Ruang Lingkup
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode
deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai topik yang akan dilakukan
dengan cara mempelajari sumber yang berkaitan dengan materi makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dibagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
A. Pengertian
Suatu intususepsi atau invaginasi terjadi bila sebagaian saluran cerna terdorong
sedemikian rupa sehingga sebagian dirirnya akan menutupi sebagian lainnya
hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak
di sebelah kaudal ( Nelson, 1999 ).
B. Etiologi
Usus terbentuk seperti tabung yang panjang. Inturususepsi adalah
gangguan diman salah satu bagian dari usus ( biasanya usus kecil ) terselip ke
bagian lain. Peristiwa ini kdang – kadang disebut sebagai “ tetescoping “ karena
mirirp dengan cara lipatan teteskop ketika dilipat bersama – sama. Beberapa
kondisi medis dapat menyebabkan intususepsi. Tetapi, dalam banyak kasus, dokter
tidak dapat menentukan penyebabnya dengan pasti. Jika orang dewasa mengalami
intususepsi, maka hal itu lebih mungkin disebabkan oleh penyakit lain. Sedangkan
besar, kasus intususepsi dikuatkan dengan versi vaksin rotavirus. Rotavirus adalah
penyakit pada masa anak – anak yang menybabkan diare, muntah – muntah hebat,
demam, dan dehidrasi, vaksinnya telah dicabut dari pasar sejak tahun 1999. Tidak
ada bukti bahwa vaksin rotavirus baru menyebabkan intususepti. Penyebab pasti
intususepsi pada anak – anak masih belum diketahui. Kemungkinan pemicunya
adalah :
- Infeksi Usus
- Pertumbuhan non kanker atau tumor kanker di usus
Di masa lalu, beberapa kasus intususepsi dikaitkan atau berhubungan
dengan versi vaksin rotavirus.
C. Manifestasi Klinis
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal
muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Banyi mengais
kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan. Terdapat
muntah berisi makanan / minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur
lendir ( red currant jelly ) per rectum. Pada palpasi abdomen, dapat teraba masa
yang umumnya berbentuk seperti pisang. Distensi abdomen dan muntah hijau
fekal, sedangkan masa intra abndomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang
hingga ke daerah rectum, pada pemeriksaan colok di ubur mungkin teraba
ujung invagiant seperti portio, uterus disebut pseudoporsia. Pada sarung tangan
terdapat lendir dan darah.
1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik
hingga menit dengan interval waktu 5 -15 menit.
2. Pada bayi dan anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir.
7. Anak sering mengangat kaki ke atas perut di karenakan nyeri yang di derita.
D. Patofisiologi
VIREMIA Gastroenterit
Limfadenitis is
T&G : Infeksi sal.
Hipertrofi jaringan limfoid pernafasan
-
Hipertermia (Plaque Payer )
-Diare
E. Pathway Kontraksi intususepien
(Usus bag. distal yg menerima)
Pembengkakan bag. Intuseseptum
(Usus bagian proksimal)
Obstruksi intestinal
Titik permulaan
Perdarahan INVAGINASI
Hiperperistaltik
Penyempitan pemb.
Nekrosis Edema darah
dinding usus intususeptum Invaginasi
Menutup lumen iskemik
Ulserasi pd. usus Produksi mukosa
dinding usus Reduksi terhambat
Strangulasi & laserasi mukus
Strangula Timbul bendungan
si Perdarahan
Gangre Perembesan (ozing) lendir
n dan darah ke dlm. lumen
Campuran darah + mucus
keluar anus
Red Currant Jelly Stool
Iskemik & obstruksi
usus Iskemik & distensi usus
Sekuentriasasi cairan ke lumen
usus yg distensi
Mukosa iskemik
Dehidrasi
Port de Entry mikroorganisme
Shock Hipovolemik
Infeksi sistemik & sepsis
Pathway
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu mencakup
dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto abdomen
Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai
massa feses dan udara
Reposisi manual dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan sabar
G. Komplikasi
Saat operasi :
Post-operasi :
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengkajian
b. Riwayat Kesehatan
c. Observasi pada feses dan tingkah laku sebelumnya dan sesudah operasi
- muntah
- letargi
- feses seperti jeli mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif
- massa terpal
- keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat bnyak
- diare
- anoreksia
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos
abdomen, barium enema dan ultrasonogram
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
b. Post operasi
A. Kesimpulan
Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak, salah
satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik
maupun parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan
obstruksi usus yang sifatnya mekanik.
Data yang perlu dikaji adalah pengkajian fisik secara umum, riwayat kesehatan,
observasi tingkah laku bayi atau anak, observasi manifestasi : nyeri abdomen
proksimal, anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada, muntah, letargi, feses
mengandung darah dll, dehidrasi dan demam, kaji prosedur diagnostic dan tes
seperti pemerikasaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram.
Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko kekurangan cairan, kurangnya
pengetahuan, dan masalah keperawatan yang muncul setelah pembedahan adalah
nyeri, resiko infeksi, resiko perdarahan, inefekstif termoregulasi, dan kurang
pengetahuan. Maka perlu dilakukan rencana keperawatan seperti pemberian
cairan intravena, pantau ttv, pantau masukan dan haluan, mendiskusikan dengan
pasien dan orangtua tentang tata cara pemberian barium enema, serta kolaborasi
dengan dokter pemberian obat analgesic. Evaluasinya adalah resti kekurangan
volume cairan tidak terjadi, kurangnya pengetahuan dapat teratasi dan nyeri pada
abdomen pasca pembedahan dapat berkurang atau hilang.
B. Saran
1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat
mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari
invaginasi seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB
bercampur darah. Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik
kemungkinan untuk memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus
dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan
dari kemungkinan di potong.
2. Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan
diagnose keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta
mahsiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi,
memberikan penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta
tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak.
3. Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan
gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu
invaginasi, perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang
mengarah pada rasa nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat
pada pra operasi yaitu berupa reduksi dengan barium enema, barium enema
dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda
obstruksi usus yang jelas. Serta memberikan perawatan post operasi yaitu
berupa memperbaiki keadaan umum, serta tindakan untuk mereposisi usus,
reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Beekel, Nancy. (1987). Nursing Care Plans for The Pediatric Patient. USA : The CV
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton
and Lange A Simon and Schuster Company
Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa
Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV
Mosby Company