Anda di halaman 1dari 17

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Anatomi, Fisologi dan Patologi

1. Oesophagus

Oesophagus adalah sebuah saluran yang berbentuk tabung

berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas mulai dari faring sampai

pintu masuk kardiak lambung. Terletak di belakang trakea dan

didepan tulang pungung. Setelah melalui rongga thorax menembus

diafragma, lalu masuk ke dalam abdomen dan menyambung

dengan lambung.

Gambar 1.2 Oesophagus


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
5

Oesophagus dibagi menjadi tiga bagian :

a. Bagian superior ( sebagian besar adalah otot rangka )

b. Bagian medial ( campuran otot rangka dan otot halus )

c. Bagian inferior ( terutama terdiri dari otot halus )

Vaskularis oesophagus:

a. Suplai arteri oesophagus pars abdominalis dipercabangkan dari

a.gastrica sinistra, sedangkan oesophagus pars cervical dari

a.thiroidea inferior dan oesophagus pars thoracalis dari

a.bronchiales.

b. Sistem vena sesuai dengan suplai arterinya kecuali pada pars

thoracalis mengalir ke dalam v.azygos dan v.hemiazygos, pada

oesophagus pars abdominalis venanya mengalir ke dalam

sistem portal melalui v.gastrica sinistra. Plexus venosus

oesophageal adalah tempat anastomosis antara system a.zygos

dan gastrica sinistra.

Inervasi oesophagus:

a Parasympathies dari N.vagus yang membentuk plexus

oesophageal yang di distal menyatu membentuk truncus vagalis

anterior dan posterior.

b Sympathies berasal dari N.splanchnicus thoracalis dan

N.splanchnicus major. Saraf sympathies ini membawa rangsang

nyeri dari oesophagus yang sakit akhirnya dirasakan di daerah

thoracal bawah dari regio epigastrica.


6

Oesophagus mempunyai 4 lapis pada dindingnya. Disebelah

luar terdiri atas jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot

yang terdiri atas 2 lapisan serabut otot, yang satu berjalan

longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan submukosa dan

yang paling dalam terdapat selaput lendir.

Setelah makanan masuk faring maka palatum lunak naik untuk

menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-

ototnya, dan otot faring menangkap makanan dan mendorongnya

masuk ke oesophagus. Pada saat ini pernafasan berhenti, jika tidak

maka akan tersedak. Orang tidak dapat menelan dan bernafas

pada saat yang bersamaan. Gerakan menelan pada bagian ini

merupakan gerak peristaltic.

Makanan berjaan dalam oesophagus karena kerja peristaltik,

lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di

belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik

mengantarkan bola makanan ke lambung. (Pearce,2006)

Fungsi utama dari oesophagus adalah untuk menghantarkan

makanan dari faring ke lambung dengan gerak peristaltic.

(Syaifudin, 1997).

Adapun patologi dari oesophagus, yaitu:

a. Akhlasia

Disebut juga cardiospasme, disebabkan oleh kegagalan

fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltik


7

dibagian bawah oesophagus dan disebabkan oleh

kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor.

b. Anatomi Anomalies

Anatomi Anomalies dapat bersifat congenital atau

disebabkan oleh penyakit seperti kanker. Pasien penderita

stoke juga dapat diserang penyakit ini sehingga terganggu

pada mekanisme motoriknya.

c. Barret’s Esofagus

Barret’s Esofagus atau barret’s syndrome adalah pergeseran

dari epithelium squamosa, pergeseran ini menyebabkan

striktura pada bagian distal esophagus.

d. Adenocarcinoma Esofagus

Adenocarcinoma adalah salah satu keganasan yang sering

terjadi di oesofagus. Pasien sulit menelan, sakit dan

berdarah saat menelan, carcinosarcoma, yang dapat

menghasilkan polip yang besar dan irregular serta

pseudocarcinoma.

e. Dysphagia

Kesulitan menelan yang dapat disebebkan karena congenital

atau kondisi yang didapat. Penyebab dysphagia adalah

jebakan bolus makanan, kelumpuhan otot faring atau

oesofagus dan penyempitan atau pelebaran oesofagus.


8

f. Oesofagus Reflux

Masuknya isi lambung ke dalam oesofagus, mengiritasi

dinding oesofagus dan lama-kelamaan keadaan ini dapat

menghasilkan oesofagogitis.

g. Oesofagogitis

Oesofagogitis atau radang oesofagus disebabkan oleh zat

korosif, uremi, tuberculosis, dan antinomycosys.

2. Gaster

Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang

dapat meluas paling besar. Posisi utamanya pada bagian

epigastrik dan disebelah kiri daerah hipokardiak dan umbilical.

Gambar 2.2 Gaster


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

Lambung terdiri dari bagian atas yaitu :

a. Cardia, bagian yang paling dekat dengan lubang yang ada

disebelah esophagus. Kelenjar dari cardia berbentuk tubuler,

baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan secret

mucus alkali.

b. Fundus, batang utama dengan bagian bawah yang horizontal.

Kelenjar dari fundus adalah kelenjar tubuler dan berisi


9

berbagai jenis sel. Beberapa sel (sel asam atau oxintik)

menghasilkan asam yang terdapat dalam getah lambung dan

juga menghasilkan musin.

c. Piloric, bagian lambung yang berhubungan dengan

duodenum. Kelenjar pyloric berbentuk tubuler dan

menghasilkan mucus alkali.(Kusrianto, 2004).

Fungsi Lambung

a. Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai

penampung untuk jangka waktu yang pendek.

b. Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam

hydroklorida. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicerna

oleh usus halus.

c. Protein diubah menjadi pepton.

d. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.

e. Pencernaan lemak dimulai di dalam lambung.

f. Di lambung makanan diolah atau dicampur dengan cairan

lambung dan membentuk bubur dinamakan khyme.

(Pearce,2006:185)

Adapun patologi dari Gaster antara lain :

a. Benzoar

Massa dari material yang tidak dapat dicerna dan

terperangkap di dalam lambung. Massa ini bisa terbuat dari

rambut, serat sayuran tertentu / bahan yang terbuat dari kayu.

Material ini dapat menyebabkan obstruksi pada lambung.


10

b. Diverticula

Terjadi karena perlemahan kantong dari dinding mukosa yang

dapat terjadi di lambung dan usus halus. Diverticula lambung

berukuran antara 1-2 cm dan diameternya sampai dengan 8

cm. jika diverticula ini tidak segera disembuhkan, maka akan

menimbulkan pervorasi.

c. Emesis

Emesis adalah keadaan muntah yang disertai dengan

keluarnya darah.

d. Gastritis

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang

disebabkan oleh makanan atau minuman yang dapat

menyebabkan iritasi pada selaput lendir lambung dan juga

infeksi akut.

e. Hiatal hernia

Kondisi dimana bagian lambung masuk ke dalam hiatus

diafragma. Hiatal hernia dapat terjadi karena oesofagus yang

pendek dan perlemahan otot sekitar hiatus diafragma.

f. Carcinoma lambung

Carcinoma lambung terdiri 70% dari seluruh neoplasma

lambung. Yaitu dengan filling defect irregular dalam lambung,

dinding bertanda, kaku lambung dan luka pada mukosa.


11

g. Ca Gaster

Ca Gaster adalah tumor jinak di lambung tidak menimbulkan

gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang beberapa

mengalami pendarahan atau berkembang menjadi kanker.

h. Tukak Lambung (Ulcer)

Tipe tipe ulcer :

1) Duodenal Ulcer, adalah peptic ulcer yang terjadi di

duodenum. Biasanya terjadi di dua per tiga bagian

duodenum.

2) Peptic Ulcer, adalah luka yang terjadi pada membrane

mukosa pada oesofagus, lambung, dan duodenum yang

disebabkan oleh asam lambung.

3) Gastric Ulcer, adalah luka pada mukosa lambung.

4) Perforasi Ulcer, adalah luka pada keseluruhan dinding

lambung.

3. Duodenum

Duodenum adalah bagian pertama dari usus halus yang

panjangnya 25 cm. Berbentuk seperti sepatu kuda dan kepalanya

mengelilingi pancreas. Saluran empedu dan saluran pancreas

masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang disebut

ampula hepatopan kreatika atau Ampula Vateri. Yang terletak 10

cm dari pylorus (Pearce,2006:188)


12

Gambar 3.2 Duodenum


Sumber : Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures

Adapun patologi dari duodenum, yaitu :

1) Malabsorbsi

Keadaan dimana terdapat gangguan absorbsi mukosa usus

terhadap satu atau banyak zat gizi yang mengakibatkan

ekskresi zat-zat tersebut ke dalam feses.

2) Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan

komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran

dari organ-organ abdomen.

3) Congenital (primer)

Adalah penyakit yang disebabkan kelemahan setempat pada

dinding duodenum dan ditemukan pada tempat-tempat

pembuluh darah yang masuk ke dalam dinding.

4) Diverticula

Biasanya pada duodenum bagian pertama dan biasanya

sekitar bekas luka tukak peptic. Bila banyak disebut

divertikulosis.
13

B. Tinjauan Umum Tentang Teknik Pemeriksaan OMD

Prosedur pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum (OMD) menurut

beberapa sumber, sebagai berikut :

1. Menurut Bryan, 1979

a. Definisi

Pemeriksaan OMD adalah pemeriksaan dari saluran

pencernaan bagian atas yang meliputi esophagus, lambung,

dan duodenum dengan menggunakan bahan kontras yang

dimasukkan melalui mulut atau disebut juga dengan barium

meal. Pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi 2 metode yaitu :

metode single contrast dan metode double contrast.

b. Persiapan Pasien

Pasien diinstriksruksikan untuk puasa selama 5 jam sebelum

pemeriksaan dilaksanakan.

c. Teknik pemeriksaan

1) Metode Single Contrast

Pemeriksaan Oesophagus Maag Duodenum (OMD)

didahului dengan pemeriksaan esophagus dengan

menggunakan metode single contrast. Pada metode ini,

pasien diinstruksikan untuk meminum suspense barium

sulfat sebanyak 60 ml dengan perbandingan kekentalan

1:1, pemberian suspensi barium sulfat ini dilakukan untuk

melihat kelainan yang terjadi pada oesofagus dan mukosa

lambung dengan menggunakan teknik flourscopy.


14

Setelah oesofagus dan mukosa lambung terisi suspensi

barium sulfat lagi dengan kekentalan yang lebih encer

dibandingkan dengan kekentalan pada pemeriksaan

esophagus yaitu dengan perbandingan 1:4 sebanyak 220-

240 ml. fungsi dari peminuman sespensi barium sulfat yang

kedua ini adalah agar semua lambung terisi barium sulfat.

2) Metode Double Contrast

Bahan-bahan yang digunakan pada metode double contrast

yaitu :

a) Suspensi barium sulfat sebanyak 220-240 ml.

b) Ez-gas yang dapat menghasilka gas sebanyak +-

200-300 ml di dalam lambung.

c) 1 ampul buscopan atau glucagon.

Pemeriksaan dimulai dengan peminuman suspense barium

sulfat yang telah dicampur dengan ez-gas. Pasien akan

merasa lambungnya terisi oleh gas, pasien diinstruksikan

untuk tidak bersendawa selama pemeriksaan.

Kemudian pasien disuntikkan busopan atau glucagon

sebanyak 1 ampul secara intra vena yang bertujuan untuk

mengurangi gerak peristaltic lambung. Langkah berikutnya,

pasien dipersilahkan untuk tiduran diatas meja pemeriksaan

dan diinstruksikan untuk merubah posisi dari supine –

oblique – prone. Tujuan dari gerakan ini agar suspense

barium sulfat melapisi seluruh mukosa lambung.


15

d. Prosedur Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar radiografi menggunakan teknik

fluoroscopy. Dengan pemanfaatan system spot film device yang

ada pada teknik ini, dapat dibuat film radiografi dengan

beberapa seri. Untuk gambaran oesofagus menggunakan film

seri 3. Dimulai dari gambaran bagian proximal, sampai bagian

distal pada proyeksi AP dan Lateral. Sedangakan untuk

gambaran lambung dibuat film seri 2, dimulai dari gambaran

fundus sampai pylorus pada proyeksi AP dan Oblique.

2. Menurut Ballinger (1995)

a. Defiisi

Pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum adalah pemeriksaan

untuk mengevaluasi kelainan yang terjadi pada oesofagus,

lambung, duodenum melalui pemasukkan bahan kontras melalui

mulut dengan menggunakan pesawat sinar-X yang dilengkapi

dengan fluoroscopy.

b. Persiapan Pasien

Pasien datang ke bagian radiologi dengan membawa surat

pengantar dari dokter. Kemudian petugas administrasi radiologi

membuat perjanjian kapan pemeriksaan akan dilakukan.

Pasien diberi penjelasan tentang jalannya pemeriksaan dan

persyaratan yang akan dilakukan. Persyaratan tersebut antara

lain :
16

a) Dua hari sebelum pemeriksaan pasien melakukan diet rendah

serat.

b) Selama diet, pasien tidak diperbolehkan merokok dan

mengunyah permen karet karena dapat merangsang sekresi

lambung dan air liur.

c) Sehari sebelum pemeriksaan, pasien meminum non gas

forming laxative.

d) Pasien diinstruksikan untuk puasa kira-kira 8-9 jam sebelum

pemeriksaan.

c. Teknik Pemeriksaan

1) Pasien diposisikan erect diantara meja pemeriksaan dan

tube yang sebelumnya meja pemeriksaan sudah diposisikan

vertical untuk mengevaluasi jantung, paru-paru dan

abdomen dengan menggunakan teknik fluoroscopy.

2) Setelah itu, pasien diminumkan suspense barium sulfat,

pada saat pasien menelan barium sulfat dikontrol

fluoroscopy sehingga radiolog dapat melihat struktur dan

kelainan yang terjadi di oesofagus.

3) Langkah selanjutnya mengevaluasi lambung dan duodenum.

Pemeriksaan lambung dan duodenum bisa dilakukan

dengan single contrast atau double contrast.

4) Pasien diberikan suspense barium sulfat dan diinstruksikan

untuk meminumnya. Pasien diinstruksikan untuk supine

diatas meja horizontal sebelumnya.


17

d. Prosedur Pengambilan Gambar

Prosedur pengambilan gambaran oesofagus dilakukan

dengan posisi pasien RAO 35º atau LPO. Dibuat dengan posisi

oblique agar gambaran oesofagus tidak superposisi dengan

vertebrae dan jantung. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan

posisi berdiri atau tiduran. Posisi tiduran bertujuan untuk

pengisian oesofagus terutama oesofagus bagian proximal.

Pada posisi ini dapat diobservasi varises dari oesofagus, karena

pada posisi tiduran tekanan vena akan bertambah.

Prosedur pengambilan gambar lambung dan duodenum

dilakukan dengan posisi tegak atau tiduran dan proyeksi yang

dipakai adalah PA, Lateral, RAO, AP erect sesuai dengan

indikasi yang ditemukan saat fluoroscopy. Proyeksi AP

bertujuan untuk melihat kontur lambung. LPO posisi dengan

letak kepala yang lebih rendah dari pada kaki (tendelenburg)

dengan kemiringan 25-30 derajat yang bertujuan untuk melihat

hiatal hernia. AP erect bertujuan untuk melihat bentuk dan posisi

dari lambung. RAO 40 – 70 derajat untuk melihat lambung

bagian pylorus dan duodenal bulb tergantung pada ukuran dan

letak lambung.
18

2. Menurut Bontranger : 2001

a. Teknik Pemeriksaan

1) Metode Single Contrast

Untuk pemeriksaan oesofagus menggunakan metode single

contrast. Barium sulfat untuk pemeriksaan ini dibagi menjadi

2 jenis yaitu thin barium dan thick barium. Thin barium

didapat dari pencampuran bubuk barium sulfat dengan air

dengan perbandingan 1:1. Thick barium didapat dari

pencampuran bubuk barium sulfat dengan air dengan

perbandingan 3:1. Penggunaan thick barium lebih baik

karena dapet memperlihatkan mukosa oesofagus lebih

tegas. Cara pemberian bahan kontras untuk oesofagus yaitu:

a) Pertama pasien diberikan 2-3 sendok makan thick barium

dan diinstruksikan untuk meminumnya.

b) Setelah itu pasien diberikan 2-3 sendok makan thin arium

dan diinstruksikan untuk meminumnya.

c) Setelah oesofagus dan mukosa lambung terisi suspense

barium sulfat, pasien diminumkan suspense barium sulfat

lagi dengan kekentalan yang lebih encer yaitu

perbandingan 1:3.

2) Metode Double Contrast

Pemeriksaan dimulai dengan pemberian tablet everfaccet

yang telah dicairkan dengan air dan diinstruksikan agar

pasien meminumnya. Setelah itu, berikan suspense barium


19

sulfat dengan kekentalan yang lebih encer yaitu 1:4. Pasien

akan merasa lambungnya terisi oleh gas, pasien

diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama pemeriksaan.

Langkah selanjutnya pasien diinstruksikan untuk recumbent

di atas meja pemeriksaan. Kemudian perut pasien dipalpasi

oleh radiolog dengan tujuan agar suspense barium sulfat

melapisi seluruh mukosa lambung.

b. Prosedur Pengambilan Gambar

Pemeriksaan didahului dengan mengevaluasi jantung, paru-

paru, diafragma dan abdomen pasien dengan posisi pasien

erect diantara meja pemeriksaan yang telah diposisikan vertical

dengan layar fluoroscopy.

Pasien diberikan suspense barium sulfat dan diinstruksikan

untuk menelan beberapa teguk. Proses ini dikontrol fluoroscopy.

Bila pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect,

pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi recumbent diatas

meja pemeriksaan. Posisi ini diharapkan pengisian lumen

oesofagus oleh barium sulfat lebih sempurna dibagian proximal.

Pengambilan gambar radiografi untuk oesofagus diperlukan

proyeksi RAO (30 – 40 derajat), Lateral, dan AP. Proyeksi RAO

bertujuan agar gambaran oesofagus tidak superposisi dengan

vertebrae dan jantung. Proyeksi lateral terlihat gambaran

oesofagus terletak diantara vertebrae dan jantung. Proyeksi ini


20

diperlukan apabila ada klinis massa atau tumor oesophagus

dapat terlihat letak dari massa tersebut.

Pengambilan gambar radiografi untuk lambung dan

duodenum diperluukan proyeksi RAO (40 – 70 derajat), PA,

Lateral Kanan, LPO. Proyeksi RAO digunakan untuk melihat

gambaran keseluruhan dari lambung dan duodenum. Proyeksi

PA digunakan untuk melihat pylorus dan corpus lambung dan

dapat juga dijadikan tanda klinis gastritis. Proyeksi LPO

digunakan untuk melihat duodenal bulb yang bebas superposisi

dari pylorus lambung.

Anda mungkin juga menyukai