Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KOLIK ABDOMEN

PADA Ny. A DIRUANG PERAWATAN MELINJO RS.KH.HAYYUNG SELAYAR

DISUSUN OLEH
NURUL ATIRA

A.20.12.072

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA ( DOMISILI SELAYAR)

TAHUN PELAJARAN 2021 / 2022


BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa rancangan diet yang tepat, edukasi dan konseling gizi yang sesuai
dengan permasalahan dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi, serta hasil asuhan gizi dapat terukur dan tidak bias. Kualitas pelayanan dinilai melalui hasil
kerja dan kepatuhan mentaati proses terstandar yang disepakati. Semua hal tersebut akan dapat dicapai apabila dietisien memberikan asuhan gizi dengan
menggunakan Nutrition Care Process (NCP), sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Dietetics Association (ADA) . NCP merupakan siklus proses
asuhan gizi yang memiliki 4 langkah kegiatan yang berurutan dan saling berkaitan, yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring
evaluasi (Sumaprdja, 2011).

Pasien yang menjadi prioritas mendapatkan asuhan gizi dengan pendekatan NCP adalah pasien yang teridentifikasi risiko gizi dan membutuhkan gizi
khusus secara individual, salah satunya adalah penyakit Dispepsia dan Colic Abdomen pada anak. Dispepsia merupakan istilah yang digunakan dalam suatu
sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa
penuh, sendawa, regurgitas, dan rasa panas yang menjalar di dada (Nugroho ddk, 2018). 2 Dispepsia awal mulanya disebabkan

Dispepsia awal mulanya disebabkan oleh penyakit gastritis yang sudah kronis. Gastritis kronis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun, resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik (Andri, 2011). Menurut
WHO (2012) angka kejadian gastritis mencapai 40,8% pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.

Dispepsia merupakan kondisi umum ditemui pada anak-anak dimana 60- 80% kasus nyeri perut berulang pada anak termasuk remaja disebabkan
oleh dispepsia. Beberapa studi, perempuan diketahui memiliki kecenderungan mengalami dispepsia (Kumar, 2012).

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, dispepsia berada di urutan keenam dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 33.500 kasus (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan data provinsi jawa barat, penderita dispepsia di ruang rawat
inap pada tahun 2015 sudah mencapai 19,525% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang
mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (radang kandung empedu, radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu,
batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila infeksi dari kandung kemih atau
kandung empedu maka pemberian antibiotik, bila ada batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu (Reeves, 2011).

Colic abdomen biasanya terjadi pada bayi dan anak bergantung pada usia penderita. Pada usia bayi 0-3 bulan biasanya ditandai dengan rewel dan
muntah, sedangkan usia 3 bulan – 2 tahun digambarkan dengan muntah, tibatiba menjerit dan menangis tanpa penyebab. Anak usia di atas 5 tahun sudah
dapat menerangkan sifat dan lokalisasi nyeri pada perut (Wylie, 2008).

Colic abdomen disebabkan oleh makan terlalu kenyang, makanan yang terlalu banyak asam, pedas dan kebanyakan minuman beralkohol. Selain itu
penyebab lain adalah karena diare ataupun sembelit (Sjamsuhidajat, 2010).

Pada kasus ini penderita dispepsia dan colic abdomen hanya boleh dirujuk ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan jika terdapat
alarm symptoms seperti demam, muntah, nyeri pada perut, perdarahan saluran cerna dan ada riwayat lambung (Djojoningrat, 2014). Pada kasus seperti ini
biasanya rata-rata pasien dirumah sakit X dirawat sekitar 3-5 hari dan melakukan USG kemudian pasien dirujuk kerumah sakit lain untuk melakukan
pemeriksaan endoskopi jika pasien tetap mengalami nyeri perut.

Kasus yang diambil untuk studi kasus ini adalah asuhan gizi pada pasien anak Dispepsia dan Colic Abdomen yang berjumlah satu orang. Asuhan gizi
dengan menggunakan Nutrition Care Procces (NCP) yang dimulai dari assessmen, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi. Penerapan
Nutrition Care Procces (NCP) pada perawatan kasus Dispepsia dan Colic Abdomen salah satu hal yang terpenting di rumah sakit X karena akan membantu
memenuhi kebutuhan asupan makan untuk proses penyembuhan dengan pemberian makanan sesuai kebutuhan serta penatalaksanaan diet yang tepat
terhadap kondisi pasien dengan menggunakan NCP. Asuhan gizi salah satunya dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan asupan makan pasien sesuai
umur dan memberikan bahan makanan dan cara pengolahan makanan yang sesuai dengan kondisi pasien dispepsia dan colic abdomen.

B.TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melaksanakan Asuhan Gizi Pada Pasien Anak Dispepsia dan Colic Abdomen di
RSUD.KH.HAYYUNG SELAYAR.
2. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Melakukan assessment gizi yang meliputi pengkajian pada data antropometri, biokimia, fisik klinis, dan riwayat gizi pada pasien anak
dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.
b. Menegakkan diagnosis gizi pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.
c. Memberikan implementasi intervensi gizi yang tepat berdasarkan datadata diagnosis pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic
Abdomen.
d. Melakukan monitoring evaluasi gizi terhadap intervensi gizi yang diberikan pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.

C. MANFAAT
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan bagi peneliti dalam melakukan asuhan gizi pada pasien anak dengan
Dispepsia dan Colic Abdomen.
b. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang asuhan gizi khususnya bagi pasien anak dengan Dispepsia dan Colic
Abdomen.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat khususnya orang tua agar dapat lebih memperhatikan
pola makan anak sehingga tidak terjadinya Dispepsia dan Colic Abdomen

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Abdullah & Firmansyah, 2012). Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat
terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh
berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tibatiba dan kadang hilang
dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Manurung et al., 2020). Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu
(Mahadevan, 2015):

1) Nyeri abdomen viseral


Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atauinflamasi
ketika jaringan mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri inisering
merupakan manifestasi awal dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga kolik. Jika organ yang terlibat
dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik. Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri
bilateral, tidak bermielin dan memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit
dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang merujuk padaasal organ secara embrionik. Struktur
foregut seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri regio
epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut
seperti kolon transversal, kolondesendens dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah
2) ) Nyeri abdomen parietal (somatik)

Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasiatau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang
bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah
nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini dipersepsikan berupa
tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik
dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku padaabdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat
berupanyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan
bawahketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).

3) Nyeri alih Nyeri


alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang berasal dari
lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh
paru-paru dan abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu yang berhubungan
dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa), nyeri infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri testicular yang
berhubungan dengan obstruksi uretra.

B.Etiologi
a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).

1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)

b. Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)

c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :


1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app endicitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitisinfeksi, esofagitis.
3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan parudan lainnya

C.PATOFISIOLOGI
Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan pada abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak nyamandan menimbulkan
rasa nyeri. Dari hal ini sendiri dapat menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul pada pasien colic abdomen (Darsini & Praptini, 2019).

Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul
dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung
empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri
perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari
organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu,
nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.

D.MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Abdullah & Firmansyah, 2012).

1) Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien).


2) Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang lebihmenonjolpada obstruksi sederhana.
3) Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada perkiraanlokasidan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari, yang
menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal.
4) Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan komplikasi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau iskemik).
5) Mual
6) Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7) Diare (temuan awal)
8) Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak adanyagerakanusus atau buang angin.
9) Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait dengan strangulasi.
10) Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11) Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

E.PENATALAKSANAAN
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic dengan
indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk dilakukan suction terhadap usus
GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat, 2015).

a. Farmakologi
1) Terapi Na + K + komponen darah
2) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3) Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4) Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan
pasien berbaring miring ke kanan
5) Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6) Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek histamine)
b. Non Farmakologi
a) Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
b) Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
c) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d) Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
e) Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko
f) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.

F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

G.KOMPLIKASI
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
H.PATHWAY
Batu saluran kencing

Virus/bakteri

Infeksi

Peradangan

Peningkatan suhu tubuh

Anoreksia
PENGKAJIAN
Nama Preceptee : Lisa ARISANDI NIM :A.20.12.066

No. RM : 03 32 84

Tanggal : 22/04/2022

Ruangan : Perawatan Melinjo

DATA UMUM

1. Identitas Klien

Nama : Ny.A Umur :52 tahun

Tempat/Tanggal lahir : 25/01/1970 Jenis kelamin : perempuan

Status perkawinan : menikah Agama : islam

Pendidikan terakhir :SMP Suku : selayar

Pekerjaan : IRT Alamat : Dusun padang selatan

Telp. : ……………………… Tanggal masuk RS: 22/04/2022

Golongan darah : ……………………… Sumber info :suami klien

Penanggung jawab / pengantar

Nama : Tn.B Umur : 54 tahun

Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : IRT


Hubungan dengan klien :Suami klien Alamat : dusun padang selatan

Telp. ………………...

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : nyeri abdomen

2. Alasan masuk RS :klien mengatakan ia dirujuk ke RS karena nyeri abdomen bagian atas

Kiri dan perut kembung dan mual muntah

3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative : nyeri abdomen kiri atas

Quality : seperti ter tusuk-tusuk

Region : andomen

Severity : skala nyeri 6

Timing : hilang timbul

Data Medik

A. Dikirim oleh : UGD Dokter Praktek

B. Diagnosa Medik

o Saat masuk : Kolik abdomen

Kolik abdomen ec.koletitiasis


o Saat pengkajian :

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak-kanak :klien mengatakan waktu kecil tidak penah mengaalami penyakit colik

abdomen

Penyebab : tidak ada

Riwayat perawatan : klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya

Riwayat operasi : tidak ada

Riwayat pengobatan : tidak ada

2. Riwayat alergi : tidak ada

3. Riwayat immunisasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan imunisasi

IV. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : klien mengatakan ia sangat terganggu dengan apa yang klien alami sekarang

2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : klien mengatakan ingin cepat sembuh

3. Faktor stressor : nyeri yang klien rasakan

4. Konsep diri : klien merasa yakin dengan kemampuannya sendiri


5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : klien mengetahui penyakitnya tetapi tidak dengan pengobatan dan penyebabnya

6. Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan baik

7. Hubungan dengan anggota keluarga : hubungan klien dan keluarganya sangat baik terlihat saat klien berkomunikasi dengan keluarganya

8. Hubungan dengan masyarakat : klien mengatakan hanya berfokus pada pekerjaannya klien tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan social

9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : klien sangat memperhatikan saat diajak berbicara

10. Aktifitas sosial : klien mengatakan jarang menikuti kegiatan social

11. Bahasa yang sering digunakan : bahasa daerah

12. Keadaan lingkungan : klien mengatakan klien tinggal dilingkungan yang kurang bersih

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : klien menjalankan sholat 5 waktu

14. Keyakinan tentang kesehatan : klien yakin bisa sembuh dari penyakitnya

V. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan

Sebelum MRS : klien makan 2x sehari

Setelah MRS : klien makan 1x sehari

Minum

Sebelum MRS : 2 liter perhari


Setelah MRS : 2 liter per hari

2. Tidur

Sebelum MRS : klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengalami kesulitan tidur

Setelah MRS : klien mengatakan setelah masuk RS tidurnya sudah baik

3. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : 1 kali seminggu

Setelah MRS : 1 kali sehari

4. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS :5x sehari warna:kuning

Setelah MRS : 5x sehari warna: kuning

5. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS : klien mengatakan klien dapat mengerjakan semua pekerjaan rumah

Setelah MRS : klien mengatakan tidak bisa beraktivitas dengan baik


6. Personal hygiene

Sebelum MRS : mandi : 2x sehari gosok gigi: 2 sehari cuci rambut: 1x sehari

Setelah MRS :tidak pernah

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kehilangan BB : klien tidak mengalami penurunan berat badan BB: 57 kg

Kelemahan : klien tampak lemah

Vital sign : TD: 130/80 mmhh

N:94X/i

R:24x/i

S: 36,5oC

Tingkat kesadaran :Compos mentis

2. Head to toe

o Kulit/integumen : kulit berwarna hitam,terdapat lesi


o Kepala & rambut :kepala berbentuk meso cepal, rambut hitam

o Kuku : : bersih dan pendek

o Mata/penglihatan : tidak terdapat secret disudut mata,konjungtiva anemis penglihatan buram

o Hidung/penghiduan : tidak terdapat secret

o Telinga/pendengaran : tidak terdapat cairan pendengaran normal

o Mulut dan gigi : mukosa bibir kering, gigi bersih

o Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid

o Dada : paru-paru

I: pergerakan dada simetris

P: tidak ada nyeri tekan

P: sonor

A: rochhi kurang

o Abdomen : datar,simetris,tidak teraba massa

o Perineum & genitalia : tidak terpasang kateter

o Extremitas atas & bawah :terpasang insfus tidak terdapt fraktur kekuatan otot normal

3. Pemeriksaan diagnostik (
Pemeriksaan Darah Lengkap
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
1. WBC 14.14 10^9/L 3.50-9.50
2. Neu# 13.07 10^9/L 1.80-6.30
3. Lym# 0.23 10^9/L 1.10-3.20
4. Mon# 0.79 10^9/L 0.10-0.60
5. Eos# 0.04 10^9/L 0.02-0.52
6. Bas# 0.01 10^9/L 0.00-0.06
7. Neu% 92.4 % 40.0-75.0
8. Lym% 1.6 % 20.0-50.0
9. Mon% 5.6 % 3.0-10.0
10. Eos% 0.3 % 0.4-8.0
11. Bas% 0.1 % 0.0-1.0
12. RBC 4.06 10^12/L 4.30-5.80
13. HGB 11.8 g/Dl 13.0-17.5
14. HCT 37.4 % 40.0-50.0
15. MCV 92.0 f/L 82.0-100.0
16. MCH 29.0 Pg 27.0-34.0
17. MCHC 31.7 g/dL 31.6-35.4
18. RDW-CV 13.0 % 11.0-16.0
19. RDW-SD 43.8 fL 35.0-66.0
20. PLT 234 10^9/L 125-350
21. MPV 7.4 fL 6.5-12.0
22. PDW 15.9 fL 9.0-17.0
23 PCT 0.174 % 0.108-0.282
24. P-LCC 24 10^9/L 30-90
25. P-LCR 10.0 % 11.0-45.0

PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

Gula Darah Sewaktu = 97

Ureum =17

Kreatinin =0.6

SGOT = 20

SGPT =12

HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Prothrombine Time (PT) = 11.7

INR (International Normalized Ratio) =1.09*

Aktivated Partial Thromboplastin Time (APPT) =31.7

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

KALIUM (K) = 4.7

NATRIUM (Na) =143

CHLORIDA (Cl) =106

4.Penatalaksanaan Medis/Terapi
Infus RL 500 cc

Ranitidine 1 ampul

Ketorolac 1 ampul / 12 jam

Laxadine 2x 1

Matokloramida 1 ampul

KLASIFIKASI DATA
Nama / umur : Ny. A/ 52 Tahun

Ruang / kamar : perawatan melinjo /kamar II

Karegori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi DS: klien mengatakan sesak

DO: klien terpasang O2

Sirkulasi DS: klien tidak mengalami pusing

DO: TD: 130/80 mmhg

Nutrisi dan Cairan DS: klien mengatakan nafsu

makan kurangtetapi ia rajin minum

air

DO: klien tampak lemah

Eliminasi DS: klien mengatakan lancer BAK

tetapi jarang BAB

DO: perut tampak kembung


Aktivitas dan Istirahat DS: klien mengatakan tidak dapat

melakukan aktivitas

DO: klien tampak lemah

Neorosensori Tidak terkaji

Reprodukdi dan Seksualitas Tidak terkaji

Psikologis Nyeri dan Kenyamanan DS:-

DO: klien tampak meringis

P: nyeri abdomen

Q: seperti ter tusuk-tusuk

R: abdomen kiri atas

S: sakala nyeri 6

T: hilang timbul

Integritas Ego TIDAK TERKAJI

Pertumbuhan dan Perkembangan Tidaak terkaji


Perilaku Kebersihan Diri DS:Klien mengatakan mandi 2x

sehari cuci rambut 1 kali sehari

gosok gigi 3x sehari

DO: klien tidak bau

Penyuluhan dan Pembelajaran DS:-

DO: Klien sering betanya-tanya

terkait penyakitnya

Relasional Interaksi Sosial DS:klien mengatakan jarang

bersosialisasi

DO:-

Lingkungan Keamanan dan Proteksi DS: klien mentakan tinggal

ditempat yang kurang berish

DO:-
ANALISA DATA

Nama / umur : Tn. S/ 58 Tahun

Ruang / kamar :perawatan melinjo/kamar III


Tanda dan Gejala Penyebab Masalah

DS:klien mengeluh nyeri pada


Batu saluran kemih Nyeri akut
abdomen bagian atas kiri

DO:klien tampak meringis Virus/bakteri

Skala nyeri 6
Infeksi

Hipotalamus

Mediator nyeri

nyeri
DS:klien mengatakan sering
Batu saluran kencing Gangguan pola tidur
terbangun dimalam hari

DO: klien tampak lemah Virus/bakteri

Infeksi

Perubahan status

kesehatan

nyeri abdomen

Kurang tidur

Gangguan pola tidur

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama / umur : Tn. S

Ruang / kamar : Perawatan melinjo/kamar III

Diagnosis Tgl ditemukan Tgl teratasi

nyeri akut berhubungan dengan


27/04/2022 -
agen pencedera fisiologid
Gangguan pola tidur
27/04/2022 -
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama / umur :Tn.S

Ruangan :PERAWATAN MELINJO

Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Diagnosis
N
keperawata Ekspektasi :
o
n Observasi Terapeutik Edukasi Kolaboras
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 i
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Identifikasi Berikan tehnik non Jelaskan strategi Kolabora
berhubugan tindakan karakteristik,durasi,lok farmakologis meredahkan si
dengan keperawatan selama asi untuk mengurangi nyeri pemberia
agen 1x 24 jam dirapkan Dan kriteria nyeri nyeri n
pencedera tingkat nyeri anakgetik
pisiologi menurun dengan Indenfikasi skla nyeri
kriteria hasil: Identifikasi respon
• Keluhan nyeri non verbal
nyeri Identifikasi faktor
menurun prnyebab nyeri
• Meringis
menurun
• Frekuensi
nadi
membaik
2. Gangguan Setelah dilakukan • Identifikasi pola • Modifikasi • Jelaskaan
pola tidur tindakan aktivitas dan lingkungan pentingny
keperawatan selama tidur • Batasi a tidur
1x 24 jam • Identifikasi waktu tidur cukup
diharapkan pola faktor siang jika selama
tidur membaik pengganggu perlu sakit
dengan kriteria tidur • Anjurkan
hasil: • Fasilitasi
• Identifikasi menghilang menepati
• Pola tidur makanan dan kan stress kebiasaan
membaik minuman yang sebelum tidur
• Konjungtiva mengganngu tidur
anemis tidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial klien :Tn.S


Ruangan :Perawatan melinjo
No. RM : 06 92 87

No DIAGNOSA Tgl/hari waktu Implementasi


1. Nyeri akut Selasa 10.00 1. mengIdentifikasi
26/04/2022 karakteristik,durasi,lokasi
Dan kriteria nyeri
10.00 2.mengindenfikasi skla nyeri
3.mengidentifikasi respon nyeri non
10.15 verbal
4.mengidentifikasi faktor prnyebab
10.30 nyeri
5.menJelaskan strategi meredahkan
11.00 nyeri

2. Ansietas Selasa 15.00 1. mengidentifikasi pola aktivitas dan


26/04/2022 tidur
2. mengidentifikasi faktor pengganggu
tidur
15.10 3. mengidentifikasi makanan dan
minuman yang menggangu tidur
15.30 4. memodifikasi lingkungan
5. membatasi waktu tidur siang jika
15.45 perlu
6. memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
7.menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
8. menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / umur :Tn.s

Ruang / kamar :perawatan melinjo/kamar III

No Diagnosa Tgl/hari waktu Evaluasi (SOAP)

1. Nyeri akut 27/04/2022 09.30 S: klien mengatakan abdomennya


masih nyeri

O:klien tampak meringis

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

2. Gangguan pola 27/04/2022 11.00 S:-


tidur O:klien tampak lemah konjungtiva
pucat

A:masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai