PENDAHULUAN
1
mengganggu pola tidur klien. Klien juga mengalami mual muntah karena proses
patologis organ viseral ( obstruksi usus ) secara sekunder akibat iritasi peritoneal
sehingga menyebabkan penderita kekurangan asupan nutrisi dari kebutuhan
( Suratun dan Lusianah, 2010 ).
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas sistem saraf simpatis yang akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti, peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang mengalami nyeri akut
akan memperhatikan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang,
kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai. Klien akan melaporkan secara
verbal adanya ketidak nyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. ( Prasetyo,
2010 ).
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mecakup pernyataan verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat
menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau
menarik diri. Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat
bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit
atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu
terlalu letih untuk merintih atau menangis jika perilaku demikian merupakan respon
normal terhadap nyeri ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Ada beberapa metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya
mengatasi ketidak nyamanan nyeri antara lain, distraksi yaitu tindakan mengalihkan
perhatian klien dari nyeri, melakukan teknik relaksasi salah satunya menarik napas
dalam ( Asmadi, 2008 ).
Kenyamanan adalah konsep tentang kiat keperawatan. Berbagai teori
keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas
yang sama dengan nyeri. Kolcaba ( 1992 ) mendefinisikan kenyamanan dengan cara
yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Sehingga penting bagi perawat
untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu karena individu bersifat subjektif
dan individual ( Potter & Perry, 2005 ).
Walaupun telah banyak intervensi untuk mengatasi nyeri baik secara
farmakologis maupun non-farmakologis namun hasilnya belum sepenuhnya
memuaskan. Penyelesaian masalah nyeri pada klien masih menghadapi kendala baik
2
dari pasien, tenaga kesehatan ataupun rumah sakit. Oleh karena itu nyeri tetap
menjadi masalah yang paling sering dikeluhkan oleh klien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
pasien abdominal pain.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien abdominal pain.
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien abdominal pain.
3. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan
pasien abdominal pain sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
abdominal pain.
5. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
abdominal pain.
6. Mampu melaksanakan pendokumentasian yang dilakukan pada pasien
abdominal pain.
1.3 Manfaat
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem metabolik pada kasus abdominal pain. Sehingga pada penatalaksanaan
abdominal pain dapat mengurangi gejala, mencegah Excel basi berulang, dan
mencegah meluasnya kasus abdominal pain pada kalangan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis perut
akut. Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri Abdomen Akut
3
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi
Keterangan Gambar :
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan
1 hypocondriaca dextra,
2 epigastrica,
yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.Rasa nyeri
3 hypocondriaca sinistra,
perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau dextra,
4 lumbalis di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. 5 umbilical,
6 lumbalis sinistra,
Nyeri Abdomen Kronis 7 inguinalis dextra,
8 pubica/hipogastrica,
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
9 inguinalis sinistra.
berlanjut,baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul.
Nyeri kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut. (Nurarif,2015)
2.2. Anatomi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks
dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang
terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk
membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah
pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horisontal dan dua bidang
bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen
menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal
melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas
crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang
rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale( ⁴). Regio
abdomen tersebut tampak pada gambar.
4
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian
dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.
2.3 Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan
atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a.Ulkus yang mengalami perforasi
b.Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan
yang umum terjadi.)
c.Apendisitis
d.Pankreasitis
e.Batu empedu
(Nurarif,2015)
2.4 Manifestasi klinis
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa bibir
kering ,turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, lemah dan kelelahan.
(Tanto,2014)
5
2.5 Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan
lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum
terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa
mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat
timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma), misalnya
pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak
pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa
usus. Jarak syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh
serabut saraf A. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta
sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari
segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan
pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika
proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri
muncul akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu. (Nurarif,2015)
6
2.6 PATHWAY
(Nurarif , 2015)
1
2.7 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:viskus perforasi(udara bebas),pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan
menebal),pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas sentimel),kolangitis(udara
dalam cababg bilier),kolitis akut(kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(usus mengalami dilatasi,tanda string of pearl ) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
(Nurarif,2015) (Tanto,2014)
1
2.9 Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan)
Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui pada pasien
dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul beberapa dari 14
pengkajian tersebut :
a. Pola Oksigenasi
Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal karena
nyeri pada abdomen, RR meningkat
b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan mereka diatur)
c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik)
d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan
sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)
e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam kehidupan
sehari - hari)
f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien)
Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur yang
diakibatkan nyeri
g. Pola Nyeri / Kenyamanan
Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat
pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon
emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah
leher juga menegang, frigiditas vokal.
h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir,
bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
i. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
n. Suhu Tubuh
BAB III
2
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.1.1 Identitas
Identitas pasien Biasanya berisikan nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
bahasa, status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah,
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
3.1.2 Pengkajian
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit abdominal pain. Penting juga untuk
dikaji terkait riwayat penggunaan obat-obatan di masa lalu serta adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
4. Genogram
3
Pola nilai kepercayaan.
4
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
5
dipertahankan pada perlunya meninjau
sangat terganggu (Skala kembali program
1) ditingkatkan ke ringan pengobatan jika
(skala 4) berpengaruh pada pola
tidur.
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
S : Data Subyektif
Data subyektif merupakan perkembangan akan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan serta dikemukakan oleh pasien.
O : Data Obyektif
Data obyektif merupakan perkembangan yang bisa diamati serta dapat diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A : Analisis
Analisis merupakan penelitian dari kedua jenis data (baik subyektif maupun
obyektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
P : Perencanaan
6
Perencanaan merupakan rencana penanganan pasien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa,
menderita yang akhirnyaakan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain.
4.2 Saran
7
memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada pasien abdominal pain
dalam pemenuhan rasa aman dan nyaman.
c. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
sehingga mampu menghasilkan perawat yang profesional, terampil, inovatif,
dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA