Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN ANAK II

INVAGINASI

Dosen Pembimbing : Erna Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :
1. Ima Amalia Juliyantiara 14201.12.20015
2. Indriwati 14201.12.20017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga dapat tersusun dengan
berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses
belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga
dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan sebagai panduan dalam melaksanakan
penyusunan “Keperawatan Anak II - Invaginasi” kami juga tidak lupa menyampaikan
ucapa terima kasih kepada :
1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,SH., MM., Sebagai Pengasuh Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr.H.Nur Hamim, S. KM.,S.Kep.Ns,M.Kes Sebagai Ketua STIKes Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Sebagai Ketua prodi S1 Keperawatan
4. Erna Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep. Sebagai dosen pembimbing kuliah mata ajar
Keperawatan Anak II
5. Alwin Widhiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes sebagai dosen koordinator kuliah mata ajar
Keperawatan Anak II
Kami menyadari bahwa yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan, kami sebagai penyusun mohon maaf jika ada
kesalahan.

Genggong, 19 September 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh
segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. (pickering,
2000). Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan dalam
pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum
diketahui. (Husain, 1993). Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat
infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.manifestasi
klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24jam setelah terjadinya invaginasi.
Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen,
muntah, dan perdarahan rectum.

Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit,
diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada anak <1
tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang menunjukan gejala
yang mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada bayi muntah dapat
sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur <2 tahun (73%)
dan >2tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam
lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja
masih normal kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lender pada awal
penyakit (currant jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12
jam, kemudian berangsung-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool)
Karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan
invaginasi, paling banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo-ileocolica (15%) dan sisa
nya (10%). Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2
tahun dan terdapat ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit
diperkirakan 1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki
berbanding perempuan adalah 4:1 (pikering, 2000).

Hasil laporan world health organization yang dikeluarkan pada tahun


2002 di 3 kota besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak terjaid
di kota medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun dan paling
banyak ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta, di Yogyakarta angka
kejadian invaginasi yang terjaid masing-masing adalah sebanyak 103 (86%) kasus
dan 35 (61%) kasus anak dengan perbandingan laki-laki dan perempuan masing-
masing sebanyak 2:1 dan 1:1. Pengamatan data bahwa penyakit invaginasi pada
anak di Indonesia terus menunjukan kenaikan pada beberapa tahun terakhir yang
penyebarannya kebanyakan pada anak dibandingkan orang dewasa.

B. Tujuan Penulisan

A. Tujuan umum

Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit invaginasi pada anak dan
cara menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.

B. Tujuan khusus

Agar mahasiswa mahasiswi mampu :

a. Menjelaskan tentang pengertian dari invaginasi.

b. Menjelaskan tentang etiologi dari invaginasi.

c. Menjelaskan tentang patofisiologi dari invaginasi.

d. Menjelaskan tentang patologi dari invaginasi.

e. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari invaginasi.

f. Menjelaskan tentang komplikasi dari invaginasi.

g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dari invaginasi.

h. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.

C. Ruang Lingkup

Dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan


keperawatan pada anak dengan invaginasi.
D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode
deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai topik yang akan dilakukan
dengan cara mempelajari sumber yang berkaitan dengan materi makalah ini.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dibagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teori terdiri atas pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway,


tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

BAB III : Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian


yang lebih distal dan usus ( umumnya, incaginasi ileum masuk ke dalam kolom
desendeng ), ( Nettina, 2002 ).

Suatu intususepsi atau invaginasi terjadi bila sebagaian saluran cerna terdorong
sedemikian rupa sehingga sebagian dirirnya akan menutupi sebagian lainnya
hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak
di sebelah kaudal ( Nelson, 1999 ).

B. Etiologi
Usus terbentuk seperti tabung yang panjang. Inturususepsi adalah
gangguan diman salah satu bagian dari usus ( biasanya usus kecil ) terselip ke
bagian lain. Peristiwa ini kdang – kadang disebut sebagai “ tetescoping “ karena
mirirp dengan cara lipatan teteskop ketika dilipat bersama – sama. Beberapa
kondisi medis dapat menyebabkan intususepsi. Tetapi, dalam banyak kasus, dokter
tidak dapat menentukan penyebabnya dengan pasti. Jika orang dewasa mengalami
intususepsi, maka hal itu lebih mungkin disebabkan oleh penyakit lain. Sedangkan
besar, kasus intususepsi dikuatkan dengan versi vaksin rotavirus. Rotavirus adalah
penyakit pada masa anak – anak yang menybabkan diare, muntah – muntah hebat,
demam, dan dehidrasi, vaksinnya telah dicabut dari pasar sejak tahun 1999. Tidak
ada bukti bahwa vaksin rotavirus baru menyebabkan intususepti. Penyebab pasti
intususepsi pada anak – anak masih belum diketahui. Kemungkinan pemicunya
adalah :
- Infeksi Usus
- Pertumbuhan non kanker atau tumor kanker di usus
Di masa lalu, beberapa kasus intususepsi dikaitkan atau berhubungan
dengan versi vaksin rotavirus.

C. Manifestasi Klinis

Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal
muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Banyi mengais
kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan. Terdapat
muntah berisi makanan / minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur
lendir ( red currant jelly ) per rectum. Pada palpasi abdomen, dapat teraba masa
yang umumnya berbentuk seperti pisang. Distensi abdomen dan muntah hijau
fekal, sedangkan masa intra abndomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang
hingga ke daerah rectum, pada pemeriksaan colok di ubur mungkin teraba
ujung invagiant seperti portio, uterus disebut pseudoporsia. Pada sarung tangan
terdapat lendir dan darah.
1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik
hingga menit dengan interval waktu 5 -15 menit.

2. Pada bayi dan anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir.

3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras

4. Muka pucat dan lemah

5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung

6. Anak cepat marah, napas dangkal, mandengkur, dan konstipasi

7. Anak sering mengangat kaki ke atas perut di karenakan nyeri yang di derita.

D. Patofisiologi

Menurut kepustakaan, 90 – 95% invaginasi terjadi pada anak di bawah 1


tahun akibat idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa
hipertropi jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus (limfadenitis) yang
mengikuti suatu gastroenteritis / infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan
pembengkakan bagian intususeptum (usus bagian proksimal) edema intestinal
dan obstruksi aliran vena obstruksi intestinal sehingga terjadi perdarahan, proses
ini sebagai titik permulaan invaginasi.

Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian


intususeptum oleh karena kontraksi dari intususepien (usus bagian distal yang
menerima). Adanya hiperplastik usus bagian proksimal mengakibatkan
terjadinya segmen usus ynag masuk ke segmen usus lainnya (ileokolik ileum
bervaginasi ke kolon, ileoileokolik (usus kecil berinvaginasi ke dalam usus
kecil). Dimana akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga
mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir yang menyebabkan
nekrosis dinding usus sebagai akibat stragulasi dan tidak jarang terjadi ganggren,
yang selanjutnya terjadi edema dan pembekakan, pembekakan dapat sedemikian
besarnya, sehingga menghambat reduksi. Pembekakan dari intususeptrum
umumnya menutup lumen usus. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat
kembali normal, sehingga tidak terjadi invaginasi.

Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari penjepitan


pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesentrial. Bagian
usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan
produksi muku yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi stragulasi dan
laserasi luka sehingga timbul perdarahan campuran antar mucus dan darah
tersebut akan keluar melalui anus sebagai suatu agar-agar jeli darah (Red
Currant Jelly Stool). Iskemik dan distensi abdomen (system usus) menimbulkan
rasa nyeri. Adanyaiskemik dan destruksi usus akan menyebabkan sekuenstrisasi
cairan ke lumen usus yang distensi. Sehingga pasien mengalami dehidrasi, lebih
jauh lagi mengalami syok hipovolemik. Mukosa ususyang iskemik merupakan
Port de Entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat
menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
Penyebab Idiopatik
Infeksi Virus

VIREMIA Gastroenterit
Limfadenitis is
T&G : Infeksi sal.
Hipertrofi jaringan limfoid pernafasan
-
Hipertermia (Plaque Payer )
-Diare
E. Pathway Kontraksi intususepien
(Usus bag. distal yg menerima)
Pembengkakan bag. Intuseseptum
(Usus bagian proksimal)

Edema Intestinal Obs. aliran vena

Obstruksi intestinal
Titik permulaan
Perdarahan INVAGINASI

Hiperperistaltik

Ileokolik, ileoileokolik, sekokolik

Dinding usus terjepit

Penekanan & tertariknya mesentrium Perlekatan yang


abnormal
Aliran darah terganggu dan menurun INVAGINASI

Penyempitan pemb.
Nekrosis Edema darah
dinding usus intususeptum Invaginasi
Menutup lumen iskemik
Ulserasi pd. usus Produksi mukosa 
dinding usus Reduksi terhambat
Strangulasi & laserasi mukus
Strangula Timbul bendungan
si Perdarahan
Gangre Perembesan (ozing) lendir
n dan darah ke dlm. lumen
Campuran darah + mucus
keluar anus
Red Currant Jelly Stool
Iskemik & obstruksi
usus Iskemik & distensi usus
Sekuentriasasi cairan ke lumen
usus yg distensi
Mukosa iskemik
Dehidrasi
Port de Entry mikroorganisme
Shock Hipovolemik
Infeksi sistemik & sepsis
Pathway
F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu mencakup
dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :

 Reduksi dengan barium enema

 Reduksi dengan operasi

Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan,


resusitasi cairan, dekompresi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah
dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan laboraturium
dijumpai peninggian dan jumlah leukosit, maka saat ini antibiotik berspektrum
luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan (1 mg /kgBB)
untuk menghilangkan rasa sakit.

1. Reduksi barium enema, dikatakan reduksi baarium enema, karena dapat


diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi, seperti :

 Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto abdomen

 Dijumpai tanda-tanda peritonitis

 Gejala invaginasi > 24 jam

 Dijumpai tanda-tanda dehidrasi berat

 Usia penderita > 2 tahun

Dikatakan berhasil, apabila :

 Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai
massa feses dan udara

 Hilangnya massa tumor di abdomen


 Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta
norit test, positif.

2. Reduksi dengan operasi

 Memperbaiki keadaan umum

Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan


operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum klien diperbaiki

 Tindakan untuk mereposisi usus

Reposisi manual dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan sabar

G. Komplikasi

Saat operasi :

1) Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah

2) Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi usus


ketika pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan dari
anestesia.

3) Gangguan keseimbangan elektrolit, masukan cairan berkurang (ileus)

4) Sepsis, cedera akibat tindakan medis

Post-operasi :

1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan

2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang


mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat.

3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus


4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuma, daya tahan tubuh
menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pada palpasi perut dapat teraba massa yang biasanya memanjang


dengan batas jelas seperti sosis. Invaginatum yang masuk jauh dapat
ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung invaginatum teraba
seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamai
‘pseudoporsio’ atau porsio semu. Jarang ditemukan invaginatum yang
sampai keluar dari rektum. Keadaan tersebut harus dibedakan dari
prolapsus mukosa rektum. Pada invaginasi, didapatkan
invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus
berhubungan secarasirkuler dengan dinding anus. Pada inspeksi, sukar
sekali membedakan antara prolapsus rektum dan invaginasi. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari disekitar  penonjolan untuk
menentukan ada tidaknya celah terbuka. Pemeriksaan radiologis
berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda tanda obstruksi usus
halus, kadang-kadang tampak sebagai bayangan menyerupaisosis
dibagian tengah abdomen. Pemeriksaan USG juga dapat membantu
penegakan diagnosis. Pemeriksaan ini lebih sering digunakan karena
bersifat non-invasif . Pada pemeriksaan USG menunjukkan
doughnut sign atau pseudokidney sign. Dengan enema barium tampak
defek pengisian barium yang konveks, barium akanterhenti sementara,
bayangan per mobil (coiled  spring  appearance) apabila barium
melingkari intususeptum.
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian fisik secara umum

b. Riwayat Kesehatan

c. Observasi pada feses dan tingkah laku sebelumnya dan sesudah operasi

d. Observasi tingkah laku anak atau bayi

e. Observasi manifestasi terjadi intususepti


- nyeri abdomen proximal

- anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada

- anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode


nyeri

- muntah

- letargi

- feses seperti jeli mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif

- feses tidak ada ( konstipasi )

- distensi abdomen dan nyeri tekan

- massa terpal

- anus yang terlihat biasa, dapat tampak seperti propels rectal

- dehidrasi dan demam, sampai kenaikan 40°

- keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat bnyak

f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis

- diare
- anoreksia

- kehilangan berat badan

- kadang- kadang muntah

- nyeri yang priodik

- nyeri tanpa gejala lain

g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos
abdomen, barium enema dan ultrasonogram

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre operasi

1). Nyeri berhubungan dengan invaginasi dalam tubuh

2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran


cairan dalam tubuh

3). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pengobatan


invaginasi ( barium enema)

b. Post operasi

1). Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

2). Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi pembedahan

3). Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi demam

4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah ( post


operasi )
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak, salah
satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik
maupun parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan
obstruksi usus yang sifatnya mekanik.

Invaginasi merupakan masuknya bagian usus kedalam perbatasan atau lebih


distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden).
Penyebabnya masih belum diketahui, kemungkinan pemicunya adalah infeksi
usus, pertumbuhan non-kanker atau tumor kanker di usus. Tanda dan gejalanya
nyeri perut secara tiba-tiba, muntah, BAB bercampur darah, muka pucat dan
lemah. Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau
kematian jaringan, infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan suntikan salin, udara atau barium kedalam
kolon.

Data yang perlu dikaji adalah pengkajian fisik secara umum, riwayat kesehatan,
observasi tingkah laku bayi atau anak, observasi manifestasi : nyeri abdomen
proksimal, anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada, muntah, letargi, feses
mengandung darah dll, dehidrasi dan demam, kaji prosedur diagnostic dan tes
seperti pemerikasaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram.
Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko kekurangan cairan, kurangnya
pengetahuan, dan masalah keperawatan yang muncul setelah pembedahan adalah
nyeri, resiko infeksi, resiko perdarahan, inefekstif termoregulasi, dan kurang
pengetahuan. Maka perlu dilakukan rencana keperawatan seperti pemberian
cairan intravena, pantau ttv, pantau masukan dan haluan, mendiskusikan dengan
pasien dan orangtua tentang tata cara pemberian barium enema, serta kolaborasi
dengan dokter pemberian obat analgesic. Evaluasinya adalah resti kekurangan
volume cairan tidak terjadi, kurangnya pengetahuan dapat teratasi dan nyeri pada
abdomen pasca pembedahan dapat berkurang atau hilang.
B. Saran

1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat
mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari
invaginasi seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB
bercampur darah. Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik
kemungkinan untuk memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus
dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan
dari kemungkinan di potong.

2. Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan
diagnose keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta
mahsiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi,
memberikan penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta
tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak.

3. Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan
gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu
invaginasi, perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang
mengarah pada rasa nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat
pada pra operasi yaitu berupa reduksi dengan barium enema, barium enema
dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda
obstruksi usus yang jelas. Serta memberikan perawatan post operasi yaitu
berupa memperbaiki keadaan umum, serta tindakan untuk mereposisi usus,
reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA

Beekel, Nancy. (1987). Nursing Care Plans for The Pediatric Patient. USA : The CV
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton
and Lange A Simon and Schuster Company
Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa
Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV
Mosby Company

Referensi dari Internet :

Husain. (1993).Pravelansi Invaginasi pada Anak.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Pickering. (2000). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Sapan. (1987). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)

Anda mungkin juga menyukai