Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

PENYAKIT
“ULKUS PEPTIKUM”

Nama : IIN INDRAYANI


NIM : 190402030
A. DEFINISI
1. Pengertian
a. Ulkus peptikum adalah eskvasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esopagus.Ulkus
peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esopageal,
tergantung pada lokasi. (Bruner and suddart,2001).
b. Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai dibawah epitel disebut sebagai erosi,walaupun sering dianggap
sebagai “ulkus”(misalnya ulkus karena stres).Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getas
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroentrosmi, juga jejenum.(Sylvia A. Price,2006).
c. Ulkus peptikum adalah terjadinya ulkus pada jaringan mukosa
lambung,pylorus, atau duodenum.Ulkus terjadi bisa sebagian dari jaringan
lambung,pyloris, atau duodenum rusak kemudian hilang.
d. Ulkus peptikum adalah area berlubang yang terbentuk dalam dinding mukosa
lambung, pirolus, duodenum/esopagus, atau disebut juga ulkus
lambung/duodenum/esopagus, tergantung pada lokasinya (Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 :1064).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi system pencernaan
System pencernaan merupakan suatu saluran jalan makanan/ nutrisi dari
jalan masuk (input) sampai dengan keluaran (ekskresi/eliminasi). Secara anatomis
system pencernaan atau sering disebut system digestivus atau system
gastrointestinal terdiri atas berbagai macam organ dari rongga mulut sampai
dengan anus.
Saluran pencernaan merupakan suatu saluran yang mirip tabung dengan
panjang sekitar 9 m (30 kaki), yang memanjang dari mulut sampai anus. Jaringan
tersusun atas empat lapisan dari dalam ke luar, yaitu mukosa, submukosa, otot,
dan serosa.
Saluran pencernaan dikendalikan oleh saraf simpatis melalui saraf otonom
dan para simpatis. Saraf parasimpatis bersifat menghambat (inhibisi) dan saraf
simpatis bersifat merangsang (eksitasi). Contoh peristaltic usus meningkat karena
rangsang parasimpatis seperti kondisi cemas, takut, dan sebagainya, sedang nyeri
akan menyebabkan penurunan peristaltic, karena nyeri melibatkan saraf simpatis
(kondisi bahaya).
Namun demikian, kerja saluran cerna juga dipengaruhi oleh saraf
instrinsik (enteric nervous). Saraf ini sering disebut dengan gut brain yang
tersusun atas sekitar 108 neuron. Fungsi utama gut brain ini adalah mengendalikan
produksi secret pada saluran pencernaan. System gastrointestinal di perdarahi
sekitar 25%-30% dari COP.
Saluran pencernaan bagian atas (eshopagus-lambung) diperdarahi oleh
A.Spanica. usus halus diperdarahi oleh A.Masenterica superior, dan usus besar
diperdarahi oleh A.Senterica superior dan inferior. Yang unik dari system
sirkulasi saluran cerna adalah bahwa hampir semua darah balik atau vena hepatica
yang menjadi sumber perfungsi dari hati melalui vena portae (system portae).
Akibatnya, setiap terjadi gangguan perdarahan darah pada saluran cerna akan
mengganggu system portae, begitu sebaliknya gangguan pada hati akan
mengganggu system portae dan organ yang lain.
Secara umum, struktur organ system pencernaan dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu:
1) Alimentary canal (organ utama)terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus.
2) Ascesoris organ merupakan organ di luar saluran pencernaan tetapi
mempunyai peran yang penting dalam system pencernaan makanan. Ascesoris
organ terdiri atas hati, pancreas dan kantung empedu.
a) Mulut (oris)
(1) Rongga mulut
Rongga mulut mempunyai beberapa fungsi, yaitu menganalisis material
makan sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan
platum, lubrikasi oleh sekresi saliva, digesti pada beberapa material
karbohidrat dan lemak.
(2) Lidah
Fungsi utama lidah yaitu proses mekanik dengan cara menelan, melunak,
dan membagi material, melakukan manipulasi material makanan di dalam
rongga mulut dan melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis
sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa,
menyerasikan mucus dan enzim.
(3) Kelenjar saliva
Kelenjar saliva menyekresikan air liur ke rongga mulut oleh kelenjar
saliva sublingual dan submandibula bawah lidah, serta oleh kelenjar
parotis yang mempunyai fungsi utama sebagai lubrikasi atau pelumas
untuk memperhalus material. Saliva mengandung enzim amylase (ptyalin)
yang menguraikan zat tepung menjadi maltose.
(4) Gigi
Gigi melakukan fungsi proses mekanik dalam menghancurkan makanan.
b) Faring
Faring menjadi jalan untuk material makanan, cairan, dan udara. Faring
terdiri atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Bolus makanan secara
normal melewati orofaring dan laringofaring menuju esofagus.
c) Esophagus
Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan
diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu
dengan lambung pada gastroesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah
membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung.
d) Ventrikuus (lambung)
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah diafragma.
Secara anatomis lambung terdiri atas fundus, badan, dan antrum pilorikum atau
pylorus. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan
pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan
makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esofagus kembali. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi, makanan
masuk ke dalam deduedenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan
mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
e) Usus halus
Fungsi usus halus meliputi transportasi dan pencernaan makanan, serta
absorbsi cairan, elektrolik, dan unsur makanan. Panjang usus halus
diperkirakan 3,65-6,7.
Usus halus berjalan dari pylorus lambung ke sektrum dan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
(1) Duodenim
Mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berhubungan dengan lambung.
(2) Jejunum
Mempunyai panjang sekitar 2,5 meter, dimana proses digesti kimia dan
absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum.
(3) Ileum
Mempuyai panjang sekitar 3,5 meter. Bagian ujung ileum memiliki katup
ileosekal yang mengontrol aliran material dari ileum ke usus besar.
f) Apendiksitis vermivormis
Apendiksitis vermivormis yang merupakan perluasan sekum yang rata-rata
panjangnya adalah 10 cm ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi,
terutama di belakang sekum. Secara fisiologi apendiks menghasilkan lendir 1-2
ml per hari. Secara normal lendir tersebut dicurahkan ke dalam lumen dan
selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
g) Usus besar (kolon) dan rectum
Kolon, yang panjangnya sekitar 90-150cm, berjalan dari ileum ke rectum.
Bagian pertama kolon adalah sekum, di mana merupakan bagian yang paling
lebar. Kolon berjalan dari sekum ke atas menjadi kolon kanan (ascendens
colon) melintasi abdomen atas sebagai transversum colon dan turun sebagai
colon kiri (descendens colon) ke sigmoid kolon, yaitu bagian kolon yang paling
sempit. Dari sigmoid, anatomi usus besar dilanjutkan ke rectum.
Secara fisiologi, kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta
megeluarkan kalium, bikarbonat, mucus, dan menyimpan feces dan
mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan karbohidrat
dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi
bakteri untuk menghasilkan vitamin K.

b. Fisiologi system pencernaan


Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan nutrisi bagi tubuh
dan mengeluarkan sisa (ekskresi/eliminasi). Fungsi tersebut dapat berjalan
melalui empat proses utama, yaitu:
1) Ingesti (memakan/menelan) yaitu proses memasukkan makanan ke dalam
mulut, mengunyah dan menelannya ke dalam melalui esophagus.
2) Digesti (mencerna) proses mencerna adalah proses mengubah bentuk
makanan yang kasar menjadi lebih halus atau mengubah materi makanan
dari yang tidak dapat diabsorbsi menjadi materi yang dapat diabsorbsi.
3) Absorbsi (penyerapan) proses penyerapan (absorbsi) zat-zat gizi melalui
villi-villi usus ke dalam vaskuler dan kemudian ditranspor sampai
ketingkat sel.
4) Eliminasi yaitu proses pengeluaran sisa makanan yang tidak diabsorbsi
melalui mekanisme defekasi atau berak (BAB).
a) Ingesti dan propulasi
Ingesti dan propulasi adalah proses memasukkan makanan ke
dalam mulut dan menelannya ke dalam lambung melalui esophagus. Pada
tatanan klinik sering disebut intake makanan. Proses ingesti ini
dikendalikan oleh kondisi lapar atau nafsu makan (appatite) nafsu makan
inilah yang akan menentukan jumlah intake makanan pada individu. Pusat
sensasi lapar terletak di hipotalamus. Secara fisiologis rasa lapar akan
muncul tersimulasi oleh keadaan hipoglikemia, lambung yang kosong, dan
suhu yang dingin. Rasa, bau, dan lingkungan juga memengaruhi nafsu
makan seseorang. Nafsu makan atau rasa lapar dihambat oleh distansi
abdomen, suhu tubuh yang tinggi, nausea, vomitus, dan golongan
anfetamin. Proses ingesti terjadi pada organ mulut, faring dan esophagus.
b) Digesti dan absorbs
Digesti adalah proses mencerna makanan untuk mengubah bentuk
fisik dan kimiawi zat makan yang pada umumnya sudah melibatkan enzim
dan hormone. Organ yang berperan dalam proses ini adalah mulut dan
lambung.
Organ yang berperan pada absorbsi adalah usus halus, namun
demikian dalam proses lebih detail pada proses absorbsi adalah melibatkan
mucus yang dihasilkan oleh sel goblel, enzim hidrolase dan hormone CCK
(Cholecystokirin) yang diproduksi oleh sel epitel dan pusat absorbsi di
mikrovilli. Dalam 24 jam usus halus mampu mengabsorbsi cairan sekitar
6-8 liter.
c) Eliminasi
Eliminasi sisa pencernaan melalui usus besar. Usus besar ( colon )
terdiri atas colon assendent, dessendent dan transfersum. Termasuk dalam
bagian ini adalah colon sigmoid, rectum dan anus. colon mensekresi
mucus yang berfungsi untuk melincinkan jalannya sisa makanan yang
akan dibuang lewat anus. Fungsi colon adalaah menyerap kembali air dan
garam- garam amoniak yang masih dibutuhkan oleh tubuh.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya ulkus belum jelas, tetapi banyak teori yang menerankan
terjadinya ulkus peptikum diantaranya adalah :
a. Resistensi mukosa terhadap getah lambung. Ulkus kronis terjadi adanya
sekresi asam lambung yang berlebihan.
b. Kerusakan pada susunan saraf pusat neoplasma dan hipertensi melikna
menyebabkan chusing, erosi, akut dan ulkus lambung, esophagus dan
deodenum.
c. Kondisi fisiologi seseorang berpengaruh pada munculnya ulkus lambung.
Pada beberapa orang ambisus dan beban stres yang tinggi dan hidup dan tidak
teratur beresiko menderita peptic ulcer ( Alexander dalam hadi 1995 ). Stres
akut pada keadaan terancam atau operasi darurat dan stres krinik dapat
memperburuk kondisi penderita ulkus peptikum.
d. Infeksi helicobacter pylory.
e. Merokok dan minum minuman keras dapat mejadi faktor yang turut
menyebabkan terjadinya ulkus peptikum.
f. Infark pada dinding lambung. Infark tersebut menjadi jaringan trombus dan
meninggalan ulkus pada dinding lambung.
g. Faktor hormonal berpengaruh menimbukan ulkus lambung pada penyakit
Addison’s, pasien mengomsumsi obat kortison untuk dosis maintenes
menambah timbulnya ulkus lambung yang disertai dengan komplikasi. Hal
ini disebabkan karna tablet kortikosteroid mengiritasi mukosa lambung.
Adanya adenoma atau hiperplasia dan dari sel endokrin pankreas
menimbulkan ulkus lambung yang hebat yang sering terbentuk multiple yang
disebut zollinger elison sindrom. Peningkatan hormon gastrin akan
merangsang sekresi HCL lambung diatrium.
h. Obat obatan yang menyebabkan ulkus peptikum atau drug induce ulcer
:NSAID,aspirin,kortikostiroid,kafein.(Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Pencernaan Edisi Pertama).
i. Ulkus stres :gastritis erosi,hipertensi,ombustio,iscemik,pembedahan mayor. .
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan Edisi Pertama).
j. Ulkus deodonum:COPD, CH, alkholik,pangkreatis,Zolinger Elison
synderome. .(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan
Edisi Pertama).
4. Insiden
Klasifikasi penyakit ulkus berdasarkan letaknya diantaranya ulkus esofagus
karena letaknya di esofagus,ulkus lambung karena terletak di lambung,ulkus
deodonum/tukak jejenum karena terletak di deodonum dan yeyenum.namun ulkus
yang paling sering didapatkan yaitu ulkus ulkus deodonumdan ulkus lambung.
Ulkus deodonum letaknya terbanyak di dinding anterior da fosterior dari
bulbus dan postbulber atay pars desenden duodeni disebelah proksimal dari papilla
vateri, terjadi dengan prekuensi paling besar pada individu dengan prekuensi usia
30-60 tahun dengan perbandingan antara pria dan wanita 3:1 dan lebih sering
terjadi dari pada ulkus lambung yang dapat ditandai dengan gejala seperti
hipersekresi amam lambung, mengalami penambahan berat badan, nyeri terjadi 2-3
jam setelah makan,sering terbangun dari tidur antara jam 1 dan 2 pagi,makan
makanan untuk menghilangkan nyeri, muntah yang jarang terjadi.
Ulkus lambung letaknya terbanyak di atrium, angulus, epilorus dan jaranag
terletak di korpus dan fundus. Ulkus peptikum pada korpus lambung datat terjdi
tanpa sekresi asam berlebihan. Biasanya diderita pada usia 50 tahun lebih dengan
perbandingan pria dan wanita 2:1. Ulkus lambung dapat ditandai dengan gejala
antara lain, normal sampai heposekresi asam lambung,penuruna berat badan , nyeri
terjadi ½ sampai 1 jam setelah makan, jarang terbangun pada malam hari, muntah
yang umum terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita penyakit ulkus peptikum
tebanyak adalah lansia awal (20,4%), jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki
(50,3%), pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta (72,5%),tingkat pendidikan
terbanyak adalah SMA (38,9%), dan suku terbanyak adalah suku batak (40,1%).
Secara umum penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada antara
udia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipunini
telah di observasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
dari pada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan wanita. Setelah senopouse, insiden ulkus peptikum pada wanita
hampir sama dengan pria.

5. Patofisiologi
Ulkus lambung disebabkan oleh rusaknya pertahana mukosa, mukosa
merupakan barier pertama dalam melindungi permukaan lambung terhadap
berbagai zat iritan. Mukosa lambung tertiri dari 3 tipe sistem pertahan yaitu:
a. Lapisan prepitel,memproduksi mucus yang mengandung bikarbonat. Bikarbona
ini memiliki kandungan Ph yang tinggi sehingga ia mampu mentralisir
permukaan lumen lambung menjadi 6-7. Sekresi bikarbonat distimulasi oleh
kalsium, prostaglanding, koli nergik dan asidifikasi lumen.
b. Lapisan efitel, muerupakan garis petahanan kedua setelah prepitel dengan
memproduksi mucus yang memelihara pH iritase dan produksi bikarbonat,dan
iritase 1 tight junction.
c. Lapisan subepital membentuk system makrovaskuler. Lapisan mukosa yang kaya
sirkulasi mensuplai bikarbonat sebagai penetralisir hidroklorida sel parietal
lambung dan mensuplai nuytien dan oksigen yang adekuat.
Asam asetil salitis (Aspirin), alcohol dan indomethasin (indocin) merusak
pertahana mukosa lambung. Pertahanan mukosa yang rusak akan menyebabkan asam
klorida dan pepsin dapat merusak epitel. Lapisan epitel tidak mampu memproduksi
prostaglanding yang meransang sekresi bikarbonat sehingga susunan dilambung
menjadi sangat asam. Prnurunan jumlah prostaglanding diduga juga akibat kehadiran
Helicobacter pylori. Injuri mukosa lambung oleh H.pylori menyebabkan ketidak
seimbangan antara produksi asam atau pepsin dengan produksi mucus, bikarbonat
dan aliran darah. H.pylori merupakan hasil gram negatif, berklonisasi pada lapisan
gel mukosa padahal lapisan tersebutlah yang melindungi mukosa dari berbgai
kerusakan.
H.pylori masuk kedalam lapisan mukosa atrium dan melekat kuat pada
permukaan epitel. Lokasi bakteri akan melinduginya dari system imum tubuh dan
keasamam lambung. Kemudian iya mengeluarkan ensim urase yang
menghasilkan amoniak dan meningkatkan pH di sekitar mikroorganisme tersebut.
Sel D pada atrum lambung dirusak bakter tersebut dan samosostatin menurun,
kemudian sel G terstimulasi oleh hipersgatrinemia tersebut dan menyebabkan sel
parieta lambung meningkatkan sekresi HCL.
Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan gangguan pada aliran darah, spingter
pirolus tidak berfungsi normal atau tidak berespon terhadap sekretin atau
kolesistoksin, suatu substrak yang meningkatkan tekanan di lambung dan mencegah
repluk. Yang tanpa fungsi normal dan spingter pylorus sama-asam empedu akan
masuk ke lambung.
Adanya asam empedu dan klorida yang berlebihan di lambung menyebabkan
difusi balik ion hydrogen, memacu terjadinya imflamasi pada mukosa dan timbulnya
ulkus. Berlebihnya produksi HCL akan mengiritasi lapisan epitel di usus di
duodenum sehingga dapat teriritasi dan memicu terjadinya metaplasia perubahan
epitel tipe intestine menjadi epitel tipe gaster. H.pylotri dapat berkolonisasi do
duodenum dan memicu kerusakan lebih lanjut serta ulserasi.
Dari beberapa kategori ulkus peptikum paling banyak terjadi pada duodenum.
Penyakit ini biasanya muncul pada kelompok umur 40 tahun. Proses terjadinya ulkus
ini diawali dengan hilangnya fungsi proteksi lambung oleh asam hidroklorik,
sehingga mengganggu fungsi HCL dan pepsin. Mukosa lambung yang mulai hilang
membuat proteksi untuk jaringan disekitar termasuk pylorus sebagai klep penghalang
masuknya asam hidroklorik dari lambung ke duodenum menjadi berkurang, sehingga
asam hidroklorik masuk ke doudenum dan merusak mukosa duodenum dan
menyebabkan terjadinya ukus duodenum.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan ulkus peptikum terjadi karena interaksi
beberapa faktor seperti infeksi H.Pylory yang tidak terobati, stres dan psikologis,
serta faktor genetik terutama golongan darah A. Stres ulkus biasanya terjadi akibat
trauma kepala.

6. Menifestasi klinik
Berdasarkan klasifikasi menurut terjadinya ulkus peptikum terbagi atas :

a. Ulkus peptikum akut yang ditandai dengan gejala timbul mendadak dan terjadi
karena adanya penyebab seperti luka bakar yang berat dan oprasi yang dan
karena obat-obatan. Lokasi ulkus ini sering ditemukan di duodenum dan
lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal,
diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang tedapat pendarahan, cepat sembuh dan
dapat meninggalkan bekas.
b. Ulkus peptikum ditandai dengan gejala menahun, pasien memiliki riwayat
penyakit nyeri ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan
makanan atau minuman, lama sembuh berdiameter 2,5-4 cm.
Berdasarkan letak ulkus , ulkus peptikum terbagi atas 4 ulkus esophagus atau
ulkus yang letaknya di esophagus, tukak yeyeni, atau ulkus yang letaknya
yeyenum, ulkus lambung dan ulkus jejenum karena terletak dilambung dan
duodenum. Namun ulkus esofagus dan ulkus jejenum jarang terjadi.
Ulkus lambung biasanya banyak terletak di Aungulus, Antrum, Prepilorus dan
jarang terletak di korpus dan fundus. Biasanya diderita pada usia lebih dari 65
tahun. Ulkus lambung menimbulkan tanda dan gejala seperti rasa nyeri yang
semakin parah pada waktu makan karena perenggangan mukosa lambung oleh
makanan, mual dan anoreksia yang terjadi sekunder karena peregangan mukosa.
Ulkus duodenum letaknya terbanyak di dinding anterior dan posterior dari
bulbus dan postbulber atau pars desendens doudenim disebelah proksimal dari
papilla vaterii. Jarang ditemukan pada distal papilla vaterii, biasanya diderita oleh
usia 45-46 tahun. Dalamnya ulkus berkisar antara 1 mm- 1 cm. Tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh ulkus duodenum diantaranya nyeri epigastrium seperti rasa
penuh yang sangat sakit dan bersifat tumpul atau merasa mirip lapar yang
disebabkan oleh produksi asam berlebihan, rasa nyeri mereda setelah makan atau
minum antacid tetapi biasanya akan kambuh lagi 2 hingga 4 jam kemudian, rasa
nyeri terjadi secara sekunder karena makanan bekerja sebagai pendapat asam.
Berdasarkan kedalamannya ulkus dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. Ulkus derajat I : ulserasi hanya pada mukosa saja, dan disebut erosi.
b. Ulkus derajat II : ulserasi sampai mukosa
c. Ulkus derajat III : ulserasi lebih meluas lagi ke bagian yang lebih dalam
yaitu pada sebagian dari lapisan muskularis.
d. Ulkus derajat IV : ulkus menembus ke bagian yang lebih dalam, terutama
sebagian lapisan muskularis dan terjadi peradangan sampai lapisan mukosa.
Secara umum manifestasi klinik atau tanda dan gejala dari ulkus peptikum
diantaranya :
a. Perubaahan nafsu makan dan perubahan berat badan. Klien ulkus lambung
cenderung mengalami penurunan berat badan karena mereka takut untuk
makan, sebaliknya klien ulkus duodenum mungkin mengalami penambahan
berat badan karena mereka makan untuk menghilangkan nyeri. Mual muntah
dan anoreksia sering terjadi pada ulkus lambung (braunwaldet al, 2001).
b. Nyeri lambung yang sangat hebat. Nyeri epigastrium pada ulkus duodenum
terjadi 1-2 setelah makan, biasanya diatasinya dengan minum antasida atau
makan. Nyeri waktu malam hari khas untuk ulkus duodenum yang
menyebabkan pasien bangun pada pertengahan malam dan jam 3 pagi. Nyeri
terjadi di sebelah kanan midline, 20% pasien.
c. Muntah yang berdarah dan feses yang berdarah atau hitam, bila terjadi
kerusakan kapiler di lambung.
d. Takikardi mengindikasikan dehidrasi dikarenakan muntah dan pendarahan
saluran pencernaan.
e. Sendawa, nyeri dada.
f. Gejala klinis utama yang sering dirasakan adalah rasa panas terbakar dan
pyrosis. Keluhan ini sering disertai dengan mual, muntah, anoreksia. Pencetus
nyeri mirip dengan gastritis, namun pada umunya nyeri akan muncul sesaat
setelah makan atau minum pada ulkus stres nyeri sering pada malam hari.
7. Tes diagnostic
a. Esofagogastroduodenoskopi (EGD) : mengidentifikasi ulkus
b. Tes H.pylori : positif
c. Hematologi : penurunan nilai Hb, HCT,PT, dan PPT
d. Analisis isi lambung : normal untuk usus lambung
f. Gl bagian atas :lokasi ulkus
g. Barium meal : Ulserasi mukosa lambung
h.Kadar gastrium serum :normal atau meningkat (pada sindrom Zollinger-Ellison)

8. Penatalaksanaan medik
a. Diet : Puasa atau nil per os (NPO) jika terjadi pendarahan aktif
b. Dekomprensi Gl : Pipa nasogastrik/NG (pada perdarahan)
c. Posisi : Semi fowler
d. Monitoring : Tanda vital dan asupan/kekurangan cairan (1/0)
e. Menghentikan kebiasaan merokok
f. Menghentikan penggunaan NSAID (jika merupakan penyebabnya)
g. Terapi teriple untuk infeksi H. Pylori : Amaksilin, klaritromisin (biaxin) dan
omeprasol (plirosec)
h. Pemeriksaan laboratorium : Hb dan HCT
i. Penanganan lavase saline lewat pipa NGT jika terjadi pendarahan
j. Terapi transfusi : Packed red blood cells jika terjadi pendarahan akut
k. Preparat antikolinergetik ( untuk ulkus duodeni ) propantelin (Pro-Banthine),
disiklomin (Bentyl)
l. Untuk ulkus lambung dan duodeni :
1) Antasida : Magnesium dan aluminium hidroksida (Maalox), gel
aluminium hidroksida ( Alterna GEL)
2) Atagonis reseptor histamine-2 (H2) : Simetiding (Tagamet),
Ranitiding (Zantac),nizatidin (Cytotex)
3) Prostaglanding : Misoprosol (Cytotex)
4) Penguat sawar mukosa : Sukralfat (Carafate)
m.Terapi endoskopik aser fotokoagulasi (untuk pendarahn aktif)
n. Terapi hormone : Vasopressin (Pitresin) untuk manejemen pendarahan akut.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawan.
Tahap pengkajian meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spritual. Pada
dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data opjektif dan subjektif
dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat,
lingkungan, dan kebudayaan. (Mc Farlan & Mc Farlance, 1997)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain :
memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan
cara memperhatikan kondisi fisik, fsikologis, emosi, sosialkultural, dan spritual
yang biasa memengaruhi status kesehatannya.
Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu
data base yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,1987,1994) sumber informasi
skunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperang penting dan catatan
kesehatan klien.
Metode pengumpulan data :
a. Melakukan interview/wawancara (anamnesis)
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan
beberapa pertanyaan kepada klien atau keluarga tentang masalah yang
dihadapi. Wawancara bertujuan untuk mengetahui berbagai macam masalah
kesehatan saat ini, riwayat kesehatan individu dan keluarga, riwayat diet,
status sosial ekonomi individu dan keluarga. Data demografi/biologis
meliputi pengkajian tentang identitas klien dan penanggung jawab klien
(Biodata). Pengkajian tentang identitas klien meliputi nama klien,
usia/tanggal lahir, jenis kelamin, agama/keyakinan, suku/bangsa, status
pernikahan, pekerjaan, nomor RM, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
dan rencana therapy, sedangkan pengkajian terhadap penanggung jawab klien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan hubungan dengan klien.

b. Riwayat kesehatan/keperawatan
Yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan / keperawatan diantaranya:
1) Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji adanya riwayat gangguang saluran pencernaan pada
masa lalu seperti diared, yspepsia, gangguan lambung, usus, hati,
pangkreas, dan sebagainya. Dan tanyakan kepada klien apakah klien pernah
sampai dirawat dirumah sakit, dan pulang dengan status apa (sembuh,
dirujuk, dan sebagainya).

2) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji dengan hati-hati namun


detail,karena banyak penyakit saluran pencernaan akibat pola keluarga
yang kurang baik seperti penyiapan dan penyimpanan makanan, pola diet
keluarga, dan bahkan pola sanitasi keluarga yang kurang seperti cuci
tangan,tempat BAB, dan pola memasak makanan. Selain itu banyak
penyakit aluran pencernaan yang menular seperti diare, hepaatitis dan
sebagainya.

3) Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian dimulai dengan menanyakan keluhan utama pasien secara
kronologi, yaitu waktu, pencetus, durasi, manajemen keluarga dan alasan
dibawah kerumah sakit. Keluhan utama yang sering dirasakan klien yang
mengalami gangguan system pencernaan antara lain:

a) Anoreksian merupakan keluhan berupan penurunan nafsu


makan. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan nafsu
makan misalnya karena faktor neuropsilogis (anoreksia
nervosa), gangguan pada lambung, inflamasi saluran cerna.

b) Mual (nausea) merupakan gejala awal dari muntah. Sensasi


atau keluhan ini muncul akibat adanya eksitasi pada daerah
medulla yang secara erat berhubungan atau merupakan bagian
dari pusat muntah dan mual dapat disebabkan oleh imflus
iritasi yang datang dari traktus gastrointestital, influs yang
berasal dari otak bawah yang berhungan dengan mition sicnes,
atau imflus dari korteks celebri untuk memulai muntah.

c) Muntah (vomitus) merupakan proses pembersihan lambung


dengan sendirinya. Muntah disebabkan adanya ransangan pada
pusat muntah (medulla) akibat bagian gastrointestital atas
teritasi secara luas, hiperdistensi, atau teransang oleh bau yang
tidak enak. Muntah juga dapat disebabkan karena gangguan
pada otak sendiri.

d) Kambungmerupakan sensasi atau perasaan tidak nyaman pada


perut akkibat akumulasi gas. Gas ini dapat masuk kedalam
saluran cerna akibat udara yang ditelan, hasil atau terbenyuk
dari bakteri usus, dan gas yang terdifusi dari pembulu darah.

e) Disare adalah perubahan frekuensi dan konsisten BAB lebih


dari 4 x sehari dengan konsisten cair.
f) Nyeri abdomen merupakan nyeri yang sering dirasakan klien
yang mengalami gangguan system pencernaan. Pengkajian
nyeri harus lengkap meliputi : P (paliatif/provokatif), yaitu
faktor yang mencetuskan neyeri, Q (quality), nyeri seperti
panas ,tertekan, diremas-remas dan tertusuk ,R (regio) yaitu
lokasi nyeri, S (severity/scale) yaitu intensitas atau skala nyeri,
T (time), yaitu kapan, berapa lama, durasi, frekuensi nyeri.

c. Pemeriksaaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan data dengan cara


melakukan pengamatan (ovservasi) pada bagian fisik klien, baik dengan alat
maupun tidak. Observasi merupakan suatu tindakan pengamatan pada
kondisi, perilaku, keadaan umum pasien pada ruang waktu tertentu.

Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mengetahui menifestasi fisik akibat


saluran cerna yang meliputi:

1) Keadaan umum meliputi aktivitas motorik, posisi tubuh, perubahan status


nutrisi (antropometri).

2) Kulit meliputi warna apakah ikterus, sianusis, pucat, turgor, edema, tekstur
(berminyak, kering dan kondisi bermatologi)

3) Kepala meliputi warna sclera, konjuktiva, mata cekung, bau nafas, kondisi
gigi, lidah, dan mucosa bucal.

4) Abdomen meliputi ukuran, bentuk, perubahan warna kulit, tonjolan yang


tampak, jaringan parut, fistula, pengembangan respirasi yang terbatas,
lipatan kulit, yang berlebihan (mengidentifikasi otot yang lemah). Pada
pemeriksaan klinis abdomen biasanya dibagi menjadi 2 kategori yaitu
kuadran ( kuadran kanan atas dan bawah, kuadran kiri atas dan bawah),
regio (biasanya menggunakan sembilan regio dengan menggunakan 3
istilah, yaitu epigastrik, umbilical, dan hepogastrik/suprapubik.
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan melakukan insfeksi, auskultasi,
perkusi, dan palpasi.

a) Insfeksi

Insfeksi dimulai dari kepala untuk melihat kondisi atau warna


konjiktiva, warna scelera, pembesaran kelenjar tiroid. Cermati tanda-tanda
anemia, ikterus, tiroiditis, dan sebagainya. Kemudian mulailah
mengispeksi abdomen terhadap simetris, massa yang terlihat, dan
denyutan yang terlihat. Denyut aorta normalnya terlihat pada daerah
epigastrium. Yang perlu diperhatikan antara lain:

(1) Warna kulit apakah ada sikatriks, striae, atau veba yang melebar.
Secara normal munkin terlihat vena-vena kecil.striae yang berwarna
ungu terdapat pada penyakit chusing syndrome, vena yang melebar
terdapat pada serosis hepatis atau bendungan vena cava inferior.
Perhatikan pula apakah ada rush, ikterik, atau kulit lainnya.

(2) Umbilicu perhatikan warna, bentuk dan lokasinya, dan perhatikan


apakah ada tanda-tanda hernia dan imflamasi. Warna kebiruan pada
umbilicus menunjukkan adanya perdarahan intraabdomen.

(3) Counter perhatikan counter atau bentuk abdomen, termasuk daerah


femoral dan inguinal. Bentuk biasa datar, membesar, penonjolan supra
pubik, penonjololan yang tidak simestrik munkin terjani karenamassa
intraabdominal seperti tumor. Bedakan dengan eliti antara ascites,
kembung, distensi, kehamilan, dan retensi urin.

(4) Kesimetrisan dinding abdomen

(5) Pembesaran organ : hepatomegali, splenomegali

(6) Massa

(7) Peristaltik, peristatik kadang muncul pada orang yang kurus.


(8) Pulpasi

b) Auskultasi

Auskultasi sebaiknya dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk


menghindari perubah frekuensi dan kualitas bising usus. Pemeriksaan
auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus. Dan
kemungkinan adanya gangguan vaskuler. Pemeriksaan dilakukan dengan
urut dari kanan ke kiri kemudian ke bawah dengan menggunakan
diagfragma stetoskop.

Dengarkan suara usus dan perhatikan frekuensi dan karakteristiknya.


Suara karakteristik usus normal terdiri atas cliks dan gurgles dengan
frekuensi normal 5-35 kali per menit.

c) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan fisikdengan cara meraba atau


memegang area tubuh. Pada umumnya palpasi untuk pemeriksaan
gastrointestinal difokuskan pada palpasi abdomen.

Palpasi abdomen dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

(1) Palpasi ringan (supervisial) teknik ini berguna untuk mengetahui


adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ
dan massa supervisial. Pemeriksaan dimulai dengan menggunakan
telapak tangan ujung jari secara bersama-sama, dilakukan dengan
menekan area abdomen, secara lembut dan ringan ke seluruh
kuadran secara sistematis. Carilah area massa atau organ, area nyeri
(otot spasme). Lakukan validasi ke klien dengan menekan agak kuat
kemudian klien rileks atau waktu ekspirasi.

(2) Palpasi dalam bertujuan untuk memeriksa massa di abdomen.


Gunakan pallar dari ujung jari untuk mengetahui massa, kemudian
tentukan lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, nyeri tekan.
Massa abdomen biasa di klasifikasikan sebagai bentuk dari massa
uterus, inflamsi, neoplastik, obstruktik kandung kemih, skibala (feses
tertahan lama).

(3) Palpasi khusus dilakukan untuk mengetahui kelainan organ ascesori


seperti hepar, lien ginjal, palpasi hepar untuk mengetahui
pembesaran hepar misalnya pada klien yang dicurigai mengalami
penyakit hati seperti hepatitis, serosis hepatis, dan sebagainya.
Palpasi klien dilakukan apabila klien dicurigai mengalami
pembesaran lien (splenomegali). Splenomegali biasanya terjadi pada
klien dengan penyakit infeksi, kelainan darah, malnutrisi, dan
sebagainya.

(4) Palpasi ginjal dilakukan bila klien dicurigai mengalami


hidropneprosis, pyelopnepritis, biasanya akan dilihat dari
pembesaran ginjal.

d) Perkusi

Perkusi berguna untuk mengetahui ukuran hepar, lien,ascites, massa


padat atau kistik, dan adanya udara pada lambung atau usus. Perkusi
dilakukan dengan cara meletakkan minimal 3 jari pada permukaan
abdomen kemudian diketuk dengan ujung jari. Pemeriksaan dilakukan
secara sistematis dari minimal 3 bagian abdomen atas sampai bawah sesuai
kuadrannya. Pada umumnya perkusi abdomen normal adalah timpani.
Adanya air akan muncul suara pekak / redup misalnya pada ascites, sedang
timbulnya udara akan menimbulkan suara hipertimpani, misalnya pada
kondisi kembung (flatulensi).

d. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostic lain serta


catatan kesehatan (rekan medic).
Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan perlu
mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur
diagnostic. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic yang lazim atau sering
dilakukan bagi pasien yang mengalami masalah system pencernaan:

1) Pemeriksaan hematologi bertujuan untuk mengetahui profil darah. Dengan


pemeriksaan ini dapat diketahui beberapa kelainan seperti infeksi, anemia,
dehidrasi malnutrisi dan alergi. Secara umum pemeriksaan dibedakan
menjadi pemeriksaan darah rutin seperti leukosit, Hb, trombosis,
hematokrit, serta pemeriksaan darah lengkap dengan ditambah
pemeriksaan hitung jenis leukosit, atau pemeriksaan khusus seperti kimia
darah, seroimmunologi dan sebagainya.

2) Pemeriksaan radiologi

a) Barium meal pengambilan gambar kontraks pada gasterdan usus halus


meliputi ukuran, bentuk, dan letaknya sehingga dapat diketahui
kelainan yang terjadi pada gaster dan usus halus.

b) Barium enema pengambilan gambar kontraks pada kolon, meliputi


ukuran, bentuk, dan letak kolon sehingga dapat diketahui kelainan yang
terjadi pada kolon.

c) Barium swallow tekhnik radiografik kontraks untuk memvisualisasikan


esofhagus sehingga dapat diketahui kelainan yang terjadi pada
esofhagus.

d) Cholecytografi pengambilan gambar x-rai dari kantung empedu.

e) Ultrasonografi adalah prosedur noninvasive yang menggunakan


gelombang suara untuk melihat struktur jaringan tubuh.

3) Pemeriksaan endoskopi

Jenis pemeriksaan endoskopi antara lain :


a) Gastroskopi merupakan adanya visualisasi langsung kedalam lambung
melalui insersi gastroskop fiberoptik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya kelainan pada lambung.

b) Kolonoskopi yaitu adanya visualisasi langsung pada organ kolon


melalui insersi kolonoskop fiberoptik dengan tujuan mengidentifikasi
adanya kelainan pada kolon.

Macam-macam endoskopi yaitu esofagoskopi, gastroskopi, entroskopi,


anuskopi, kolonoskopi, sigmoidkopi, duedenoskopi.

4) Pemeriksaan analisis cairan lambung

Merupakan suatu tindakan untuk mengeluarkan isi atau cairan lambung


dalam keadaan puasa dan dengan perangsangan.

1. Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia

Kortikostiroid, alcohol, prostaglandin, indometasin, fenilbutazon, bakteri

Masuk saluran pencernaan

Barier mukosa lambung rusak

Asam lambung dan pepsin meningkat

Inflamasi area gastrointestinal

Ulkus Peptikum
Pembengkakan dan pembentukan jaringan parut Efek pengobatan
fungsi usus Kandungan asam lambung

Spasme mukosa pylorus Diare


/konstipasi Erosi dan kontraksi otot

Refluk makanan Resiko Kekurangan


Volume Cairan Merangsang nosiceptor di thalamus

Mual, muntah, anoreksia Kurang terpajang informasi


tentang penyakit Nyeri

Intake inadekuat Kurang


Pengatahuan Perubahan status kesehatan

Resiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Intoleransi


Aktivitas Ansietas

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan data objektif


untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagonosa keperawatan melibatkan proses
berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medic, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat proffesional


yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan
yang dirasakan klien dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalaman
mampu menolong klien. The north american nursing diagnosis (nanda, 1992)
mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan klinik yang melibatkan
klien, kelurga, dan respon kumonitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai
masalah kesehatan dalam proses kehidupan.

Dalam pembuatan diagnosa keperawatan dibutuhkan keterampilan klinik


yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam
pembuatan pernyataan keperawatan.

Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interprestasi dan


menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan
pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai
pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang actual, resiko dan
potensial, dalam diagnosa keperawatan.

Tipe diagnosa keperawatan, ada 3 tipe diagnosa keperawatan menurut


NANDA, yaitu:

a. Diagnosa keperawatan actual, yaitu respon manusia terhadap kondisi


kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan
karakteristik dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang
mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan
kesehatan.

b. Diagnosa keperawatan resiko, yaitu menunjukkan respon manusia yang


dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentang dan ditunjang
dengan faktor resiko yang member konstribusi pada peningkatan
kerentanan.

c. Diagnosa keperawatan kesejahteraan, yaitu menguraikan respon manusia


terhadap tingkat kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai
potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada penyakit ukus peptikum,


yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka atau inflamasi area
gastrointestinal.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


penyakit.

e. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare atau


konstipasi, mual dan muntah.

3. Intervensi

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat


mencapai tiap tujuan khusus. Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan jiwa Indonesia atau standar asuhan keperawatan Amerika yang
membagi karakteristik tindakan berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan,
perawatan mandiri, dan aktivitas hidup sehari-hari, tetapi modalitas keperawatan,
perawatan berkelanjutan, tindakan kolaborasi. Pada dasarnya tindakan keperawatan
terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, tetapi perawatan, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi.

Contoh intervensi keperawatan, antara lain :


a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka atau infeksi area gastrointestinal.

Tujuan : rasa nyeri dapat hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah klien tampak rileks/tenang.

2) TTV dalam batas normal.

Tabel.II.1

Contoh Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan :


ulkus peptikum diagnosa I
Intervensi Rasional

1) Kaji tingkat nyeri klien a) Untuk mengetahui skala nyeri yang


dirasakan klien.
2) Kaji ulang faktor yang mencetuskan b) Dapat menunjukkan dengan tepat faktor
nyeri atau menghilangkan rasa nyeri. pencetus / pemberat (seperti kejadian
stress, tidak toleran terhadap makanan )
atau mengidentifikasi terjadinya
3) Observasi TTV konflikasi
c) Untuk memudahkan melakukan inervensi
selanjutnya.

4) Ajarkan teknik relaksasi kepada


klien. d) Untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri yang dirasakan oleh klien

5) Anjurkan klien untuk istirahat dengan


e) Menurunkan tegangan abdomen dan
posisi yang nyaman.
meningkatkan rasa control.
6) Kolaborasi pemberian obat dengan
dokter. f) Untuk mempercepat kesembuhan klien dan
mengurangi keluhan nyeri.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

Tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien memiliki


sedikit tenaga untuk beraktivitas dengan kriteria hasil :

1) TTV normal.

2) Pasien tidak terlihat lemas lagi.

Tabel.II.2

Rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan :

Ulkus peptikum diagnosa II

Intervensi Implementasi

1) Anjurkan aktivitas ringan dan a) Dengan aktivitas yang ringan


perbanyak istirahat. dan istirahat yang cukup dapat
memulihkan kondisi pasien.

b) Dapat mengatasi masalah


2) Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan
keletihan

3) Tingkatkan kemandirian dalam


aktivitas perawatan diri yang c) Tingkatkan kemandirian dalam
ditolerir, bantu jika keletihan aktivitas perawatan diri yang
terjadi . ditolerir, bantu jika keletihan
terjadi.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan :

Tujuan kecemasan dapat hilang atau berkurang dengan criteria hasil :

1) Ekspresi wajah klien tampak rileks

2) Klien tidak gelisah.

Tabel.II.3

Rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan:

Ulkus peptikum diagnosa III

INTERVENSI RASIONAL

1) Kaji tingkat kecemasan klien. a) Untuk mengetahui tingkat kecemasan


yang dirasakan klien.
2) Bina hubungan saling percaya
dengan klien. b) Untuk memudahkan perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan.
3) Anjurkan kepada klien untuk c) Untuk meningkatkan rasa percaya diri
mengungkapkan klien dan mengurangi kecemasan
kecemasannya. klien.

4) Berikan posisi yang nyaman d) Posisi yang nyaman dapat membuat


untuk klien. klien merasa tenang.

5) Beri penjelasan kepada pasien e) Pasien dan keluarga mengerti tentang


dan keluarga tentang penyakit penyakit yang diderita.
dan kondisi kesehatan pasien.
f) Pemahaman yang baik dapat
6) Berikan penjelasan singkat meningkatkan kerjasamanya pasien
mengenai rencana perawatan. dan perawat.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.

Tujuan klien dapat memahami tentang penyakitnya setelah diberikan


penjelasan oleh perawat dengan kriteria hasil :

1) Klien tidak nampak kebingungan lagi.

2) Klien dapat menyebutkan kembali tentang penyakitnya.

Tabel .II.4

Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan system pencernaan :

Ulkus peptikum diagnosa IV

Intervensi Rasional

1) Kaji tingkat pengetahuan a) Untuk mengetahui tingkat


klien tentang penyakitnya. pengetahuan klien dan
memudahkan perawat dalam
melakukan intervensi
selanjutnya.
2) Berikan HE kepada klien.
b) HE diberikan untuk
menambah pengetahuan

3) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya.

klien dan keluarganya


c) Untuk mengurangi tingkat
tentanng penyakit dan
stres klien.
kondisi kesehatan klien.

4) Jelaskan kepada klien cara


pencegahan dari d) Agar klien dapat
penyakitnya. meningkatkan status
kesehatannya.

e. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan resiko kekurangan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria hasil :

a) Klien menghabiskan porsi makannya.

b) Nafsu makan klien meningkat dan klien tidak merasa mual.

Tabel.II.5

Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan system pencernaan :

Ulkus peptikum diagnosa V

Intervensi Rasional
1) Kaji pemasukan nutrisi a) Untuk mengetahui intake
klien. klien.

2) Timbang berat badan tiap b) Memberikan informasi


hari. tentang kebutuhan
diet/keefektifan therapy.
3) Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering. c) Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.
4) Anjurkan pada klien untuk
tirah baring dan atau d) Menurunkan kebutuhan
pembatasan aktivitas metabolik untuk mencegah
selama fase sakit. penurunan kalori dan
simpanan energi.
5) Batasi makanan yang dapat
menyebabkan timbulnya e) Mencegah exsaserbal gejala.
nyeri (makanan yang
f) Untuk mencegah terjadinya
mengandung gas, asam,
kekurangan nutrisi dan
dll).
meningkatkan nafsu makan
6) Kolaborasi dengan ahli gizi klien.
tentang kebutuhan nutrisi
klien.

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare atau konstipasi,


mual dan muntah.

Tujuan resiko kekurangan cairan tidak terjadi dan klien menunjukkan


perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil :

a) Haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal.

b) Tanda vital stabil.

c) Membrane mukosa lembap dan turgor kulit baik.


d) Pengisian kapiler cepat.

Tabel II.6

Rencana Asuhan Keperawatan pada klien “ Ny.N “ dengan Gangguan


Sistem Pencernaan : Ulkus Peptikum Diagnosa 6

Intervensi Rasional

1) Monitor tanda vital, a) Perubahan tekanan darah


bandingkan dengan hasil dan nadi dapat digunakan
normal klien. untuk perkiraan kasar
kehilangan darah (missal
tekanan darah kurang dari 90
mmHg diduga 25%
penurunan volume atau
kurang 100 ml) hipotensi
procedural menunjukkan
penurunan volume sirkulasi.

2) Monitor intake dan output


b) Memberikan pedoman untuk
dan hubungkan dengan
penggantian cairan.
perubahan berat badan,
Ukur kehilangan
darah/cairan melalui
muntah, keringat, urine dan
defekasi.

3) Pertahankan tirah baring, c) Aktivitas atau muntah


mencegah muntah dan meningkatkan tekanan intra
tegangan defekasi. adominal dan dapat
mencetuskan perdarahan
lebih lanjut.

d) Mencegah refluks gaster dan

4) Tinggikan kepala tempat aspirasi antasida dimana

tidur saat pemberian dapat menyebabkan

antasida. komplikasi baru yang serius.

5) Hindarkan dari kafein dan e) Kafein dan minuman

minuman karbonat. karbonat merangsang


produksi HCL kemungkinan
potensial perdarahan ulang.

f) Penggantian cairan
tergantung pada derajat
6) Kolaborasi dengan tim
hipovolemia dan lamanya
medis untuk memberikan
perdarahan (akut atau
cairan/darah, obat sesuai
kronik), tambahkan volume
indikasi.
albumin dapat infuskan
sampai golongan darah dan
pencocokan silang dapat
diselesaikan dengan
transfusi darah dimulai,
kurang lebih 80-90%
perdarahan gaster dikontrol
oleh resusitasi cairan dan
management medic.
5. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi yang terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi,
dn tindakan rujukan, ketergantungan.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan


keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana.
Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu
apa yang dipikirkan,dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangant
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi
aspek legal.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu


memvalidasi dengan singkat apakah rencana keperawatan sudah sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan.

6. Evaluasi

a. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal. (Alfaro Lefevre, 1994).
b. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).

c. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalammenetapkan rencana
asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.

d. Tahap evaluasi berpedoman pada kriteria tujuan yang tercantum pada rencana
keperawatan dan merupakan proses umpan balik dari tindakan yang diberikan
selama tiga hari mulai dari tanggal 19 s/d 21 Mei 2015.

e. TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Klien

1. Nama Klien : Ny.T

2. Usia/Tanggal Lahir : 34 tahun / 03 April 1981

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku / Bangsa : Bugis/Indonesia

6. Status Pernikahan : Kawin

7 . Pekerjaan : URT
8. No.MR : 134511

9. Tanggal Masuk RS : 18 Mei 2015

10. Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2015

11. Rencana Therapy

b. Identitas Penanggung Jawab

1. Nama : Tn.E

2. Usia : 36 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : POLRI

5. Hubungan dengan Klien : Suami

2. Keluhan Utama

a. Keluhan utama : Nyeri

b. Alasan kunjungan : Klien mengatakan masuk dan dirawat di RS karena


menrasa nyeri pada bagian perut dan merasa mual, sakit kepala atau merasa
pusing.

c. Factor pencetus : Klien mengatakan rasa nyeri ysng dirasakan terjadi


secara tiba-tiba atau mendadak dan hilang timbul.

d. Lamanya keluhan :Klien mengatakan nyeri yang dirasakan terjadi


selama 10 jam sebelum dirawat di RS.

e. Timbulnya keluhan : Klien mengatakan keluhan nyeri timbul karena


klien makan tidak teratur.
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : klien mengatakan mengoleskan
minyak kayu putih saat rasa nyerinya timbul.

g. Diagnosa medic : Ulkus peptikum

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang : Klien sedang dirawat di RSUD ajjapange


ruang perawatan interna karena mengeluh nyeri pada bagian perut dengan
skala nyeri sembilan (9) atau nyeri berat, klien mengatakan nyeri terjadi
karena adanya luka atau infeksi pada lambung klien, klien mengatakan nyeri
yang dirasakan nyeri seperti tertusuk tusuk, terjadi secara tiba-tiba dan
hilang timbul, klien juga mengatakan merasa mual, sakit kepala atau merasa
pusing.

b. Riwayat kesehatan lalu : klien mengatakan baru pertama kali masuk dan
dirawat d irumah sakit dan klien todak pernah mengalami keluhan penyakit
yang sama, klien memiliki riwayat penyakit maag.

c. Riwayat kesehatan keluarga : Genogram 3 Generasi

? ? ?

? ?

45 43 42 40 38

? ?

34 32

36 34
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis keturunan

: Tinggal Serumah

34 : Klien

? : tidak diketahui umurnya


GI : Klien mengatakan kakek dan nenek klien meninggal karena tidak
diketahui penyebabnya

GII : Klien mengatakan orang tua klienmasih hidup dan tidak ada yang
menderita penyakit kronik atau penyakit menular

GIII : Klien sedang dirawat di rs ajjapange ruang perawatan


internakarna mengeluh sakit pada bagian perut, merasa mual, pusing atau
sakit kepala (ulkus peptikum).

4. Riwayat Pepikososial

a. Pola konsep diri : Klien mengatakan sangat berharap bisa sembuh dan
segera pulang.

b. Pola kognitif : Klien mengatakan tidak terlalu memahami tentang


penyakitnya dan hanya mengira sakit perut biasa.

c. Pola intraksi : Klien mengatakan merasa sangat gelisah dan cemas


saat sakit perutnya timbul.

d. Pola intraksi : Klien masih mampu berinteraksi dengan


keluarganya.

5. Riwayat Spiritual

a. Ketaatan klien beribadah : Klien mengatakan klien rajin beribadah


sebelum klien sakit.

b. Dukungan keluarga klien : Keluarga klien nampak sangat mendukung


untuk kesembuhan klien dibuktikan dengan keluarga klien selalu
menganjurkan kepada klien untuk makan dengan teratur dan
menghabiskan makanan yang diberikan dari pihak RS.

c. Ritual yang biasa dilakukan : Klien mengatakan tidak pernah


melakukan ritual yang tidak sesuai dengan keyakinannya.
6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien

1) Tanda-tanda distres : Klien mengatakan sangat cemas memikirkan


kondisi kesehatannya.

2) Penampilan dihubungkan dengan usia : Penampilan klien rapi dan


sesuai dengan usianya.

3) Ekspresi wajah klien nampak meringis, kebingungan, dan gelisah.

4) Bicara : Klien dapat berbicara dengan lancar atau dapat diajak


kerjasama dengan baik pada saat dilakukan pengkajian.

5) Mood : Pada saat dilakukan pengkajian dan tindakan keperawatan


klien dalam mood yang baik dibuktikan dengan klien dapat diajak
kerjasama dan merespon dengan baik.

b. Tanda-tanda vital

1) Tinggi badan : 155 cm

2) Berat badan : 45 kg

3) Tekanan darah : 80/60 mmHg

4) Pernapasan : 20 kali per menit

5) Nadi : 60 kali per menit

6) Suhu : 36oC

c. System Pernapasan :

1) Hidung : Bentuk hidung klien nampak simetris, tidak ada


secret atau cairan yang keluar dari hidung.
2) Leher : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
atau tumor dan klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri tekan.

3) Dada : Bentuk dada klien normal, frekuensi pernapasan


60 kali per menit dan klien tidak ada keluhan sesak.

d. System kardiovaskuler :

a. Conjungtiva : Nampak tidak anemi.

b. Tekanan vena jugularis tidak meninggi.

c. Jantung : Normal atau tidak ada keluhan nyeri dada, frekuensi


tekanan darah 80/60 mmHg.

e. System pencernaan :

a. Sclera : Tidak ikterus dan bibir nampak kering

b. Mulut : Tidak nampak stomtitis dan tidak platoskisis, gigi klien


nampak bersih, kemampuan menelan klien kurang karena klien
mengatakan tidak ada nafsu makan.

c. Gaster : Klien mengatakan perutnya terasa kembung dan merasa


nyeri pada bagian perut.

d. Abdomen : Klien mengatakan terasa nyeri berat pada bagian


perutnya.

e. Anus : Klien mengatakan tidak ada keluhan lecet atau hemoroid


pada anusnya, dan klien mengatakan fesesnya tidak encer.

f. System indra :

1) Mata :

a) Kelopak mata klien : Nampak normal


b) Bulu mata : Nampak normal

c) Alis : Nampak normal

d) Visus : Nampak normal

e) Lapang pandang : Nampak normal

2) Hidung : Penciuman klien nampak baik, tidak ada secret yang


menghalangi penciuman dan tidak ada cairan yang keluar dari
hidung.

3) Telinga : Keadaan daun telinga nampak bersih, tidak ada cerumen


atau cairan yang keluar dari lubang telinga dan fungsi pendengaran
klien baik dibuktikan dengan klien dapat merespon dengan baik
dan benar pada saat pengkajian.

g. System syaraf :

1) Fungsi celebral :

1) Status mental orientasi : Baik dibuktikan dengan tidak ada


disorientasi orang, tempat dan waktu.

2) Daya ingat : Baik dibuktikan dengan klien masih dapat


mengingat orang-orang yang datang mengunjunginya.

3) Tingkat kesadaran : Komposmentis dengan GCS eyes4, verbal5,


motorik6.

2) Nervus cranial :

a) Nervus cranial I : Normal (tidak ada keluhan)

b) Nervus cranial II : Normal (tidak ada keluhan)

c) Nervus cranial III : Normal (tidak ada keluhan)


d) Nervus cranial IV : Normal (tidak ada keluhan)

e) Nervus cranial V : Normal (tidak ada keluhan)

f) Nervus cranial VI : Normal (tidak ada keluhan)

g) Nervus cranial VII : Normal (tidak ada keluhan)

h) Nervus cranial VIII : Normal (tidak ada keluhan)

i) Nervus cranial IX : Normal (tidak ada keluhan)

j) Nervus cranial X : Normal (tidak ada keluhan)

k) Nervus cranial XI : Normal (tidak ada keluhan)

l) Nervus cranial XII : Normal (tidak ada keluhan)

3) Fungsi motorik : Baik dibuktikan dengan klien mampu pergi ke WC tanpa


oleh perawat atau keluarganya.

4) Fungsi sensorik : Suhu 36oC dan klien mengeluh nyeri pada bagian perut.

5) Fungsi cerebellum : Koordinasi dan keseimbangan baik

6) Reflex : Normal (tidak ada keluhan)

7) Iritasi meningen : Normal (tidak ada keluhan)

h. System muskuloskletal

1) Kepala : Bentuk kepala nampak simetris, gerakan kepala normal.

2) Vertebra : Fungsi gerak baik (tidak ada keluhan)

3) Pelvis : Gaya berjalan baik

4) Lutut : Normal (tidak ada keluhan)


5) Kaki dan tangan : Normal (tidak ada keluhan)

i. System integument

1) Rambut : Warna kemerahan dan tidak mudah dicabut

2) Kulit : Warna kulit putih

3) Kuku : Bersih

j. System tyroid

1) Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

2) Eksresi urin tidak berlebihan

3) Suhu tubuh normal (36oC)

4) Klien mengatakan riwayat bekas air seni tidak dikelilingi semut.

k. System perkemihan

1) Keadaan kandung kemih : Tidak teraba adanya nyeri tekan.

2) Klien tidak mengalami penyakit seksual.

l. System reproduksi

1) Payudara dan puting susu klien normal (tidak ada keluhan nyeri tekan).

2) Labia mayora dan labia minora : Bersih dan tidak berbau.

m. System immune

1) Klien mengatakan tidak ada alergi

2) Klien mengatakan tidak mengalami penyakit yang berhubungan dengan


perubahan cuaca.
3) Klien mengatakan tidak ada riwayat transfusi.

7. Aktivitas sehari-hari

Tabel.III.1

Aktivitas sehari-hari Klien Ny.N dengan Gangguan System Pencernaan : Ulkus


Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange

Jenis aktivitas Sebelum sakit Setelah sakit

1. A. Nutrisi

1. Selera makan Baik Tidadak nafsu


makan bubur+
2. Menu makan dalam 24 nasi + laukpauk +
lauk pauk + sayur
jam sayur
2× sehari tapi tapi
3. Frekuensi makan dalam 3x sehari
porsi mkan tidak
24 jam
di habiskan

4. Makan yang disukai


Kapurung Kapurung

5. Makanan pantangan
Tidak ada Makanan keras

6. Pembatasan pola
Tidak ada Tidak ada

7. Cara makan
Makan bersama Makan sendiri
keluarga dengan
menggunakan alat
makan seperti piring
dan lain-lain

2. B. Cairan

1. Jenis minuman Air putih Cairan RL 28 tetes


permenit dan air
putih

2. Frekuensi minum Tidak menentu Tidak menentu

3. Kebutuhan cairan ± 8 liter per hari ± 8 liter per hari

3. C.Eliminasi BAB dan BAK

1. BAB

a. Tempat pembuangan Wc Wc

b.Frekuensi /hari 3x sehari Belum perna BAB

c.Konsistensi Padat Belum perna bab

2.BAK

a.Tempat pembuangan Wc Wc

b.Frekuensi Tidak teratur ±10 x per hari

c.Warna Jernih Jernih


D.Istirahat /tidur

1. Jam tidur siang Tidak menentu 13.00-14.00

2. Jam tidur malam Tidak menentu Tidak menentu

3. Jam mudah tidur Tidak menentu Tidak menentu

4. Kebiasaan sebelum Nonton tv Nonton tv


tidur

E. Personal hyehiene

1. Mandi
2x sehari 2x sehari
a. Frekuensi mandi
Mandi sendiri Mandi sendiri
b. Dibantu atau tidak
Menggunakan sabun Menggunakan
c. Menggunakan sabun sabun
atau tidak

2.cuci rambut
Belum perna
3x seminggu
a. Frekuensi ( rambut klien
bersih

Tidak di bantu Tidak bantu


b. Di bantu atau tidak

Menggunakan Belum perna


c. Menggunakan sampo
sampoh menggunakan
atau tidak
sampo ( rambut
klien tampak
bersih)
3.Gunting kuku

a. Frekuensi Memotong kuku saat Belum perna


panjang (kuku klien
bersih)

b. Di bantu atau tidak


Belum pernah
Dilakukan sendiri
(kuku klien
oleh klien
nampak bersih)

F. Olahraga
Senam2 x seminggu
Tidak ada
1. Jenis olahraga 2 jam
Tidak ada
2. Frekuensi
Tidak ada
3. Lamanya

G. Rokok atau alkohol dan


obat- obatan

1. Rokok

a. Apakah perokok Tidak ada


Tidak

b. Jenis rokok Tidak ada


Tidak ada

c. Berapa banyak Tidak ada


Tidak ada

d. Kapan mulai Tidak ada


Tidak ada

2. Alcohol

a. Apakah minum Tidak


minuman keras Tidak

b. Berapa kali Tidak pernah Tidak pernah


perhari

c. Jenis minuman
Tidak ada Tidak ada

Tidak pernah Tidak pernah


d. Apakah minum
ketika stress

Tidak ada Tidak pernah


e. Sendiri/bersama
orang lain

3. Obat-obatan Tidak Ya (obat oral


doxycylyn 100 gr
a. Apakah
2 x 1, IV
mengonsumsi obat
panroprasol dan
dari dokter
drips Vit.b 12)

H. Aktivitas atau mobilitas


fisik
Melakukan tugas
sebagai URT Tidak ada
1. Kegiatan sehari hari

Ada (senam 2x Tidak ada


2. Pengaturan jadwal
harian seminggu)

3. Penggunaan alat bantu Tidak ada


Tidak ada
untuk aktivitas

4. Kesulitan pergerakan
Tidak ada
tubuh Tidak ada
8. Tes diagnostik

1. Laboratorium

Tanggal : 20 maret 2015

Item name Result Unit Normal Limits

WBC 7,4 10ᶺ 3/µL 4.0/12.0

LYM 1,6 10ᶺ 3/µL 1. 0/5.0

MON 0,6 10ᶺ 3/µL 0.1/1.0

GRA 5,1 10ᶺ 3/µL 2.0/8.0

LYM% 22,0 % 25.0/50.0

MON% 7,8 % 2.0/10.0

GRA% 70,2 % 50.0/80.0

RBC 4,06 10ᶺ 6/µL 4.0/6.20

HGB 11,7 g/dl 11.0/17.0

HCT 35,4 % 35.0/55.0

Mcv 87,2 µmᶺ3 80.0/100.0

MCH 28,8 Dg 26.0/34.0

MCHC 33,1 g/dl 31.0/35.5

RDW 13,0 % 10.0/16.0

PLT 314 10ᶺ 3/µL 150/400

MPV 6,8 µmᶺ3 7.0/11.0


PCT 0,214 % 0.200/0.500

PDW 13,8 % 10.0/18.0

2. Terapi saat ini

b. Pemasangan IVFD RL 28 tetes/menit

c. Injeksi

Vit.B.12

Epizom sirup 3 x 1

Doxcicilyn 100 gr 2 x 1

Colobazam 500 – 1

Neurodex 1x1
9. Data fokus

Tabel III.2

Data fokus klien “Ny.N” dengan gangguan sistem pencernaan :ulkus peptikum
diruang perwawatan interna RSUD ajjappangeng soppeng 2015

Nama : Ny.N Diagnosa Medic : Ulkus Peptikum

Umur :34 tahun Perawatan : Interna

Jenis :Perempuan Tanggal : 19 mei 2015

Data Subjektif Data Objektif

1) Klien mengatakan nyeri pada 1) Ku. Lemah.


perut.
2) Ekspresi wajah klien nampak
2) Klien menyatakan nyeri yang meringis kesakitan.
dirasakan seperti tertusuk-
3) Skala nyeri 9 (nyeri berat).
tusuk.

4) TTV :
3) Klien menyatakan nyeri timbul
karena ada infeksi pada TD : 80/60 mmHg
lambungnya.
S : 36oC
4) Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan terjadi secara tiba – N : 20 kali per menit

tiba.
P : 60 kali per menit

5) Klien mengatakan merasa


BB : 45 kg
cemas dengan kondisi
kesehatannya. TB : 155 cm

6) Klien mengatakan tidak terlalu 5) Klien nampak gelisah dan cemas.


memahami tentang penyakitnya.
6) Klien nampak kebingungan.
7) Klien mengatakan nyerinya
timbul karena terjadi infeksi
pada lambungnya.

8) Klien mengatakan merasa lemah


dan pusing.

9) Klien mengatakan tidak nafsu


makan

10) Klien mengatakan merasa mual.

10. Analisa Data

Tabel III.3

Analisa Data Klien “ Ny.N “ Dengan Gangguan System Pencernaan : Ulkus


Peptikum

Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjapange Soppeng 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 19 Mei 2015

No Data Etiologi Masalah

1. a. Data subjektif. Kortikostiroid, Nyeri

1) Klien mengatakan nyeri alkohol,


pada bagian perut
prostaglanding,
2) Kien mengatakan nyeri
indometasin,
yang dirasakan seperti fenilbutazon, bakteri
tertusuk-tusuk
Masuk saluran cerna
3) Klien mengatakan nyeri
Barier mukosa
timbul karena ada
lambung rusak
infeksi pada
lambungnya. Asam lambung dan
pepsin meningkat
4) Klien mengatakan nyeri
yang dirasakannya Inflamasi area
terjadi secara tiba-tiba. gastrointestinal

b. Data objektif : Ulkus peptikum

1) Ku lemah Kandungan asam


lambung meningkat
2) Ekspresi wajah klien
nampak meringis Kontraksi otot
kesakitan.

3) Skala nyeri 9 (nyeri


berat). Menimbulkan erosi
dan kontraksi otot
4) TTV :

TD : 80 mmHg
Merangsang
S : 36oc nociseptor di
thalamus
N : 20x/menit

P : 60x/penit
Nyeri
a. Data subjektif :

1) Klien mengatakan
2. merasa cemas dengan Ansietas
kondisinya.
Kortikostiroid,
b. Data objektif : alcohol,
prostaglanding,
1) Klien nampak gelisah
indometasin,
dan cemas.
fenilbutazon, bakteri

Masuk saluran cerna

Barier mukosa
lambung rusak

Asam lambung dan


pepsin meningkat

Inflamasi area
gastrointestinal

Ulkus peptikum

Kandungan asam
lambung meningkat

Kontraksi otot

Menimbulkan erosi
dan kontraksi otot

Merangsang
nociseptor di
thalamus

Nyeri
a. Data subjektif : Perubahan status
kesehatan
1) Klien mengatakan tidak
terlalu memahami
3. Kurang
tentang penyakitnya.
Ansietas pengetahuan
2) Klien megatakan
Kortikostiroid,
nyerinya timbul karena
alcohol,
terjadi infeksi pada
prostaglanding,
lambungnya.
indometasin,
b. Data Objektif : fenilbutazon, bakteri

1) Klien nampak Masuk saluran cerna


kebingungan.
Barier mukosa
lambung rusak

Asam lambung dan


pepsin meningkat

Inflamasi area
gastrointestinal

Ulkus peptikum

Kandungan asam
lambung meningkat

Kontraksi otot

Menimbulkan erosi
dan kontaksi otot

Merangsang
nociseptor di
thalamus

a. Data subjektif :
Nyeri
1) Klien mengatakan
merasa lemah dan Perubahan status
pusing. kesehatan

2) Klien mengatakan tidak Kurang terpajang

4. nafsu makan. tentang informasi Resiko Perubahan


penyakit Nutrisi Kurang
3) Klien mengatakan
Dari Kebutuhan
merasa mual. Kurang
Tubuh
pengetahuan
b. Data objektif :
Kortikostiroid,
1) Ku. Lemah.
alcohol,

2) TTV : prostaglanding,
indometasin,
TD : 80/60 mmHg fenibultazon, bakteri

S : 36oc Masuk saluran cerna

N : 20x per menit Barier mukosa


lambung rusak
P : 60x per menit

Asam lambung dan


BB : 45 kg
pepsin meningkat
TB : 155 cm
Inflamasi area
gastrointestinal

Ulkus peptikum
Pembengkakan dan
pembentukan
jaringan parut

Spasme mukosa
pylorus

Menimbulkan erosi
dan obstruksi jalan
keluar lambung

Refluk makanan

Mual, muntah dan


anoreksia

Intake inadekuat

Resiko Perubahan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
B. Diagnosa Keperawatan

Tabel III.4

Diagnosa Keperawatan Pada Klien Ny.N Dengan Gangguan System Pencernaan :

Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange Soppeng

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Nyeri berhubungan dengan 19 Mei 2015 21 Mei 2015


adanya luka atau infeksi
pada lambung.

2 19 Mei 2015 21 Mei 2015


Ansietas berhubungan
dengan adanya perubahan
status kesehatan.
3 19 Mei 2015 21 Mei 2015
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang informasi tentang
penyakit.
4 21 Mei 2015 21 Mei 2015
Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia, dan mual.
C. Intervensi Keperawatan

Tabel III.5

Intervensi Keperawatan Pada Klien “ Ny. N” Dengan Gangguan System Pencernaan : Ulkus Peptikum Di Ruang
Perawatan

Interna RSUD Ajjappange Soppeng 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal No.DX Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan
19 Mei I Nyeri berhubungan Nyeri dapat hilang a. Kaji tingkat nyeri 1) untuk mengetahui
2015 dengan adanya luka atau atau berkurang klien. skala nyeri yang
infeksi pada lambung. dengan kriteria hasil dirasakan klien.
: 2) Untuk
1. Ekspresi b. Observasi TTV. memudahkan
wajah klien melakukan
nampak intervensi
rileks. selanjutnya.
2. TTV dalam c. Ajarkan teknik 3) Untuk
bats normal. relaksasi kepada klien. menghilangkan
atau mengurangi
nyeri yang
dirasakan oleh
d. Kolaborasi pemberian klien.
obat dengan dokter. 4) Untuk
mempercepat
19 Mei II Ansietas berhubungan kesembuhan klien
2015 dengan perubahan status a.Kaji tingkat dan mengurangi
kesehatan. Kecemasan klien kecemasan klien. keluhan nyeri.
dapat hilang atau 1) Untuk mengetahui
berkurang dengan tingkat kecemasan
kriteria hasil : b.Bina hubungan saling yang dirasakan
1. Ekspresi percaya dengan klien. klien.
wajah klien
nampak 2) Untuk
rileks. c. Anjurkan kepada memudahkan
2. Klien tidak klien untuk perawat dalam
gelisah. mengungkapkan melakukan
kecemasannya. tindakan
keperawatan.
3) Untuk
d.Berikan posisi yang meningkatkan rasa
19 Mei III Kurang pengetahuan nyaman untuk klien. percaya diri klien
2015 berhubungan dengan dan mengurangi
kurang informasi tentang a.Kaji tingkat kecemasan klien.
penyakit. Klien dapat pengetahuan klien 4) Posisi yang
memahami tentang tentang penyakitnya. nyaman dapat
penyakitnya setelah membuat klien
diberikan merasa tenang.
penjelasan oleh 1) Untuk mengetahui
perawat dengan tingkat
kriteia hasil : pengetahuan klien
1. Klien tidak dan memudahkan
nampak b.Berikan HE kepada perawat dalam
kebingungan klien. melakukan
lagi. intervensi
2. Klien dapat selanjutnya.
menyebutka 2) HE diberikan
n kembali c.Berikan penjelasan untuk menambah
tentang kepada klien dan pengetahuan klien
penyakitnya. keluarganya tentang tentang
19 Mei IV penyakit dan kondisi penyakitnya.
2015 Resiko nutrisi kurang kesehatan klien. 3) Untuk mengurangi
dari kebutuhan tubuh b/d d.Jelaskan kepada klien tingkat stress klien.
anoreksia dan mual. cara pencegahan dari
Resiko kekurangan penyakitnya.
nutrisi tidak terjadi a.Kaji pemasukan nutrisi 4) Agar klien dapat
dengan kriteria hasil klien. meningkakan
: b.Timbang berat badan status
1. Klien tiap hari. kesehatannya.
menghabisk 1) Untuk mengetahui
an porsi intake klien.
makannya. 2) Memberikan
2. Nafsu c.Anjurkan klien untuk informasi tentang
makan klien makan sedikit tapi kebutuhan
meningkat. sering. diet/keefektifan
3. Klien tidak therapy.
merasa d.Anjurkan pada klien 3) Untuk memenuhi
mual. untuk tidak baring atau kebutuhan nutrisi
pembatasan aktivitas klien.
selama fase sakit. 4) Menurunkan
kebutuhan
e.Batasi makanan yang metabolik untuk
dapat menyebabkan mencegah
timbulnya nyeri penurunan kalori
(makanan yang dan simpanan
mengandung gas, energi.
asam, dll). 5) Mencegah
f.Kolaborasi dengan ahli exsaserbal gejala.
gizi tentang kebutuhan
nutrisi klien.

6) Untuk mencegah
terjadinya
kekurangan nutrisi
dan meningkatkan
nafsu makan klien.
D. Tindakan Keperawatan

Tabel III.6

Implementasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System


Pencernaan : Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange
Soppeng Pada Hari I Selasa, 19 Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi


1 Selasa, 19 Mei I 09.45 a. Mengkaji tingkat nyeri klien.
2015 H : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan nyeri berat (nyeri
sekali) dengan skala nyeri 9.
b. Mengobservasi TTV.
H : TD : 80/60 mmHg.
S : 36oc.
N : 60 kali per menit
P : 20 kali per menit
Tb: 155 cm
Bb: 45 kg
c. Mengajarkan teknik relaksasi
kepada klien.
H : Klien nampak mengerti yang
diajarkan dan mau
melakukannya.
d. Kolaborasikan pemberian obat
dengan dokter.
H : Pemberian cairan RL 28 tetes
per menit, injeksi IV Chrome,
drips Vit.B12, obat oral
doxciciklyn 100 gr 2 x 1.
2 Selasa,19 Mei II 09.55 a. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
2015 WIB H : Klien mengatakan merasa
gelisah saat sakit perutnya
kambuh.
b. Membina hubungan saling percaya
dengan klien.
H : Klien dapat diajak kerja sama
dibuktikan dengan klien
menjawab saat pengkajian.
c. Menganjurkan kepada klien untuk
mengungkapkan kecemasannya.
H : Klien nampak mengerti dengan
anjuran dari perawat dan mau
melakukannya.
d. Memberikan posisi yang nyaman
untuk klien.
H :Klien merasa nyaman pada saat
istirahat atau berbaring
telentang, sambil nonton TV.
3 Selasa, 19 Mei III 10.15 a. Mengkaji tingkat pengetahuan
2015 WIB klien tentang penyakitnya.
H : Klien mengatakan tidak terlalu
memahami tentang penyakit
yang sedang dialaminya.
b. Memberikan HE kepada klien.
H : Penyuluhan kesehatan
diberikan kepada klien untuk
meningkatkan pengetahuan
klien tentang penyebab dari
penyakit yang dialaminya.
c. Memberikan penjelasan kepada
klien dan keluarganya tentang
penyakit dan kondisi klien.
H : Klien dapat memahami
penjelasan yang diberikan oleh
perawat.
d. Menjelaskan kepada klien cara
pencegahan dari penyakitnya.
H : Klien mengerti penjelasan
yang diberikan oleh perawat.
4 Selasa, 19 Mei IV 10.35 a. Mengkaji pemasukan nutirisi klien.
2015 WIB H : Terpasang invus RL 28 tetes
per menit.
b. Menimbang berat badan tiap hari.
H : BB klien 45 kg.
c. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering.
H : Klien nampak mengerti
anjuran dari perawat.
d. Menganjurkan pada klien untuk
tidak baring atau pembatasan
aktivitas selama fase sakit.
H : Klien mengerti dengan
anjuran dari perawat.
e. Membatasi makanan yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri
(makanan yang mengandung
gas,asam, dll).
H : Klien mengerti dan mau
melakukannya.
f. Kolaborasikan dengan ahli gizi
tentang kebutuhan nutrisis klien.
H : Makanan yang dimakan oleh
klien dari instalasi gizi.
Tabel III.7

Implementasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System


Pencernaan : Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange
Soppeng Pada Hari II Rabu, 20 Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi


1 Rabu, 20 Mei I 08.15 a. Mengkaji tingkat nyeri klien.
2015 H : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah berkurang
nyeri sedang dengan skala
nyeri 7.
b. Mengobservasi TTV.
H : TD : 90/60 mmHg.
S : 36oc.
N : 60 kali per menit
P : 20 kali per menit
Tb: 155 cm
Bb: 45 kg
c. Mengajarkan teknik relaksasi
kepada klien.
H : Klien nampak mengerti yang
diajarkan dan mau
melakukannya.
d. Kolaborasikan pemberian obat
dengan dokter.
H : Pemberian cairan RL 28 tetes
per menit, injeksi IV Chrome,
obat oral doxcycyklyn 100 gr
2 Rabu, 20 Mei II 08.45 2 x 1.
2015 WIB a. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
H : Klien mengatakan rasa
cemasnya sudah berkurang.
b. Membina hubungan saling percaya
dengan klien.
H : Klien dapat diajak kerja sama
dalam melaksanakan ASKEP.
c. Menganjurkan kepada klien untuk
mengungkapkan kecemasannya.
H : Klien nampak mengerti dengan
anjuran dari perawat dan mau
melakukannya.
d. Memberikan posisi yang nyaman
untuk klien.
H :Klien merasa nyaman pada saat
istirahat atau berbaring
telentang, sambil nonton TV.

3 Rabu, 20 Mei III 10.30


2015 WIB a. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
H : Klien sudah mulai memahami
tentang penyakit yang
dialaminya.
b. Memberikan HE kepada klien.
H : Penyuluhan kesehatan
diberikan kepada klien untuk
meningkatkan pengetahuan
klien tentang penyebab dari
penyakit yang dialaminya.
c. Memberikan penjelasan kepada
klien dan keluarganya tentang
penyakit dan kondisi klien.
H : Klien nampak mengerti
penjelasan yang diberikan oleh
perawat.
d. Menjelaskan kepada klien cara
pencegahan dari penyakitnya.
H : Klien mengerti penjelasan
yang diberikan oleh perawat.
4 Rabu, 20 Mei IV 10.45
2015 WIB a. Mengkaji pemasukan nutirisi klien.
H : Terpasang invus RL 28 tetes
per menit.
b. Menimbang berat badan tiap hari.
H : BB klien 45 kg.
c. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering.
H : Klien nampak mengerti
anjuran dari perawat.
d. Menganjurkan pada klien untuk
tidak baring atau pembatasan
aktivitas selama fase sakit.
H : Klien mengerti dan mau
melakukannya.
e. Membatasi makanan yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri
(makanan yang mengandung
gas,asam, dll).
H : Klien mengerti dan mau
melakukannya.
f. Kolaborasikan dengan ahli gizi
tentang kebutuhan nutrisi klien.
H : Makanan yang dimakan oleh
klien dari instalasi gizi.
Tabel III.8

Implementasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System


Pencernaan : Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange
Soppeng Pada Hari III Kamis, 21 Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi


1 Kamis, 21Mei I 08.15 a. Mengkaji tingkat nyeri klien.
2015 H : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah berkurang
nyeri sedang dengan skala
nyeri 7.
b. Mengobservasi TTV.
H : TD : 90/60 mmHg.
S : 36oc.
N : 60 kali per menit
P : 20 kali per menit
Tb: 155 cm
Bb: 45 kg
c. Mengajarkan teknik relaksasi
kepada klien.
H : Klien nampak mengerti yang
diajarkan dan mau
melakukannya.
d. Kolaborasikan pemberian obat
dengan dokter.
H : Pemberian cairan RL 28 tetes
per menit, obat oral doxcycyl.

2 Kamis,21 Mei II 08.45


2015 a. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
H : Klien mengatakan tidak
merasa cemas lagi.
b. Membina hubungan saling percaya
dengan klien.
H : Klien dapat diajak kerja sama
dalam melaksanakan ASKEP.
c. Menganjurkan kepada klien untuk
mengungkapkan kecemasannya.
H : Klien nampak mengerti dengan
anjuran dari perawat dan mau
melakukannya.
d. Memberikan posisi yang nyaman
untuk klien.
H :Klien merasa nyaman pada saat
istirahat atau berbaring
telentang, sambil nonton TV.

3 Kamis,21 Mei III 08.55


2015 WIB a. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien tentang penyakitnya.
H : Klien sudah mulai memahami
sedikit tentang penyakit yang
dialaminya.
b. Memberikan HE kepada klien.
H : Penyuluhan kesehatan
diberikan kepada klien untuk
meningkatkan pengetahuan
klien tentang penyebab dari
penyakit yang dialaminya.
c. Memberikan penjelasan kepada
klien dan keluarganya tentang
penyakit dan kondisi klien.
H : Klien sudah mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
d. Menjelaskan kepada klien cara
pencegahan dari penyakitnya.
H : Klien mengerti penjelasan
yang diberikan oleh perawat.

4 Kamis,21 Mei IV 09.15


2015 WIB a. Mengkaji pemasukan nutirisi klien.
H : Terpasang invus RL 28 tetes
per menit dan klien memakan
makanan dari instalasi gizi.
b. Menimbang berat badan tiap hari.
H : BB klien 45 kg.
c. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering.
H : Klien nampak mengerti
anjuran dari perawat.
d. Menganjurkan pada klien untuk
tidak baring atau pembatasan
aktivitas selama fase sakit.
H : Klien nampak mengerti
dengan anjuran dari perawat
dan mau melakukannya.
e. Membatasi makanan yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri
(makanan yang mengandung
gas,asam, dll).
H : Klien mengerti dan mau
melakukannya.
f. Kolaborasikan dengan ahli gizi
tentang kebutuhan nutrisi klien.
H : Makanan yang dimakan oleh
klien dari instalasi gizi.
E. Evaluasi

Tabel III.9

Evaluasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System Pencernaan :


Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange Soppeng Pada
Hari I Selasa, 19 Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.DX Jam Evaluasi


1 Selasa, 19 Mei I 09.45 S : Klien mengatakan nyeri yang
2015 dirasakan nyeri berat dengan skala
nyeri 9.
O : Klien nampak meringis kesakitan.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lnjutkan intervensi, 1, 2 dan 3.
1. Kaji tingkat nyeri klien.
2. Observasi TTV.
3. Kolaborasi pemberian obat
dengan dokter.
2 Selasa, 19 Mei II 09.55 S : Klien mengatakan merasa gelisah
2015 WIB saat sakit perutnya kambuh.
O : Klien nampak cemas.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi, 1.
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
3 Selasa, 19 Mei III 10.15 S : Klien mengatakan tidak terlalu
2015 WIB memahami tentang penyakitnya.
O : Klien nampak kebingungan saat
ditanya tentang penyakitnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya.
2. Berikan HE pada klien.
3. Jelaskan kepada klien tentang
cara pencegahan penyakitnya.
4. Minta klien mengulangi
kembali apa yang telah
4 Selasa, 19 Mei IV 10.35 diajarkan.
2015 WIB S : Klien mengatakan tidak nafsu
makan dan merasa mual.
O : TTV : TD : 80/90 mmHg
S : 36OC
P : 20 x per menit
N : 60 x per menit
BB : 45 kg
TB : 155 c
Klien nampak tidak menghabiskan
porsi makannya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervesi 1 dan 4
1. Kaji pemasukan nutrisi klien.
2. Kolaborasi dengan gizi tentang
kebutuhan nutrisi klien.
Tabel III.10

Evaluasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System Pencernaan :


Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange Soppeng Pada
Hari II Rabu, 20 Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.DX Jam Evaluasi


1 Rabu, 20 Mei I 08.15 S : Klien mengatakan nyeri yang
2015 WIB dirasakan sudah berkurang (nyeri
sedang dengan skala nyeri 7).
O : Klien nampak meringis kesakitan.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lnjutkan intervensi, 1, 2 dan 3.
4. Kaji tingkat nyeri klien.
5. Observasi TTV.
6. Kolaborasi pemberian obat
dengan dokter.
2 Rabu, 20 Mei II 08.45 S : Klien mengatakan kecemasannya
2015 WIB sudah berkurang.
O : Klien nampak tenang.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.

3 Rabu, 20 Mei III 10.30 S : Klien mengatakan sudah memahami


2015 WIB tentang penyakitnya.
O : Setelah diberikan penyuluhan
kesehatan klien nampak mampu
menyebutkan kembali tentang
penyakitnya.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
4 Rabu, 20 Mei IV 10.45 S : Klien mengatakan nafsu makannya
2015 WIB sudah meningkat.
O : Ku. Baik
TTV : TD : 100/60 mmHg
P : 20 x/ menit
S : 360C
N : 60 x/ menit
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
Tabel III.11

Evaluasi keperawatan pada Klien “Ny.N” Dengan Gangguan System Pencernaan :


Ulkus Peptikum Di Ruang Perawatan Interna RSUD Ajjappange Soppeng Pada
Hari III Kamis, 21Mei 2015

Nama : Ny.N Diagnose Medic : Ulkus Peptikum

Umur : 34 Tahun Perawatan : Interna

Jenis Kelamin : Perempuan

No Hari/Tanggal No.DX Jam Evaluasi


1 Kamis, 21 Mei I 08.15 S : Klien mengatakan nyeri yang
2015 WIB dirasakan sudah berkuranga atau
nyeri ringan.
O : Klien nampak rileks.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.

2 Kamis, 21 Mei II 08.45 S : Klien mengatakan tidak merasa


2015 WIB cemas.
O : Klien nampak tenang.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.

3 Kamis, 21 Mei III 08.55 S : Klien mengatakan sudah memahami


2015 WIB tentang penyakitnya.
O : Klien tidak nampak kebingungan.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
4 Kamis, 21 Mei IV 09.15 S : Klien mengatakan nafsu makannya
2015 WIB sudah meningkat.
O : Ku. Baik
TD : 90/60 mmHg
S : 360C
N : 60 x/ menit
P : 20 x/ menit
TB : 155 cm
BB : 45 kg
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai