PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
3. Bagi Pasien dan Keluarga Menjadi acuan bagi Ny “S” dalam mengatasi
masalah yang dialami secara konstruktif dan kepada keluarga pasien
dapat menjadi bahan acuan dalam merawat pasien di rumah khususnya
yang mengalami diagnosis Abdominal Pain (nyeri perut)
B. Etiologi (Penyebab)
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Definisi nyeri
1. Fisiologi Nyeri
a. stimulus
b. Reseptor Nyeri
nyeri.
c. Pathways Nyeri
Untuk lebih mudah memahami proses terjadinya nyeri, dibutuhkan
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanisme atau termal (yaitu
serabut saraf C yang tidak bermielinasi, berukuran sangat kecil dan bersifat
tersebut dalam waktu kurang dari 1 detik akan merasakan nyeri yang
emosi dan kognitif, serta integrasi dari sistem saraf otonom.Slow pain yang
jantung berdebar-debar
1. Klasifikasi Nyeri
Nyeri secara umum dibagi dua yaitu, nyeri akut dan nyeri kronik
a. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari dari enam bulannyeri akut
b. Nyeri kronis
diketahui atau tidak.Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat
disembuhkan.
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis yaitu:
singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan) ringan sampai berat, respon
bedah trauma.
ringan sampai berat, respon otonom: yaitu tidak terdapat respon otonom
vital sign dalam batas normal, respon psikologis: depresi keputus asaan
terminal.
a. usia
b. Jenis kelamin
Secara umum pada pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
nyeri.
c. Kebudayaan
Perawat sering kali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu
flaskerud, 1991).
d. Makna nyeri
atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas
nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti
tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar dan lain-lain, sebagai contoh individu
yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang
penurunan respon nyeri. konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk
b. Ansietas (kecemasan)
yang memerintah kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya
c. Keletihan
d. Pengalaman sebelumnya
yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut
2.1 klasifikasi
1. Nyeri abdomen akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan durasi pendek. Nyeri alih adalah persepsi nyeri pada suatu
daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. (Arenal JJ, Bengoechea-
Beeby M. Mortality 2013).
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdominal akut adalah
nyeri perut. Rasanya nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan
di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga
toraks.nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri nyeri visceral
dan nyeri somatic.
a. Nyeri visceral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada perenium yang
meliputi organ intrapiretoneal yang mellui saraf otonom.
b. Nyeri somatic
Terjadi karena rangsangna pada peritoneum parictale yang
melalui saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat.
2. Nyeri abdomen kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan neyri
berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang hilang
timbul. Nyeri kronik dapat berhubungan dengan eksterbasi akut. (Arenal
JJ, Bengoechea-Beeby M. Mortality 2013).
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh
terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga
tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2017). Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2014) adalah
sebagai berikut :
a. skala intensitas nyeri deskritif
b. Skala identitas nyeri numerik
c. Skala analog visual
d. Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 :Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul. Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang
garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta
klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa
jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan
klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala
penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10
cm (AHCPR, 2016).
Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada
tulang belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk
dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati biasanya
berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut bagian atas
seakan-akan menggendong absesnya(Sjamsuhidajat, dkk., 2014).
Penyebab Akut Abdomen
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin
bisa berakibat fatal. Berikut adalah daftar beberapa kondisi yang
mendasari akut abdomen yang sering terlihat dalam komunitas (Kavanagh,
2015) :
1. Acute cholecystitis.
2. Acute appendicitis atau Meckel‟s diverticulitis.
3. Acute pancreatitis.
4. Ectopic pregnancy.
5. Diverticulitis.
6. Peptic ulcer disease.
7. Pelvic inflammatory disease.
8. Intestinal obstruction, including paralytic ileus (adynamic obstruction).
9. Gastroenteritis.
C. Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa
bibir kering ,turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, lemah dan
kelelahan (Tanto, 2014).
D. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal, baik mendadak maupun berulang,
biasanya selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan
psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari suatu proses
penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat
meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri
daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera
pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan
diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri
somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul
karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia.
Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus
terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf
otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf
C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari
rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri
pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari
organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis
menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia.
Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus
lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari
visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang
nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal,
dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan
didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang
meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen
torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilicus Smeltzer, Suzanne C,
Brenda G Bare. 2015)
Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta
segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan
kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses penyakit
meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh
kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya(Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. 2015).
PATWAY
Etilogi Etilogi
Ulserasi Appendiks
mukosa berisi pus
Append
Nyeri Sekresi mukus
ikstis
abdomen meningkat
akut
pada kuadran
fokal
kanan bawah Peningkatan
tekanan
Infark dinding
appendiks
ganggrenos
a
Nyeri hebat
appendiksitis
appendiktomy
Spasme
abdomen
Insisi bedah
Distensi
abdomen
Nyeri post
Menekan op
gaster Kelemahan
Pembatasan
Peningkatan intake cairan fisik
produksi HCL
Resiko kurang vol Intoleransi
cairan aktivitas
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas
’sentimel),Kolangitis(udara dalam cabang bilier),Kolitis akut(Kolon
mengalami dilatasi,edema dan gambaran menghilang),obstruksi akut(Usus
mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu Ginjal (Radioopak dalam
saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang
didiagnosis bandingnya luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk
dilakukan laparotomi dan diagnosis belum pasti,,pankreatitis,trauma
hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
3.Pemeriksaan khusus
a) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari
100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. b) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis
data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalah-masalah sampingan
yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan
pengobatan bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pengobatan.
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan nyeri
a. Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri meliputi
1) Mengidentifikasi tujuan dan penatalaksanaan nyeri
2) Membina hubungan perawat klien
3) Memberikan perawatan fisik
4) Mengatasi kecemasan pasien yang berhubungan dengan nyeri.
5) Melakukan intervensi farmakologis
6) Melakukan intervensi non farmakologi
7) Melakukan penyuluhan
8) Melakukan evaluasi keefektifan strategi intervensi nyeri.
b. Tindakan noninvasif untuk mengurangi nyeri dan alasannya.
Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif
yang dapat membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri
nonfarmakologis biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah.
Tindakan nonfarmakologis bukan merupakan pengganti obat-
obatan, tindakan tersebut mungkin diperlukan, atau sesuai untuk
mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa
detik atau menit.
1) Tehnik relaksasi
Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan
dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan
lambat bersama setiap ekshalasi dan inhalasi. Relaksasi otot
skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri.
2) Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran
dimana efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik
relaksasi dengan metode yang berbeda.
3) Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan
nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana
kerjanya hiposis tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi tidak
tampak diperantaraioleh sistem endorfin (Moret et.all, 2015
dalam Suddart and Brunner, 2017).
Penyebab
1. Pengkajian Keperawatan
pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012). Pada
klien dengan nyeri akut dalam kategori fisiologis dengan subkategori nyeri
dan kenyamanan, perawat harus mengkaji data mayor dan minor yang
2. Diagnosa Keperawatan
bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
pada diri sendiri, diaforesis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
kriteria hasil untuk masalah nyeri akut mengacu pada standar luaran
TABEL 2
Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia) & (Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia)
4. Implementasi Keperawatan
intensitas nyeri
tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu
atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
SOAP. Metode SOAP ini merupakan salah satu metode yang terdiri dari S
data subjektif dan data objektif yang diperoleh dengan tujuan dan kriteria
Evaluasi keperawatan untuk nyeri akut diuraikan dalam SOAP maka akan
O(objektif): meringis menurun ( skala 5), sikap protektif menurun (skala 5),
gelisah menurun (skala 5), kesulitan tidur menurun (skala 5), menarik diri
menurun (skala 5), berfokus pada diri sendiri menurun (skala 5),
pupil dilatasi menurun (skala 5), muntah menurun (skala 5), mual