Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“KEPERAWATAN ANAK”

“KONSEP KEPERAWATAN ANAK KRONIS/TERMINAL”

DISUSUN OLEH :

BULAN (190402037)

KEPERAWATAN SEMESTER 5 KELAS B

PRODI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Rahmat-Nya penulis dapat menyelasaikan makalah Keperawatan Anak dengan penyakit
Kronis atau Terminal. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Keperawatan Anak II di jurusan S1 Keperawatan Universitas
Puangrimaggalatung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ery
Wardaningsih S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermafaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengatahuan bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih.

Sengkang, 22 september 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawat individu, keluarga dan
masyarakat, sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan atau memulihkan,
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses terminal (sakratul
maut).

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat
adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk
pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kegiatan biologis-psikologis-sosiologis-
spiritual (APA,1992).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO


yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehatan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibuthkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhhan spiritul pasien. Karena peran perawat
yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan peran perawat tugas mulia
mengantarkan pasien diaakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilitator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini seringkali diabaikan oleh
perawat.padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama dengan pasien terminal yang
di diagnosa harapan sembunnya sangat tipis dan mendekati sakratul maut (terminal).

Menurut Dadang Hawari (1997) “orang yang mengalami penyakit terminal lebih
bnyak menjiwai penyakit kkejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehinngga
pembinaan kerohanian saat klien terminal perlu mendapatkan perhatian khusus” pasien
terminal biasanya rasa depresi yang berat, perasaan marah terhadap ketidakberdayaan
dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di
samping perawat.
B. Rumusan Masalah
Berdaasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pengertian penyakit kronis/terminal ?
2. Bagaimana etiologi penyakit terminal ?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit terminal ?
4. Bagaimmana perilaku pasien terhadap penyakit terminal ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diperlukan pada anak yang mengalami
penyakit terminal ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pengertian penyakit kronis/terminal !
2. Etiologi penyakit kronis/terminal !
3. Manifestasi klinis penyakit kronis/terminal !
4. Prilaku pasien terhadap penyakit terminal
5. Asuhan keperawatan yang diperlukann pada anak yang mengalami penyakit
terminal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Kronis

Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang. Terkadang kematian menyerang
usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.

Kondisi terminal adalah : suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahap proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito, 1995)

Pasien terminal adalah : psien-pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa mereka
akan meningggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens,
dkk, hal 282, 1999)

Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam


kehidupan, karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan, Hidup
beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerimah bahawa itu adalah
kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematin adalah akhir dari kehidupan (P.J.M.
Stevens, dkk, hal 282, 1999). Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada
obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang berfariasi. (Stuard dan
Sundeen, 1995)

Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki
kualitas hidup. (Tim medis RS Kanker Darmis, 1996) kondisi terminal adalah : suatu
proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses
penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito,1995)
Pasien terminal adalah : pasien-pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M.
Stevens, dkk, hal 282, 1999)

Bisa dikatakan bahwa penyakit terminal adalah lanjutan dari penyakit kronik atau
penyakit akut yang sifatnya tidak bisa disembuhkan dan mengarah pada kematian.

Pasein terminal illnes adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai smtadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak
mungkin dapat menyemmbuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus
mendapat perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala prnyakit, namun tidak lagi
berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif pada pasien perawatan
illnes adalah mengendalikan nyeri yang penyakit terminal pada anak dirasakan serta
keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial dan spiritual.
Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illnes adalah orang-orang sakit
yang diagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan lagi diman
prognosisnya adalah kematian.

B. Etiologi
1. Infeksi saluran nafas bawah, pneumonia dan bronkhitis
2. Malaria
3. Diare
4. Campak
5. Tetanus
6. Infeksi salaput otak (meningitis)
7. Difteri
8. Penyakit kanker
9. Akibat kecelakaan fatal
C. Manifestasi Klinis Pada Pasien Terminal
1. Fisik
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur dari ujung kaki dan
ujung jari
b. Aktifitas dari GI berkurang
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
2. Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari
respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil
penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, keakutan, cara tertentu
untuk mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor\rasa sedih diungkapkan dengan mata stengah terbuka atau
menangis
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
D. Prilaku Pasien Terhadap Penyakit Terminal
Kubler Ross (dalam Taylor, 1999) merumuskan lima tahap ketika seseorang
dihadapkan pada kematian antara lain :
1. Danial (penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi
atau yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan
dampaknya. Ini memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri. Degan
beerjalannya waktu, sehinngga tidak refensif secara radikal.
Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika seseorang didiagnosis
menderita terminal illnes. Sebagian besar orang akan merasa shock, terkejut dan
merasa bahwa ini merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah awal penyesuaian
diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit dan hal tersebut merupakan
hal yang normal dan berarti.
2. Anger (marah)
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa
kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat oleh karena
dapat terpicu karena hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan.
Rasa marah ini sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan
kepada siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang secara
emosional punya kedekatan hubungan.
Pasien menderita terminal illnes akan mempertanyakan keadaan dirinya,
mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal. Pasien yang marah akan
melampiaskan kebenciannya pada orang-orang yang sehat seperti teman, anggota
keluarga, maupun staf rumah sakit. Pasien yang tidak dapat mengekspresikan
kemarahannya misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit hati. Pasien yang
sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang kematian,
mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau berusaha melakukan hal-hal
yang menyenangkan yang belum sempat dilakukannya sebelum meninggal.
Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit dihadapi
keluargadan temannya. Keluarga dapat bekerja sama dengan terapis untuk mengerti
bahwa pasien sebenarnya tidak marah kepada mereka tapi pada nasibnya.
3. Bargaining (menawar)
Klien mencoba unntuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar tehindar
dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dengan diam atau dinyatakan
secara terbuka. Secara psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan atau dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan
kemarahannya dalam berbagai strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi
kesehatan, atau melakukan amal, atau tingkah laku lain yang tidak bisa
dilakukannya merupakan tanda bahwa pasien sedang melakukan tawar-menawar
terhadap penyakitnya.
4. Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap dimana pasien
kehilangan kntrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka
akan merasakan kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan
rasa sakit atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat
kehilangan (past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini verbal atau non
verbal merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan
apapun dan siapapun.
Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa ‘anticipatory grief’, dimanaa pasien
akan megisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua tahap,
yaitu ketika pasien berada dalam masa kehilangan aktivitas yang dinilainya
berharga, teman dan kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan
hubungan dimasa depan.
5. Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan
memikirkan kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat
persiapan, memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selat tinggal kepada
teman lama dan anggota keluarga.
Pada tahap penerimaan ini, klien memahami dan menerima keadaanya yang
bersangkutan dengan kehilangan interest dengan lingkungannya, ddapat
menemukan kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk menyiapkan dan
memulai perjalanan panjang.
E. Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Penyakit Terminal
Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada anak yang mengalami
penyakit terminal adalah “PALLIATIVE CARE” tujuan perawatan paliatif ini adalah
guna untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengankematian minimal mendekati
normal, diupayakan dengan perawatan yang baik hinngga pada akkhirnya menuju pada
kematian
1. Palliatif care
a. Memahami kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal
b. Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri dypsnea) dan kondisi
(kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau kesenangan
hidup anak
c. Mengtrol rasa nyeri dan gejala yang lain, masalah psikologis, sosial, atau
spiritual dari anak dalam kondisi terminal.
2. Prinsip dari perawatan palliatif care
a. Menghormati atau menghargai martabat harga diri dari p[asien dan kluarga
pasien
b. Dukungan untuk caregiver
c. Palliatif care merupakan akses yang competemnt dan compassionet
d. Mengembangkan proffessional dan social support untuk pediatric palliatif care
e. Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliatif care melalui penelitian
dan pendidikan
3. Palliatif care plane (rencana asuhan perawataan palliatif)
a. Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai,
guru, staff sekolah dan petugas kesehatan yang profesional
b. Support phisik, emosional, pycososial, dan spiritual khususnya
c. Melibatkan anak pada self care
d. Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit
terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesai
e. Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengharapan dari anak dan
keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT
TERMINAL
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
- Nama : An.A
- Umur : 17 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tempat tanggal lahir : Sengkang, 19 Agustus 2009
- Tanggal Masuk Rs :
- No.RM :
- Diagnosa Medis :
- Nama Orang Tua : Hartono/Marlina
- Pekerjaan : PNS/SPG
- Agama : Islam
- Alamat : Jl.Woltermonginsidi no.50
- Suku bangsa : Bugis
2. Keluhan Utama
Klien masuk Rumah Sakit dengan keluhan pipi kiri muncul benjolan membesar,
kaku, keluat darah, nyeri da tidak bisa tidur
3. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Dua hari Rs pasien mengeluh pipi terasa nyeri, dan mengeluarkan darah, terasa
semakin membesar (sebesar kepala tangan). Pasien tidak bisa tidur sejak
seminggu yang lalu, selalu merasa sedih, apalagi penyakit yang dirasakan
semakin parah. Pasien sering termenung dikamar, kadang menangis sendiri.
Bila sinya selalu mengatakan belum siap meninggal.
- Riwayat kesehatan dahulu
Sejak 6 bulan yang lalu, pipih sebelah kiri merasa menebal dan tumbuh
benjolan sebesar kepala tangan. Dibawah kerumah sakit kemudian dilakukan
operasi, kemudian dirasakan semakin membesar dan mengeluarkan darah.
Pasien kurang puas dengan pengobatan di RS, kemudian berobat ke alternatif
selama 2 bulan. Namun penyakit semakin parah dan tambah benjolan dibawah
dagu dan leher.
- Riwayat kesehatan keluarga
4. Kebiasaan sehari-hari

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
- Suhu : tidak normal >37℃
- Nadi : tidak normal (lemah dan lembut) >70x/i
- Pernafasan : tidak normal >16x/i
- Tekanan darah : yidak normal (menurun)
3. Kepala
- Kulit kepala, rambut rontok, serta bentuk kepala ada kelainan
4. Wajah
- Bentuk wajah simetris
5. Mata
- Konjungtiva : pucat, terdapat lingkaran hitam disekitar mata
- Sclera : ikterik
- Pupil : reflek
6. Telinga
- Pendengaran : pendengaran terkhir hilang pada saat pasien terminal
7. Hidung
- Bentuk hidung : simetris
8. Thorax
- Bentuk dada simmetris, tidak terdapat retraksi supraklavikula, tak terdengan
weezing dan bunyi jantung S ½ murni
9. Abdomen
- Palpasi tak supel
- Nyeri tekan (-)
- Pristaltik (+)
- Teraba keras dipermukaan perut
10. Integumen
- Warna kulit pucak
- Terdapat nyeri tekan pada kulit
- Kulit teraba dingin
11. Ekstermitas
- Terdapat kelemahan fisik
- Kelemahan otot
- Dan kehilangan sensasi dan gerakan pada ekstermitas

NO DATA MASALAH PENYEBAB


1 Ds : - klien mengeluh sulit tidur Gangguan pola tidur Nyeri kronis
- Klien mengatakan
selama di RS tidak bisa
tidur
Do : - tidur 1-2 jam/24jam
- Terdapat lingkaran hiram
disekitar mata
- Sering menguap
2 Ds : - pasien mengatakan setiap Defisit nutrisi Nafsu makan
makan habis ½ porsi kurang dari menurun
karena sulit mengunyah kebutuhan
makanan
- Pasien mengatakan mual
Do : - BB : 40kg TB : 160 cm
- IMT : 18
- Makan habis ½ porsi
- Pengobatan kanke : Mtx
- HB : 6gr/dl
3 Ds : - klien mengatakan belum Kecemasan/ansietas Perubahan status
siap meninggal kesehatan / merasa
- Klien mengatakan tidak khawatir akibat dari
mau sendiri kondisi yang dihadapi
Do : - klien sering menangis
sendiri
- RR : 26x/m
- Nadi : 80x/m
- Td : 90/60 mmHg

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restaint fisik ditandai dengan mengeluh
pola tidur berubah
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ditandai dengan nafsu makan
menurunn
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dngan merasa
khwatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Gangguan pola tidur Setelah melakukan Dukungan tidur
berhubungan dengan tindakan keperawatan Tindakan :
restaint fisik ditandai 1x24jam pola tidur Obsevasi
dengan mengeluh pola membaik - Identifikasi faktor
tidur berubah - Keluhan pola tidur penggangu tidur
berubah : cukup - Identifikasi pola
menurun (4) aktivitas dan tidur
Terapeutik
- Modivikasi
lingkungan
- Fasilitasi
menghilangkan
stres sebelum tidu
Edukasi
- Jelaskan
pentinngnya tidur
cukup selama sakit
- Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur

2 Defisit nutrisi Setelah melakukan Manajemen nutrisi


berhubungan dengan tindakan keperawatan Tindakan :
faktor psikologis ditandai 1x24jam status nutrisi observasi
dengan nafsu makan membaik - Identifikasi status
menurunn - Porsi makan yang nutrisi
dihabiskan : - Monitor asupan
menurun (1) makanan
- Perasaan cepat Terapeutik
kenyang : menurun - Sajikan makanan
(5) secara menarik dan
- Nafsu makan : suhu yang sesuai
sedang (3) Edukasi
- Frekuensi makan : - Anjurkan posisi duduk
membaik (5) Kaloborasi
- Kaloborasi jika perlu

3 Ansietas berhubungan Setelah melakukan Reduksi ansietas


dengan ancaman terhadap tindakan keperawatan Tindakan :
kematian ditandai dngan 1x24jam tingkat Observasi
merasa khwatir dengan ansietas menurun - Identivikasi saat tingkat
akibat dari kondisi yang - Verbalisasi membaik ansietas berubah
dihadapi akibat kondisi yang - Monitor tanda-tanda
dihadapi :sedang (3) ansietas
- Konsentrasi : cukup Terapeutik
membaik (3) - Ciptakan suasana
- Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- Motifasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang mugkin
dialami
- Anjurkan keluarga
tetap bersama
pasien
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
Kaloborasi
- Kaloborasi pemberian
obat jika perlu

E. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Implementasi
1 Gangguan pola tidur - Mengidentifikasi faktor penggangu tidur
berhubungan dengan - Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
restaint fisik ditandai - Modifikasi lingkungan
dengan mengeluh pola tidur - Memfasilitasi menghilangkan stres
berubah sebelum tidur
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Mengajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur
2 Defisit nutrisi berhubungan - Mengidentifikasi status nutrisi
dengan faktor psikologis - Memonitor asupan makanan
ditandai dengan nafsu - Menyajikan makanan secara menarik dan
makan menurunn suhu yang sesuai
- Menganjurkan posisi duduk
3 Ansietas berhubungan - Mengidentifikasi saat ansietas berubah
dengan ancaman terhadap - Memonitor tanda-tanda ansietas
kematian ditandai dngan - Menciptakan suasana terapeutik untuk
merasa khwatir dengan menumbuhkan kepercayaan
akibat dari kondisi yang - Temani pasien untuk mengurangi
dihadapi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Menggunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
- Memotivikasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Menjelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Menganjurkan keluarga tetap bersama
pasien
- Mrnganjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi

F. Evaluasi

No Hari/tanggal/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi keperawatan


1 Minggu, 20 Gangguan pola tidur S : klien mengatakan ingin
september 2021 berhubungan dengan melakukan edukasi tidur
Jam 08.00 restaint fisik ditandai O : klien nampak tenang
dengan mengeluh pola A : masalah tidur belum
tidur berubah teratasi
P : lanjutkan intevensi
2 Minggu, 20 Defisit nutrisi S : klien mengatakan belum
september 2021 berhubungan dengan bisa memilih asupan makanan
Jam 12.00 faktor psikologis ditandai yang baik
dengan nafsu makan O : klien nampak pucat
menurunn A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 Minggu, 20 Ansietas berhubungan S : klien mengatakan cemas
september 2021 dengan ancaman terhadap dengan penyakitnya
Jam 14.00 kematian ditandai dngan O : klien nampak mencoba
merasa khwatir dengan untuk menghilangkan
akibat dari kondisi yang kecemasanya
dihadapi A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
4 Senin, 21 Gangguan pola tidur S : klien mengatakan sudah
september 2021 berhubungan dengan bisa tidur tapi masih
Jam 08.00 restaint fisik ditandai mengtakan tidurnya belum
dengan mengeluh pola teratur
tidur berubah O : klien nampak tidak tenang
saat tidur dengan posisi
nyaman
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
5 Senin, 21 Defisit nutrisi S : klien mengatakan makanan
september 2021 berhubungan dengan yang disajikan sudah sesuai
Jam 12.00 faktor psikologis ditandai dengan keinginannya
dengan nafsu makan O : klien nampak bersemangat
menurunn A : masalah teratasi
P : intervensi selesai
6 Senin, 21 Ansietas berhubungan S : klien mengatakan sudah
september 2021 dengan ancaman terhadap bisa mengatasi kecemasannya
Jam 14.00 kematian ditandai dngan O : klien nampak memahami
merasa khwatir dengan situasi yang membuat ansietas
akibat dari kondisi yang A : masalah teratasi
dihadapi P : intervensi di hentikan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehinggan sangat dekat dengan
proses kematian. Penyakit kronis adalah suatu penyakit yang perjalanannya berlangsung
lama, bertahun-tahun, bertambah berat menetap dan sering kambuh. Respon klien dalam
kondisi terninal sangat individual tergantung dari fisik, psikologis, sosial yang dialami
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini
mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien terminal. Orang
yang telah lama hidup sendiri terisolasi akibat kondisiggerminal dan menderita penyakit
kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peradaan terhadap
penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perrpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. Seseorang yang menghadapi
kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai
kejadian dan dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien
terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol
terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis
yang diaakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.

B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat
harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial yang unik.
3. Perawat harus toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya, dan
untuk mempertahankan kualitas hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA
Dian Al Mira. 2012. Makalah Penyakit Kronis
http://dianalmira.blogspot.ca/2012/12/makalah-penyakit-kronnis.html.diakses
pada hari rabu, 19 dessember 2012

tekek Ngambang. 2013. Askep Klien Penyakit Terminal.


http://thinkgoodone.blogspot.ca.2013/09/askep-klien-penyakit-terminal.html.
diakses pada tanggal 17 juli 2013

Anita Tjie,dkk.2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi.2010. Buku Ajar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai