Anda di halaman 1dari 33

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kolik Abdomen

2.1.1 Definisi Kolik Abdomen

Colik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus sepanjang traktus

intestinal. Obstruksi terjadi apabila ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya

aliran isi usus kedepan namun peristaltiknya normal.

Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut bersifat hilang timbul dan

bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari yaitu

infeksi pada organ didalam perut (mencret,radang kandung

empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilang rasa

sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat.

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan diantara dada dan region

inguinalis.Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala

dari suatu penyakit.Nyeri akut abdomen juga bisa didefinisikan sebagai

serangan nyeri perut berat perisisten, yang terjadi tiba-tiba serta

membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley

mendefinisikan sakit perut berulang sebagai serangan sakit perut yang

berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun 1

tahun terakhir dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

2.1.2 Etiologi Kolik Abdomen

2.1.2.1 Mekanis

a) Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)


2

b) Karsinoma

c) Volvulus

d) Intususepsi

e) Obstipasi

f) Polip

g) Struktur

2.1.2.2 Fungsional (non mekanik)

a) Ileus paralitik

b) Lesi medulla spinalis

c) Enteritis regional

d) Ketidakseimbangan elektrolit

e) Uremia

2.1.2.3 Etiologi yang lain yaitu :

a) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, openditis,

diverticulitis, pankreanitis,kolesistitis

b) Kelainan mukosa visceral : tukak peptic, inflammatory bowel

disease,kulitis injeksi,esophagitis

c) Obstruksi visceral : ileus obstruksi, kolik billier atau renal karena batu.

d) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis

e) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

f) Gangguan motilitis : irritable bowel syndrome, dyspepsia fungsional

2.1.2.4 Gejala lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen


3

Anoreksia nausea dan muntah konstipasi atau diare yang sering

menyertai abdomen namun bukan merupakan gejala yang spesifik sehingga

tidak memiliki nilai diagnostik tinggi.

2.1.2.5 Muntah

Saat distumulasi oleh serat aferen viseral sekunder, the medullary

vomiting centers mengaktivasi serat eferen yang menginduksi reflek muntah.

Oleh karena itu, nyeri abdomen akut biasanya terdapat muntah yang juga

berlaku sebaliknya

2.1.2.6 Konstipasi

Reflek ileus sering diinduksi oleh serat eferen visceral yang

merangsang serat eferen saraf simpatis untuk menurunkan peristaltic

usus.Konstipasi adalah indicator absolute abstruksi usus.Namun obtipasi

(tidak adanya pasase feses dan flatus) diperkiran kuat sebagai obstruksi usus

mekanik jika ada distensi abdomen dengan nyeri progresif atau muntah yang

berulang.

2.1.2.7 Diare

Watery diare merupakan karakteristik dari gastrointestinal dan

penyebab lain akut abdomen. Diare darah diperkirakan oleh ulseratif, crohn

disease,basilar atau disentri amuba.

2.1.3 Anatomi Fisiologi Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan

dari luar dan mempersiapkan untuk diserap tubuh dengan jalan proses pencernaan
4

( pengunyahan, penelanan, dan pencampuran ) dengan enzim dan zat cair yang

terbentang mulai dari mulut sampai anus (Syaifuddin,2011).

2.1.3.1 Oris (mulut)

Mulut merupakan jalan dalam sistem pencernaan dan merupakan

suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut terdiri atas

2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara

gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian rongga mulut bagian dalam yaitu

rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan

mandibularis. Di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput

lendir mulut di tutupi oleh epitalium yang berlapis-lapis, dibawahnya

terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Struktur anatomi

dalam mulut terdiri dari:

1) Gigi terbagi atas 2 macam yaitu:

a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-8 bulan dan

berjumlah 20 buah dengan rincian : 8 buah gigi seri, 4 buah gigi

taring, 8 buah gigi geraham.

b) Gigi tetap ( Gigi permanen ) tumbuh pada umur 6-18 tahun dan

berjumlah 32 buah.

2) Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,

kerja otot lidah ini dapat di gerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi 3

bagian, Radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah),

dan apeks lingua (ujung lidah).


5

2.1.3.2 Faring (tekak)

Faring merupakan organ menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkunng faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, faring terletak di

belakang rongga hidung dan rongga mulut, di depan ruas tulang belakang.

2.1.3.3 Esofagus (kerongkongan)

Esofagus merupakan sebuah ruang berupa tabung yang terletak setelah

mulut. Makanan yang telah di cerna secara mekanis akan melewati saluran

esofagus untuk memasuki lambung.

2.1.3.4 Ventrikulus (lambung)

Lambung merupakan organ berbentuk “j” yang terletak di bagian atas

abdomen yang panjangnya 20 cm, diameternya 15 cm dengan pH lambung

1-3,5. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan

esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bagian bawah diafragma di

depan pankreas dan limfa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri

osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2) Korpus ventrikuli, setnggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian

bawah kurvatura minor.


6

3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk sfingter pilotus, merupakan muara bagian distal,

berlanjut ke duodenum.

4) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung terbentang Dari

osteum kardiak sampai kapilorus.

5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari

sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan

sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolieanalis terbentang dari

bagian atas kurvatura mayor sampai ke limfa.

6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk

ke lambung.

2.1.3.5 Usus Halus

Intestinum minor (usus halus) bagian dari sistem pencernaan makanan

yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjang kurang

lebih 6 m. Merupakan saluran yang paling Panjang tempat proses

pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus

halus, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa.

Usus halus di bagi atas 3 bagian yaitu :

1) Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjang kurang lebih 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput

lendir yang membukit disebut papila vateri. Dinding duodenum

mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar.


7

Kelenjar ini disebut dengan kelenjar brunner berfungsi untuk

memproduksi getah intestinum.

2) Jejenum dan ileum mempunyai panjang sekitar kurang lebih 6 meter.

Dua per lima atas adalah jejeum dengan panjang kurang lebih 23 meter

dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dan ileum

melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan

peritonium yang berbentuk kipas di kenal sebagai mesenterium.

2.1.3.6 Intestinum mayor ( usus besar)

Intestinum mayor merupakan saluran yang berhubung dengan bagian usus

halus (ileum) dan berakhir dengan anus dengan panjang sekitar 1,5 m dan

diameternya kurang lebih 6,3 cm. Usus besar di bedakan menjadi 5 bagian

yaitu :

1) Sekum merupakan pembatas antara ileum dengan kolon. Di bawah

sekum terdapat appendiks verniformis yang berbentuk seperti cacing

sehingga disebut umbai cacing. Seluruhnya ditutupi oleh peritonium

mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang

yang masih hidup.

2) Kolon asendens dengan panjang 13 cm, terletak di bawah Abdomen

sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah

hati membengkok ke kiri, lengkungan ini disebut fluksura hepatika,

dilanjutkan sebagai kolon transversum.

3) Kolon tranversum panjangnya kurang lebih 38 cm. Membujur dari

kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah Abdomen,


8

sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat

fleksura lienalis.

4) Kolon desendens panjangnya kurang lebih 25 cm. Terletak di bawah

Abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura

lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid.

5) Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak

miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf

S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

2.1.3.7 Rektum dan anus

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os

sakrum dan oskoksigis (Syaifuddin, 2011).

1) Fisiologi sistem pencernaan

Fisiologi sistem pencernaan adalah sistem organ yang menerima

makanan, mencerna untuk dijadikan energi dan nutrisi, serta

mengeluarkan sisa makanan. Beberapa tahapan yang terjadi dalam

sistem pencernaan yaitu :

a) Pergerakan makanan : gerakan mencampur, mengaduk,

dancmendorong isi lumen akibat kontraksi otot polos dinding

saluran pencernaan.

b) Sekresi (getah cerna) : mulai dari mulut sampai ke ileum di lakukan

oleh kelenjar- kelenjar yang menyekresi air, elektrolit, dan

bahanbahan tertentu seperti enzim atau liur empedu (mukus).


9

c) Pencernaan : proses pemecahan secara mekanik dan kimia,

molekul-molekul besar yang masuk saluran pencernaan menjadi

molekul yang lebih kecil sehingga dapat di serap oleh dinding

saluran pencernaan.

d) Absorpsi : makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses

penyerapan hasil pencernaan dari lumen menembus lapisan epitel

masuk ke dalam darah atau cairan limfe.

2.1.4 Pathway

Idopatik Makanan Tidak Teratur Kerja fisik yang keras

Masa Keras Fesses

Idopatik

Diapenis Bakteri

Ulsarasi Mukosa

Kelemahan Fisik Nyeri abdomen pada Spasmen Abdomen


kuadran kanan bawah

Toleransi Aktivitas Distensi Adomen


Nyeri

Menekan Gaster
10

Peningkatan Produk
HCl

Hipovolemi Mual Muntah

Nafsu Makan Berkurang

Resiko perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Skema 2.1 Pathaway

Pathway Colic Abdomen


Sumber : SDKI

2.1.5 Patofisiologi

Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus

intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari

organ yang terdapat dalam Abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam

organ perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari

organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut Abdomen yaitu suatu kegawatan

Abdomen yang dapat terjadi karena masalah nyeri Abdomen yang terjadi tiba-tiba

dan berlangsung kurang daari 24 jam. Kolik Abdomen terkait pada nyeri perut serta

gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik.

Pada Kolik Abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam Abdomen, termasuk

nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut Abdomen biasanya

mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun
11

sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena

itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder

dari tempat lain.

2.1.6 Klasifikasi

Secara garis besar sakit perut dapat dibagi menurut datangmya

serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang),

kemudian dibagi lagi atas bedah dan non bedah (pediatrik). Dan

selanjutnya dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang dibawah 2 tahun dan

diastase 2 tahun, yang dimana masing-masing dikelompokkan menjadi penyebab

gastrointestinal dan luar gastrointestinal.

2.1.6.1 Colic Abdomen viseral berasal dari organ dalam .viseral dimana

intervasi berasal dari saraf memiliki respon trauma terhadap distensi dan

kontraksi otot , bukan karena iritasi lokal , robekan atau luka karakteristik

nyeri viseral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, sumar, dan cenderung

beralih ke area dengan struktue embrional yang sama.

2.1.6.2 Colic Abdomen adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat

perjalaran serabut saraf (Reeves, 2019).

2.1.7 Komplikasi

2.1.7.2 Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)

2.1.7.3 Kolik biliaris

2.1.7.4 Kolik intestinal (obstruksi usus lewatnya isi usus yang terhalang)

2.1.8 Pemeriksaaan Penunjang

2.1.8.1 Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital


12

2.1.8.2 Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri

2.1.8.3 Pemeriksaan rektal

2.1.8.4 Laboratorium: leokosit, HB

2.1.8.5 Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan didalam usus.

2.1.8.6 Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan

sigmen yang tertutup.

2.1.8.7 Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,

peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan

peningkatan kadar serum amylase karena iritasi pankreas oleh lipatan

khusus.

2.1.8.8 Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis

metabolic

2.1.9 Penyebab

Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu

2.1.9.1 Secara mekanis

1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan

karena radang)

2) Karsinoma

3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di

dalam usus)

4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)

5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)

6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)


13

2.1.9.2 Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik (Keadaan Abdomen akut berupa kembung distensi usus

tidak dapat bergerak)

2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)

3) Enteritis regional

4) Ketidak seimbangan elektrolit

5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah

karena ginjal tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2019).

2.1.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Colic Abdomen secara Non farmakologi yaitu:

2.1.10.1 Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

2.1.10.2 Impementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.

2.1.10.3 Hiperalimentasi untuk mengkoreksi defesiensi protein karena obstruksi

kronik, ileus paralitik atau infeksi.

2.1.10.4 Reaksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung

2.1.10.5 Ostomi barel ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu berisiko.

2.1.10.6 Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi

usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua

2.2 Konsep Dasar Masalah Nyeri Akut


14

2.2.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak hanya berupa sensasi tunggal yang

disebabkan oleh suatu stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi yang sangat

subjektif berupa sensasi yang tidak menyenangkan, dan karena sensasi nyeri setiap

orang berbeda dalam skala atau tingkatannya, maka hanya orang tersebut yang dapat

menginterpretasikan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya. Menurut beberapa

ahli, nyeri didefinisikan sebagai berikut.

2.2.4.2 Mike Coffery (1979) mendefinisikan nyeri sebagai suatu kondisi yang

mempengaruhi seseorang yang keberadaannya tidak dapat diketahui sampai

orang tersebut mengalaminya. Wofl Weitzel Fuerst (1974) menyatakan

bahwa nyeri adalah perasaan sakit fisik dan mental atau perasaan yang dapat

menimbulkan ketegangan.

2.2.4.3 Arthur C Curton (1983) menyatakan bahwa nyeri adalah suatu mekanisme

produksi tubuh yang terjadi ketika jaringan mengalami kerusakan dan

menyebabkan individu berespon untuk menghilangkan rangsang nyeri.

2.2.4.4 Scrum, yang mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan akibat rangsangan fisik atau dari serabut saraf dalam tubuh

ke otak, yang diikuti oleh respon fisik, fisiologis, dan emosional.

2.2.2 Fisiologi Nyeri

Terjadinya nyeri erat kaitannya dengan adanya reseptor dan

rangsang.Nosiseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung saraf yang sangat

bebas dengan sedikit atau tanpa selubung mielin yang tersebar di kulit dan selaput

lendir, terutama di organ dalam, sendi, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
15

Reseptor nyeri dapat memberikan respon karena adanya stimulus atau

rangsangan.Rangsangan dapat berupa zat kimia seperti bradikinin, histamin,

prostaglandin, dan berbagai asam, yang dilepaskan Ketika jaringan rusak karena

kekurangan oksigen. Rangsangan lain dapat berupa termal, listrik atau mekanik.

Mekanisme nyeri didasarkan pada beberapa proses, yaitu nosiseptif,

sensitisasi perifer, perubahan fenotipik, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,

reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus kerusakan jaringan

dan pengalaman subjektif nyeri, ada empat proses yang berbeda: transduksi,

transmisi, modulasi, dan persepsi.

Transduksi adalah proses dimana ujung saraf aferen mengubah rangsangan,

seperti akupunktur, menjadi impuls nosiseptif. Tiga jenis serabut saraf terlibat dalam

proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta dan C. Serabut yang paling banyak

merespon rangsangan yang tidak berbahaya diklasifikasikan sebagai serabut

penghantar nyeri atau nosiseptor. Serat ini adalah A-delta dan C. Nociceptors diam,

juga terlibat dalam proses transduksi, adalah serabut saraf aferen yang tidak

merespon rangsangan eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.

Transmisi adalah proses transmisi impuls ke tanduk dorsal sumsum tulang

belakang dan kemudian sepanjang saluran sensorik ke otak. Neuron aferen primer

adalah pengirim dan penerima sinyal listrik dan kimia yang aktif.Aksonnya berakhir

di tanduk dorsal sumsum tulang belakang dan kemudian berkomunikasi dengan

banyak neuron tulang belakang.

Modulasi adalah proses penguatan sinyal saraf yang terkait dengan rasa sakit.

Proses ini terjadi terutama di kornu dorsalis medulla spinalis, tetapi dapat juga
16

terjadi di segmen lain. Berbagai reseptor opioid seperti mu, kappa dan delta dapat

ditemukan di kornu dorsalis.Sistem nosiseptif juga memiliki jalur menurun dari

korteks frontal, hipotalamus, dan daerah otak lainnya ke otak tengah dan medula,

dan kemudian ke sumsum tulang belakang. Hasil dari proses penghambatan

menurun ini memperkuat, dan bahkan menekan, sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.

Persepsi merupakan hasil interaksi transduksi, transmisi, modulasi, aspek

psikologis dan proses karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ

yang menerima rangsang nyeri.Organ yang bertindak sebagai reseptor rasa sakit

adalah ujung saraf bebas di kulit yang hanya merespons rangsangan yang kuat dan

berpotensi merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor. Secara anatomis, saraf

aferen memiliki reseptor nyeri (nosiseptor) yang bermielin dan tidak bermielin

(Bahrudin, 2018).

2.2.3 Klasifikasi Nyeri

Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,

yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.Nyeri

kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam

waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Yang termasuk dalam nyeri kronis

ini adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.Bila ditinjau

dari sifat terjadinya, nyeri dibagi menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

Tabel 2.1 perbedaan nyeri akut dan kronis

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status eksistensi

Sumber Sebab eksternal/penyakit dari Tidak diketahui atau


17

dalam pengobatan yang terlalu


lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang


dan terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai


bertahun-tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerh nyeri sulit


diketahui dengan dibedakan intensitasnya,
pasti sehingga sulit dievaluasi

Gejala klinis Pola respons yang Pola respons yang


khas dengan gejala bervariasi dengan
yang lebih jelas dengan sedikit gejala
(adaptasi)

Pola Terbatas Berlangsung terus,


dapat bervariasi

Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat


setelah beberapa saat setelah beberapa saat

2.2.4 Konsep Nyeri

2.2.4.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu yang menyakitkan tubuh yang diungkapkan

secara subjektif oleh individu yang mengalaminya. Nyeri didefenisikan

sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang bila seorang pernah

mengalaminya. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik

atau sumber yang dapat diidentifikasi. Meskipun beberapa nyeri

dihubungkan dengan status mental atau psikologi, pasien secara nyata

merasakan nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkan saja.

Terapi sensasi nyeri yaitu, akibat dari stimulus fisik dan mental atau

stimulasi emosional (Potter & Perry, 2019).


18

2.2.4.2 Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan lokasi

1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oloeh aktifitas

atau sensifitas nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang

mengantarkan stimulus naxious ( Andarmoyo,2020)

b. Nyeri Alih

Nyeri alih merupakan nyeri yang tidak hanya berfokus pada suatu

tempat, akan tetapi nyeri dapat terasa pada bagian tubuh yang terpisah.

Salah satu contoh adalah ketika seseorang mengalami penyakit jantung

dan merasakan nyeri di dada, maka nyeri akan menjalar ke bagian leher,

punggung dan lengar kiri (Potter & Perry, 2020)

c. Nyeri Superfisial

Nyeri superfisial merupakan nyeri yang berada pada lapisan kulit

ayang disebabkan oleh bahan kimia atas benda tajam, sehingga seseorang

seperti terabakar pada bagian kulit tersebut (Avila et al, 2020).

d. Nyeri Idiopatik
19

Nyeri Idiopatiki adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab fisik

atau psikologis yang dapat di identifikasi atau nyeri yang dirasakan

sebagai terlebihnya tingkat patologis suatu organ.

e. Nyeri Neuropotik

Nyeri Neuropotik mengarah pada disfungsi diluar sel saraf. Nyeri

neuropotik mengarah pada disfungsi di luar saraf. Nyeri neuropotik terasa

seperti terbakar, kesemutan dan hipersensitif terhadap dingin dan

sentuhan. Nyeri spesifik terdiri dari beberapa macam, antara lai, nyeri

somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di

bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah

nyeri menjahar (reffered pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh

yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya

cidera organ visceral. Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal

dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan dada (Potter &

Perry, 2019).

2.2.4.3 Nyeri Berdasarkan Durasi

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah suatu nyeri yang bersifat terlokalisir dan biasanya

terjadi secara tiba-tiba. Umumnya berkaitan dengan cedera fisik. Nyeri

terasa tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit, dan pola serangan jelas.
20

Nyeri ini merupakan peringatan adanya potensial kerusakan jaringan

yang membutuhkan reaksi tubuh yang diperintah oleh otak dan

merupakan respon syaraf simaptis. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang

lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang

menusuk pulih kembali (Prasetyo,2020).Nyeri akut merupakan

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

suatu jaringan actual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak

atau lambat dengan insensitas ringan hingga berat yang berlangsung

selama 3 bulan ( PPNI ,2016 ).

Nyeri akut biasanya terjadi mendadak dan terlokalisasi umunya nyeri

akut didasari pada kondisi sakit kepala, sakit gigi, terbakar,tertusuk

duri,pasca pembedahan dan pasca persalinan dan lain sebagainya

( Andarmoyo , 2020 ).

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cedera spesifik nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

(oneset) yang ditetapkan dengan tetap dan sulit untuk diobati karena

biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya (Muttaqin, 2019)


21

2.2.4.4 Respon Tubuh Terhadap Nyeri

Nyeri sebagai suatu pengalaman sensoris dan emosional tentunya akan

menimbulkan respon terhadap tubuh. Respon tubuh terhadap nyeri

merupakan terjadinya reaksi endokrin berupa mobilisasi hormon-hormon

katabolik dan terjadinya reaksi imunologik, yang secara umum disebut

respon stress (Ramadhan,2019).

a. Ekspresi Wajah

1) Pucat dan tegang

2) Memejamkan mata

3) Tonjolan Alis

4) Menekuk mata

5) Mengeryitkan dahi

6) Mengigit bibir

b. Respon Fisik

1) Menendang

2) Menghentikan tindakan

3) Melengkukan badan dan kaku

4) Gemetar

5) Berpelukan

6) Gelisah

7) Waspada

8) Tegang pada otot

9) Mondar-mandir
22

10) Meremas tangan

11) Menolak mengubah posisi

c. Audio

1) Menangis

2) Menjerit

3) Berkata Aduh,Aw,Sakit

4) Mengadu

5) Mengerang

6) Menggerutu

7) Terengah

2.2.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

a. Faktor Fisiologis

1) Kelemahan (Fatigue)

Kelemahan meningkat persepsi terhadap nyeri dan menurunkan

kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi

disepanjang waktu istirahat, peresepsi terhadap nyeri akan lebih besar.

Nyeri terkadang jarang dialami setelah tidur atau istirahat cukup

daripada di akhir yang panjang (Potter & Perry, 2019).

2) Usia

Usia memiliki peranan penting dalam mempersiapkan rasa nyeri.

Usia akan mempengaruhi seseorang tersebut terhadap sensasi nyeri

baik persepsi maupun ekspresi. Perkembangan usia, baik anak-anak,

dewasa, dan lansia akan sangat berpengaruh terhadap nyeri yang


23

dirasakan. Usia anak-anak akan sulit menginterpretasikan dan

melokalisasikan nyeri yang dirasakan karena belum dapat

mengucapkan kata-kata dan mengucapkan secara verbal maupun

mengekspresikan nyeri yang dirasakan sehingga nyeri yang dirasakan

biasanya akan diinterpretasikan kepada orangtua atau tenaga kesehatan

(Zakiyah, 2019)

3) Gen

Riset terhadap orang yang sehat mengungkapkan bahwa informasi

genetic yang diturunkan dari orangtua memungkinkan adanya

peningkatan atau penurunan sensivitas seseorang terhadap nyeri. Gen

yang ada didalam tubuh kita dibentuk dari kombinasi gen ayah dan

gen ibu. Nantinya, Gen yang mendominasilah yang akan menentukan

kondisi fisik dan psikologis (Andarmoyo, 2020).

b. Faktor Psikologis

Tingkat dan kualitas nyeri yang diterima berhubungan dengan arti

nyeri. Kecemasan kadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi

nyeri juga menyebabkan perasaan cemas. Respon emosional pada nyeri

melibatkan pada girus cingulat anterior dan korteks prefrontal ventral

kanan. Sirkuit serotoin dan norepinefrin juga terlibat dalam modulasi

stimulus sensoris, yang mungkin mempengaruhi bagaimana depresi dan

pengobatan antidepresan berefek pada persepsi nyeri (Khasanah, 2021).


24

2.2.4.6 Pengukuran Intesitas Nyeri

Intesitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh seseorang, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri itu

sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

a. Verbal Descriptif Scale (VDS)

Verbal Descriptif Scale merupakan pengukuran derajat nyeri yang

sering digunakan. VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga

sampai lima kata yang mendeskripsikan perasaan nyeri, tersusun dengan

jarak yang sama di sepanjang garis. Kata-kata yang digunakan untuk

mendeskripsikan tingkat nyeri diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai

nyeri yang tidak tertahankan.

Gambar 1.1 Verbal Descriptif Scale

b. Faces Rating Scale

Skala penilaian wajah biasanya digunakan untuk mengukur

intensitas nyeri pada anak-anak. Foto wajah seorang anak yang


25

menunjukkan rasa tidak nyaman dirancang sebagai petunjuk untuk

memberi pengertian kepada anak-anak sehingga dapat memahami makna

dan tingkat keparahan nyeri. Skala tersebut terdiri dari enam wajah

dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari mulai wajah yang

sedang tersenyum (tidak merasa nyeri) kemudian secara bertahap

meningkat menjadi wajah kurang bahagia (sangat nyeri). Saat ini peneliti

mulai menggunakan skala wajah ini pada orang-orang dewasa atau pasien

yang kesulitan dalam mendeskripsikan intesitas nyerinya, dan orang

dewasa memiliki gangguan kognitif.

Gambar 1.2 Faces Rating Scale

c. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala numerik merupakan alat bantu pengukur intensitas nyeri pada

pasien yang terdiri dari skala horizontal yang dibagi secara rata 10

segmen dengan nomor 0 sampai 10. Pasien diberi pengertian yang

menyatakan bahwa angka 0 bermakna intensitas nyeri yang minimal

(tidak ada nyeri sama sekali) dan angka 10 bermakna nyeri yang sangat

(nyeri paling parah yang dapat mereka bayangkan). Pasien kemudian


26

dimintai untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dalam

mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan pada satu

waktu

Gambar 1.3 Numeric Rating Scale

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian lengkap, dan sistematis

sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk

merumuskan suatu diagnose keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respon individu (Budiono, 2016).

2.3.1.1 Biodata Pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku dan gaya hidup.

2.3.1.2 Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan Pasien pada saat

dikaji. Pada umumnya akan ditemukan Pasien merasakan nyeri pada


27

Abdomennya biasanya terus menerus, demam, Abdomen tegang dan

kaku.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan Pasien mencari

pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh Pasien, apakah hilang, timbul atau

terus- menerus (menetap).

R : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan Pasien dengan memakai skala

numeric 1 s/d 10.

T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan

memperingan keluhan.

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah Pasien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat

ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat- obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

dengan Pasien.

2.3.1.3 Pemeriksan fisik

Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemi,

tanda-tanda vital meningkat, suhu(39°C), pernapasan (24x/mnt), nadi

(110x/mnt) tekanan darah (130/90 mmHg)


28

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda : Kesulitan ambulasi

2) Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

3) Eliminasi

Gejala : Distensi Abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda : Perubahan warna urine dan feces

4) Makanan/cairan

Gejala :anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-

pecah. Kulit buruk.

5) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri Abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.

Tanda : Distensi Abdomen dan nyeri tekan

6) Pernapasan

Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda : Napas pendek dan dangkal

7) Diagnostik Test

a) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas

dan cairan dalam usus.

b) Pemeriksaan simtologi

c) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi


29

d) Leukosit: normal atau sedikit meningkat

e) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah

f) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi Abdomen

g) Rontgen Abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu

empedu, volvulus, hernia)

h) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges,Marilynn

E, 2020)

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Menurut PPNI, 2017 Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian

klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Setelah didapatkan data dari pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh,

maka dibuatlah analisa data dan membuat kesimpulan diagnosis keperawatan.

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan pemenuhan

kebutuhan aman nyaman dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI) dalam SDKI PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):

2.3.2.1 Nyeri Akut

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.


30

2) Gejala dan tanda mayor

Subjektif : ( tidak tersedia)

Objektif : tampak meringis, Bersikap protektif ( mis.waspada, posisi

menghindari nyeri ), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur

3) Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan

berubah, proses berpikir berubah, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,

diaforesi

2.3.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan (menurut PPNI,2017). uraian intervensi yang bisa timbul

bagi klien dengan pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan menggunakan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dalam SIKI PPNI 2017 (SIKI

PPNI, 2017).

2.3.3.1 Manajemen Nyeri

Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri.

2) Identifikasi skala nyeri


31

3) Identifikasi response nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

terapi musik, kompres hangat/dingin).

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan).

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

1) Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Anjarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan

keamanan klien. Sedangkan pada kenyamanan, implementasi dilakukan untuk

mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan,

kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.


32

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah

dilakukan Tindakan keperawatan.Ditulis pada catatan perawatan, dilakukan setiap

selesai melakukan tindakan keperawatan.

Evaluasi Sumatif SOAP Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan

analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan.Ditulis pada catatan perkembangan

yang merupakan rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang

atau pindah.
33

2.4 Kerangka Konseptual

Apendiksitis Kolesistis Pancreasitis urlitasi

Peristaltic
Kelainan
Obstruksi Bakteri Iritasi otot polos
Inflamasi Obstruksi
Intensinal edema sistem
sampai duktus
Meningkat pada kalises
gengren pancreas
Tekanan pancreas
Intranuminal
Perforasi Tekanan
Kandungan Timbul Intraluminaris
Terjadi Kemih rangsangan pada meningkat
Trombosis anteri ujung-ujung
dan vena saraf
Perenggangan terminal
saraf

Nyeri Kolik
Asuhan Teori Nightingale
Keperawatan Nyeri (1860) :
Kolik Abdomen bertujuan untuk
memfasilitasi
proses
penyembuhan
tubuh dengan
memanipulasi
lingkungan klien
Skema 2.4 Kerangka Konseptual untuk
mendapatkan
Sumber : Modifikasi Teori SDKI (2017) kenyamanan dan
dengan Teori Florence Nightingale (1860) ketenangan

Anda mungkin juga menyukai