DISUSUN OLEH
NURUL ATIRA
A.20.12.072
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pelayanan gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa rancangan diet yang tepat, edukasi dan konseling gizi yang sesuai
dengan permasalahan dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi, serta hasil asuhan gizi dapat terukur dan tidak bias. Kualitas pelayanan dinilai melalui hasil
kerja dan kepatuhan mentaati proses terstandar yang disepakati. Semua hal tersebut akan dapat dicapai apabila dietisien memberikan asuhan gizi dengan
menggunakan Nutrition Care Process (NCP), sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Dietetics Association (ADA) . NCP merupakan siklus proses
asuhan gizi yang memiliki 4 langkah kegiatan yang berurutan dan saling berkaitan, yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring
evaluasi (Sumaprdja, 2011).
Pasien yang menjadi prioritas mendapatkan asuhan gizi dengan pendekatan NCP adalah pasien yang teridentifikasi risiko gizi dan membutuhkan gizi
khusus secara individual, salah satunya adalah penyakit Dispepsia dan Colic Abdomen pada anak. Dispepsia merupakan istilah yang digunakan dalam suatu
sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa
penuh, sendawa, regurgitas, dan rasa panas yang menjalar di dada (Nugroho ddk, 2018). 2 Dispepsia awal mulanya disebabkan
Dispepsia awal mulanya disebabkan oleh penyakit gastritis yang sudah kronis. Gastritis kronis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun, resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik (Andri, 2011). Menurut
WHO (2012) angka kejadian gastritis mencapai 40,8% pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Dispepsia merupakan kondisi umum ditemui pada anak-anak dimana 60- 80% kasus nyeri perut berulang pada anak termasuk remaja disebabkan
oleh dispepsia. Beberapa studi, perempuan diketahui memiliki kecenderungan mengalami dispepsia (Kumar, 2012).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, dispepsia berada di urutan keenam dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 33.500 kasus (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan data provinsi jawa barat, penderita dispepsia di ruang rawat
inap pada tahun 2015 sudah mencapai 19,525% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang
mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (radang kandung empedu, radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu,
batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila infeksi dari kandung kemih atau
kandung empedu maka pemberian antibiotik, bila ada batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu (Reeves, 2011).
Colic abdomen biasanya terjadi pada bayi dan anak bergantung pada usia penderita. Pada usia bayi 0-3 bulan biasanya ditandai dengan rewel dan
muntah, sedangkan usia 3 bulan – 2 tahun digambarkan dengan muntah, tibatiba menjerit dan menangis tanpa penyebab. Anak usia di atas 5 tahun sudah
dapat menerangkan sifat dan lokalisasi nyeri pada perut (Wylie, 2008).
Colic abdomen disebabkan oleh makan terlalu kenyang, makanan yang terlalu banyak asam, pedas dan kebanyakan minuman beralkohol. Selain itu
penyebab lain adalah karena diare ataupun sembelit (Sjamsuhidajat, 2010).
Pada kasus ini penderita dispepsia dan colic abdomen hanya boleh dirujuk ke rumah sakit atau ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan jika terdapat
alarm symptoms seperti demam, muntah, nyeri pada perut, perdarahan saluran cerna dan ada riwayat lambung (Djojoningrat, 2014). Pada kasus seperti ini
biasanya rata-rata pasien dirumah sakit X dirawat sekitar 3-5 hari dan melakukan USG kemudian pasien dirujuk kerumah sakit lain untuk melakukan
pemeriksaan endoskopi jika pasien tetap mengalami nyeri perut.
Kasus yang diambil untuk studi kasus ini adalah asuhan gizi pada pasien anak Dispepsia dan Colic Abdomen yang berjumlah satu orang. Asuhan gizi
dengan menggunakan Nutrition Care Procces (NCP) yang dimulai dari assessmen, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi. Penerapan
Nutrition Care Procces (NCP) pada perawatan kasus Dispepsia dan Colic Abdomen salah satu hal yang terpenting di rumah sakit X karena akan membantu
memenuhi kebutuhan asupan makan untuk proses penyembuhan dengan pemberian makanan sesuai kebutuhan serta penatalaksanaan diet yang tepat
terhadap kondisi pasien dengan menggunakan NCP. Asuhan gizi salah satunya dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan asupan makan pasien sesuai
umur dan memberikan bahan makanan dan cara pengolahan makanan yang sesuai dengan kondisi pasien dispepsia dan colic abdomen.
B.TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melaksanakan Asuhan Gizi Pada Pasien Anak Dispepsia dan Colic Abdomen di
RSUD.KH.HAYYUNG SELAYAR.
2. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Melakukan assessment gizi yang meliputi pengkajian pada data antropometri, biokimia, fisik klinis, dan riwayat gizi pada pasien anak
dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.
b. Menegakkan diagnosis gizi pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.
c. Memberikan implementasi intervensi gizi yang tepat berdasarkan datadata diagnosis pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic
Abdomen.
d. Melakukan monitoring evaluasi gizi terhadap intervensi gizi yang diberikan pada pasien anak dengan Dispepsia dan Colic Abdomen.
C. MANFAAT
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan bagi peneliti dalam melakukan asuhan gizi pada pasien anak dengan
Dispepsia dan Colic Abdomen.
b. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang asuhan gizi khususnya bagi pasien anak dengan Dispepsia dan Colic
Abdomen.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat khususnya orang tua agar dapat lebih memperhatikan
pola makan anak sehingga tidak terjadinya Dispepsia dan Colic Abdomen
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.KONSEP DASAR MEDIK
A. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Abdullah & Firmansyah, 2012). Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat
terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh
berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tibatiba dan kadang hilang
dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Manurung et al., 2020). Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu
(Mahadevan, 2015):
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasiatau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang
bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah
nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini dipersepsikan berupa
tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik
dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku padaabdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat
berupanyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan
bawahketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).
B.Etiologi
a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)
C.PATOFISIOLOGI
Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan pada abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak nyamandan menimbulkan
rasa nyeri. Dari hal ini sendiri dapat menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul pada pasien colic abdomen (Darsini & Praptini, 2019).
Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul
dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung
empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri
perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari
organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu,
nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
D.MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Abdullah & Firmansyah, 2012).
E.PENATALAKSANAAN
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic dengan
indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk dilakukan suction terhadap usus
GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat, 2015).
a. Farmakologi
1) Terapi Na + K + komponen darah
2) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3) Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4) Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan
pasien berbaring miring ke kanan
5) Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6) Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek histamine)
b. Non Farmakologi
a) Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
b) Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
c) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d) Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
e) Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko
f) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
G.KOMPLIKASI
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
H.PATHWAY
Batu saluran kencing
Virus/bakteri
Infeksi
Peradangan
Anoreksia
PENGKAJIAN
Nama Preceptee : Lisa ARISANDI NIM :A.20.12.066
No. RM : 03 32 84
Tanggal : 22/04/2022
DATA UMUM
1. Identitas Klien
Telp. ………………...
2. Alasan masuk RS :klien mengatakan ia dirujuk ke RS karena nyeri abdomen bagian atas
3. Riwayat Penyakit
Region : andomen
Data Medik
B. Diagnosa Medik
Saat kecil / kanak-kanak :klien mengatakan waktu kecil tidak penah mengaalami penyakit colik
abdomen
1. Pola koping : klien mengatakan ia sangat terganggu dengan apa yang klien alami sekarang
2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya : klien mengatakan ingin cepat sembuh
7. Hubungan dengan anggota keluarga : hubungan klien dan keluarganya sangat baik terlihat saat klien berkomunikasi dengan keluarganya
8. Hubungan dengan masyarakat : klien mengatakan hanya berfokus pada pekerjaannya klien tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan social
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : klien sangat memperhatikan saat diajak berbicara
12. Keadaan lingkungan : klien mengatakan klien tinggal dilingkungan yang kurang bersih
14. Keyakinan tentang kesehatan : klien yakin bisa sembuh dari penyakitnya
1. Makan
Minum
2. Tidur
Sebelum MRS : klien mengatakan sebelum masuk RS klien mengalami kesulitan tidur
3. Eliminasi fekal/BAB
4. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS : klien mengatakan klien dapat mengerjakan semua pekerjaan rumah
Sebelum MRS : mandi : 2x sehari gosok gigi: 2 sehari cuci rambut: 1x sehari
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
N:94X/i
R:24x/i
S: 36,5oC
2. Head to toe
o Dada : paru-paru
P: sonor
A: rochhi kurang
o Extremitas atas & bawah :terpasang insfus tidak terdapt fraktur kekuatan otot normal
3. Pemeriksaan diagnostik (
Pemeriksaan Darah Lengkap
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
1. WBC 14.14 10^9/L 3.50-9.50
2. Neu# 13.07 10^9/L 1.80-6.30
3. Lym# 0.23 10^9/L 1.10-3.20
4. Mon# 0.79 10^9/L 0.10-0.60
5. Eos# 0.04 10^9/L 0.02-0.52
6. Bas# 0.01 10^9/L 0.00-0.06
7. Neu% 92.4 % 40.0-75.0
8. Lym% 1.6 % 20.0-50.0
9. Mon% 5.6 % 3.0-10.0
10. Eos% 0.3 % 0.4-8.0
11. Bas% 0.1 % 0.0-1.0
12. RBC 4.06 10^12/L 4.30-5.80
13. HGB 11.8 g/Dl 13.0-17.5
14. HCT 37.4 % 40.0-50.0
15. MCV 92.0 f/L 82.0-100.0
16. MCH 29.0 Pg 27.0-34.0
17. MCHC 31.7 g/dL 31.6-35.4
18. RDW-CV 13.0 % 11.0-16.0
19. RDW-SD 43.8 fL 35.0-66.0
20. PLT 234 10^9/L 125-350
21. MPV 7.4 fL 6.5-12.0
22. PDW 15.9 fL 9.0-17.0
23 PCT 0.174 % 0.108-0.282
24. P-LCC 24 10^9/L 30-90
25. P-LCR 10.0 % 11.0-45.0
Ureum =17
Kreatinin =0.6
SGOT = 20
SGPT =12
PEMERIKSAAN ELEKTROLIT
4.Penatalaksanaan Medis/Terapi
Infus RL 500 cc
Ranitidine 1 ampul
Laxadine 2x 1
Matokloramida 1 ampul
KLASIFIKASI DATA
Nama / umur : Ny. A/ 52 Tahun
air
melakukan aktivitas
P: nyeri abdomen
S: sakala nyeri 6
T: hilang timbul
terkait penyakitnya
bersosialisasi
DO:-
DO:-
ANALISA DATA
Skala nyeri 6
Infeksi
Hipotalamus
Mediator nyeri
nyeri
DS:klien mengatakan sering
Batu saluran kencing Gangguan pola tidur
terbangun dimalam hari
Infeksi
Perubahan status
kesehatan
nyeri abdomen
Kurang tidur
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama / umur : Tn. S
P: intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan