Tugas Mandiri
Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing:
Hafidz Ma’ruf, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh :
Erika Rosmawati (20020)
1
Makanan akan berubah sifat akibat kerja dari berbagai enzim pada organ
pencernaan (Mustikawati 2017).
2.2 Pengertian/ Definisi
Colic abdomen adalah rasa sakit yang hilang timbul dan disebabkan
kontrusi dinding berotot pada daerah berongga. Colic abdomen adalah nyeri
spasmiodik abdomen yang dapat disebabkan karena adanya distensi atau obstruksi
pada organ berongga tubuh yang memiliki otot polos. Nyeri spasmodic artinya
rasa nyeri yang bergelombang, ada periode rasa sakit yang berada pada puncaknya
yang terasa sangat nyeri dan kemudian ada pada periode mereda sehingga seolah
tidak sakit lagi. Pada orang dewasa rasa sakit spasmodic dapat muncul secara tiba
tiba dan akan berkembang secara bertahap dan menjadi kronis.
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi colic abdomen dibedakan dari jenis organ yang terdapat pada perut.
2.2.1.1 Usus Halus Atas
Colic abdomen atau kram perut terletak pada abdomen bagian tengah
sampai atas, terjadi menegang (distensi), peningkatan bising usus, nyeri
tekan difus minimal.
2.2.1.2 Usus halus bawah
Colic abdomen yang signifikan, bising usus dan bunyi ‘hush’ meningkat,
distensi berat dan nyeri tekan difus minimal.
2.2.1.3 Colon
Terjadi kram perut dari tengah sampai bawah, distensi yang uncul di akhir,
muntah, bising usus meningkat dan nyeri tekan difus minimal.
2.2.1.4 Obstruksi mekanik parsial
Kram, distensi ringan dan diare. Terjadi bersamaan dengan granulatosa
usus pada penyakit crohn
2.2.1.5 Strangulasi
Nyeri parah, terus menerus dan erlokalisir, distensi sedang, muntah
persisten, bising usus menurun, dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses
berwana gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
2
2.4 Epidemiologi
Meningkatnya kejadian kolik abdomen di Negara-negara berkembang
beberapa tahun terakhir, dapat terlihat dinegara Indonesia. Berdasarkan data
yang diperoleh dari DEPKES RI pada tahun 2015, kolik abdomen merupakan
penyakit berbahaya setelah penyakit system pencernaan lainnya, yaitu
dyspepsia dan gastritis. Angka kejadian kolik abdomen di sebagian besar
wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia jumlah pasien
yang menderita penyakit kolik abdomen dan menjalani perawatann pada
tahun 2014 yaitu 591.819 orang dan pada tahun 2015 mencapai 596.132
orang.
2.4 Etiologi
Munculnya colic abdomen disebabkan menjadi dua pokok yaitu mekanis
dan fungsional (non mekanis) sebagai berikut :
Mekanis
a. Adhesi (perlengketan pasca bedah)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
Fungsional (non mekanis)
a. Ileus
b. Lesi medulla spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidak seimbangan elektrolit
e. Uremia
f. Polip
g. Striktur
h. obstipas
Gaya hidup yang kurang gerak menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya batu pada salah satu organ abdomen (Black, Hawks. 2014)
2.5 Patofisiologi.
Colic abdomen atau kram perut adalah suatu kondisi ditemukannya
peradangan ataupun penegangan pada organ abdomen. Peradangan dapat
3
disebabkan oleh infeksi yang belum diketahui yang mungkin gagal
dikendalikan oleh system imun mukosa. Pada peradanagn ringan, mukosa
tampak eritematosa dan memiliki permukaan granular halus yang mirip
ampelas. Pada penyakit yang lebih parah peradangan akan mengalami
pendarahan, edema, ulserasi (Longo and Fauci, 2010)..
4
(Gambar 4 radiologik pada colon)
5
• Beri analgetik ringan (xylomidon), Spasmolitik: Baralgin, Sulfas
Aliopin (inj); jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri
antibiotik jika penyebab tidak jelas.
• Bila penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30
menit
• Bila panas, beri antipiretik (Parasetamol).
• Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj),
Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp.
• Bila dengan upaya di atas tidak kunjung membaik, segera bawa ke
rumah sakit terdekat.
6
semua pasien dengan kolik ginjal menunjukkan setidaknya hematuria
mikroskopis. Takikardia dan hipertensi relatif sering terjadi pada
kasus-kasus ini, bahkan pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki
riwayat gangguan jantung atau tekanan darah.(Dave, 2018) Adanya
piuria, demam, leukositosis, atau bakteriuria menunjukkan
kemungkinan infeksi saluran kemih dan potensi unit ginjal tersumbat
atau pionephrosis yang terinfeksi. Kondisi seperti itu berpotensi
mengancam jiwa dan diperlukan tindakan bedah. (Dave, 2018)
D. Pengkajian
Pada pasien dengan colic abdomen dapat dilakukan pengkajian
mengenai TTV, pemeriksaan Head to toe, dan pola gordon menurut
Ningrum tahun 2017 yaitu :
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Klien dengan colic abdomen biasanya mempersepsikan penyakit dan
hidupnya terancam, akibat nyeri kolik yang diderita.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu pengkajian mual dan muntah, intake cairan yang inadekuat,
peningkatan berat badan cepat (edema), malnutrisi, nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amoniak), penggunaan
obat diuretik, dan dehidrasi.
3. Pola aktivitas dan latihan
Penderita colic abdomen bisanya mengalami kelemahan, malaise, dan
keterbatasan gerak sendi.
4. Pola eliminasi
Penurunan frekuensi, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), konstipasi,
diare, perubahan warna urin.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien colic abdomen biasanya mengalami insomnia, gelisah atau
somnolen tergantung dengan tingkat keparahannya dan letak organ
abdomen mana yang terkena colic.
6. Pola persepsi dan konsep diri
7
Klien biasanya merasakan tidak berdaya, tidak ada harapan, menolak,
ansietas, tidak ada kekuatan, marah, takut, perubahan kepribadian,
kesulitan menentukan kondisi, mempertahankan fungsi peran, tak
mampu bekerja jika tingkat keparahannya meningkat.
7. Pola sensori dan kognitif
Merasakan panas pada kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
perubahan tingkat kesadaran, nyeri pangggul, sakit kepala, kram/nyeri
kaki (memburuk pada malam hari), distraksi, gelisah, pengelihatan
kabur, kejang, kebas pada kaki, neuropati perifer, gangguan status
mental, ketidakamuan konsentrsi, kehilangan memori, peurunan
lapang perhatian.
8. Pola reproduksi seksual
Penderita masih dapat melakukan hubungan seksual selama sakit
apabila tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi
seksual.
9. Pola hubungan peran
Hubungan peran yang terjadi pada keluarga biasanya terjadi
perubahan meliputi komunikasi yang berbeda karena kecemasan yang
tinggi
10. Pola penaggulangan stress
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa kecemasan, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah.
E. Diagnosis
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan yang sering muncul
pada pasien dengan batu ginjal mungkin termasuk yang berikut:
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis
8
2. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake inadekuat
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Masalah Kolaboratif / Komplikasi Potensial
Berdasarkan data penilaian, kemungkinan komplikasi meliputi:
1. Infeksi dan urosepsis
2. Obstruksi saluran organ abdomen oleh batu atau edema (Smeltzer,
2010)
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri akut b.d. cedera biologis d.d. nyeri
kolik abdomen
NOC : Tingkat Nyeri dan Kontrol Nyeri
Kriteria hasil :
1. Mampu menggunakan tindakan pencegahan
2. Melaporkan mengontrol nyeri
3. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indikator
skala nyeri
NIC
Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri secara Mengevaluasi lokasi nyeri
komprehensif obstruksi.
9
sesuai indikasi. skala sedang-berat yang tidak
mampu dikendalikan oleh terapi
non-farmakologis.
10
Bina hubungan baik Menumbuhkan rasa saling percaya
dalam menyalurkan informasi
11
DAFTAR PUSTAKA