Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

Tugas Mandiri
Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing:
Hafidz Ma’ruf, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Erika Rosmawati (20020)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN
JAKARTA 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Anatomi dan fisiologi abdomen

(Gambar 1 Anatomi abdomen)


Abdomen adalah bagian batang tubuh yang terletak antara thorax dan
pelvis. Batas abdomen lebih tinggi dari pada yang tampak dari luar karena
diafragma cembung keatas (Widjaja, 2008). Abdomen adalah rongga terbesar
dalalam tubuh. Bentuk yang lonjong meluas dari batas atas yaitu diafragma dan
dilindungi tulang rusuk sampai pelvis bagian bawah. Jika dari depan dan dikedua
sisi terdapat otot abdominal, tulang iliaka dan iga disebelah bawah. Di bagian
belakang terdapat tulang punggung, otot psoas, dan kuadratus lumborum. Organ
yang termasuk abdomen yaitu gaster, usus halus, usus besar, pancreas, hepar,
duodenum, jejunum, colon dan apendik (x) abdomen adalah organ berbentuk J
yang memiliki panjang maksimum 10 inci (25 cm) dan lebr maksimum 6 inci (15
cm). Abdomen dibagi menjadi empat wilayah yaitu karidia, fundus, tubuh dan
piloris. Kardia terdapat didekat pertemuan gastroesofageal. Fundus adalah bagian
abdomen yang kecil dan bulat yang terletak di atas gastroesofageal sfingter.
Piloris adalah lengkungan bawah dari bentuk J. tepatnya terletak di pertemuan
antara perut dan usus halus (Mustikawati 2017).
Seluruh saluran pencernaan dibatasi oleh selaput lendir (membrane
mukosa). Selama proses pencernaan, makanan akan dihancurkan menjadi zat-zat
sederhana yang dapat diserap dan dapat digunakan oleh sel jaringan tubuh.

1
Makanan akan berubah sifat akibat kerja dari berbagai enzim pada organ
pencernaan (Mustikawati 2017).
2.2 Pengertian/ Definisi
Colic abdomen adalah rasa sakit yang hilang timbul dan disebabkan
kontrusi dinding berotot pada daerah berongga. Colic abdomen adalah nyeri
spasmiodik abdomen yang dapat disebabkan karena adanya distensi atau obstruksi
pada organ berongga tubuh yang memiliki otot polos. Nyeri spasmodic artinya
rasa nyeri yang bergelombang, ada periode rasa sakit yang berada pada puncaknya
yang terasa sangat nyeri dan kemudian ada pada periode mereda sehingga seolah
tidak sakit lagi. Pada orang dewasa rasa sakit spasmodic dapat muncul secara tiba
tiba dan akan berkembang secara bertahap dan menjadi kronis.
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi colic abdomen dibedakan dari jenis organ yang terdapat pada perut.
2.2.1.1 Usus Halus Atas
Colic abdomen atau kram perut terletak pada abdomen bagian tengah
sampai atas, terjadi menegang (distensi), peningkatan bising usus, nyeri
tekan difus minimal.
2.2.1.2 Usus halus bawah
Colic abdomen yang signifikan, bising usus dan bunyi ‘hush’ meningkat,
distensi berat dan nyeri tekan difus minimal.
2.2.1.3 Colon
Terjadi kram perut dari tengah sampai bawah, distensi yang uncul di akhir,
muntah, bising usus meningkat dan nyeri tekan difus minimal.
2.2.1.4 Obstruksi mekanik parsial
Kram, distensi ringan dan diare. Terjadi bersamaan dengan granulatosa
usus pada penyakit crohn
2.2.1.5 Strangulasi
Nyeri parah, terus menerus dan erlokalisir, distensi sedang, muntah
persisten, bising usus menurun, dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses
berwana gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

2
2.4 Epidemiologi
Meningkatnya kejadian kolik abdomen di Negara-negara berkembang
beberapa tahun terakhir, dapat terlihat dinegara Indonesia. Berdasarkan data
yang diperoleh dari DEPKES RI pada tahun 2015, kolik abdomen merupakan
penyakit berbahaya setelah penyakit system pencernaan lainnya, yaitu
dyspepsia dan gastritis. Angka kejadian kolik abdomen di sebagian besar
wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia jumlah pasien
yang menderita penyakit kolik abdomen dan menjalani perawatann pada
tahun 2014 yaitu 591.819 orang dan pada tahun 2015 mencapai 596.132
orang.

2.4 Etiologi
Munculnya colic abdomen disebabkan menjadi dua pokok yaitu mekanis
dan fungsional (non mekanis) sebagai berikut :
Mekanis
a. Adhesi (perlengketan pasca bedah)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
Fungsional (non mekanis)
a. Ileus
b. Lesi medulla spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidak seimbangan elektrolit
e. Uremia
f. Polip
g. Striktur
h. obstipas
Gaya hidup yang kurang gerak menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya batu pada salah satu organ abdomen (Black, Hawks. 2014)

2.5 Patofisiologi.
Colic abdomen atau kram perut adalah suatu kondisi ditemukannya
peradangan ataupun penegangan pada organ abdomen. Peradangan dapat

3
disebabkan oleh infeksi yang belum diketahui yang mungkin gagal
dikendalikan oleh system imun mukosa. Pada peradanagn ringan, mukosa
tampak eritematosa dan memiliki permukaan granular halus yang mirip
ampelas. Pada penyakit yang lebih parah peradangan akan mengalami
pendarahan, edema, ulserasi (Longo and Fauci, 2010)..

(Gambar 4 colon yang meradang)


Pada penyakit yang telah berlangsung lama akan berubah menjadi
pseudopilip akibat dari regenerasi epitel, mukosa akan atropik serta kolon
keseluruhan akan menyempit dan memendek (Longo and Fauci, 2010).

2.6 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang klasik dan paling banyak ditemui adalah
timbulnya rasa sakit yang datang dengan tiba-tiba dipanggul dan menjalar ke
paha, 50 % dari penderita akan meraskan mual dan muntah. (Dave 2018)
selain itu pasien akan mengeluhkan nyeri kram yang hebat, kencing darah,
infeksi saluran kencing, pembesaran abdomen, penyumbatan aliran berongga
seperti kandung kemih, colon, lambung, jejunum dan lain sebagainya yang
termasuk dalam organ abdomen. (Alelign, Petros, 2018). Pasien dengan colic
abdomen biasanya datang dengan demam ringan, malaise, diare, dan nyeri
abdomen kram. Pengeluaran darah segar terjadi pada separuh pasien dengan
penyakit yang hanya mengenai kolon. Nyeri yang disebabkan oleh tinja
melalui segmen usus (Longo and Fauci, 2010)
2.7 Prosedur Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi

4
(Gambar 4 radiologik pada colon)

Ultrasonografi pada abdomen sedikit terbatas karena sensitivitas sekitar


19 persen. Jika ditemukan batu pada ureter maka sensitivitas 97 persen.
Selain itu ultrasonografi sangat sensititf pada hidronefrosis yang
mungkin manifestasi obstruksu ureter.
2. Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah darah?
3. Laboratorium
Dilakukan uji laboratorium darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati, uji
urin lengkap, tes kepekaan terhadap antibiotika, kalsium fosfat tingkat
keasaman pada PH urin, eksresi kalsium-fosfat-asam urat dalam urin
tamping 24 jam (Aslim, 2015)
- Leukosit
- hb

2.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pasien colic abdomen bertujuan untuk mengatasi
nyeri, menghilangkan peradangan yang sudah ada, dan mencegah terjadinya
pembentukan peradangan yang berulang. Penatalaksanaan pasien nefrolitiasis
dapat dilakukan dengan tindakan medis, seperti :

• Infus RL; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1.


• Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer.

5
• Beri analgetik ringan (xylomidon), Spasmolitik: Baralgin, Sulfas
Aliopin (inj); jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri
antibiotik jika penyebab tidak jelas.
• Bila penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30
menit
• Bila panas, beri antipiretik (Parasetamol).
• Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj),
Cortison inj 3 cc atau Deksametason 2 amp.
• Bila dengan upaya di atas tidak kunjung membaik, segera bawa ke
rumah sakit terdekat.

2.8 Nursing Care Process


A. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan penderita pada saat dilakukan
pengkajian. Penderita colic abdomen biasanya datang dengan keluhan
perut kembung yang terletak di bagian abdomen bagian atas tengah,
mual dan muntah (Longo and Fauci, 2010).
B. Clinical History
Riwayat penyakit sekarang sejak timbulnya keluhan sampai dirawat
di rumah sakit, berkaitan dengan keluhan utama nyeri yang dijabarkan
dengan PQRST (Paliative, Qualitative, Region, Scale, Time) biasanya
dirasakan nyeri pada perut bagian tengah, kadang timbul mual dan
muntah. (Waston, 2017).
C. Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien colic abdomen dilakukan dengan
presentasi klasik untuk pasien dengan kolik ginjal akut adalah
timbulnya rasa sakit yang tiba-tiba di panggul dan memancar secara
inferior dan anterior. Pasien terkait dengan hematuria mikroskopis,
mual, dan muntah. Pemeriksaan perut biasanya biasa-biasa saja. Bunyi
usus mungkin hipoaktif, cerminan ileus ringan, yang tidak jarang pada
pasien dengan nyeri akut dan berat. (Dave, 2018)
Pasien dengan kolik ginjal menggeliat kesakitan, berjalan
mondarmandir, dan tidak dapat berbaring diam. Sekitar 85% dari

6
semua pasien dengan kolik ginjal menunjukkan setidaknya hematuria
mikroskopis. Takikardia dan hipertensi relatif sering terjadi pada
kasus-kasus ini, bahkan pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki
riwayat gangguan jantung atau tekanan darah.(Dave, 2018) Adanya
piuria, demam, leukositosis, atau bakteriuria menunjukkan
kemungkinan infeksi saluran kemih dan potensi unit ginjal tersumbat
atau pionephrosis yang terinfeksi. Kondisi seperti itu berpotensi
mengancam jiwa dan diperlukan tindakan bedah. (Dave, 2018)
D. Pengkajian
Pada pasien dengan colic abdomen dapat dilakukan pengkajian
mengenai TTV, pemeriksaan Head to toe, dan pola gordon menurut
Ningrum tahun 2017 yaitu :
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Klien dengan colic abdomen biasanya mempersepsikan penyakit dan
hidupnya terancam, akibat nyeri kolik yang diderita.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu pengkajian mual dan muntah, intake cairan yang inadekuat,
peningkatan berat badan cepat (edema), malnutrisi, nyeri ulu hati, rasa
metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amoniak), penggunaan
obat diuretik, dan dehidrasi.
3. Pola aktivitas dan latihan
Penderita colic abdomen bisanya mengalami kelemahan, malaise, dan
keterbatasan gerak sendi.
4. Pola eliminasi
Penurunan frekuensi, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), konstipasi,
diare, perubahan warna urin.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien colic abdomen biasanya mengalami insomnia, gelisah atau
somnolen tergantung dengan tingkat keparahannya dan letak organ
abdomen mana yang terkena colic.
6. Pola persepsi dan konsep diri

7
Klien biasanya merasakan tidak berdaya, tidak ada harapan, menolak,
ansietas, tidak ada kekuatan, marah, takut, perubahan kepribadian,
kesulitan menentukan kondisi, mempertahankan fungsi peran, tak
mampu bekerja jika tingkat keparahannya meningkat.
7. Pola sensori dan kognitif
Merasakan panas pada kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
perubahan tingkat kesadaran, nyeri pangggul, sakit kepala, kram/nyeri
kaki (memburuk pada malam hari), distraksi, gelisah, pengelihatan
kabur, kejang, kebas pada kaki, neuropati perifer, gangguan status
mental, ketidakamuan konsentrsi, kehilangan memori, peurunan
lapang perhatian.
8. Pola reproduksi seksual
Penderita masih dapat melakukan hubungan seksual selama sakit
apabila tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi
seksual.
9. Pola hubungan peran
Hubungan peran yang terjadi pada keluarga biasanya terjadi
perubahan meliputi komunikasi yang berbeda karena kecemasan yang
tinggi
10. Pola penaggulangan stress
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa kecemasan, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah.
E. Diagnosis
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan yang sering muncul
pada pasien dengan batu ginjal mungkin termasuk yang berikut:
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis

8
2. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake inadekuat
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Masalah Kolaboratif / Komplikasi Potensial
Berdasarkan data penilaian, kemungkinan komplikasi meliputi:
1. Infeksi dan urosepsis
2. Obstruksi saluran organ abdomen oleh batu atau edema (Smeltzer,
2010)
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri akut b.d. cedera biologis d.d. nyeri
kolik abdomen
NOC : Tingkat Nyeri dan Kontrol Nyeri
Kriteria hasil :
1. Mampu menggunakan tindakan pencegahan
2. Melaporkan mengontrol nyeri
3. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indikator
skala nyeri
NIC
Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian nyeri secara Mengevaluasi lokasi nyeri
komprehensif obstruksi.

Dukung istirahat dan tidur yang membantu menurunkan spasme otot


adekuat untuk menurunkan nyeri yang merangsang nyeri

Ajarkan penggunaan teknik Membantu menurunkan tingkat


nonfarmakologis seperti nafas nyeri dan memberikan edukasi
dalam, distraksi, trankutaneous mengenai pengontrolan nyeri tanpa
electrical nerve stimulation (TENS), obat-obatan.
hypnosis, relaksasi, dan imajinasi
terbimbing.

Kolaborasi dengan tim medis dalam Terapi farmakologis dibutuhkan


pemberian terapi farmakologis untuk menurunkan nyeri dengan

9
sesuai indikasi. skala sedang-berat yang tidak
mampu dikendalikan oleh terapi
non-farmakologis.

Diagnosa Keperawatan 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d. ganguan keseimbangan cairan d.d. mual muntah
NOC : Tingkat Ketidaknyamanan diminimalisir
Kriteria hasil :
1. Nyeri yang di rasakan menurun
2. Mual dan muntah ringan
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi perubahan status jantung Menghindari payah atrium jantung
yang menunjukkan kelebihan cairan atrium

Berikan cairan melalui intravena Menjaga elektrolit tubuh dalam


yang mengandung keadaan normal dan metabolisme
eletrolit diberikan dengan tubuh
aliran yang sesuai dan konstan

Ajarkan keluarga mengenai Edukasi mengenai hidrasi selain


tindakan hidrasi menggantikan cairan tubuh yang
hilang, dapat membantu
memperlancar jalan kalkulus ginjal
Diagnosa Keperawatan 3 : Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan NOC : tingkat kecemasan Kriteria hasil :
1. Rasa cemas yang disampaikan secara lisan dipertahankan dari skala
3(sedang) ditingkatkan ke skala 4 (ringan)
2. Perubahan pada pola makan dipertahankan dari skala 2 (cukup
berat) ditingkatkan ke skala 4 (ringan)
Intervensi
Intervensi Rasional

10
Bina hubungan baik Menumbuhkan rasa saling percaya
dalam menyalurkan informasi

Nilai tingkat pengetahuan pasien Untuk mengetahui tingkat


dan pemahaman pasien saat ini pengetahuan pasien tentang
kondisinya saat ini

Sertakan keluarga dengan cara yang Untuk memperluas evaluasi


tepat pengetahuan masalah dan keluarga
dapat mengetahui tingkat masalah
yang dihadapi pasien

Koreksi informasi yang salah Mengurangi masalah ansietas


pasien

Berikan waktu bagi pasien untuk Memberikan fasilitas dan kepuasan


bertanya dan membahas masalah pemahaman yang lebih mendalam

Beri pujian dengan tepat Memberikan reinforsemen yang


baik

Monitor tanda-tanda vital pasien Mengetahui keadaan umum pasien

Monitor manifestasi gastrointestinal Membantu proses pengeluaran atau


akibat hiponatrium seperti eliminasi urin
anoreksia, kram, mual muntah, dan
diare.

Dukung pasien dan keluarga untuk Edukasi menjaga nutrisi sesuai


membantu dalam pemberian makan dengan kebutuhan tubuh
dengan baik

11
DAFTAR PUSTAKA

Alelign, T., Petros,B. 2018. Kidney Stone Disease: An Update on Current


Concepts. Advances in urology. 1- 12.
Aslim, O. 2015. Penatalaksanaan batu ginjal dengan stone burden lebih dari 2
centimeter di rumah sakit pusat angakatn darat gatot soebroto tahun
2011-2014. Tesis. Program pendidikan dokter spesialis urologi.
Universitas Indonesia.
Dave, C. N. 2018. Nephrolitiasis.
https://emedicine.medscape.com/article/437096overview#a5 [diakses 7
Sebtember 2019]
Fauzi, A., M. M. A. Putra. 2016. Nefrolitiasis. Majority. 5(2): 69-73.
Longo,D, L and Fauci A, S. 2013. Harrison Gastroenterologi &Hepatologi.
Jakarta:ECG. [diakses 7 Sebtember 2019]

Watson, S. 2017. Renal colic. https://www.healthline.com/health/renal-colic


[diakses 7 Sebtember 2019]

Widjaja,H. 2008. Anatomi Abdomen. Jakarta:ECG [diakses 7 Sebtember 2019]


44

Anda mungkin juga menyukai