Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,universal, dan bersifat individual.
Dikatakan individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan
tidak bisa di samakan dengan yang lainnya. Nyeri diartikan berbeda-beda antar
individu tergantung presepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai
presepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa
tersiksa, menderita yang akhirnyaakan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan
lain-lain ( Asmadi, 2008 ).
Salah satu penyakit yang sering menimbulkan nyeri adalah difusi peritonitis.
Difusi peritonitis atau sering disebut radang selaput rongga perut merupakan
peradangan gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding rongga perut
atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi jika usus lainnya
pecah atau robek. Jika terjadi peradangan selaput perut sudah lanjut, dinding perut
menjadi keras seperti papan. Penderita merasa sakit perut yang hebat ketika
perutnya di sentuh meskipun secara ringan ( David dkk, 2010 ).
Nyeri pada penyakit difusi peritonitis disebabkan karena terjadi peradangan
pada membran mukosa pada abdomen dan organ viscera peritoneum yang dapat
disebabkan oleh perforasi apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal,
ruptura saluran cerna, obstruksi dan strangulasi saluran cerna. Rangsangan
peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular akibat adanya darah
dalam cavitas peritoneum ( Suratun, 2010 ).
Akibat infiltrasi dan proliferasi mikroorganisme menyebabkan edema
jaringan dan terjadi eksudasi cairan ke rongga peritoneum. Peristaltik usus menurun
dan bahkan dapat hilang sehingga memicu terjadinya ileus paralitik. Usus menjadi
atonia dan meregang sehingga kekurangan cairan menjadi semakin hebat. Oleh
karena terjadinya perpindahan cairan yang masif ke ruang cavitas abdomen
( intersisiel ) maka terjadi hipovolemia dan dapat menimbulkan syok. Klien akan
merasakan nyeri hebat apabila terjadi rangsangan peritoneum, maka menimbulkan
keluhan nyeri tiba-tiba atau mendadak , nyeri yang hebat pada abdomen

1
mengganggu pola tidur klien. Klien juga mengalami mual muntah karena proses
patologis organ viseral ( obstruksi usus ) secara sekunder akibat iritasi peritoneal
sehingga menyebabkan penderita kekurangan asupan nutrisi dari kebutuhan
( Suratun dan Lusianah, 2010 ).
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas sistem saraf simpatis yang akan
memperlihatkan gejala-gejala seperti, peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang mengalami nyeri akut
akan memperhatikan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang,
kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai. Klien akan melaporkan secara
verbal adanya ketidak nyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. ( Prasetyo,
2010 ).
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mecakup pernyataan verbal, perilaku
vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat
menangis, merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau
menarik diri. Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat
bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit
atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu
terlalu letih untuk merintih atau menangis jika perilaku demikian merupakan respon
normal terhadap nyeri ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Ada beberapa metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya
mengatasi ketidak nyamanan nyeri antara lain, distraksi yaitu tindakan mengalihkan
perhatian klien dari nyeri, melakukan teknik relaksasi salah satunya menarik napas
dalam ( Asmadi, 2008 ).
Kenyamanan adalah konsep tentang kiat keperawatan. Berbagai teori
keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas
yang sama dengan nyeri. Kolcaba ( 1992 ) mendefinisikan kenyamanan dengan cara
yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Sehingga penting bagi perawat
untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu karena individu bersifat subjektif
dan individual ( Potter & Perry, 2005 ).
Walaupun telah banyak intervensi untuk mengatasi nyeri baik secara
farmakologis maupun non-farmakologis namun hasilnya belum sepenuhnya
memuaskan. Penyelesaian masalah nyeri pada klien masih menghadapi kendala baik

2
dari pasien, tenaga kesehatan ataupun rumah sakit. Oleh karena itu nyeri tetap
menjadi masalah yang paling sering dikeluhkan oleh klien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
pasien abdominal pain.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien abdominal pain.
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien abdominal pain.
3. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan
pasien abdominal pain sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.
4. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
abdominal pain.
5. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
abdominal pain.
6. Mampu melaksanakan pendokumentasian yang dilakukan pada pasien
abdominal pain.
1.3 Manfaat
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem metabolik pada kasus abdominal pain. Sehingga pada penatalaksanaan
abdominal pain dapat mengurangi gejala, mencegah Excel basi berulang, dan
mencegah meluasnya kasus abdominal pain pada kalangan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1Definisi
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
abdomen. Nyeri di perut adalah gejala paling penting dari proses patologis perut
akut. Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
 Nyeri Abdomen Akut

3
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi
Keterangan Gambar :
nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan
1 hypocondriaca dextra,
2 epigastrica,
yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.Rasa nyeri
3 hypocondriaca sinistra,
perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau dextra,
4 lumbalis di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. 5 umbilical,
6 lumbalis sinistra,
 Nyeri Abdomen Kronis 7 inguinalis dextra,
8 pubica/hipogastrica,
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri
9 inguinalis sinistra.
berlanjut,baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul.
Nyeri kronis dapat berhubungan dengan ekserbasi akut. (Nurarif,2015)
2.2. Anatomi Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks
dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang
terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk
membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah
pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horisontal dan dua bidang
bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen
menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal
melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas
crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang
rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale( ⁴). Regio
abdomen tersebut tampak pada gambar.

4
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian
dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.

2.3 Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan
atau di berbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a.Ulkus yang mengalami perforasi
b.Irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan
yang umum terjadi.)
c.Apendisitis
d.Pankreasitis
e.Batu empedu
(Nurarif,2015)
2.4 Manifestasi klinis
Nyeri abdomen, mual, muntah tidak nafsu makan, lidah dan mukosa bibir
kering ,turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat, lemah dan kelelahan.
(Tanto,2014)

5
2.5 Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan
lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum
terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa
mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat
timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma), misalnya
pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah
abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul
dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak
pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa
usus. Jarak syaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa
nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh
serabut saraf A. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta
sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari
segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika
memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon
distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genetalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan
pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika
proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya. Jadi permasalahan keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri
muncul akan mengakibatkan pola tidur pasien terganggu. (Nurarif,2015)

6
2.6 PATHWAY

Gangguan metabolic dan


Gangguan organ yang ada Lesi pada SSP
Gangguan organ yang ada psikosomatik
di luar abdomen
di abdomen

Radang Apendiks Nyeri Akut Distensi Abdomen


Domain 12, Kelas 1
00132
Perforasi, Abses,
Peritonitis
Gangguan Pola Tidur
Menekan Gaster
Domain 4, Kelas 1 000198
Pembatasan Intake
Apendikstomy cairan
HCL meningkat

Insisi Bedah Resiko Infeksi


Mual muntah
Terputusnya
Kontunitas
Jaringan
Resiko Kekurangan
Volume Cairan

(Nurarif , 2015)

1
2.7 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-hcg(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-hcg dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:viskus perforasi(udara bebas),pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik (dilatasi,usus yang edema dan
menebal),pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas sentimel),kolangitis(udara
dalam cababg bilier),kolitis akut(kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(usus mengalami dilatasi,tanda string of pearl ) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
(Nurarif,2015) (Tanto,2014)

2.8 Penatalaksanaan medis


Pemberian Analgetik dan pembedahan (Nurarif,2015)

1
2.9 Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian (Pola Fungsi Kesehatan)
Menurut Pengkajian Virginie Henderson, masalah yang ditemui pada pasien
dengan masalah Abdominal pain hanya yang muncul beberapa dari 14
pengkajian tersebut :
a. Pola Oksigenasi
Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal karena
nyeri pada abdomen, RR meningkat
b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatan mereka diatur)
c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik)
d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan
sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak)
e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam kehidupan
sehari - hari)
f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien)
Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur yang
diakibatkan nyeri
g. Pola Nyeri / Kenyamanan
Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis nyeri, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat
pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon
emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah
leher juga menegang, frigiditas vokal.
h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir,
bagaimana cara seseorang memandang dirinya)
i. Pola Peran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan)
j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidaknya seks)
k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya)
l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien)
m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh
n. Suhu Tubuh
BAB III

2
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Identitas

Identitas pasien Biasanya berisikan nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
bahasa, status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah,
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.

Identitas Penanggung-Jawab Biasanya berisikan nama penanggung-jawab, jenis


kelamin, alamat, agama, dan status hubungan dengan pasien.

3.1.2 Pengkajian

Menurut (Muttaqin, 2011) yaitu, sebagai berikut :

1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit abdominal pain. Penting juga untuk
dikaji terkait riwayat penggunaan obat-obatan di masa lalu serta adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
4. Genogram

Tanyakan peta atau riwayat keluarga dan gambarkan menggunakan


simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting,
dan dinamika keluarga.

3.1.3 Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

 Pola persepsi kesehatan.


 Pola nutrisi metabolik.
 Pola eliminasi.
 Pola aktivitas dan latihan.
 Pola istirahat dan tidur.
 Pola kognitif perseptual.
 Pola persesdi diri.
 Pola peran dan hubungan.
 Pola seksualitas dan reproduksi.
 Pola koping dan toleransi stress.

3
 Pola nilai kepercayaan.

Pemeriksaan fisik abdomen :

 Inspeksi dilakukan dengan cara melihat permukaan, kontur, dan


pergerakan dinding abdomen.
 Auskultasi abdomen untuk pemeriksaan bising usus harus dilakukan
sebelum perkusi dan palpasi. Hal ini karena perkusi dan palpasi dapat
menstimulasi atau mendepresi peristaltik usus. Bising usus normal
berkisar 5‒34 kali/menit.
 Perkusi dilakukan untuk menentukan distribusi gas intraabdomen, massa,
serta ukuran organ intraabdomen, terutama hepar dan lien. Perkusi
dilakukan pada keempat kuadran abdomen, dengan melihat area yang
timpani maupun pekak.
 Palpasi terdiri dari palpasi ringan dan dalam. Palpasi ringan dapat
menilai adanya nyeri tekan, defans muskular, dan massa pada organ-
organ superfisial.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian mengenai respon manusia
terhadap adanya gangguan pada kesehatan/ proses kehidupan, serta kerentanan
respon dari seseorang individu, keluarga, hingga kelompok atau komunitas
(Herdman & Kamitsuru, 2015).

a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen ditandai dengan Pasien


mengeluh nyeri perut.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri perut ditandai dengan pasien
mengeluh saat tidur jarak 1 jam kebangun .
3.3 Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan dalam keperawatan yaitu suatu rangkaian dalam tindakan
yang bisa mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan dalam keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis dalam pengkajian masalah kesehatan serta masalah
keperawatan yang timbul pada klien bisa teratasi. Pada dasarnya, dalam tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, terapi perawatan,
pendidikan kesehatan serta tindakan kolaborasi (Herdman & Kamitsuru, 2015).

4
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian
spasme abdomen jam masalah nyeri akut nyeri secara
ditandai dengan dapat teratasi dengan komprehensif
Pasien mengeluh kriterial hasil: termasuk lokasi
nyeri perut. karakteristik,durasi,
Mampu mengontrol nyeri
frekuensi
dipertahankan pada tidak
2. Kontrol lingkungan
pernah menunjukkan
yang dapat
(skala 1) ditingkatkan
mempengaruhi nyeri
menjadi kadang – kadang
3. Anjurkan pasien
menunjukkan (skala 3)
untuk istirahat
Mampu menggunakan
4. Monitor TTV
tindakan pengurangan
nyeri tanpa analgetik
dipertahankan pada
tidak pernah
menunjukkan (skala 1)
ditingkatkan menjadi
kadang – kadang
menunjukkan (skala 3)
2 Gangguan pola tidur Setelah diberikan asuhan Peningkatan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji jumlah jam tidur
nyeri perut ditandai jam diharapkan masalah pasien
dengan pasien pola tidur teratasi dengan 2. Mengobservasi
mengeluh saat tidur kriteria hasil intensitas tidur pasien
jarak 1 jam kebangun  Jam tidur sangat 3. Ciptakan lingkungan
terganggu dipertahankan yang nyaman
pada sangat terganggu 4. Jelasakan pentingnya
(skala 1) ditingkatkan ke tidur yang adekuat
sedikit terganggu (skala untuk kesehatan
4) 5. Kolaborasikan dengan
 Gangguan nyeri dokter tentang

5
dipertahankan pada perlunya meninjau
sangat terganggu (Skala kembali program
1) ditingkatkan ke ringan pengobatan jika
(skala 4) berpengaruh pada pola
tidur.

3.4 Implementasi

Implementasi merupakan suatu pelaksanaan pada rencana intervensi guna


mencapai tujuan yang spesifik. Tahapan dalam implementasi di mulai sesudah
rencana intervensi tersusun serta ditunjukkan dalam nursing order guna membantu
klien mencapai tujuan yang akan diharapkan. Oleh sebab itu, rencana intervensi yang
spesifik dilakukan guna memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan pada klien (Budiono & Pertami, 2016).

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu tindakan intelektual guna melengkapi proses


keperawatan yang menandakan adanya keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana keperawatan serta implementasinya. Walaupuan tahapan evaluasi diletakkan
di akhir dari proses keperawatan, tetapi tahapan ini merupakan bagian dari integral
pada setiap tahapan proses keperawatan. Evaluasi juga diperlukan pada tahapan
intervensi guna menentukan apakah tujuan dari intervensi tersebut dapat dicapai
secara efektif (Budiono & Pertami, 2016). Evaluasi yang dilakukan menggunakan
format SOAP yaitu, (Wahyuni, Nurul Sri, 2016) :

S : Data Subyektif

Data subyektif merupakan perkembangan akan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan serta dikemukakan oleh pasien.

O : Data Obyektif

Data obyektif merupakan perkembangan yang bisa diamati serta dapat diukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.

A : Analisis

Analisis merupakan penelitian dari kedua jenis data (baik subyektif maupun
obyektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.

P : Perencanaan

6
Perencanaan merupakan rencana penanganan pasien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa,
menderita yang akhirnyaakan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain.

Pemberian terapi relaksasi autogenik dapat digunakan pada pasien abdominal


pain demikian bahwa relakasasi autogenik bisa menurunkan skala nyeri 4 menjadi
skala 3.

4.2 Saran

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan


Rumah Sakit Islam Siti Hajar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dalam penanganan abdominal pain dan mempertahankan hubungan
kerjasama baik antara tim kesehatan maupun pasien sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien.
b. Bagi perawat
Perawat memiliki tanggung jawab dan senantiasa meningkatkan
keterampilan lebih dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam

7
memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada pasien abdominal pain
dalam pemenuhan rasa aman dan nyaman.
c. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
sehingga mampu menghasilkan perawat yang profesional, terampil, inovatif,
dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia: Elsevier.


Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta: RGC.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia: Elsevier.
Nururarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3. Yogyakarta:
MediAction.
Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke
4. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai