Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA Tn.

K
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABDOMINAL PAIN
DI RUANG IGD RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO

DISUSUN OLEH

1. M. ALVIN (2023207209054)
2. DETALIA APRIANI (2023207209041)
3. ADINDA RIZKI HEVEANA (2023207209015)
4. RISKI NOVIA AMALIA (2023207209042)
5. ESTI ANDARESTA A (2023207209063)
6. DESTI MAYA SAFITRI (2023207209067)
7. IMELDA ADELIA PUTRI (2023207209065)
8. CINTA FEBIANA ALFAUZI (2023207209062)
9. SITI ROHANI (2023207209059)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2024

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan
studi kasus dengan tepat waktu yang telah ditentukan.
Laporan studi kasus ini dibuat dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN PADA Tn.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ABDOMINAL PAIN DI RUANG IGD RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO.
Berdasarkan laporan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua rekan-rekan
yang sudah membantu laporan kasus ini. Kelompok menyadari bahwa dalam pembuatan
dan penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
bahasa. Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

Pringsewu, 14 Maret 2024

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abdominal Pain merupakan gejala utama dari acute abdomen yang


terjadi secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang
digunakan untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri
tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada penderita dengan keadaan
intra abdominal akut yang berbahaya Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif
tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen.Dapat berupa nyeri
abdomen akut maupun kronis. (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007). Nyeri
abdominal akut biasanya digunakan untuk pasien dengan tanda gejala berbagai
penyakit perut. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua
kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika. Studi lain
menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke instalasi gawat darurat
mengeluh nyeri perut, meskipun sebagian nyeri perut tidak berbahaya, namun
sebanyak 10% nyeri perut yang terjadi mengancam nyawa dan memerlukan
tindakan yang berkelanjutan (Cartwright & Knudson, 2011).

Di Indonesia sendiri dilaporkan Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan


berkisar 5–10% pada kunjungan pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan
abdomen yang datang ke rumah sakit dapat berupa kegawatan bedah atau
kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain
appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi
viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal
(Abdullah & Firmansyah, 2012). Pada pasien dengan nyeri abdomen salah
satunya meliputi dyspepsia, beberapa gejala gejala abdominal pain dalam
dyspepsia nyeri atau tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, cepet
kenyang, rasa penuh, dan rasa panas yang menjalar didada. (Kristanti, 2014)

Perawat berperan penting dalam menanggulangi nyeri pasien secara


komperhersif, perawat sendiri bertugas mengatasi nyeri non farmakologi
2

sedangkan dalam penangan farmakologi perawat berperan berkolaborasi dengan


dokter. Pengelolaan nyeri pada pasien rumah sakit diberikan dalam bentuk proses
manajemen nyeri komprehensif. Strategi optimalisasi manajemen nyeri dapat
berfokus pada pendidikan staf, adanya prosedur pengkajian nyeri, batasan waktu
pemberian obat, serta perbaikan proses pengkajian itu sendiri (Herawati, Hariyati,
& Afifah, 2017), Praktisi kesehatan juga harus memiliki kemampuan atau
kompetensi mengenai manajemen nyeri sesuai lingkup pelayanan yang diberikan
dan perlu adanya pengembangan pengetahuan, keterampilan dalam melaksanakan
manajemen nyeri. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dapat
dilaksanakan dengan Pengembangan Profesio-nalisme Berkelanjutan (PPB) (Ozlu
& Uzun, 2015)

Nyeri merupakan sesuatu yang dirasa tidak nyaman, nyeri akut atau nyeri
kronik sama, karena sesuatu yang tidak nyaman ini membuat pasien merasa
khawatir dan cemas, jadi kejadian nyeri harus segera diatasi, sebab bila nyeri tidak
diatasi akan memberikan dampak atau efek yang buruk dalam kesehatan pasien.
Nyeri akut nyeri akut adalah respon normal fisiologis yang dapat diramalkan
akibat suatu stimulus kuat kimiawi, termal atau mekanik yang terkait dengan
pembedahan, trauma atau penyakit akut (Tanra, 2010). Nyeri juga pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial. Nyeri timbul sebagai bentuk respon sensori setelah
menerima rangsangan nyeri. Nyeri dapat disebabkan karena adanya kerusakan
jaringan dalam tubuh sebagai akibat dari adanya cedera, kecelakaan, maupun
tindakan medis seperti operasi (Ratnasari,2013).

Manajemen nyeri pada abdominal pain meliputi terapi farmakologi dan


non farmakologi. Terapi farmakologi meliputi pemberian analgetik, sedangkan
terapi non farmakoligi meliputi distraksi dan relaksasi. Terapi relaksasi secara
langsung diberikan kepada pasien-pasien dengan keluhan nyeri dan berbagai
penyebab serta respon yanh dihasilkan pasien-pasien abdominal pain relative
bervariasi, sebagian keluhan
nyeri pasien dapat teratasi dan dipulangkan dan sebgaian klien berlanjut kepada tindakan
dagnostik dan medic lebih lanjut.

Relaksasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesaia memiliki arti


pengenduran, pemanjangan (tentang otot), yang berarti melakukan suatu tindakan
memberikan rasa relaks/kendur. Ada beberapa macam teknik relaksasi, salah satunya
adalah relaksasi autogenik. Relaksasi merupakan yang merupakan teknik self-control,
dimana teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu dari
kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya . Secara fisiologis, pelatihan relaksasi
memberikan respons relaksi, dimana dapat diidentifikasikan dengan menurunnya tekanan
darah, detak jantung dan meningkatkan resisten kulit. Pada dasarnya teknik relaksasi
termasuk ke dalam pendekatan terapi perilakuan, dengan teknik-teknik yang
dikembangkan terfokus pada komponen yang berulang, misalnya kata-kata, suara, prayer
phrase, body sensationatau aktivitas otot (Sari & Subandi, 2015). Relaksai juga
merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, sering kali secara otomatis, stress yang
menjadi penyebab otot-otot tegang akan terabaikan, dan menyebkan tubuh menjadi rileks
terhadap ketegangan yang terjadi (Donsu & Amini, 2017)
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan
Kasus abdominal pain di ruang IGD RSUD JEND.AHMAD YANI KOTA METRO
2. Tujuan khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian keperawatan pada pasien abdominal pain
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan relaksasi pada pasien abdominal pain.
c. Memaparkan rencana keperawatan pada pasien abdominal pain dengan
gangguan nyeri akut.

d. Memaparkan implementasi keperawatan pada pasien abdominal pain


dengan mengajarkan teknik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam )
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
Abdominal pain atau nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak
menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Japp & Robertson, 2018). Nyeri
abdomen. ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri perut
adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut
bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi
tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley
mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung
minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan
mengganggu aktivitas sehari-hari (Permana, 2020).
Menurut Syamsiah & Endang, (2015), abdominal pain merupakan gejala utama
dari acute abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen
merupakan istilah yang digunakan untuk gejala- gejala dan tanda-tanda dari nyeri
abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada penderita
dengan keadaan. intraabdominal akut yang berbahaya (Japp & Robertson, 2018).
b. Penyebab
Terjadinya nyeri abdomen karena adanya perangsangan reseptor nyeri abdominal
oleh sejumlah stimulant mekanik maupun kimiawi (Permana, 2020) :
1) Stimulus mekanik pada nyeri abdomen akut
- Regangan sebagai stimulant utama
- Pembengkakan
- Kontraksi
- Kompresi
- Penarikan
- Pemutaran atau puntiran
2) Mekanisme penyebab nyeri abdomen akut
- Iskemia : Kegagalan jaringan memperoleh oksi generasi adekuat, misalnya
ada usus dan jaringan sekitarnya.
- Distensi organ atau struktur disekitarnya.
- Implitasi atau iritasi lapisan peritoneal karena substansi kimiawi atau
infeksius.
- Regangan mekanik pada jaringan
3) Kemungkinan etiologi nyeri abdomen menurut usia
- Anak-anak dan dewasa muda
- Gastroenteritis
- Apendisitis akut
- Trauma abdomen
4) Orang dewasa, paruh baya, dan lansia
- Gangguan empedu
- Obstruksi usus
- Diverkulitis
- Apendisitis
5) Kemungkinan etiologi nyeri abdomen menurut jenis kelamin. Sekitar 12% kasus
pada perempuan disebabkan gangguan patologik pelvik.
c. Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan
lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas
kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan
umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing
dapat dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal
(Permana, 2020).
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan : organik
(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab
organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik.
Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya (Permana,
2020). Menurut Nurarif & Kusuma, (2015), untuk memastikan diagnosis kelompok
nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1) Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik.
2) Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara
timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak.
3) Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional
meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Oktaviani. (2019), yaitu :
1) Nyeri abdomen
2) Mual muntah
3) Tidak nafsu makan
4) Lidah dan mukosa bibir kering
5) Turgor kulit tidak elastis
6) Urine sedikit dan pekat
7) Lemah dan kelelahan
e. Patofisiologi
1) Teori pemisahan (Specificity theory) Rangsangan nyeri masuk ke medulla
spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis median ke
garis ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri
tersebut diteruskan (Japp & Robertson, 2018).
2) Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri (Japp & Robertson, 2018).
3) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam
akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan
aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut
terhambat (Japp & Robertson, 2018).
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil
persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri (Japp & Robertson, 2018).
4) Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,
sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls- impuls saraf. Pada
serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials
system supresif (Japp & Robertson, 2018).
f. Pathway
g. Pemeriksaan Penunjang
1) DPL: Leukositosis, penyakit infeksi/inflamasi, anemia, keganasan tersembunyi,
PUD.
2) LFT: biasanya abnormal pada kolangitis, dapat abnormal kolesestitis akut.
3) Amylase: Kadar serum >3x batas atas kisaran normal.
4) HCG (serum): Kehamilan ektopik (kadar 8 HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
5) Gas darah arteri.
6) urine versi tengah (MSU): infeksi saluran kemih (nitrit ++, darah protein), batu
ginjal (darah ++).
7) EKG: Infark Miokard.
8) Rontgen thoraks; vikus perforasi (udara Bebas)
9) Rongent Abdomen
- Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal).
- Pangkreatitis pelebaran jejenum bagian atas).
- Kolangitis (udara dalam cabang bilier).
- Colitis Akut (kolon mengalami dlatasi, edema dan gambaran menghilang)
- Obstruksi akut (usus mengalami dilatasi).
- Batu ginjal.
10) Ultrasonografi
Abses intra abdomen, kolesistitis, kelainan ovarium, trauma, dan infeksi ginjal.
11) EGD: PUD, gastritis.
12) CT Scan: merupakan pemeriksaan penunjang pilihan.
13) IVU (urografi intravena): batu Ginjal, Obstruksi Saluran Ginjal.
h. Komplikasi
Komplikasi menurut Oktaviani, (2019), yaitu :
1) Perporasi gastrointestinal
2) Obstruksi gastrointestinal

i. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Nurarif & Kusuma, (2015), adapun penalaksanaan dari abdominal pain :
1) Penatalaksanaan Keperawatan
- Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital.
- Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
- Beri rasa aman
- Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan
energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada
ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien,
diharapkan ada transfer energi.
- Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri.
- Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan,
tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi
dari pasien.
- Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan massage. memegang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle).
- Anticipatory guidance Memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri.
- Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
- Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap
respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan
cara memasang elektroda pada pelipis.
2) Penatalaksanaan medis
1. Pemberian analgesic
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri.
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum. pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam
salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1) Biodata pasien
2) Biodata Penanggung jawab
3) Keluhan Utama Alasan Masuk Rumah Sakit
4) Riwayat Penyakit Sekarang
5) Riwayat Penyakit Masa Lalu
6) Riwayat Kesehatan keluarga
7) Riwayat Psikososial san Status Spiritual
8) Pola Kebiasaan Sehari-hari, dalam anamnesis yang perlu ditanyakan ialah :
- Permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak, atau berangsur).
- Letaknya (menetap, pindah, atau beralih).
- Keparahan dan sifatnya (seperti terstsuk, terbakar, tekanan, irisan, bersifat
kolik).
- Perubahannya.
- Lamanya apakah berkala.
- Faktor yang mempengaruhi (hal yang memperingan/ memperberat nyeri).
9) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi
pernafasan, suhu badan dan sikap baring. Perlunya pemeriksaan IPPA secara
menyeluruh. Biasanya pada palpasi ditemui nyeri tekan pada area abdomen.
10) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil
keputusan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
c. Rencana Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis tindakan (I.08238)
keperawatan selama Observasi
1x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi
tingkat nyeri lokasi,
menurun (L.08066), karakteristik,
dengan kriteria durasi,
hasil : frekuensi,
1. Keluhan nyeri intensitas
menerun nyeri.
2. Meringis 2. Identifikasi
menurun skala nyeri
3. Gelisah 3. Identifikasi
menurun respon nyeri
4. Kesulitan non verbal
tidur menurun 4. Identifikasi
5. Frekuensi faktor yang
nadi membaik mempereberat
dan
memperingan
nyeri.

Terapeutik
1. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri.
2. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri.

3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur.

Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri.
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri.
4. Ajarkan teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri.

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
2. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
b.d ketidakmampuan tindakan (L. 03119)
menelan makanan keperawatan selama Observasi
1x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi
status nutrisi status nutrisi.
membaik (L. 2. Identifikasi
03030), dengan alergi dan
kriteria hasil : intoleransi
1. Porsi makan makanan.
yang 3. Monitor
dihabiskan asupan
meningkat makanan.
4. Monitor hasil
pemeriksaan
lab.

Terapeutik
1. Berikan
makanan
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi.
2. Berikan
makanan
tinggi kalori
dan protein.

Edukasi
1. Ajarkan diet
yang di
programkan.

Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu.
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan tidur
b.d kurang kontrol tindakan (I. 05174)
tidur keperawatan selama Observasi
1x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi
pola tidur membaik pola aktivitas
(L.05045), dengan dan tidur.
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Keluhan sulit faktor
tidur menurun pengganggu
2. Keluhan pola tidur.
tidur berubah 3. Identifikasi
menurun makanan dan
3. Keluhan minuman yang
istirahat tidak mengganggu
cukup tidur.
menurun

Terapeutik
1. Tetapkan
jadwal tidur
rutin.
2. Lakukan
prosedure
untuk
meningkatkan
kenyamanan.

Edukasi
1. Jelaskan
pentingnya
tidur cukup
selama sakit.
2. Ajarkan
relaksasi otot
autogenic atau
cara non
farmakologi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Japp. A. G., & Robertson, C. (2018). Diagnosa Klinis Macleod (L. P. Wijaya & N. A. M. Salim
(ed.); 2 ed.). Elselvier.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. MadiAction.
Oktaviani, M. D. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Abdominal pain Di Ruang Bougenville 3
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Pangkey, B. C. A., Hutapea, A. D., Simbolon, 1., Sitanggung, Y. F., & Pertami, S. B. (2021).
Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yayasa Kita Menulis.
Patrisia, I., Juhdelina, Kertika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., & Biantoro. (2021). Asuhan
Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia (A. Karim (ed.)). Yayasa Kita Menulis.
Permana, L. W. (2020). Buku Ajar Kedokteran: Nyeri Abdomen Akut Simtom Tantangan
Daignostik. UMM Press.
Syamsiah, N., & Endang. M. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat
Nyeri Akut PadaPasien Abdominal Pain Di IGD RSUD Karawang 2014. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 3(1), 11-12.
Tim Pokja SDKI DPP PPNL (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 ed.). DPP PPNI.

TIM POKJA SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawtan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ruling Mulyo Naton
Status perkawinan : Kawin
No. RM : 474765
Tanggal masuk RS : 20 Februari 2024
Tanggal pegkajian : 20 Februari 2024
Diagnosa medis : Abdominal Pain
B. ALASAN MASUK
Klien datang ke IGD RSAY pada tanggal 20 februari 2024 pukul 12:00 diantar oleh
keluarga dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan.
P : Nyeri terasa saat beraktivitas
Q : Nyeri seperti ditekan dan diremas
R : Di perut sebelah kanan
S : Skala nyyeri 5
T : Hilang timbul
C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas baik berupa benda asing, darah maupun sputum
tidak ditemukan tanda-tanda cedera servikal.
2. Breating
Klien tidak mengeluhkan sesak nafas, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, atau
pernapasan dengan otot tambahan, tidak terdapat bunyi nafas tambahan, frekuensi
nafas 20 x/menit dengan irama teratur, pola pernapasan normal, SPO2 97%.
3. Circulation
Kesadaran klien composmentis GCS 15, nadi 77 x/menit, Irama jantung teratur
denyut kuat, tekanan darah 104/72 mmHg, akral teraba hangat, klien tidak pucat
CRT < 2 detik turgor kulit normal, suhu 36,5°C.
4. Disability
Voice respon terhadap suara : ada respon
Paint respon terhadap nyeri : ada respon
Reaksi pupil : isokor

D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan kelainan mengatakan nyeri seperti
ditekan atau diremas klien mengatakan nyeri hilang timbul, klien mengatakan sulit
tidur, nafsu makan menurun perut terasa mual.
2. Riwayat kesehatan lalu
klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hernia, klien mengatakan sebelumnya
pernah dirawat di rumah sakit, klien mengatakan memiliki riwayat operasi hernia 1
tahun yang lalu.
3. Riwayat keseatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluargaya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
samadengan klien.
4. ANAMNESA
- Alergi : tidak ada
- Medikasi :
- Nyeri : nyeri perut sebelah kanan
- Terakhir kali makan : nasi
5. Pemeriksaan head to toe
- kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih
- sensori
mata : bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor, terdapat reaksi
pupil terhadap cahaya .
telinga : bentuk telinga simetris kemampuan mendengar baik
hidung :tidak ada sputum jalan nafas normal.
mulut: mukosa bibir kering gigi lengkap fungsi mengunyah baik
- leher
cedera servical : tidak ada
kelenjar tiroid: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
trakea: normal tidak bergeser.
- dada
I : bentuk dada simetris tidak terdapat pernapasan cuping hidung tidak
terdapat penggunaan otot bantu napas
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : perkusi dada sonar
A : tidak terdapat suara napas tambahan, Irama napas teratur
- Abdomen
I : kulit kulit abdomen bersih bentuk simetris tidak terdapat pembengkakan.
P : ada nyeri tekan di abdomen sebelah kanan
P : bunyi abdomen timpany
A : bising usus 10 x/menit
- Ekstremitas
Kekuatan otot 5555
deformitas : tidak ada nyeri : tidak ada
rentang gerak normal
- Integumen
Turgor kulit : sedang
mukosa : kering
kulit tidak terdapat lesi, akral teraba hangat

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
NO. LAB : 2402204334 Dokter : dr. Wafa Lutfiananda
NO. MR : 474765 Ruangan : IGD
Nama : Tn. K Tgl. Transaksi : 20-02-2024 (23.49)
Tgl. Lahir : 22-08-1968 Tgl. Hasil selesai : 21-02-2024 (00.57)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Leukosit H 12.04 10³/ µL 5-10
Eritrosit L 4.16 10³/ µL 4,37-5,63
Hemoglobin L 12.3 g/dl 14-15
Hematokrit L 34,9 % 41-54
MCV 84,0 fL 50-92
MCH 29,6 Pg 27-31
MCHC 35,3 g/dL 32-36
Trombosit 157 10³/ µL 150-450
RDW 13,0 % 12,4-15.4
MPV 8,00 fL 7,3-9

Hitung Jenis
Eosinofil 0,0 % <3
Neutrofil segmen H 88,7 % 50-70
Limfosit L 6,8 % 20-40
Monosit 4,4 % <8
NLR (Neutofil lemfosit ratio) 13,0 %

KIMIA KLINIK
Gula darah sewaktu 116,0 mg/dL <140
Ureum H 53.7 mg/dL 19-44
Kreatinin H 1.70 mg/dL 0,9-1,3

F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Medis
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Omeprazole 1x1
- Injeksi Ondan 1x1
2. Keperawatan
- Mengoservasi TTV
- Kaji keluan Pasien
- Kaji skala nyeri

B. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Nyeri Akut Agen Pencedera
- Klien mengatakan nyeri perut sebelah Biologis
kanan
- Klien mengatakan nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan nyeri seperti
ditekan dan diremas
DO :
- Klien tampak meringis
- Tampak gelisah
- Tampak sulit tidur
- Skala nyeri 5
- TD : 104/72
N :102 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 97%
S :36,6 °C
2 DS : Resiko Defisit Ketidakmampuan
- Klien mengatakan nafsu makan Nutrisi menelan makanan
menurun
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan makan habis ½
porsi makan
DO :
- Klien tampak lemah
- BB 54 kg
- TB 163 cm
- Mukosa bibir kering
- Hb 12,8 g/dL
3 DS : Gangguan Pola Proses penyakit
- Klien mengatakan sulit tidur Tidur

- Klien mengatakan sering terbangun


dimalam hari
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak lemah
- Klien tampak lingkar hitam dikantong
mata

C. Diagnosa Keperawatan

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


- Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

D. Rencana Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut Tingkat NyeriManajemen nyeri (I.08238)
berhubungan (L.08066) Observasi :
dengan agen Setelah dilakukan1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisik tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(D.0077) diharapkan tingkat
2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Kriteria hasil : 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Pasien mengatakan memperingan nyeri
nyeri berkurang Terapeutik :
2. Pasien menunjukkan 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
ekspresi wajah mengurangi rasa nyeri (misal terapi musik,
tenang kompres hangat/dingin, terapi bermain)
3. Pasien dapat
6. Kontrol lingkungan yang memperberat
beristirahat dengan rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
nyaman pencahayaan, kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10.Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
11.Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Resiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
nutrisi (L.03030) Observasi:
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi.
dengan tindakan keperawatan, 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
ketidakmampua diharapkan status makanan.
n menelan nutrisi terpenuhi, 3. Identifikasi perlunya penggunaan
makanan dengan kriteria selang nasogastric.
(D.0032) hasil : 4. Monitor asupan makanan.
1. Porsi makan yang 5. Monitor berat badan.
dihabiskan Terapeutik:
meningkat. 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
2. Tidak terjadi Jika perlu.
penurunan Berat 2. Sajikan makanan secara menarik dan
badan suhu yang sesuai.
3. IMT dalam
3. Hentikan pemberian makanan melalui
batas normal.
selang nasogastric jika asupan oral
4. Nafsu makan dapat ditoleransi
meningkat.
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)
tidur
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan proses asuhan keperawatan
penyakit selama 2x24 jam - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
(D.0058) diharapkan pola tidur Terapeutik
membaik
- Modifikasi lingkungan
kriteria hasil : - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Keluhan sulit tidur Edukasi
menurun
- Keluhan sering - Jelaskan pentingnya tidur cukup
terjaga menurun - Anjurkan menepati kebiasaan sebelum
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
nonfarmakologi

E. Implementasi dan Evaluasi

No Tgl/waktu Implementasi Evaluasi TTD


.
1 20-02-2024 -mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, -klien mengatakan nyeri perut
frekuensi, kualitas, sebelah kanan
intensitas nyeri -klien mengatakan nyeri hilang
timbul
-mengidentifikasi skala -Klien mengatakan nyeri seperti
nyeri ditekan

-mengidentifikasi faktor O:
yang memperberat dan -tampak meringis -tampak
memperingan nyeri gelisah
-tampak sulit tidur -frekuensi
-memberikan teknik non nadi meningkat
farmakologis untuk -skala nyeri 5
mengurangi nyeri -
menjelaskan strategi A:
meredakan nyeri -nyeri akut

P:
setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun.
2 20-02-2024 -mengidentifikasi status S :
nutrisi -klien mengatakan perut mual
-Klien mengatakan nafsu makan
-mengidentifikasi alergi menurun
dan intoleransi makanan -klien mengatakan makan hanya
habis setengah porsi
-memonitor asupan
makanan O:
-klien tampak lemah dan lesu
-berkolaborasi dengan -BB 54 kg
ahli gizi -TB 163 cm
-hb 12,8
-Mukosa bibir kering
-klien makan habis setengah
porsi

A:
risiko defisit nutrisi

P:
setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan status
nutrisi membaik.
3 20-02-2024 -mengidentifikasi pola S:
aktivitas dan tidur -klien mengatakan sulit tidur
-klien mengatakan sering terbangun
-mengidentifikasi faktor di malam hari
pengganggu tidur
O:
menjelaskan pentingnya klien tampak lesu dan lemah
tidur cukup selama sakit
A:
-menganjurkan gangguan pola tidur
menghindari makanan
atau minuman yang P :
setelah dilakukan tindakan
mengganggu tidur
keperawatan diharapkan pola tidur
membaik
-mengajarkan relaksasi
otot autogenic atau cara
non farmakologi lainnya

Anda mungkin juga menyukai