Disusun Oleh :
RISNAMI MUTMAINAH
NIM : 0441601036
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Apakah teknik distraksi : bermain boneka tangan dapat menurunkan nyeri akut pada
anak dengan Abdominal Pain ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mendapatkan gambaran tentang efektivitas pemberian tindakan teknik
distraksi bermain boneka tangan dalam mengatasi masalah nyeri akut pada pasien
anak dengan abdominal pain.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak usia pra sekolah
dengan abdominal pain.
b. Penulis mampu mengidentifikasi skala nyeri sebelum dilakukan tindakan
teknik distraksi bermain boneka tangan.
c. Penulis mampu melakukan tindakan teknik distraksi bermain boneka tangan
pada anak usia pra sekolah dengan abdominal pain sesuai dengan standar
prosedur operasional.
d. Penulis mampu mengidentifikasi skala nyeri setelah dilakukan tindakan teknik
distraksi bermain boneka tangan.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka diperoleh manfaat dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Insitusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk meningkatkan
kualitas Pendidikan khususnya dalam melakukan teknik distraksi bermain boneka
tangan pada anak usia pra sekolah dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
pasien abdominal pain.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
abdominal pain dan tindakan non farmakologis teknik distraksi bermain boneka
tangan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam
memberikan teknik non farmakologis bermain boneka tangan pada pasien dengan
masalah keperawatan nyeri akut serta menjadi dasar penelitian selanjutnya tentang
asuhan keperawatan pada sistem pencernaan sehingga ilmu keperawatan dapat
lebih berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Nyeri abdomen pain merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa
di abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis
perut akut. Nyeri abdomen terbagi menjadi dua yaitu, nyeri abdomen akut dan
nyeri abdomen kronis (Dova Maryana, 2021)
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (reffered pain) adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan
yang menonjol dari pasien dengan nyeri abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan - kelainan di abdomen atau
diluar abdomen seperti organ- organ di rongga toraks (Andriyanto, 2019)
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berlangsung hilang
timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut (Soeparno,
2020)
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2015) Nyeri perut bisa disebabkan oleh berbagai masalah di
sepanjang saluran pencernaan atau di berbagai bagian perut, beberapa kelainan
bisa bersifat ringan, tetapi ada juga yang bisa berakibat fatal misalnya :
a. Iritasi esofagus
b. Gastritis
c. Ulkus pada saluran cerna yang mengalami perforasi
d. Apendisitis
e. Prankrealitis
f. Batu empedu
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain diluar abdomen, lesi pada susunan
saraf spinal, gangguan metabolic, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen
somatic berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum
dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik, yang
lebih dapat meneruskan rasa nyeri nya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri dari
pada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera mulanya
akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri
somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan
disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis.
Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul di daerah abdomen bagian
atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri di dalam tractus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa
usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit
oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submucosa, lapisan
muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebrata dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medulla spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada
jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dialokasi. Impuls nyeri dari visera avdomen atas (lambung,
duodenum, pancreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medulla spinalis pada
segmen torakalis 6,78 serta di rasakan di daerah epigastrium . impuls nyeri yang
timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum treizt sampai fleksura
hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10 , dirasakan di sekitar umbilikus.
Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia impuls nyeri
mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapublik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau
skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritonium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut, nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti
pada keracunan timah , dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
(Widyawati, 2019)
Pathway
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) manifestasi klinis pada penyakit abdominal pain diantaranya : Nyeri
abdomen, mual muntah,tidak nafsu makan , lidah dan mukosa bibir kering ,urine sedikit dan
pekat ,lemah dan kelelahan
5. Komplikasi
1. Perfporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan DL
3. Amilase : Kadar serum > 3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankrealitis.
4. B-HCG (serum) : Kehamilan estopik (kadar B-CHG dalam serum lebih akurat dari
pada dalam urine)
5. Gas darah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis, pankrealitis)
6. Urin porsi tengah (MSU) infeksi saluran kemih
7. EKG : infark miokard
8. Rontgen thoraks : Viskus perforasi (udara bebas) pneuomonia
9. Rontgen abdomen : usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
pankrealitis (pelebaran jejuinum bagian atas sentimel), kolangitis(udara dalam
cabang bilier), kolitis akut(kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (usus mengalami dilatasi tanda string of pearl) batu
ginjal (radiopak dalam saluran ginjal)
10. Ultrasonografi
11. Ct scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya luas,
pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi dan diagnosis belum
pasti, pankrealitus, trauma hati/limpa/mesentrium, divertikulitis, anuerisma.
12. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obstruksi saluran ginjal. (Kusmayadi, 2022)
7. Pemeriksaan Medis
Pemberian analgetik dan Pembedahan (Arifin et al, 2018)
8. Penatalaksaan Keperawatan
1. Kaji nyeri dengan teknik PQRST
2. Melakukan teknik distraksi
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan edukasi tentang nyeri pada keluarga
B. KONSEP ANAK USIA PRA SEKOLAH
1. Definisi
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia antara 3 hingga 6 tahun. Pada masa
ini anak mengalami pertumbuhan fisik yang melambat, namun anak mengalami
peningkatan pada perkembangan psikososial dan kognitif. Anak mulai
mengembangkan rasa ingin tahunya dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik
(Mansur, 2019). Usia prasekolah adalah masa keemasan (Golden age), dimana
perkembangan aspek kognitif, fisik, motorik dan psikososial anak berkembang
secara optimal. Setiap anak melewati tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
konstan (Damayanti & Sensussiana, 2022). Salah satu keterampilan yang
dikembangkan anak pada usia prasekolah adalah keterampilan motorik.
Kemampuan motorik dasar terdiri dari motorik kasar yang melibatkan otot-otot
besar, dan kemampuan motorik halus yang melibatkan keterampilan gerakan yang
melibatkan otot-otot kecil seperti menggambar, menulis, mencoret-coret, meronce
manik-manik, menyulam, dan makan. Kemampuan motorik halus biasanya
berkembang setelah kemampuan kasar mencapai puncaknya. Periode pertumbuhan
balita adalah pada saat-saat krusial dalam perkembangan anak. Pastikan anak
mendapatkan cukup tidur, berolahraga, dan makan-makanan yang sehat. Meskipun
anak-anak menjadi lebih mandiri pada periode ini, mereka masih membutuhkan
pendampingan. Ketika anak-anak meninggalkan masa bayi mereka, mereka menjadi
lebih kuat dan aktif secara fisik, dan aktivitas mereka semakin beragam, termasuk
bermain sendiri dengan tenang. (Carol Cooper, Claire H, Su L, Karen. S , 2018)
Aspek-aspek tugas perkembangan mencangkup aspek kognitif, aspek fisik, aspek
bahasa, sosio-emosional, moral, dan spiritual.
2. Faktor- faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakan hasil interaksi banyak faktor menurut Yuniarti (2015) :
a. Faktor dalam
1) Ras / etnik atau bangsa
2) Keluarga
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genentik
6) Kelainan kromosom
7) Kelenjar- kelenjar
8) Posisi anak dalam keluarga
9) Luka dan penyakit
b. Faktor luar
1) Faktor prenatal
a) Gizi : Nutrisi ibu hamil dalam trimester pertama mempengaruhi pertumbuhan
janin
b) Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/ zat kimia : Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan
kongenital.
d) Radiasi : Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti
deformitas anggota gerak.
e) Infeksi : infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat
menyebabkan kelainan janin seperti bisu, katarak, tuli, dan retardasi mental.
f) Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga menyebabkan homosis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan
jaringan otak.
g)Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi akibat proses persalinan yang terjadi pada anak seperti trauma
kepala, asfiksia, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca persalinan
a) Gizi : untuk tumbuh kembang bayi di perlukan gizi yang adekuat.
b) Penyakit kronis / kelainan kongenital : tubercolosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c. Perkembangan personal-sosial anak pada usia toodler sebagai berikut :
1) Usia 12-18 bulan, anak dapat bermain sendiri di dekat orang dewasa,
menunjukan keinginan tanpa menangis, dan menunjukan rasa cemburu atau
bersaing.
2) Usia 18-24 bulan, anak sudah dapat minum dari cangkir dengan dua tangan,
belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki, serta dapat melepas
pakaian tanpa kancing. Anak juga belajar bernyanyi dan meniru aktivitas
dirumah. Mereka mampu mencari pertolongan jika ada kesulitan atau masalah,
dan dapat mengeluh jika basah dan kotor. Frekuensi buang air keci;l dan besar
mereka normal, anak- anak mulai berbagi mainan dan bekerja sama denmgan
anak-anak lain serta dapat mencium orang tua.
3) Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukan kemarahan jika keinginanya
terhalang dan dapat makan dengan sendok dan garpu dengam cepat. Mereka juga
dapat minum dari cangkir dengan baik dan makan nasi sendiri tanpa banyak
tumpah. Anak-anak sudah mampu melepas pakaian sendiri dan sering
menceritakan pengalaman baru. Mereka dapat mendengar cerita dengan gambar
dan bermain pura-pura. Anak – anak mulai membentuk hubungan sosial dan
dapat bermain dengan anak-anak lain. Mereka juga menggunakan bahasa dan
gerakan isyarat untuk berkomunikasi.
C. Konsep Bermain Boneka Tangan
Kolaborasi :
-Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien dapat
dikurangkan atau
dapat
dihilangkan.
-
2 Konstipasi Setelah dilkukan tindakan Observasi : Observasi :
berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam -Monitor buang -Untuk melihat
dengan diharapkan masalah eliminasi air besar (mis, warna, frekuensi,
ketidakcukupa fekal pada klien dapat teratasi warna, komsistensi, dan
n asupan serat dengan kriteria hasil : frekuensi, volume dari
ditandai 1. Kontrol konsistensi, dan buang air besar
dengan pengeluaran volume) tersebug
pengeluaran feses -Monitor tanda -Untuk
feses lama dan 2. Keluhan dan gejala diare, mengetahui
sulit, feses defekasi lama konstipasi, atau tanda dan hejala
keras, dan sulit impaksi dari konstipasi
peristaltic usus 3. Distensi
menurun, sulit abdomen Terapeutik : Terapeutik :
mengejan saat 4. Peristaltic usus -Berikan air -Air hangat
defekasi, 5. Nyeri abdomen hangat setelah dapat membantu
distensi makan meredakan nyeri
abdomen -Sediakan dan dapat
makanan tinggi meredakandan
serat konstipasi dan
dapat membuat
Edukasi : klien berkeringat
-Jelaskan jenis -Makanan yang
makanan yang tinggi serat dapat
membantu membanti klien
meningkatkan dalam
keteraturan meredakan
peristaltic usus konstipasi
-Anjurkan
meningkatkan Edukasi :
asupan cairan. -Agar klien
Jika tidak ada dapat
kontraindikasi mengetahui jenis
makanan yang
Kolaborasi : dapat
-Kolaborasi meningkatkan
pemberian obat keteraturan
supositoria anal. peristaltic usus
Jika perlu -Asuoan caiean
yang cukup
dapat membantu
klien dalam
mengatasi
konstipasi
Kolaborasi :
-Pemberian
suposotoria anal
dapat membantu
melancarkan
klien dalam
mengeluarkan
feses
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Aktivitas keperawatan selama 3 x 24 jam -Identifikasi -Untuk
berhubungan maka diharapkan intoleransi defisit tingkat mengetahui
dengan aktivitas meningkat dengan aktivitas tingkat aktivitas
kelemahan kriteria hasil : -Identifikasi -Untuk
ditandai 1. Dsypnea saat kemampuan mengetahui
dengan pasien aktivitas berpartisipasi kemampuan
merasa lemah meningkat (5) dalam aktivitas dalam
2. Dsypnea setelah tertentu beraktivitas
aktivitas -Monitor respon tertentu
meningkat (5) emosional, fisik, -Untuk
3. Kemudahan sosial, dan mengetahui
dalam spiritual respon
melakukan terhadap emosional , fisik,
aktivitas sehari- aktivitas sosial, spiritual
hari meningkat terhadap
(5) aktivitas
4. Keluhan lelah Terapeutik :
menurun (5) -Fasilitasi fokus Terapeutik :
5. Perasaan lemah dalam -Agar dapat
menurun (5) kemampuan, fokus dalam
bukan defisit kemampuan
yang dialami -Dapat
-Koordinasi terlaksana
pemilihan dengan baik
aktivitas sesuai pemilihan
usia aktivitas sesuai
-Libatkan usia
keluarga dalam -Agar keluarga
aktivitas, jika terlibat dalam
perlu aktivitas
Edukasi : Edukasi :
- Ajarkan cara -Untuk
melakukan mengetahui
aktivitas metode aktivitas
individu fisik sehari-hari
- Anjurkan -Agar keluarga
keluarga terlibat dalam
memberikan memberikan
penguatan penguatan positif
positif atas pada klien.
partisipasi dalam
aktivitas Kolaborasi :
-Untuk
Kolaborasi : mengetahui
-Kolaborasi terapi okupasi
dengan terapis dalam
okupasi dalam merencanakan
merencanakan progam aktivitas
dan memonitor -Untuk dapat
progam aktivitas meminimalisirka
jika sesuai usia n keadaan klien
-Rujuk pada
pusat atau
progam aktivitas
komunitas, jika
perlu
4. Implementasi
Menurut Anita (2021), Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap implementasi
dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor mempengaruhi masalah
kesehatan pasien.
5. Evaluasi
Nursalam (2021) Mengatakan bahwa evaluasi adalah tindakan untuk menyelesaikan
proses keperawatan, yang menunjukan keberhasilan diagnosis keperawatan, rencana
keperawatan, dan implementasi, evaluasi adalah tahap akhir dari pengkajian keperawatan
dan perlunya perubahan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan.
BAB III
METODE STUDI KASUS
C. Fokus Studi
Fokus studi dalam studi kasus ini adalah intervensi teknik distraksi terapi bermain
boneka tangan pada pasien Abdominal Pain dengan diagnosa keperawatan Nyeri
Akut.