M
UMUR 19 TAHUN DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA PALU
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III :
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami ( Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Palu) dapat menyelesaikan Laporan Kelompok Maternitas dengan judul
“Asuhan Keperawatan Colic Abdoemn Pada Tn. M Umur 19 Tahun Di Rumah
Sakit Bhayangkara Kota Palu”, disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh
gelar Ners di Politeknik Kemenkes jurusan Keperawatan prodi Pendidikan Ners Palu.
Penulisan Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
baik moril maupun materil. dengan selesainya penyusunan Laporan ini, kiranya Allah
SWT akan membalas dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya atas jasa-jasa yang
telah diberikan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan ini
masih banyak kekurangan baik dari segi bentuk, isi maupun penyusunannya. Oleh
karena itu dengan rendah hati kami menerima semua saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan laporan ini.
Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT dan akhirnya Kami
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul
dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen atau perut, yang
disebabkan oleh infeksi di dalam organ perut. Faktor penyebab kolik abdomen
adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala klinis kolik abdomen
adalah kram pada abdomen, distensi, muntah, dan adanya nyeri tekan pada
abdomen. Akhir- akhir ini, peningkatan kolik abdomen meningkat sangat pesat.
Kejadian penyakit kolik abdomen terjadi karena pola hidup yang tidak sehat
Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012 ±7
miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi pertama dengan penderita kolik
abdomen terbanyak 47% dari 810.000 orang penduduk. Nyeri abdomen dapat
berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri viseral dan dari lapisan dinding
perut (nyeri somatik) Lokasi nyeri abdomen bisa mengarah pada penyebab nyeri,
walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain
(Barbara, 2011).
terapi antibiotik. Pada akhirnya, penanganan pasien kolik abdomen secara umum
adalah dengan menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang
instan, dan jenis sayuran tertentu misalnya kol dan sawi, serta menghindari
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
melahirkan baik yang normal dan beresiko serta masalah-masalah pada sistem
2. Tujuan Khusus
C. Waktu
D. Tempat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011)
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakanseperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena
sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang
terlibattersebut dipengaruhi peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik
abdomenadalah kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus halus
(Gilroy,2009).
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba
dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai
yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).
B. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil
dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat
serta menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi yang
dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan
ibu agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar
tumbuh kembang secara normal.
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan kematian
neonatal. (Bobak, 2004).
D. Manifestasi klinik
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dan nyeri
tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar.
E. Patofisiologi
Patofisiologi : rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya
selalu bersumber :
1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolic
5. Psikosomatik
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar
keseluruh peritonium dan melibatkan visera mensentrium yang berisi banyak
ujung saraf somatik , yang lebih dapat meneruskan rasa sakit nya dan lebih dapat
melokalisasi rasa sakit daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa
gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi
kemudian akan diikuti oleh rasa sakit somatik pula, setelah peritoneum terlibat.
Rasa sakit somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual
yang merupakan gejala khas peritonitis. Refleks rasa sakit perut dapat pula
timbul karena adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa sakit yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah perut
bagian atas dan epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus besar akan timbul
dibagian bawah perut.Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak
pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada
mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat
meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan
serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf
simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari
visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu)
mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium.Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10,
dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan
traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta
segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-
kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinals segmentalis.Nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada
keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital.
2. Pemeriksaan radiologi : USG abdomen
3. Pemeriksaan rektal
5. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
6. Laboratorium : leukosit, HB.
7. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
8. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
9. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
10. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik
(Reeves, 2011).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine)
(Reeves, 2011).
H. Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien sebelum masuk rumah sakit dan
saat di rumah sakit. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular,
muntah dan lain-lain.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi,
kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan
sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan
adakah penyakit keturunan atau menular.
4. Pola- pola fungsi kesehatan
a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien
merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu
ingin muntah.
c. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap
makanan sehingga terjadi konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam
diri klien.
f. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
g. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola
reproduksi dan seksual.
h. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama
klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai
dan kepercayaan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
b. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi
akan terjadi sesak.
c. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau
penyakit jantung lainnya.
d. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
e. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran
terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
f. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi
terhadap makanan.
1. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi, kekakuan
2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b/d mual muntah, demam
dan atau diforesis
3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peradangan
pada abdomen
2. Intervensi keperawatan
N Diagnosa
NOC NIC
o Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan NIC :
distensi, kekakuan tindakan keperawata Pain Management
Definisi : selama 2x24 jam, 1. Kaji nyeri secara
pengalaman sensori masalah nyeri akut komprehensif
dan emosional yang dapat teratasi dengan 2. Tingkatkan istirahat
tidak menyenangkan kriteria hasil : 3. Berikan teknik
yang muncul akibat - Mampu mengenali nonfarmakologi untuk
kerusakan jaringan nyeri (skala, mengurangi nyeri
yang aktual atau intensitas, (misalnya pemberian
potensial atau frekwensi, dan tanda aromaterapi)
digambarkan dalam nyeri) 4. Ajarkan teknik
hal kerusakan - Melaporkan bahwa nonfarmakologi untuk
sedemikian rupa nyeri berkurang mengurangi nyeri
dengan (relaksasi dan distraksi)
menggunakan 5. Kolaborasi pemberian
manajemen nyeri analgetik
- Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
Keseimbangan tindakan keperawatan Fluid Management
Cairan dan Elektrolit selama 2x24 jam, 1. Monitor vital sign
b/d mual muntah, masalah nyeri akut 2. Monitor status hidrasi
demam dan atau dapat teratasi dengan (kelembaban mukosa, nadi
diforesis kriteria hasil : yang adekuat)
- Tanda-tanda vital 3. Pertahankan intake dan
dalam batas normal output yang adekuat
- Tidak ada tanda- 4. Dorong masukan oral
tanda dehidrasi, Kolaborasi pemberian
elastisitas turgor cairan intravena
kulit baik, membran
mukosa lembab
DAFTAR PUSTAKA
Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta, 2011.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Prof. Dr. SpPD. KE.,
FKUI Jakarta.
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC