PENYAKIT
“ULKUS PEPTIKUM”
5. Patofisiologi
Ulkus lambung disebabkan oleh rusaknya pertahana mukosa, mukosa
merupakan barier pertama dalam melindungi permukaan lambung terhadap
berbagai zat iritan. Mukosa lambung tertiri dari 3 tipe sistem pertahan yaitu:
a. Lapisan prepitel,memproduksi mucus yang mengandung bikarbonat. Bikarbona
ini memiliki kandungan Ph yang tinggi sehingga ia mampu mentralisir
permukaan lumen lambung menjadi 6-7. Sekresi bikarbonat distimulasi oleh
kalsium, prostaglanding, koli nergik dan asidifikasi lumen.
b. Lapisan efitel, muerupakan garis petahanan kedua setelah prepitel dengan
memproduksi mucus yang memelihara pH iritase dan produksi bikarbonat,dan
iritase 1 tight junction.
c. Lapisan subepital membentuk system makrovaskuler. Lapisan mukosa yang kaya
sirkulasi mensuplai bikarbonat sebagai penetralisir hidroklorida sel parietal
lambung dan mensuplai nuytien dan oksigen yang adekuat.
Asam asetil salitis (Aspirin), alcohol dan indomethasin (indocin) merusak
pertahana mukosa lambung. Pertahanan mukosa yang rusak akan menyebabkan asam
klorida dan pepsin dapat merusak epitel. Lapisan epitel tidak mampu memproduksi
prostaglanding yang meransang sekresi bikarbonat sehingga susunan dilambung
menjadi sangat asam. Prnurunan jumlah prostaglanding diduga juga akibat kehadiran
Helicobacter pylori. Injuri mukosa lambung oleh H.pylori menyebabkan ketidak
seimbangan antara produksi asam atau pepsin dengan produksi mucus, bikarbonat
dan aliran darah. H.pylori merupakan hasil gram negatif, berklonisasi pada lapisan
gel mukosa padahal lapisan tersebutlah yang melindungi mukosa dari berbgai
kerusakan.
H.pylori masuk kedalam lapisan mukosa atrium dan melekat kuat pada
permukaan epitel. Lokasi bakteri akan melinduginya dari system imum tubuh dan
keasamam lambung. Kemudian iya mengeluarkan ensim urase yang
menghasilkan amoniak dan meningkatkan pH di sekitar mikroorganisme tersebut.
Sel D pada atrum lambung dirusak bakter tersebut dan samosostatin menurun,
kemudian sel G terstimulasi oleh hipersgatrinemia tersebut dan menyebabkan sel
parieta lambung meningkatkan sekresi HCL.
Kerusakan pada mukosa juga menyebabkan gangguan pada aliran darah, spingter
pirolus tidak berfungsi normal atau tidak berespon terhadap sekretin atau
kolesistoksin, suatu substrak yang meningkatkan tekanan di lambung dan mencegah
repluk. Yang tanpa fungsi normal dan spingter pylorus sama-asam empedu akan
masuk ke lambung.
Adanya asam empedu dan klorida yang berlebihan di lambung menyebabkan
difusi balik ion hydrogen, memacu terjadinya imflamasi pada mukosa dan timbulnya
ulkus. Berlebihnya produksi HCL akan mengiritasi lapisan epitel di usus di
duodenum sehingga dapat teriritasi dan memicu terjadinya metaplasia perubahan
epitel tipe intestine menjadi epitel tipe gaster. H.pylotri dapat berkolonisasi do
duodenum dan memicu kerusakan lebih lanjut serta ulserasi.
Dari beberapa kategori ulkus peptikum paling banyak terjadi pada duodenum.
Penyakit ini biasanya muncul pada kelompok umur 40 tahun. Proses terjadinya ulkus
ini diawali dengan hilangnya fungsi proteksi lambung oleh asam hidroklorik,
sehingga mengganggu fungsi HCL dan pepsin. Mukosa lambung yang mulai hilang
membuat proteksi untuk jaringan disekitar termasuk pylorus sebagai klep penghalang
masuknya asam hidroklorik dari lambung ke duodenum menjadi berkurang, sehingga
asam hidroklorik masuk ke doudenum dan merusak mukosa duodenum dan
menyebabkan terjadinya ukus duodenum.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan ulkus peptikum terjadi karena interaksi
beberapa faktor seperti infeksi H.Pylory yang tidak terobati, stres dan psikologis,
serta faktor genetik terutama golongan darah A. Stres ulkus biasanya terjadi akibat
trauma kepala.
6. Menifestasi klinik
Berdasarkan klasifikasi menurut terjadinya ulkus peptikum terbagi atas :
a. Ulkus peptikum akut yang ditandai dengan gejala timbul mendadak dan terjadi
karena adanya penyebab seperti luka bakar yang berat dan oprasi yang dan
karena obat-obatan. Lokasi ulkus ini sering ditemukan di duodenum dan
lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan dangkal,
diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang tedapat pendarahan, cepat sembuh dan
dapat meninggalkan bekas.
b. Ulkus peptikum ditandai dengan gejala menahun, pasien memiliki riwayat
penyakit nyeri ulu hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan
makanan atau minuman, lama sembuh berdiameter 2,5-4 cm.
Berdasarkan letak ulkus , ulkus peptikum terbagi atas 4 ulkus esophagus atau
ulkus yang letaknya di esophagus, tukak yeyeni, atau ulkus yang letaknya
yeyenum, ulkus lambung dan ulkus jejenum karena terletak dilambung dan
duodenum. Namun ulkus esofagus dan ulkus jejenum jarang terjadi.
Ulkus lambung biasanya banyak terletak di Aungulus, Antrum, Prepilorus dan
jarang terletak di korpus dan fundus. Biasanya diderita pada usia lebih dari 65
tahun. Ulkus lambung menimbulkan tanda dan gejala seperti rasa nyeri yang
semakin parah pada waktu makan karena perenggangan mukosa lambung oleh
makanan, mual dan anoreksia yang terjadi sekunder karena peregangan mukosa.
Ulkus duodenum letaknya terbanyak di dinding anterior dan posterior dari
bulbus dan postbulber atau pars desendens doudenim disebelah proksimal dari
papilla vaterii. Jarang ditemukan pada distal papilla vaterii, biasanya diderita oleh
usia 45-46 tahun. Dalamnya ulkus berkisar antara 1 mm- 1 cm. Tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh ulkus duodenum diantaranya nyeri epigastrium seperti rasa
penuh yang sangat sakit dan bersifat tumpul atau merasa mirip lapar yang
disebabkan oleh produksi asam berlebihan, rasa nyeri mereda setelah makan atau
minum antacid tetapi biasanya akan kambuh lagi 2 hingga 4 jam kemudian, rasa
nyeri terjadi secara sekunder karena makanan bekerja sebagai pendapat asam.
Berdasarkan kedalamannya ulkus dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. Ulkus derajat I : ulserasi hanya pada mukosa saja, dan disebut erosi.
b. Ulkus derajat II : ulserasi sampai mukosa
c. Ulkus derajat III : ulserasi lebih meluas lagi ke bagian yang lebih dalam
yaitu pada sebagian dari lapisan muskularis.
d. Ulkus derajat IV : ulkus menembus ke bagian yang lebih dalam, terutama
sebagian lapisan muskularis dan terjadi peradangan sampai lapisan mukosa.
Secara umum manifestasi klinik atau tanda dan gejala dari ulkus peptikum
diantaranya :
a. Perubaahan nafsu makan dan perubahan berat badan. Klien ulkus lambung
cenderung mengalami penurunan berat badan karena mereka takut untuk
makan, sebaliknya klien ulkus duodenum mungkin mengalami penambahan
berat badan karena mereka makan untuk menghilangkan nyeri. Mual muntah
dan anoreksia sering terjadi pada ulkus lambung (braunwaldet al, 2001).
b. Nyeri lambung yang sangat hebat. Nyeri epigastrium pada ulkus duodenum
terjadi 1-2 setelah makan, biasanya diatasinya dengan minum antasida atau
makan. Nyeri waktu malam hari khas untuk ulkus duodenum yang
menyebabkan pasien bangun pada pertengahan malam dan jam 3 pagi. Nyeri
terjadi di sebelah kanan midline, 20% pasien.
c. Muntah yang berdarah dan feses yang berdarah atau hitam, bila terjadi
kerusakan kapiler di lambung.
d. Takikardi mengindikasikan dehidrasi dikarenakan muntah dan pendarahan
saluran pencernaan.
e. Sendawa, nyeri dada.
f. Gejala klinis utama yang sering dirasakan adalah rasa panas terbakar dan
pyrosis. Keluhan ini sering disertai dengan mual, muntah, anoreksia. Pencetus
nyeri mirip dengan gastritis, namun pada umunya nyeri akan muncul sesaat
setelah makan atau minum pada ulkus stres nyeri sering pada malam hari.
7. Tes diagnostic
a. Esofagogastroduodenoskopi (EGD) : mengidentifikasi ulkus
b. Tes H.pylori : positif
c. Hematologi : penurunan nilai Hb, HCT,PT, dan PPT
d. Analisis isi lambung : normal untuk usus lambung
f. Gl bagian atas :lokasi ulkus
g. Barium meal : Ulserasi mukosa lambung
h.Kadar gastrium serum :normal atau meningkat (pada sindrom Zollinger-Ellison)
8. Penatalaksanaan medik
a. Diet : Puasa atau nil per os (NPO) jika terjadi pendarahan aktif
b. Dekomprensi Gl : Pipa nasogastrik/NG (pada perdarahan)
c. Posisi : Semi fowler
d. Monitoring : Tanda vital dan asupan/kekurangan cairan (1/0)
e. Menghentikan kebiasaan merokok
f. Menghentikan penggunaan NSAID (jika merupakan penyebabnya)
g. Terapi teriple untuk infeksi H. Pylori : Amaksilin, klaritromisin (biaxin) dan
omeprasol (plirosec)
h. Pemeriksaan laboratorium : Hb dan HCT
i. Penanganan lavase saline lewat pipa NGT jika terjadi pendarahan
j. Terapi transfusi : Packed red blood cells jika terjadi pendarahan akut
k. Preparat antikolinergetik ( untuk ulkus duodeni ) propantelin (Pro-Banthine),
disiklomin (Bentyl)
l. Untuk ulkus lambung dan duodeni :
1) Antasida : Magnesium dan aluminium hidroksida (Maalox), gel
aluminium hidroksida ( Alterna GEL)
2) Atagonis reseptor histamine-2 (H2) : Simetiding (Tagamet),
Ranitiding (Zantac),nizatidin (Cytotex)
3) Prostaglanding : Misoprosol (Cytotex)
4) Penguat sawar mukosa : Sukralfat (Carafate)
m.Terapi endoskopik aser fotokoagulasi (untuk pendarahn aktif)
n. Terapi hormone : Vasopressin (Pitresin) untuk manejemen pendarahan akut.
b. Riwayat kesehatan/keperawatan
Yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan / keperawatan diantaranya:
1) Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji adanya riwayat gangguang saluran pencernaan pada
masa lalu seperti diared, yspepsia, gangguan lambung, usus, hati,
pangkreas, dan sebagainya. Dan tanyakan kepada klien apakah klien pernah
sampai dirawat dirumah sakit, dan pulang dengan status apa (sembuh,
dirujuk, dan sebagainya).
c. Pemeriksaaan fisik
2) Kulit meliputi warna apakah ikterus, sianusis, pucat, turgor, edema, tekstur
(berminyak, kering dan kondisi bermatologi)
3) Kepala meliputi warna sclera, konjuktiva, mata cekung, bau nafas, kondisi
gigi, lidah, dan mucosa bucal.
a) Insfeksi
(1) Warna kulit apakah ada sikatriks, striae, atau veba yang melebar.
Secara normal munkin terlihat vena-vena kecil.striae yang berwarna
ungu terdapat pada penyakit chusing syndrome, vena yang melebar
terdapat pada serosis hepatis atau bendungan vena cava inferior.
Perhatikan pula apakah ada rush, ikterik, atau kulit lainnya.
(6) Massa
b) Auskultasi
c) Palpasi
d) Perkusi
2) Pemeriksaan radiologi
3) Pemeriksaan endoskopi
Ulkus Peptikum
Pembengkakan dan pembentukan jaringan parut Efek pengobatan
fungsi usus Kandungan asam lambung
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Tujuan : rasa nyeri dapat hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :
Tabel.II.1
1) TTV normal.
Tabel.II.2
Intervensi Implementasi
Tabel.II.3
INTERVENSI RASIONAL
Tabel .II.4
Intervensi Rasional
Tabel.II.5
Intervensi Rasional
1) Kaji pemasukan nutrisi a) Untuk mengetahui intake
klien. klien.
Tabel II.6
Intervensi Rasional
f) Penggantian cairan
tergantung pada derajat
6) Kolaborasi dengan tim
hipovolemia dan lamanya
medis untuk memberikan
perdarahan (akut atau
cairan/darah, obat sesuai
kronik), tambahkan volume
indikasi.
albumin dapat infuskan
sampai golongan darah dan
pencocokan silang dapat
diselesaikan dengan
transfusi darah dimulai,
kurang lebih 80-90%
perdarahan gaster dikontrol
oleh resusitasi cairan dan
management medic.
5. Implementasi
6. Evaluasi
a. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal. (Alfaro Lefevre, 1994).
b. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
c. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalammenetapkan rencana
asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
d. Tahap evaluasi berpedoman pada kriteria tujuan yang tercantum pada rencana
keperawatan dan merupakan proses umpan balik dari tindakan yang diberikan
selama tiga hari mulai dari tanggal 19 s/d 21 Mei 2015.
e. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
4. Agama : Islam
7 . Pekerjaan : URT
8. No.MR : 134511
1. Nama : Tn.E
2. Usia : 36 tahun
4. Pekerjaan : POLRI
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat kesehatan lalu : klien mengatakan baru pertama kali masuk dan
dirawat d irumah sakit dan klien todak pernah mengalami keluhan penyakit
yang sama, klien memiliki riwayat penyakit maag.
? ? ?
? ?
45 43 42 40 38
? ?
34 32
36 34
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal Serumah
34 : Klien
GII : Klien mengatakan orang tua klienmasih hidup dan tidak ada yang
menderita penyakit kronik atau penyakit menular
4. Riwayat Pepikososial
a. Pola konsep diri : Klien mengatakan sangat berharap bisa sembuh dan
segera pulang.
5. Riwayat Spiritual
b. Tanda-tanda vital
2) Berat badan : 45 kg
6) Suhu : 36oC
c. System Pernapasan :
d. System kardiovaskuler :
e. System pencernaan :
f. System indra :
1) Mata :
g. System syaraf :
1) Fungsi celebral :
2) Nervus cranial :
4) Fungsi sensorik : Suhu 36oC dan klien mengeluh nyeri pada bagian perut.
h. System muskuloskletal
i. System integument
3) Kuku : Bersih
j. System tyroid
k. System perkemihan
l. System reproduksi
1) Payudara dan puting susu klien normal (tidak ada keluhan nyeri tekan).
m. System immune
7. Aktivitas sehari-hari
Tabel.III.1
1. A. Nutrisi
5. Makanan pantangan
Tidak ada Makanan keras
6. Pembatasan pola
Tidak ada Tidak ada
7. Cara makan
Makan bersama Makan sendiri
keluarga dengan
menggunakan alat
makan seperti piring
dan lain-lain
2. B. Cairan
1. BAB
a. Tempat pembuangan Wc Wc
2.BAK
a.Tempat pembuangan Wc Wc
E. Personal hyehiene
1. Mandi
2x sehari 2x sehari
a. Frekuensi mandi
Mandi sendiri Mandi sendiri
b. Dibantu atau tidak
Menggunakan sabun Menggunakan
c. Menggunakan sabun sabun
atau tidak
2.cuci rambut
Belum perna
3x seminggu
a. Frekuensi ( rambut klien
bersih
F. Olahraga
Senam2 x seminggu
Tidak ada
1. Jenis olahraga 2 jam
Tidak ada
2. Frekuensi
Tidak ada
3. Lamanya
1. Rokok
2. Alcohol
c. Jenis minuman
Tidak ada Tidak ada
4. Kesulitan pergerakan
Tidak ada
tubuh Tidak ada
8. Tes diagnostik
1. Laboratorium
c. Injeksi
Vit.B.12
Epizom sirup 3 x 1
Doxcicilyn 100 gr 2 x 1
Colobazam 500 – 1
Neurodex 1x1
9. Data fokus
Tabel III.2
Data fokus klien “Ny.N” dengan gangguan sistem pencernaan :ulkus peptikum
diruang perwawatan interna RSUD ajjappangeng soppeng 2015
4) TTV :
3) Klien menyatakan nyeri timbul
karena ada infeksi pada TD : 80/60 mmHg
lambungnya.
S : 36oC
4) Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan terjadi secara tiba – N : 20 kali per menit
tiba.
P : 60 kali per menit
Tabel III.3
TD : 80 mmHg
Merangsang
S : 36oc nociseptor di
thalamus
N : 20x/menit
P : 60x/penit
Nyeri
a. Data subjektif :
1) Klien mengatakan
2. merasa cemas dengan Ansietas
kondisinya.
Kortikostiroid,
b. Data objektif : alcohol,
prostaglanding,
1) Klien nampak gelisah
indometasin,
dan cemas.
fenilbutazon, bakteri
Barier mukosa
lambung rusak
Inflamasi area
gastrointestinal
Ulkus peptikum
Kandungan asam
lambung meningkat
Kontraksi otot
Menimbulkan erosi
dan kontraksi otot
Merangsang
nociseptor di
thalamus
Nyeri
a. Data subjektif : Perubahan status
kesehatan
1) Klien mengatakan tidak
terlalu memahami
3. Kurang
tentang penyakitnya.
Ansietas pengetahuan
2) Klien megatakan
Kortikostiroid,
nyerinya timbul karena
alcohol,
terjadi infeksi pada
prostaglanding,
lambungnya.
indometasin,
b. Data Objektif : fenilbutazon, bakteri
Inflamasi area
gastrointestinal
Ulkus peptikum
Kandungan asam
lambung meningkat
Kontraksi otot
Menimbulkan erosi
dan kontaksi otot
Merangsang
nociseptor di
thalamus
a. Data subjektif :
Nyeri
1) Klien mengatakan
merasa lemah dan Perubahan status
pusing. kesehatan
2) TTV : prostaglanding,
indometasin,
TD : 80/60 mmHg fenibultazon, bakteri
Ulkus peptikum
Pembengkakan dan
pembentukan
jaringan parut
Spasme mukosa
pylorus
Menimbulkan erosi
dan obstruksi jalan
keluar lambung
Refluk makanan
Intake inadekuat
Resiko Perubahan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel III.4
Tabel III.5
Intervensi Keperawatan Pada Klien “ Ny. N” Dengan Gangguan System Pencernaan : Ulkus Peptikum Di Ruang
Perawatan
6) Untuk mencegah
terjadinya
kekurangan nutrisi
dan meningkatkan
nafsu makan klien.
D. Tindakan Keperawatan
Tabel III.6
Tabel III.9