Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah
membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual
(APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO


yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat
yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan
bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak
sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal
mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang
berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir
kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang
didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk
menghadapi alam yang kekal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Penyakit Terminal

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif
menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu (Kubler-Ross, 1969).

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada
stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya
bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup). ( Tim
medis RS Kanker Darmais, 1996)

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003)

Pada pasien penyakit terminal akan melalui fase – fase berduka akibat kekhwatiran
akan penyakitnya. Sering kali penyakit terminal membawa efek psikologis terhadap
klien, seperti kekhawatiran berlebihan akan penyakit atau kondisis yang akan dialami,
serta kekawatiran akan kematian yang disebabkan oleh penyakitnya. Kehilangan aspek
diri biasanya dialami oleh pasien terminal, akibat kondisi tubuh yang semakin melemah,
terjadi penurunan kemampuan fisik, dan diikuti perubahan citra tubuh, yang
menyebabkan kehilangan pada aspek diri klien.
Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan
terakhir kehidupan dimana bertujuan:

1) Mempertahankan hidup
2) Menurunkan stress
3) Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin (Weisman)

Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang dialami oleh
siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan nyeri dan
takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan
mengurusnya.

Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga,
kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk menghindari
hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan
dengan penyakit yang dideritanya.

2. Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Lingkungan sosial dan budaya
c. Faktor Jenis Kelamin
d. Faktor Tingkat Pendidikan
e. Faktor Ekonomi
f. Faktor Pengetahuan
g. Faktor Lama Rawat Inap
h. Faktor Caring Perawat
3. Pathway
4. Klasifikasi
a. Penyakit-penyakit kanker stadium akhir.
b. Penyakit-penyakit infeksi.
c. Congestif Renal Falure (CRF).
d. Stroke Multiple Sklerosis.
e. Akibat kecelakaan fatal.
f. AIDS
g. Diabetes Militus Tipe II

5. Tanda dan Gejala

Ciri – Ciri Penyakit Terminal

a. Penyakit tidak dapat disembuhkan


b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif

Fisik

a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan
ujung jari
b. Aktifitas dari GI berkurang
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
Psikososial

Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari


respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil
penelitiannya yaitu :

a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu untuk
mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
b. Hubungan dengan orang lain

Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan


secara interpersnal serta akibat penolakan. Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah
mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit
terminal :

1. Denial ( Pengingkaran )

Tidak percaya telah terjadi kehilangan. Tidak siap mengatasi masalah praktis, seperti
pasien yang mengalami penyakit terminal tidak siap atau tidak dapat menerima bahwa
dirinya terkena penyakit terminal. Biasanya klien dapat menunjukan keceriaan palsu
sehingga memperlama penyangkalan.

Reaksi pada Fase Denial :

Psikologi

a) Syok
b) Tidak percaya
c) Tidak tahu harus berbuat apa
d) Mengingkari Kenyataan

Fisik

a) Letih
b) Lemah
c) Pucat
d) Mual
e) Diare
f) Menangis
g) Gangguan Pernafasan
h) Gelisah
i) Detak jantung meningkat

2. Anger ( Marah )

Pada fase ini pasien dapat mengarahkan kemarahan kepada petugas medis atau
perawat yang melakukan kegiatan atau tindakan normal yang tidak mengganggu mereka.

Reaksi pada fase anger :

Perilaku

a) Agresif
b) Bicara kasar
c) Menyerang orang lain
d) Menolak pengobatan
e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten

Fisik

a) Muka merah
b) Denyut nadi cepat
c) Gelisah
d) Susah tidur
e) Tangan mengepal

3. Bargaining (Tawar-Menawar)

Klien berusaha melakukan tawar menawar terhdap penyakitnya, biasanya klien takut
akan kondisinya yang semakin parah dan juga kematian akibat penyakitnya. Klien
mengalami masa ketakutan akibat rasa bersalah atau dosa apabila dia mengalami
kematian akibat penyakit terminalnya.
4. Depretion ( Depresi )

Fase dimana ketika klien mengingat akan kondisi penyakitnya, dan memikirkan dan
mendapatkan tekanan dari kondisinya. Pada fase ini klien biasanya mengingat hal – hal
menarik dalam hidupnya, dan takut kehilangan semua momen atau hal tersebut apabila
klien harus meninggalkan semuanya akibat penyakit terminal yang ia derita. Klien
biasanya cenderung menutup diri, cemas, dan menangis, serta klien dapat menarik diri
dari lingkungan sosial.

Perilaku

a) Menunjukan sikap menarik diri


b) Kadang bersikap sangat penurut
c) Tidak mau bicara
d) Menyatakan keputusasaan
e) Rasa tidak berharga
f) Bisa muncul keinginan bunuh diri

Gejala fisik

a) menolak makan
b) susah tidur
c) letih
d) libido turun

5. Acceptance ( Penerimaan)

Pada fase ini biasanya klien telah menerima kondisinya. Klien membutuhkan
perhatian dari orang – orang terdekatnya, untuk memotivasi psikologis klien dalam
menghadapi penyakit terminal nya, dan juga menghadapi kematian yang akan terjadi
padanya. Klien juga biasanya telah merencanakan atau menata kehidupannya dalam
kondisinya.

Reaksi pada fase acceptance:

a) Reorganisasi perasaan kehilangan


b) Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
c) Menerima kenyataan kehilangan
d) Mulai memandang ke depan.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN/PENATALAKSANAAN MEDIS

I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian terhadap identitas klien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Suku
f. Bangsa
g. Alamat
h. Dx Medis
i. Sumber Biaya
j. Sumber Informasi
k. No.RM
l. Tanggal Masuk Rumah Sakit
m. Ruangan

2. Pengkajian terhadap identitas penangguang jawab klien (keluarga)


a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Suku
f. Bangsa
g. Alamat
h. Hubungan Dengan Klien

3. Pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien


a. Alasan masuk rumah sakit
b. Keluhan utama
c. Kronologi keluhan
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Riwayat kesehatan keluarga

4. Mengkaji kebutuhan dasar klien berdasarkan teori 14 dasar kebutuhan dasar


manusia
a. Bernapas
b. Makan dan minum
c. Gerak aktivitas
d. Eliminasi
e. Istirahat tidur
f. Kebersihan diri
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Rasa aman
i. Rasa nyaman
j. Sosial
k. Prestasi dan produktivitas
l. Rekreasi
m. Belajar
n. Spiritual

5. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien


6. Mengkaji data penunjang klien
7. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien dan kesiapan
keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit terminal yang sulit disembuhkan
:
 Fase Denial
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap denial (penolakan) yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan
penyakit terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala
pada fase ini sesuai teori.
 Fase Anger
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap anger (marah) yang ditunjukan
keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit
terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori. Pada fase ini perawat mengkaji hanya berdasarkan observasi
sebab kluarga pasien tidak mungkin menjawab pertanyan perawat pada
fase ini.
 Fase Bargaining (Tawar Menawar)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap bargaining (tawar menawar)
yang ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan
penyakit terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala
pada fase ini sesuai teori. Pada fase ini perawat masih bisa mengkaji klien
dengan wawancara namun perhatikan kuantitas serta kulitas pertanyaan
untuk menjaga kestabilan kondisi keluarga klien.
 Fase Depresi
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap depresi yang ditunjukan
keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit
terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini
sesuai teori. Pada tahap ini perawat dapat mengkaji keluarga klien namun
sedikit, dan terkadang tidak mendapatkan respon sebab kondisi keluarga
klien dalam keadaan tertekan, dan perawat dapat mengkomunikasikan
kondisi keluarga klien.
 Fase Acceptance (Penerimaan)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap acceptance (penerimaan) yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan
penyakit terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala
pada fase ini sesuai teori. Pada kondisi ini perawat lebih leluasa mengkaji
kondisi kesiapan keluarga klien dalam menghadapi resiko kehilangan
klien yang mengalami penyakit terminal, sebab pada gfase ini kleuarga
klien biasanya mulai pasrah atau sudah dapat menerima kondisi
kerabatnya.
II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Dukacita

Definisi

Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan
kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari
mereka.

Batasan Karakteristik

1. Perubahan tingkat aktivitas


2. Perubahan pola mimpi
3. Perubahan fungsi imun
4. Gangguan fungsi neuroendokrin
5. Marah
6. Menyalahkan
7. Berpisah/menarik diri
8. Putus asa
9. Disorganisasi/kacau
10. Gangguan pola tidur
11. Mengalami kelegaan
12. Memelihara hubungan dengan klien dengan penyakit terminal
13. Membuat makna kehilangan
14. Kepedihan
15. Perilaku panik
16. Pertumbuhan personal
17. Distres psikologis
18. Menderita

Faktor yang berhubungan

1. Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna


2. Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
3. Kematian orang terdekat
4. Kehilangan objek penting

b. Ketidakefektifan Koping

Defenisi :

Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak


adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau tidak mampuan untuk menggunakan
sumber daya yang tersedia.

Batasan Karakteristik

1. Perubahan pada pola komunikasi yang biasa


2. Penurunan penggunaan dukungan sosial
3. Perilaku destruktif terhadap orang lain
4. Letih, Angka penyakit yang tinggi
5. Ketidak mampuan memperhatikan informasi
6. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
7. Ketidak mampuan memenuhi harapan peran
8. Pemecahan masalah yang tidak adekuat
9. Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
10. Kurangnya resolusi masalah
11. Konsentrasi buruk
12. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
13. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
14. Pengambilan resiko, gangguan tidur
15. Penyalahgunaan zat
16. Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaptif

Faktor yang berhubungan

1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman, melepas tekanan


2. Gangguan dalam pole melepaskan tekanan/ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajad ancaman yang tinggi
5. Ketidak mampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Sumber yang tersedia tidak adekuat
7. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
8. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah
9. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
10. Ketidak adekuatan kesempatan bersiap terhadap stresor
11. Krisis muturasi, krisis situasi
12. Ragu

c. Ketidakefektifan Koping Keluarga

Defenisi

Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang membatasi
kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif menangani tugas
penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.

Batasan Karakteristik

1. Pengabaian
2. Agresi agitasi
3. Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
4. Peningkatan ketergantungan klien
5. Depresi
6. Membelot
7. Tidak menghormati kebutuhan klien
8. Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan
9. Permusuhan
10. Ganguan Individualisasi
11. Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri sendiri
12. Intoleran
13. perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia
14. hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain
15. terlalu khawatir terus menerus mengenai klien
16. psikosomatis
17. penolakan
18. merasakan tanda penyakit klien

Faktor Yang Berhubungan

1. Penanganan resistensi keluarga terhadap pengobatan yang berubah – ubah


2. Gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat dengan klien untuk
menangani tugas adaptif
3. Gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat
4. Hubungan keluarga yang sangat ambivalen
5. Orang terdekat lama tidak mengungkapkan perasaan (miasalkan rasa bersalah,
cemas, permusuhan, putus asa)

III. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tindakan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Duka cita 1) Menunjukkan 1) Tentukan pada tahap 1) Pengkajian data dasar
rasa pergerakan ke berduka mana pasian yang akurat adalah
arah resolusi dari terfiksasi. Identifikasi penting untuk
rasa duka dan perilaku-perilaku yang perencanaan
harapan untuk masa berhubungan dengan keperawatan yang
depan tahap ini. efektif bagi pasien yang
berduka.
2) Fungsi pada
tingkat adekuat, ikut 2) Kembangkan 2) Rasa percaya
serta dalam hubungan saling percaya merupakan dasar unutk
pekerjaan dan AKS dengan pasien. suatu kebutuhan yang
Perlihatkan empati dan terapeutik.
perhatian. Jujur dan
tepati semua janji

3) Perlihatkan sikap 3) Sikap menerima


menerima dan menunjukkan kepada
membolehkan pasien pasien bahwa anda
untuk mengekspresikan yakin bahwa ia
perasaannya secara merupakan seseorang
terbuka pribadi yang bermakna.
Rasa percaya
4) Dorong pasien untuk meningkat.
mengekspresikan rasa
marah. 4) Pengungkapan secara
verbal perasaan dalam
suatu lingkungan yang
tidak mengancam dapat
membantu pasien
sampai kepada
hubungan dengan
persoalanpersoalan yang
5) Bantu pasien untuk belum terpecahkan.
mengeluarkan
kemarahan yang 5) Latihan fisik
terpendam dengan memberikan suatu
berpartisipasi dalam metode yang aman dan
aktivitas-aktivitas efektif untuk
motorik kasar (mis, mengeluarkan
joging, bola voli,dll) kemarahan yang
terpendam.
6) Ajarkan tentang
tahap-tahap berduka 6) Pengetahuan tentang
yang normal dan perasaanperasaan yang
perilaku yang wajar yang berhubungan
berhubungan dengan dengan berduka yang
setiap tahap. normal dapat menolong
mengurangi beberapa
perasaan bersalah
menyebabkan timbulnya
7) Dorong pasien untuk responrespon ini.
meninjau hubungan
dengan konsep 7) Pasien harus
kehilangan. menghentikan persepsi
idealisnya dan mampu
menerima baik aspek
positif maupun negatif
dari konsep kehilangan
sebelum proses berduka
8) Komunikasikan selesai seluruhnya.
kepada pasien bahwa
menangis merupakan 8) Menangis merupakan
hal yang dapat diterima. hal yan wajar dalam
menghadapi kehilangan
9) Bantu pasien dalam
memecahkan
masalahnya sebagai 9) Umpan balik positif
usaha untuk menentukan meningkatkan harga diri
metoda-metoda koping dan mendorong
yang lebih adaptif pengulangan perilaku
terhadap pengalaman yang diharapkan.
kehilangan.

10) Dorong pasien untuk


menjangkau dukungan
spiritual selama waktu 10) Memenuhi
ini dalam bentuk apapun kebutuhan spiritual klien
yang diinginkan
untuknya.
2. Ketidak Decision making Decision making
efektifan Role inhasmet Sosial 1) Menginformasikan 1) Informasi dapat
koping suport Kriteria hasil klien alternatif atau mengurangi perasaan
berhubungan solusi lain penanganan tanpa harapan dan tidak
dengan 1) Mengidentifikasi berguna. Keikutsertaan
penyakit pola koping yang dalam perawatan akan
terminal efektif meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri.
2) Mengungkapkan
secara verbal tentang 2) Memfasilitasi klien 2) Meningkatkan
koping yang efektif untuk membuat perasaan kontrol dan
keputusan keikutsertaan dalam
3) Mengatakan situasi dimana orang
penurunan stres terdekat tidak dapat
berbuat banyak.
4) Klien mengatakan
telah menerima 3) Bantu klien untuk 3) Memberikan
tentang keadaanya mengidentifikasi wawasan mengenai
keuntungan, kerugian pemikiran,/faktorfaktor
5) Mampu dari keadaan yang berhubungan
mengidentifikasi dengan situasi individu.
strategi tentang Kepercayaan akan
koping meningkatkan persepsi
pasien tentang situasi
dan partisipasi dalam
regimen keperawatan.
Role inhancement
1) Bantu klien untuk 1) Menurunkan ansietas
mengidentifikasi macam dan menyediakan
– macam nilai kontrol bagi pasien
kehidupan selama situasi krisis

2) Bantu klien 2) Untuk mengatasi


identifikasi strategi ketegangan dan
positif untuk mengatur memelihara rasa kontrol
pola nilai yang dimiliki individu
Coping enhancement 1) Menyiapkan status
1) Anjurkan klien untuk mental pasien agar
mengidentifikasi mampu menerima
gambaran perubahan perubahan peran yang
peran yang realistis terjadi

2 ) Agar pasien yakin


2) Gunakan pendekatan dan mau kooperatif
tenang dan meyakinkan dalam pemberian
informasi

3) Pasien lebih mampu


3) Hindari pengambilan menerima informasi
keputusan pada saat dengan jelas
klien berada dalam stres
berat
4) Agar keluarga bisa
4) Berikan informasi mengerti dan menerima
actual yang terkait sehingga tahap anger
dengan diagnosis, terapi bisa ditekan
dan prognosis

Intervensi lainnya 1) Memonitor


1) Mengobservasi TTV perkembangan status
klien kesehatan pasien

2) Menghargai
2) Memenuhi kebutuhan kehidupan klien dengan
dasar klien tetap memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhannya demi
mempertahankan
hidupnya
3. Ketidak 1) Family coping, Coping enhanchement 1) Pasien mendapatkan
mampuan disable 1) Bantu keluarga dalam dukungan dan bantuan
koping 2) Perenting, mengenal masalah dari keluarga dalam
keluarga impaired menghadapi
berhubungan 3) Therapeutic penyakitnya
dengan regimen 2) Dorong partisipasi
kehilangan management, keluarga dalam semua 2) Partisipasi seluruh
ineffective pertemuan kelompok anggota keluarga dalam
4) Violence: other menyelesaikan masalah
directed, risk for yang efektif
3) Dorong keluarga
Kriteria hasil untuk memperlihatkan 3) Simpati dari keluarga
1) Hubungan kekhawatiran dan untuk meningkatkan harga diri
pemberi asuhan membantu perawatan pasien.
klien: interaksi dan pascahospitalisasi
hubungan yang
positif antara 4) Bantu memotivasi
pemberi dan keluarga untuk berubah 4) Membantu orang
penerima asuhan membantuklien untuk terdekat dengan pasien
beradaptasi dengan untuk meyakinkan
2) Performa pemberi persepsi stresor, pasien agar menerima
asuhan perawatan perubahan, atau apa yang terjadi dan
lansung : penyediaan ancaman yang berkeinginan untuk
perawatan kesehatan mengganggu membagi masalah
dan perawatan pemenuhan tuntutan dan pasien dengan keluarga
personal yang tepat peran hidup
kepada anggota
keluarga oleh 5) Dukungan emosi ; 5) Mengungkapkan
pemberi keperawata memberikan perasaan pada diri
n keluarga penenangan, pasien yang tidak
3) Peforma penerimaan, dan terselesaikan
pemberian asuhan dorongan selama
perawatan tidak periode stres
langsung :
pengaturan dan 6) Memfasilitasi
pengawasa n partisipasi keluarga
perawatan yang dalam perawatan emosi 6) Proses koping
sesuai bagi anggota fisik klien keluarga terjadi dengan
keluarga oleh efektif
pemberi perawatan 7) Dukungan keluarga :
keluarga meningkatkan nilai,
minat, dan tujuan 7) Meningkatkan
4) Kesejahtera an keluarga hubungan keluarga
pemberi asuhan : dengan klien
derajat persepsi 8) Panduan sistem
positif mengenai kesehatan :
status kesehatan dan memfasilitasi lokal klien 8) Peningkatan
kondisi dan penggunaan kesehatan pasien dengan
pelayanan kesehatan memberikan pelayanan
5) Potensial yang sesuai sesuai kebutuhan pasien
ketahanan pemberi
asuhan : faktor yang 9) Mendorong pasien
meningkatk an mencari dorongan
kontinuitas spiritual , jika 9) Memberikan
perawatan oleh diperlukan pemahaman tentang
pemberi perawatan esensi kehidupan dan
keluarga dalam kematian
periode waktu yang 10) Bantu anggota
lama keluarga dalam 10) Untuk mencari
mengklarifikasi apa bantuan sesuai
6) Koping keluarga : yang mereka harapkan kebutuhan akan
tindakan keluarga dan butuhkan satu sama membuat mereka
untuk mengelola lain memilih untuk
stresor yang mengambil keuntungan
membebani sumber dari apa yang tersedia
– sumber keluarga Caregiver support
1) Menyediakan
7) Normalisasi informasi penting, 1) Membantu
keluarga ; kapasitas advokasi, dan dukungan pasien/orang terdekat
sistem keluarga yang dibutuhkan untuk untuk mengilhami solusi
dalam mempertah memfasilitasi perawatan yang mungkin
ankan rutinitas dan primer pasien selain dari (memberikan
mengemba ngkan profesional kesehatan pertimbangan pro dan
strategi untuk kontra bagi setiap
mengoptim alkan masalah) sehingga
fungsi jika ada mampu mengambil
anggota keluarga Family support keputusan yang baik
yang sakit kronis Intervensi lainnya
atau mengalami 1) Mengobservasi TTV
ketunadaya an klien 1) Memantau
perkembangan kondisi
8) Mampu pasien
mengatasi masalah 2) Memenuhi kebutuhan
keluarga dasar klien 2) Mempertahankan
hidup pasien
9) Mencari bantuan
keluarga bila perlu

10) Mencapai
stabilitas finansial
untuk memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga

11) Mampu
menyelesai kan
konflik tanpa
kekerasan

12) Memperlih atkan


fleksibelitas peran
13) Mengungka
pkan peningkatan
kemampuan untuk
melakukan koping
terhadap perubahan
dalam struktur
dinamika keluarga

14) Mengungka
pkan perasaan yang
tidak terselesaikan

15) Identifikasi gaya


koping yang
bertentangan

16) Partisipasi dalam


pengemban gan dan
implementa si
rencana keperawatan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien terminal. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal
dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani


hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai.

A. Saran

1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan
klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya
dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang
ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien
harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan
keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi
tentang perawatan diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Mediaction

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Bandung.

portalgaruda.org. diakses pada 30 Mei 2015

Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal. Lamongan.

www.e-jurnal.com. diakses pada 30 Mei 2015

AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal Ditinjau

Dari Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. diakses pada 30


Mei 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas tentang “Askep Pada Pasien
terminal Illnes”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan berguna dalam hal menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Askep Pada Pasien terminal Illnes”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna.oleh sebab itu, kami
sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
ada saran yang membangun.

Akhirnya kami berharap semoga tugas ini berguna untuk mahasiswa lainnya pada
umumnya dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Manado, September 2019

Kelompok III

TUGAS : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALIATIF


”Asuhan Keperawatan Pada Pasien terminal
Illnes”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

Pathricia J. N. Lumolos (1714201061)

Novia I. Mahipe (1714201052)

Dwi P. Machuri 1714201547)

Agustinus Ratuanik (1714201041)

Rival I. Lakupali (1714201048)

Riti Y. P. Bunaen (1714201067)

Marpin Kenelak (1714201046)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2019

Anda mungkin juga menyukai