Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN DENGAN KASUS COLIC ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

NAMA : FITRIA DWI AIDHA

NIM : P17220184080

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

COLIC ABDOMEN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik

normal (Reeves, 2011)

Nyeri colic abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan

dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini

adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh

berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.

Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomenadalah kolik bilier,

kolik renal dan kolik karena sumbatan usus halus (Gilroy,2009).

Colic Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika

ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke

depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2005):

 Nyeri abdomen visera

Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau

penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa

iskemi atau inflamasi ketika jaringan mengalami kongesti sehingga

mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan ambang batas


nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal dari beberapa

penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga

kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik,

maka nyeri sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.

Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan

memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri

abdomen visera ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan

dirasakan dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio

abdomen yang merujuk pada asal organ secara embrionik.

Struktur foregut seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan

pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai

nyeri regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum,

apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus.

Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal, kolondesendens

dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.

 Nyeri abdomen parietal (somatik) 

Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia,

inflamasi atau penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf

aferen yang bermielinisasi mentransmisikan stimulus nyeri ke akar

ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal yang sama dari asal nyeri.

Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan nyeri visera,

sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini

dipersepsikan berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk

dan pergerakan dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini


mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik dapatdicari tanda berupa rasa

lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku pada abdomen yang dipalpasi.

Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa nyeri visera dan

somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa

nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan

bawah ketika inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).

 Nyeri alih 

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang

sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang

berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan

pneumonia mungkin merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuron T9

terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri

epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu

yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa),

nyeri infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri

testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra.

 Anatomi Abdomen

Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak

diantara toraks dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus

dinding abdomen yang terbentuk dari dari otot abdomen, columna

vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu menetapkan suatu lokasi

di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian abdomen

oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan

vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen


menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan

horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, yang bawah

setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri

dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke

pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah:

1) hypocondriaca dextra, 2) epigastrica, 3) hypocondriaca sinistra, 4)

lumbalis dextra, 5) umbilical, 6) lumbalis sinistra, 7) inguinalis dextra,

8) pubica/hipogastrica, 9) inguinalis sinistra (Gambar 1)

Gambar 1. Pembagian anatomi abdomen berdasarkan lokasi organ


yang ada di dalamnya (Griffith, 2003)
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati,

kantung empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon,

sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.

2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas

dan sebagian dari hepar.

3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian

kaudal pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal

kiri dan kelenjar suprarenal kiri.

4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal

ginjal kanan, sebagian duodenum dan jejenum.

5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian

bawah duodenum, jejenum dan ileum.

6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal

ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.

7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal

ileum dan ureter kanan.

8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan


uterus (pada kehamilan).

9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan


ovarium kiri.

Dengan mengetahui proyeksi organ intra-abdomen tersebut,

dapat memprediksi organ mana yang kemungkinan mengalami cedera

jika dalam pemeriksaan fisik ditemukan kelainan pada daerah atau

regio tersebut (Griffith, 2003)

Rongga retroperitoneal terdapat di abdomen bagian belakang,


berisi aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum,

pancreas, ginjal, dan ureter, permukaan paskaerior kolon ascenden dan

descenden serta komponen retroperitoneal dari rongga pelvis.

Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada

dasarnya adalah bagian bawah dari rongga peritoneal dan

retroperitoneal. Berisi rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka,

dan organ reproduksi interna pada wanita (Griffith, 2003)

b. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :

 Secara mekanis :

1. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang

berdekatan karena radang)

2. Karsinoma

3. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian

usus di dalam usus)

4. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)

5. Polip (perubahan pada mukosa hidung)

6. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau

saluran)

 Fungsional (non mekanik)

1. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung

distensi usus tidak dapat bergerak)

2. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis

yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)


3. Enteritis regional

4. Ketidak seimbangan elektrolit

Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea

dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)

(Reeves, 2011).

c. Klasifikasi

 Colic abdomen visceral

Berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari saraf

memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan

karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral

diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke

area dengan struktur embrional yang sama.

 Colic abdomen alih

Nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran serabut

saraf (Reeves, 2011).

d. Patofisiologi

Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba –

tiba atau sudah berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat

ditentukan atau tidak oleh pasien tergantung pada nyeri itu sendiri.

Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk

nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatic).

Nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan

berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal dari viseral dan

berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut


jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral

yaitu muntah dan diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah

pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun

sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari tempat lain.

Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri

tersebut atau sekunder dari tempat lain.


e. Pathway
f. Tanda dan Gejala

1. Mekanika sederhana – usus halus atas

Penyakit colic (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas,

distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi

gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri

tekan difus minimal.

2. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Penyakit colic signifikan midabdomen, distensi berat, muntah

sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus

dan bunyi ‘hush’ meningkat, nyeri tekan difus minimal.

3. Mekanika sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul

terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising

usus, nyeri tekan difus minimal.

4. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.

Gejala colic abdomen adalah kram nyeri abdomen, distensi ringan

dan diare.

5. Strangulasi

Gejala colic abdomen berkembang dengan cepat, nyeri parah, terus

menerus dan terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten,

biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat.

Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau

mengandung darah samar.


g. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital

2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri

3. Pemeriksaan rectal

4. Laboratorium : leokosit, HB

5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.

6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara

atau lipatan sigmoid yang tertutup.

7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat

muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau

peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi

pannkreas oleh lipatan khusus.

8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis

metabolic.

h. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :

a.    Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

b.    implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis

c.    Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena

obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi

d.   Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung

e.    Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu

beresiko
f.    Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan

mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.

 Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :

a. Terapi Na + K + komponen darah

b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan

c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan

intraseluler

d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus

ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif

dengan pasien berbaring miring ke kanan

e. Antasid ( obat yang melawan keasaman )


2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Umum:
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat,
kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau
flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi),
penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan
leukositosis.
2. Khusus:
a. Usus halus
 Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi
 Distensi ringan
 Mual
 Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna
dan kim; selanjutnya muntah air dan mengandung
empedu, hitam dan fekal
 Dehidrasi
b. Usus besar
 Ketidaknyamana abdominal ringan
 Distensi berat
 Muntah fekal laten
 Dehidrasi laten : asidosis jarang
3. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri ketuk pinggang atas.
b. Pada hidronephrosis atau ginjal polikistik, teraba masa
kistik
c. Pada obstruksi saluran kemih bawah teraba kandung kemih
d. Obstruksi akut sering menyebabkan kenaikan tekanan
darah (karena gangguan ekskresi Natrium, retensi air dan
aktivitas sistem renin angiotensin).
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
2. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan
Mencerna Makanan
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Kurang Kontrol
Tidur
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
c. Rencana Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai


dengan tampak meringis, gelisah, dan sulit tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
f. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional :
a. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri
b. Untuk mengurangi rasa nyeri

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan


suhu tubuh diatas nilai normal dan kulit terasa hangat
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan termoregulasi menurun.
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh menurun
b. Suhu kulit membaik
Intervensi :
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor suhu tubuh
c. Longgarkan pakaian
d. Anjurkan tirah baring
e. Kolaborasi pemberian cairan eletrolit intravena
Rasional :
a. Untuk mengetahui penyebab hipertermi
b. Untuk mengetahui suhu tubuh
c. Untuk menurunkan suhu tubuh

3. Deficit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan ditandai


dengan nafsu makan, BB menurun dan membrane mukosa pucat.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan status nutrisi membaik.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan membaik
b. Membran mukosa membaik
c. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
d. BB membaik
Intervensi :
a. Identifikasi status nutrisi
b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
Rasional :
a. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
b. Untuk menambah nafsu makan
c. Untuk menyeimbangkan gizi

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur


ditandai dengan mengeluh sulit tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan pola tidur membaik.
Kriteria Hasil :
a. Keluhan sulit tidur
menurun
b. Keluhan lemas
menurun
Intervensi :
a. Identifikasi factor pengganggu tidur
b. Modifikasi lingkungan
c. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
d. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional :
a. Untuk mengetahui factor pengganggu tidur
b. Untuk memberikan rasa nyaman selama tidur

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai


tampak kelelahan seusai melakukan kegiatan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x4 jam
diharapkan toleransi aktivitas meningkat
Kriteria Hasil :
a. Keluhan lelah menurun
b. Perasaan lemah menurun
Intervensi :
a. Monitor pola jam tidur
b. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
c. Anjurkan tirah baring
Rasional :
a. Untuk mengetahui factor kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan


Dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC

Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing


Process Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif.


Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and


Suddarth, Edisi.8 Vol.3. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih
Bahasa Monica Ester, Jakarta :EGC

Daniell Jane Charett. 1995. Oncologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA
Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta : EGC

Theodore R. Schrock, M. D.1992. Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med
Adji Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran
Jakarta : EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D.1996. Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene
Winata, dr. Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta : EGC

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.


Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC; 2001.

Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis,
And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease


Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.


Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001

Anda mungkin juga menyukai