Oleh :
Msy Hartina Ulfa
04021181419010
Palembang, Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………... i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. 2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mendefinisikan kondisi seseorang yang mendekati kematian?
1.2.2 Bagaimana konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal?
1.2.3 Bagaimana peran keluarga terhadap pasien yang mendekati kematian?
1.2.4. Aspek Empati apa saja yang dimiliki perawat pada pasien terminal?
I. 3. Tujuan
1.3.1 Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang mendekati kematian.
1.3.2 Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.
1.3.3 Mengetahui peran keluarga terhadap pasien yang mendekati kematian.
1.3.4 Mengetahui aspek – aspek empati yang dimiliki perawat pada pasien terminal.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian
Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau
kematian. Sedangkan secara defenitif, kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-
paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat dari tiga
sudut pandang tentang defenisi kematian,yakni, kematian jaringan;kematian otak,yakni
kerusakan otak yang tidak dapat pulih; dan kematian klinik, yakni kematian orang tersebut.
Keadaan Termal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
Kematian adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami
atau menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu
kehilangan.
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan
meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan
dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif
seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses
pengobatan dan perawatan yang panjang.
Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai
dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidakberdayaan, dan akhirnya
kematian. Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat penyakit kronis dan
terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya, dokter dan perawat lebih mudah menghadapi
kematian yang muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan dengan baik untuk
berhadapan dengan ancaman kematian.
Macam tingkat Kesadaran atau Pengertian dari Pasien dan Keluarganya terhadap
Kematian
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type :
a. Closed Awareness atau Tidak Mengerti.
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang
diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat
menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya.
Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh,
kapan pulang dan sebagainya.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu
yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
c. Open Awareness atau Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat
akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
II. 3 Peran Keluarga
Dalam konsisi kritis, kehadiran keluarga di sisi pasien juga sangat berguna sebagai saksi
terhadap semua tindakan yang telah dilakukan. Dengan demikian saat kondisi pasien
dinyatakan meninggal setelah dilakukan tindakan resusitasi, maka keluarga akan merasa
bahwa usaha sudah benar-benar dilaksanakan secara maksimal sehingga keluarga akan
memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim kesehatan dan pasien
dianggap meninggal dengan tenang.
Kehadiran keluarga juga akan memberikan support dan kenyamanan pada pasien,
mempercepat proses pengambilan keputusan, memahami situasi kritis, membantu proses
koping dan berduka, membantu menurunkan kecemasan dan ketakutan anggota keluarga lain
(Kosowan and Jenses, 2010).
Namun, pada beberapa kondisi, keluarga pasien seharusnya tidak diijinkan berada di
samping pasien saat proses RJP. Contoh kondisi yang tidak memperbolehkan keluarga
dihadirkan di samping pasien adalah kondisi emosi anggota keluarga yang labil, sehingga
dikhawatirkan akan mengganggu proses RJP.
Kehadiran keluarga pasien saat tindakan resusitasi juga berdampak kepada perawat
maupun tim kesehatan lain, diantaranya berdampak pada tingkat kepercayaan diri dalam
melakukan tindakan. Akan tetapi kepercayaan diri tersebut akan tumbuh selama ada edukasi,
policy serta prosedur yang jelas tentang kehadiran keluarga pasien saat tindakan resusitasi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis,
social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal
ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Empati merupakan sebuah pengalaman untuk melihat tingkat emosi orang lain dimana
lebih lanjutnya empati dapat mendatangkan hasil klinis yang baik dari komunikasi
dan trust yang dibangun antara perawat-klien. Empati itu sendiri dapat muncul ketika pasien
merasakan sakit secara fisik khususnya pasien dengan terminal kehidupan. Dalam empati bisa
mencakup beberapa aspek yaitu aspekcompassionate care, emotional
detachment, dan perspective taking.
III. 2 Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk
dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam
hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien menjelang
ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan
kualitas hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk meraih
kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan
intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan
perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus
dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values.
California : Addison Wesley
Muchtar, Ruslan. Konsep Kematian. Scribc, http://www.scribd.com/doc/15584906/KDM-
Konsep-kematian. Diakses tanggal 01 Mei 2015 pukul 19.00 WIB.
Setyopranoto, I. 2008. Pendekatan evidence based medicine pada manajemen stroke perdarahan
intraserebral, CDK 165, vol. 35, no. 6, pp. 321-327,http://www.ugm.ac.id, Diakses tanggal 01
Mei 2015 pukul 19.00 WIB.
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to
Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA