Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TEKNIK DISTRAKSI : TERAPI BERMAIN


BONEKA TANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN ABDOMINAL
PAIN DAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RSD GUNUNG JATI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :

RISNAMI MUTMAINAH
NIM : 0441601036

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON

2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut The World Healthy Organization (2019) dalam Syamsiah (2019)


Menyebutkan bahwa nyeri abdomen merupakan salah satu angka kejadian nyeri yang
cukup tinggi. Nyeri abdomen merupakan gejala yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
spesifik. Tanda dan gejala dari nyeri abdomen adalah nyeri tekan yang tidak spesifik
tetapi sering terjadi pada penderita dengan intra abdominal akut yang membahayakan
disebut juga dengan akut abdomen. Nyeri abdomen akan meningkatkan substansi
kimia seperti prostaglandin, histamin, substansi P, dan bradikinin, yang dapat
menimbulkan respon nyeri.
Nyeri perut pada manusia disebabkan dengan adanya tanda gangguan dalam tubuh
manusia. Di era maju seperti sekarang banyak penyakit baru yang bermunculan akibat
infeksi virus, bakteri atau jamur dan juga akibat penggunaan zat-zat kimia yang
berlebihan atau salah. Usaha mengobati nyeri pastinya masyarakat akan menuju ke
instalasi kesehatan terdekat guna untuk memperoleh obat. Namun jika manusia
mempunyai ambang nyeri yang sangat tinggi tentunya membutuhkan terapi sebelum
ke instalasi kesehatan yang dituju agar nyeri yang dirasakan berkurang (Soeparno,
2020) Nyeri perut pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal diluar penyakit yang
mendasari contohnya meliputi sembelit, gas, makan berlebihan, stress, atau otot
tegang (Nurhidayati dkk, 2023)
Y.D dan Fitria L (2014) menjelaskan bahwa nyeri perut biasanya terjadi pada anak
usia 5-14 tahun, frekuensi tertinggi pada anak usia 5-10 tahun. Di Inggris nyeri perut
pada anak terjadi pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun. Nyeri perut oleh
kelainan fungsional saluran cerna jarang ditemukan pada anak usia 5 tahun. Pada
umumnya anak tidak dapat mengatakan apa yang dirasakan. Sehingga kelainan
organik sulit dipastikan, Diagnosis pasti harus dipastikan oleh pendekatan
menyeluruh.
Prevalensi abdomen pain di Indonesia tercatat 40,85% dari 800.000 orang penduduk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2021)
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon (2021) berdasarkan data pada tahun
2021 Di kabupaten Cirebon anak-anak mengalami sakit perut berulang dimana
gambaran klinis yang banyak ditemukan yaitu kejadian gastritis mencapai 24,73%
atau 2.400 jiwa.
Menurut Nicole Sawangpont Pattamanuch (2018) ahli gastroenterologi di Seattle
Children's, menguraikan gejala sakit perut yang berhubungan dengan anak-anak yang
mengalami stres, baik secara fisik maupun emosional, sering kali tombol volume pada
penerima stresor mereka diputar. Cara otak menerima dan menafsirkan sinyal stresor
rasa sakit sangat terkait dengan keadaan emosi kita.
Manajemen nyeri dapat dilakukan melalui manajemen farmakologi dan non
farmakologi (Sarim & Suryono, 2019) Salah satu tindakan farmakologi yang dapat
dilakukan adalah dengan cara pemberian analgetik ( Nurani & Yanti, 2020)
Menurut Andromoyo (2013) teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri terdiri
dari message, teknik relaksasi, dan teknik distraksi. Teknik distraksi adalah
memfokuskan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Distraksi dapat dilakukan
dengan cara distraksi penglihatan (visual), distraksi intelektual (pengalihan nyeri
dengan kegiatan-kegiatan), dan distraksi pendengaran (audio).
Terapi non farmakologi dengan terapi bermain boneka tangan pada usia pra sekolah
merupakan aspek penting dari kehidupan anak dan merupakan salah satu alat paling
efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirumah sakit. Karena Hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress
(saputro & fajrim ,2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2021) tentang “Pengaruh Permainan Boneka
Tangan Terhadap kecemasan Anak usia Pra sekolah Akibat Hospitalisasi di RSUD
Labuang Baji Makassar” Hasil penelitian di dapatkan kecemasan anak sebelum diberi
terapi bermain boneka tangan dengan kecemasan berat sebanyak 6 (30%) dan
kecemasan sedang sebanyak 14 ( 70,0 %) setelah diberi terapi bermain boneka tangan
di dapatkan kecemasan berat tidak ada kecemasan sedang sebanyak 12 (60,0 %) hasil
uji statistik menunjukan ada pengaruh permainan boneka tangan terhadap kecemasan
anak usia pra sekolah Akibat hospitalisasi dengan nilai p-Value 0,000 ( p<= 0,005)
diharapkan bagi perawat pelaksana diruang perawatan anak agar selalu menerapkan
teknik distraksi atau pengalihan perhatian berupa terapi permainan boneka tangan
pada pasien anak yang menjalani perawatan untuk mengurangi dampak hospitalisasi
khususnya kecemasan pada anak usia pra sekolah.

B. Rumusan Masalah
Apakah teknik distraksi : bermain boneka tangan dapat menurunkan nyeri akut pada
anak dengan Abdominal Pain ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mendapatkan gambaran tentang efektivitas pemberian tindakan teknik
distraksi bermain boneka tangan dalam mengatasi masalah nyeri akut pada pasien
anak dengan abdominal pain.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak usia pra sekolah
dengan abdominal pain.
b. Penulis mampu mengidentifikasi skala nyeri sebelum dilakukan tindakan
teknik distraksi bermain boneka tangan.
c. Penulis mampu melakukan tindakan teknik distraksi bermain boneka tangan
pada anak usia pra sekolah dengan abdominal pain sesuai dengan standar
prosedur operasional.
d. Penulis mampu mengidentifikasi skala nyeri setelah dilakukan tindakan teknik
distraksi bermain boneka tangan.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka diperoleh manfaat dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Insitusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk meningkatkan
kualitas Pendidikan khususnya dalam melakukan teknik distraksi bermain boneka
tangan pada anak usia pra sekolah dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
pasien abdominal pain.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
abdominal pain dan tindakan non farmakologis teknik distraksi bermain boneka
tangan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam
memberikan teknik non farmakologis bermain boneka tangan pada pasien dengan
masalah keperawatan nyeri akut serta menjadi dasar penelitian selanjutnya tentang
asuhan keperawatan pada sistem pencernaan sehingga ilmu keperawatan dapat
lebih berkembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Nyeri abdomen pain merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa
di abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis
perut akut. Nyeri abdomen terbagi menjadi dua yaitu, nyeri abdomen akut dan
nyeri abdomen kronis (Dova Maryana, 2021)
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (reffered pain) adalah persepsi
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan
yang menonjol dari pasien dengan nyeri abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan - kelainan di abdomen atau
diluar abdomen seperti organ- organ di rongga toraks (Andriyanto, 2019)
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
berlanut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berlangsung hilang
timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut (Soeparno,
2020)
2. Etiologi
Menurut Nurarif (2015) Nyeri perut bisa disebabkan oleh berbagai masalah di
sepanjang saluran pencernaan atau di berbagai bagian perut, beberapa kelainan
bisa bersifat ringan, tetapi ada juga yang bisa berakibat fatal misalnya :
a. Iritasi esofagus
b. Gastritis
c. Ulkus pada saluran cerna yang mengalami perforasi
d. Apendisitis
e. Prankrealitis
f. Batu empedu
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain diluar abdomen, lesi pada susunan
saraf spinal, gangguan metabolic, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen
somatic berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum
dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung saraf somatik, yang
lebih dapat meneruskan rasa nyeri nya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri dari
pada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera mulanya
akan menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri
somatik pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan
disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis.
Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul di daerah abdomen bagian
atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri di dalam tractus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa
usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit
oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submucosa, lapisan
muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan
saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebrata dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medulla spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada
jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dialokasi. Impuls nyeri dari visera avdomen atas (lambung,
duodenum, pancreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medulla spinalis pada
segmen torakalis 6,78 serta di rasakan di daerah epigastrium . impuls nyeri yang
timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum treizt sampai fleksura
hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10 , dirasakan di sekitar umbilikus.
Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia impuls nyeri
mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapublik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau
skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritonium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut, nyeri yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti
pada keracunan timah , dan porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
(Widyawati, 2019)

Pathway
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) manifestasi klinis pada penyakit abdominal pain diantaranya : Nyeri
abdomen, mual muntah,tidak nafsu makan , lidah dan mukosa bibir kering ,urine sedikit dan
pekat ,lemah dan kelelahan

5. Komplikasi
1. Perfporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan DL
3. Amilase : Kadar serum > 3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankrealitis.
4. B-HCG (serum) : Kehamilan estopik (kadar B-CHG dalam serum lebih akurat dari
pada dalam urine)
5. Gas darah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis, pankrealitis)
6. Urin porsi tengah (MSU) infeksi saluran kemih
7. EKG : infark miokard
8. Rontgen thoraks : Viskus perforasi (udara bebas) pneuomonia
9. Rontgen abdomen : usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
pankrealitis (pelebaran jejuinum bagian atas sentimel), kolangitis(udara dalam
cabang bilier), kolitis akut(kolon mengalami dilatasi, edema dan gambaran
menghilang), obstruksi akut (usus mengalami dilatasi tanda string of pearl) batu
ginjal (radiopak dalam saluran ginjal)
10. Ultrasonografi
11. Ct scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya luas,
pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi dan diagnosis belum
pasti, pankrealitus, trauma hati/limpa/mesentrium, divertikulitis, anuerisma.
12. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obstruksi saluran ginjal. (Kusmayadi, 2022)
7. Pemeriksaan Medis
Pemberian analgetik dan Pembedahan (Arifin et al, 2018)
8. Penatalaksaan Keperawatan
1. Kaji nyeri dengan teknik PQRST
2. Melakukan teknik distraksi
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan edukasi tentang nyeri pada keluarga
B. KONSEP ANAK USIA PRA SEKOLAH
1. Definisi
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia antara 3 hingga 6 tahun. Pada masa
ini anak mengalami pertumbuhan fisik yang melambat, namun anak mengalami
peningkatan pada perkembangan psikososial dan kognitif. Anak mulai
mengembangkan rasa ingin tahunya dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik
(Mansur, 2019). Usia prasekolah adalah masa keemasan (Golden age), dimana
perkembangan aspek kognitif, fisik, motorik dan psikososial anak berkembang
secara optimal. Setiap anak melewati tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
konstan (Damayanti & Sensussiana, 2022). Salah satu keterampilan yang
dikembangkan anak pada usia prasekolah adalah keterampilan motorik.
Kemampuan motorik dasar terdiri dari motorik kasar yang melibatkan otot-otot
besar, dan kemampuan motorik halus yang melibatkan keterampilan gerakan yang
melibatkan otot-otot kecil seperti menggambar, menulis, mencoret-coret, meronce
manik-manik, menyulam, dan makan. Kemampuan motorik halus biasanya
berkembang setelah kemampuan kasar mencapai puncaknya. Periode pertumbuhan
balita adalah pada saat-saat krusial dalam perkembangan anak. Pastikan anak
mendapatkan cukup tidur, berolahraga, dan makan-makanan yang sehat. Meskipun
anak-anak menjadi lebih mandiri pada periode ini, mereka masih membutuhkan
pendampingan. Ketika anak-anak meninggalkan masa bayi mereka, mereka menjadi
lebih kuat dan aktif secara fisik, dan aktivitas mereka semakin beragam, termasuk
bermain sendiri dengan tenang. (Carol Cooper, Claire H, Su L, Karen. S , 2018)
Aspek-aspek tugas perkembangan mencangkup aspek kognitif, aspek fisik, aspek
bahasa, sosio-emosional, moral, dan spiritual.
2. Faktor- faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakan hasil interaksi banyak faktor menurut Yuniarti (2015) :
a. Faktor dalam
1) Ras / etnik atau bangsa
2) Keluarga
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Genentik
6) Kelainan kromosom
7) Kelenjar- kelenjar
8) Posisi anak dalam keluarga
9) Luka dan penyakit
b. Faktor luar
1) Faktor prenatal
a) Gizi : Nutrisi ibu hamil dalam trimester pertama mempengaruhi pertumbuhan
janin
b) Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/ zat kimia : Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan
kongenital.
d) Radiasi : Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti
deformitas anggota gerak.
e) Infeksi : infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat
menyebabkan kelainan janin seperti bisu, katarak, tuli, dan retardasi mental.
f) Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga menyebabkan homosis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan
jaringan otak.
g)Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi akibat proses persalinan yang terjadi pada anak seperti trauma
kepala, asfiksia, dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca persalinan
a) Gizi : untuk tumbuh kembang bayi di perlukan gizi yang adekuat.
b) Penyakit kronis / kelainan kongenital : tubercolosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c. Perkembangan personal-sosial anak pada usia toodler sebagai berikut :
1) Usia 12-18 bulan, anak dapat bermain sendiri di dekat orang dewasa,
menunjukan keinginan tanpa menangis, dan menunjukan rasa cemburu atau
bersaing.
2) Usia 18-24 bulan, anak sudah dapat minum dari cangkir dengan dua tangan,
belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki, serta dapat melepas
pakaian tanpa kancing. Anak juga belajar bernyanyi dan meniru aktivitas
dirumah. Mereka mampu mencari pertolongan jika ada kesulitan atau masalah,
dan dapat mengeluh jika basah dan kotor. Frekuensi buang air keci;l dan besar
mereka normal, anak- anak mulai berbagi mainan dan bekerja sama denmgan
anak-anak lain serta dapat mencium orang tua.
3) Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukan kemarahan jika keinginanya
terhalang dan dapat makan dengan sendok dan garpu dengam cepat. Mereka juga
dapat minum dari cangkir dengan baik dan makan nasi sendiri tanpa banyak
tumpah. Anak-anak sudah mampu melepas pakaian sendiri dan sering
menceritakan pengalaman baru. Mereka dapat mendengar cerita dengan gambar
dan bermain pura-pura. Anak – anak mulai membentuk hubungan sosial dan
dapat bermain dengan anak-anak lain. Mereka juga menggunakan bahasa dan
gerakan isyarat untuk berkomunikasi.
C. Konsep Bermain Boneka Tangan

1. Definisi Boneka Tangan


Menurut Widdia (2021) penggunaan boneka tangan sebagai media pembelajaran yang
menarik bagi anak sangat membantu perkembangan anak. Orang tua dapat membuat
boneka tangan sendiri dari bahan yang murah dan dengan harga yang terjangkau.
Boneka tangan sangat efektif dalam membantu anak belajar berbahasa.
Menurut Sari (2019) Boneka tangan mempunyai manfaat tersendiri. Boneka tangan
efisien dalam hal waktu , lokasi, anggaran, dan persiapan, serta tidak memerlukan
keterampilan yang rumit. Anda dapat menggunakan cerita dari kehidupan sehari-hari
sebagai9 isi cerita boneka tangan, bikan hanya dengan legenda atau dongeng umumnya,
dalam bercerita dengan boneka tangan.
Dari beragam pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa boneka tangan adalah alat
bantu yang populer digunakan dalam proses pembelajaran anak. Boneka tangan
berfungsi sebagai representasi manusia dan binatang yang menarik perhatian anak,
sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa mereka.
2. Manfaat Boneka Tangan
Manfaat dari boneka tangan sangatlah banyak, salah satunya adalah dapat membantu
meningkatkan kemampuan imajinasi merupakan salah satu kemampuan yang sangat
dibutuhkan dalam mencari pemecahan masalah. Menurut (Rini, 2020) permainan boneka
tangan memiliki banyak manfaat, antara lain :
a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit.
b. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara dapat dibuat cukup kecil dan
sederhana.
c. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainya.
d. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan membawa
suasana gembira.
3. Teknik Penggunaan Media Boneka tangan
Salah satu alat peraga yang menarik untuk anak usia dini yaitu melalui boneka tangan
dalam bercerita. Pada dasarnya bercerita menggunakan media boneka tangan
memerlukan teknik tersendiri menurut Widdia (2021), yaitu :
a. Jarak boneka tidak terlalu dekat dengan mulut pencerita.
b. Kedua tangan harus luntur memainkan boneka, adakalanya melakukan gerakan
secara bersama-sama (karena sedang bercerita) adakalanya diam ( karena sedang
menunggu giliran berbicara).
c. Antara gerakan boneka dengan suara tokoh harus sinkron untuk itu harus hafal
karakter suara dan sifat masing-masing tokoh boneka. Dalam hal ini selalu dituntut
memiliki, sekurang-kurangnya dua karakter suara (untuk tokoh tua muda atau laki-
laki dan perempuan)
d. Sedapat mungkin, selipkan nyanyian dalam cerita melalui perilaku tokoh, ajak anak-
anak tersebut menyanyikan lagu bersama tokoh cerita.
e. Lakukan improvisasi melalui tokoh yang ada di dalam.
f. Tutup cerita dengan membuat kesimpulan dam ajakan pertanyaan cerita yang
berfungsi sebagai latihan bagi siswa.
g. Hasil latihan itu berfungsi untuk mengetrahui seberapa besar pemahaman yang di
dapatkan oleh anak.
4. Jenis- jenis Boneka Tangan
Ada beberapa jenis boneka yang dapat digunakan sebagai alat peraga bercerita yakni
boneka gagang (termasuk di dalam wayang), boneka gantung, boneka tangan, dan boneka
tempel. Setiap boneka memerlukan tumpuan dan keterampilan tangan sendiri (Rini,
2020)
a. Boneka gagang mengandalkan keterampilan mensinkronkan gagang dengan tangan
kanan dan kiri, satu tangan dituntyut untuk dapat mengatasi tiga gerakan sekaligus
sehingga satu adegan guru dapat memainkan dua tokoh sekaligus.
b. Boneka gantung mengandalkan keterampilan menggerakan boneka dan benang yang
dikaitkan pada materi ketentuan seperti kayu, lidi, atau atap panggung boneka
sepintas terlihat mudah namun sebenarnya cukup sulit untuk membuat gerakan yang
pas sesuai dengan kadar gerak yang dituntut cerita.
c. Boneka tangan mengandalkan keterampiln guru dalam menggerakan ibu jari atau
telunjuk yang berfungsi sebagai tulang tangan. Boneka tangan biasanya kecil dan
bisa digunakan tanpa alat bantu. Boneka ini dapat dibuat sendiri oleh guru, dan
dapat juga dibeli di toko-toko.
d. Boneka tempel mengandalkan keterampilan memainkan gerakan tangan kebanyakan
boneka tempel tidak leluasa bergerak karena ditempelkan di panggung dua dimensi.
5. Prosedur
Standar Prosedur Operasional (SOP) terap[I bermain ( Tim Pokja SPO DPP PPNI,
2020 : 570)
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
d. Sediakan peralatan bermain yang aman, sesuai, reatif, tepat, guna merangsang
perkembangan anak, mendorong ekspresi pengetahuan perasaan anak
e. Sediakan waktu yang cukup untuk memungkinkan sesi bermain efektif
f. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
g. Tetapkan batasan untuk sesi latihan terapeutik
h. Motivasi anajk untuk berbagi perasaan, baik positif maupun negatif, yang
diungkapkan melalui permainan
i. Monitor respon anak terhadap terapi
j. Monitor tingkat kecemasan anak selama terapi
k. Lanjutkan sesi bermain secara teratur untuk membangun kepercayaan dan
mengurangi rasa takut akan peralatan atau perawatan yang tidak dikenal
l. Lakukan kebersihan 6 langkah
m. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons pasien

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Abdominal Pain


1. Pengkajian
Menurut
a. Pola Fungsi Kesehatan
Menurut pengkajian Virgine Henderson, masalah yang ditemui pada pasien dengan
masalah Abdominal Pain hanya yang muncul beberapa dari 14 pengkajian tersebut :
1) Pola Oksigenasi Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal
karena nyeri pada abdomen, RR meningkat.
2) Pola Pesepsi Kesehatan
Pemahaman klien tentang kesehatan dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
3) Pola Nutrisi Metabolik
Konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik.
4) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan sehari-hari apakah ada
gangguan atau tidak.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
6) Pola Istirahat dan Tidur
Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien. Biasanya ditemukan permasalahan
yaitu gannguan pola tidur yang diakibatkan nyeri.
7) Pola Nyeri/ Kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional/ perilaku tak terarah seperti
menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, dan frigiditas vokal.
8) Pola Konsep Diri (Menggambarkan diri sendiri, bagaimana cara seseorang
memandang dirinya)
9) Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
10) Pola Reproduksi(Kepuasan atau tidaknya seks)
11) Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
12) Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
13) Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
14) Suhu tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak meringis. bersikap protektif (posisi menghindari nyeri),
sulit tidur, nafsu makan berubah (172-173)
b. Konstipasi berhubungan dengan agen penceder
3. Perencanaan
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) & Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
berhubungan keperawatan selama 3 × 24 -Identifikasi -Untuk
dengan agen jam, masalah nyeri akut lokasi, mengetahui
pencedera diharapkan menurun dan karakteristik, lokasi,
fisiologis teratasi dengan kriteria hasil : durasi, karakteristik,
ditandai 1. Keluha frekuensi, durasi, frekuensi,
dengan pasien n nyeri kualitas, kualitas dan
mengeluh menuru intensitas nyeri.
intensitas nyeri
nyeri, tampak n (5) -Identifikasi -Agar kita
meringis, 2. Mering skala nyeri mengetahui
bersikap is -Identifikasi tingkat cedera
protektif menuru faktor yang
yang dirasakan
(posisi n (5) memperberat oleh pasien
menghindari 3. Sikap dan - Agar kita dapat
nyeri), sulit protekt memperingan mengurangi
tidur, nafau if nyeri. faktor -faktor
makan menuru yang dapat
berubah n (5) Terapeutik : memperparah
4. Kesulit -Berikan teknik nyeri yang
an non dirasakan oleh
Tidur farmakologis pasien
(5) untuk
mengurangi rasa Terapeutik :
nyeri (teknik -Agar tindakan
distraksi) yang akan kita
-Kontrol berikan sesuai
lingkungan yang dengan jenis
memperbesar nyeri dan sumber
rasa nyeri dari nyeri itu
-Fasilitasi sendiri serta
istirahat dan dapat
tidur mengurangi rasa
nyeri yang
Edukasi : dirasakan oleh
-Ajarkan teknik klien
nonfarmarkologi -Agar nyeri yang
s yaitu dengan dirasakan
menggunakan oleh.pasien tidak
teknik distraksi menjadi lebih
terapi bermain buruk
boneka tangan -Agar kebutuhan
untuk tidur pasien
mengurangi rasa terpenuhi
nyeri
Edukasi :
Kolaborasi : -Agar pasien
-Kolaborasi dapat
pemberian mengalihkan
analgetik, jika rasa nyeri yang
perlu dirasakan.

Kolaborasi :
-Agar rasa nyeri
yang dirasakan
pasien dapat
dikurangkan atau
dapat
dihilangkan.
-
2 Konstipasi Setelah dilkukan tindakan Observasi : Observasi :
berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam -Monitor buang -Untuk melihat
dengan diharapkan masalah eliminasi air besar (mis, warna, frekuensi,
ketidakcukupa fekal pada klien dapat teratasi warna, komsistensi, dan
n asupan serat dengan kriteria hasil : frekuensi, volume dari
ditandai 1. Kontrol konsistensi, dan buang air besar
dengan pengeluaran volume) tersebug
pengeluaran feses -Monitor tanda -Untuk
feses lama dan 2. Keluhan dan gejala diare, mengetahui
sulit, feses defekasi lama konstipasi, atau tanda dan hejala
keras, dan sulit impaksi dari konstipasi
peristaltic usus 3. Distensi
menurun, sulit abdomen Terapeutik : Terapeutik :
mengejan saat 4. Peristaltic usus -Berikan air -Air hangat
defekasi, 5. Nyeri abdomen hangat setelah dapat membantu
distensi makan meredakan nyeri
abdomen -Sediakan dan dapat
makanan tinggi meredakandan
serat konstipasi dan
dapat membuat
Edukasi : klien berkeringat
-Jelaskan jenis -Makanan yang
makanan yang tinggi serat dapat
membantu membanti klien
meningkatkan dalam
keteraturan meredakan
peristaltic usus konstipasi
-Anjurkan
meningkatkan Edukasi :
asupan cairan. -Agar klien
Jika tidak ada dapat
kontraindikasi mengetahui jenis
makanan yang
Kolaborasi : dapat
-Kolaborasi meningkatkan
pemberian obat keteraturan
supositoria anal. peristaltic usus
Jika perlu -Asuoan caiean
yang cukup
dapat membantu
klien dalam
mengatasi
konstipasi

Kolaborasi :
-Pemberian
suposotoria anal
dapat membantu
melancarkan
klien dalam
mengeluarkan
feses
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Aktivitas keperawatan selama 3 x 24 jam -Identifikasi -Untuk
berhubungan maka diharapkan intoleransi defisit tingkat mengetahui
dengan aktivitas meningkat dengan aktivitas tingkat aktivitas
kelemahan kriteria hasil : -Identifikasi -Untuk
ditandai 1. Dsypnea saat kemampuan mengetahui
dengan pasien aktivitas berpartisipasi kemampuan
merasa lemah meningkat (5) dalam aktivitas dalam
2. Dsypnea setelah tertentu beraktivitas
aktivitas -Monitor respon tertentu
meningkat (5) emosional, fisik, -Untuk
3. Kemudahan sosial, dan mengetahui
dalam spiritual respon
melakukan terhadap emosional , fisik,
aktivitas sehari- aktivitas sosial, spiritual
hari meningkat terhadap
(5) aktivitas
4. Keluhan lelah Terapeutik :
menurun (5) -Fasilitasi fokus Terapeutik :
5. Perasaan lemah dalam -Agar dapat
menurun (5) kemampuan, fokus dalam
bukan defisit kemampuan
yang dialami -Dapat
-Koordinasi terlaksana
pemilihan dengan baik
aktivitas sesuai pemilihan
usia aktivitas sesuai
-Libatkan usia
keluarga dalam -Agar keluarga
aktivitas, jika terlibat dalam
perlu aktivitas

Edukasi : Edukasi :
- Ajarkan cara -Untuk
melakukan mengetahui
aktivitas metode aktivitas
individu fisik sehari-hari
- Anjurkan -Agar keluarga
keluarga terlibat dalam
memberikan memberikan
penguatan penguatan positif
positif atas pada klien.
partisipasi dalam
aktivitas Kolaborasi :
-Untuk
Kolaborasi : mengetahui
-Kolaborasi terapi okupasi
dengan terapis dalam
okupasi dalam merencanakan
merencanakan progam aktivitas
dan memonitor -Untuk dapat
progam aktivitas meminimalisirka
jika sesuai usia n keadaan klien
-Rujuk pada
pusat atau
progam aktivitas
komunitas, jika
perlu
4. Implementasi
Menurut Anita (2021), Implementasi adalah tahap pelaksanaan dari rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap implementasi
dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor mempengaruhi masalah
kesehatan pasien.

5. Evaluasi
Nursalam (2021) Mengatakan bahwa evaluasi adalah tindakan untuk menyelesaikan
proses keperawatan, yang menunjukan keberhasilan diagnosis keperawatan, rencana
keperawatan, dan implementasi, evaluasi adalah tahap akhir dari pengkajian keperawatan
dan perlunya perubahan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan.

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus


Menurut Sugiyono (2017 : 3) Pengertian metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu di perhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan,
dan kegunaan.
Menurut Adiputra et al,. (2021) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang digunakan untuk menganalisis atau
mendeskripsikan hasil subjek tetapi tidak dimaksudkan untuk memberikan implikasi yang
lebih luas. Peneltian deskriptif muncul karena begitu banyak pertanyaan yang muncul
mengenai masalah kesehatan seperti mortalitas, morbiditas, terutma mengenai besarnya
masalah, luasnya masalah, dan pentingnya masalah tersebut.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi
kasus. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah implementasi
keperawatan pasien Abdominal Pain dengan nyeri akut.
B. Subjek Studi Kasus
Menurut purba et al,. (2021) mengemukakan bahwa subjek studi kasus adalah
dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap progam, kejadian,
proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang.
Peneliti yang dilakukan menggunakan satu responden (pasien) dimana memiliki
kriteria seperti : \
a. Kriteria inklusi
1) Pasien berusia antara 0 – 18 bulan
2) Pasien dengan Abdominal Pain
3) Pasien yang bersedia bermain boneka tangan
4) Pasien yang tidak memiliki kontraindikasi bermain boneka tangan
b. Kriteria ekslusi
1) Pasien koma
2) Pasien yang tidak bersedia dijadikan
responden

C. Fokus Studi
Fokus studi dalam studi kasus ini adalah intervensi teknik distraksi terapi bermain
boneka tangan pada pasien Abdominal Pain dengan diagnosa keperawatan Nyeri
Akut.

D. Definisi Operasional Fokus Studi


Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan objek atau
fenomena (Nurdin et al., 2019) Asuhan keperawatan pada anak abdominal pain
dengan fokus studi pengelolaan nyeri merupakan serangkaian tindakan atau proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien abdominal pain sampai nyeri pasien
berkurang yang dilakukan secara berkesinambungan untuk pemecahan masalah nyeri
yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi, kemudian penilaian atau evaluasi terhadap tindakan keperawatan
hingga kemudian pendokumentasian hasil tindakan keperawatan yang dilakukan.
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2017)
Abdomen pain merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis perut
akut. Nyeri abdomen terbagi menjadi dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri
abdomen kronis (Dova Maryana, 2021)
Media boneka tangan merupakan salah satu jenis boneka yang digunakan sebagai
alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Boneka menjadi alat peraga atau media
dianggap mendekati naturalitas dalam bercerita dengan gerakan-gerakan yang
mendukung pembelajaran dan mudah diikuti dan di mengerti oleh anak. Melalui
boneka anak tahu tokoh mana yang sedang berbicara, apa isi pembicaraan, dan
bagaimana perilakunya (Wiyata cendrawasih, 2022)

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2019 : 203)
instrumen dalam penelitian ini menggunakan :
1. SOP Teknik Distraksi
2. Kuosioner Praskrining (KPSP)
3. FLACC Scale
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Menurut Sugiyono (2019) teknik pengumpulan data merupakan langkah yanng paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara yaitu dengan interview (wawancara) , kuosioner (angket), observasi
(pengamatan) dan gabungan ketiganya. Pengunpulan ini menggunakan metode
pengumpulan data :
1. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2018 : 140) adalah percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan
dan yang di wawancarai (interviewe) untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan wawancara secara langsung
dengan klien dengan masalah yang dialami oleh klien, wawancara secara langsung yang
dilakukan oleh peneliti ini disebut sebagai interview. Interview yang ditanyakan mengenai
nama pasien, umur, keluhan utama, dan pola kebiasaan sehari – hari.
2. Observasi
Tersiana (2018 : 12) mendefinisikan observasi yaitu proses pengamatan menyeluruh
dan mencermati perilaku pada suatu kondisi

Anda mungkin juga menyukai