PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah
membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual
(APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang
berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir
kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang
didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk
menghadapi alam yang kekal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif
menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu (Kubler-Ross, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada
stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya
bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup). ( Tim
medis RS Kanker Darmais, 1996)
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak
hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003)
Pada pasien penyakit terminal akan melalui fase – fase berduka akibat kekhwatiran
akan penyakitnya. Sering kali penyakit terminal membawa efek psikologis terhadap
klien, seperti kekhawatiran berlebihan akan penyakit atau kondisis yang akan dialami,
serta kekawatiran akan kematian yang disebabkan oleh penyakitnya. Kehilangan aspek
diri biasanya dialami oleh pasien terminal, akibat kondisi tubuh yang semakin melemah,
terjadi penurunan kemampuan fisik, dan diikuti perubahan citra tubuh, yang
menyebabkan kehilangan pada aspek diri klien.
Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan
terakhir kehidupan dimana bertujuan:
1) Mempertahankan hidup
2) Menurunkan stress
3) Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin (Weisman)
Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang dialami oleh
siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan nyeri dan
takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan
mengurusnya.
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga,
kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk menghindari
hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan
dengan penyakit yang dideritanya.
2. Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Lingkungan sosial dan budaya
c. Faktor Jenis Kelamin
d. Faktor Tingkat Pendidikan
e. Faktor Ekonomi
f. Faktor Pengetahuan
g. Faktor Lama Rawat Inap
h. Faktor Caring Perawat
3. Pathway
4. Klasifikasi
a. Penyakit-penyakit kanker stadium akhir.
b. Penyakit-penyakit infeksi.
c. Congestif Renal Falure (CRF).
d. Stroke Multiple Sklerosis.
e. Akibat kecelakaan fatal.
f. AIDS
g. Diabetes Militus Tipe II
Fisik
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan
ujung jari
b. Aktifitas dari GI berkurang
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
Psikososial
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu untuk
mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
b. Hubungan dengan orang lain
1. Denial ( Pengingkaran )
Tidak percaya telah terjadi kehilangan. Tidak siap mengatasi masalah praktis, seperti
pasien yang mengalami penyakit terminal tidak siap atau tidak dapat menerima bahwa
dirinya terkena penyakit terminal. Biasanya klien dapat menunjukan keceriaan palsu
sehingga memperlama penyangkalan.
Psikologi
a) Syok
b) Tidak percaya
c) Tidak tahu harus berbuat apa
d) Mengingkari Kenyataan
Fisik
a) Letih
b) Lemah
c) Pucat
d) Mual
e) Diare
f) Menangis
g) Gangguan Pernafasan
h) Gelisah
i) Detak jantung meningkat
2. Anger ( Marah )
Pada fase ini pasien dapat mengarahkan kemarahan kepada petugas medis atau
perawat yang melakukan kegiatan atau tindakan normal yang tidak mengganggu mereka.
Perilaku
a) Agresif
b) Bicara kasar
c) Menyerang orang lain
d) Menolak pengobatan
e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
Fisik
a) Muka merah
b) Denyut nadi cepat
c) Gelisah
d) Susah tidur
e) Tangan mengepal
3. Bargaining (Tawar-Menawar)
Klien berusaha melakukan tawar menawar terhdap penyakitnya, biasanya klien takut
akan kondisinya yang semakin parah dan juga kematian akibat penyakitnya. Klien
mengalami masa ketakutan akibat rasa bersalah atau dosa apabila dia mengalami
kematian akibat penyakit terminalnya.
4. Depretion ( Depresi )
Fase dimana ketika klien mengingat akan kondisi penyakitnya, dan memikirkan dan
mendapatkan tekanan dari kondisinya. Pada fase ini klien biasanya mengingat hal – hal
menarik dalam hidupnya, dan takut kehilangan semua momen atau hal tersebut apabila
klien harus meninggalkan semuanya akibat penyakit terminal yang ia derita. Klien
biasanya cenderung menutup diri, cemas, dan menangis, serta klien dapat menarik diri
dari lingkungan sosial.
Perilaku
Gejala fisik
a) menolak makan
b) susah tidur
c) letih
d) libido turun
5. Acceptance ( Penerimaan)
Pada fase ini biasanya klien telah menerima kondisinya. Klien membutuhkan
perhatian dari orang – orang terdekatnya, untuk memotivasi psikologis klien dalam
menghadapi penyakit terminal nya, dan juga menghadapi kematian yang akan terjadi
padanya. Klien juga biasanya telah merencanakan atau menata kehidupannya dalam
kondisinya.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN/PENATALAKSANAAN MEDIS
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian terhadap identitas klien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Suku
f. Bangsa
g. Alamat
h. Dx Medis
i. Sumber Biaya
j. Sumber Informasi
k. No.RM
l. Tanggal Masuk Rumah Sakit
m. Ruangan
Definisi
Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan
kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari
mereka.
Batasan Karakteristik
b. Ketidakefektifan Koping
Defenisi :
Batasan Karakteristik
Defenisi
Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang membatasi
kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif menangani tugas
penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
Batasan Karakteristik
1. Pengabaian
2. Agresi agitasi
3. Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
4. Peningkatan ketergantungan klien
5. Depresi
6. Membelot
7. Tidak menghormati kebutuhan klien
8. Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan
9. Permusuhan
10. Ganguan Individualisasi
11. Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri sendiri
12. Intoleran
13. perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia
14. hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain
15. terlalu khawatir terus menerus mengenai klien
16. psikosomatis
17. penolakan
18. merasakan tanda penyakit klien
2) Menghargai
2) Memenuhi kebutuhan kehidupan klien dengan
dasar klien tetap memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhannya demi
mempertahankan
hidupnya
3. Ketidak 1) Family coping, Coping enhanchement 1) Pasien mendapatkan
mampuan disable 1) Bantu keluarga dalam dukungan dan bantuan
koping 2) Perenting, mengenal masalah dari keluarga dalam
keluarga impaired menghadapi
berhubungan 3) Therapeutic penyakitnya
dengan regimen 2) Dorong partisipasi
kehilangan management, keluarga dalam semua 2) Partisipasi seluruh
ineffective pertemuan kelompok anggota keluarga dalam
4) Violence: other menyelesaikan masalah
directed, risk for yang efektif
3) Dorong keluarga
Kriteria hasil untuk memperlihatkan 3) Simpati dari keluarga
1) Hubungan kekhawatiran dan untuk meningkatkan harga diri
pemberi asuhan membantu perawatan pasien.
klien: interaksi dan pascahospitalisasi
hubungan yang
positif antara 4) Bantu memotivasi
pemberi dan keluarga untuk berubah 4) Membantu orang
penerima asuhan membantuklien untuk terdekat dengan pasien
beradaptasi dengan untuk meyakinkan
2) Performa pemberi persepsi stresor, pasien agar menerima
asuhan perawatan perubahan, atau apa yang terjadi dan
lansung : penyediaan ancaman yang berkeinginan untuk
perawatan kesehatan mengganggu membagi masalah
dan perawatan pemenuhan tuntutan dan pasien dengan keluarga
personal yang tepat peran hidup
kepada anggota
keluarga oleh 5) Dukungan emosi ; 5) Mengungkapkan
pemberi keperawata memberikan perasaan pada diri
n keluarga penenangan, pasien yang tidak
3) Peforma penerimaan, dan terselesaikan
pemberian asuhan dorongan selama
perawatan tidak periode stres
langsung :
pengaturan dan 6) Memfasilitasi
pengawasa n partisipasi keluarga
perawatan yang dalam perawatan emosi 6) Proses koping
sesuai bagi anggota fisik klien keluarga terjadi dengan
keluarga oleh efektif
pemberi perawatan 7) Dukungan keluarga :
keluarga meningkatkan nilai,
minat, dan tujuan 7) Meningkatkan
4) Kesejahtera an keluarga hubungan keluarga
pemberi asuhan : dengan klien
derajat persepsi 8) Panduan sistem
positif mengenai kesehatan :
status kesehatan dan memfasilitasi lokal klien 8) Peningkatan
kondisi dan penggunaan kesehatan pasien dengan
pelayanan kesehatan memberikan pelayanan
5) Potensial yang sesuai sesuai kebutuhan pasien
ketahanan pemberi
asuhan : faktor yang 9) Mendorong pasien
meningkatk an mencari dorongan
kontinuitas spiritual , jika 9) Memberikan
perawatan oleh diperlukan pemahaman tentang
pemberi perawatan esensi kehidupan dan
keluarga dalam kematian
periode waktu yang 10) Bantu anggota
lama keluarga dalam 10) Untuk mencari
mengklarifikasi apa bantuan sesuai
6) Koping keluarga : yang mereka harapkan kebutuhan akan
tindakan keluarga dan butuhkan satu sama membuat mereka
untuk mengelola lain memilih untuk
stresor yang mengambil keuntungan
membebani sumber dari apa yang tersedia
– sumber keluarga Caregiver support
1) Menyediakan
7) Normalisasi informasi penting, 1) Membantu
keluarga ; kapasitas advokasi, dan dukungan pasien/orang terdekat
sistem keluarga yang dibutuhkan untuk untuk mengilhami solusi
dalam mempertah memfasilitasi perawatan yang mungkin
ankan rutinitas dan primer pasien selain dari (memberikan
mengemba ngkan profesional kesehatan pertimbangan pro dan
strategi untuk kontra bagi setiap
mengoptim alkan masalah) sehingga
fungsi jika ada mampu mengambil
anggota keluarga Family support keputusan yang baik
yang sakit kronis Intervensi lainnya
atau mengalami 1) Mengobservasi TTV
ketunadaya an klien 1) Memantau
perkembangan kondisi
8) Mampu pasien
mengatasi masalah 2) Memenuhi kebutuhan
keluarga dasar klien 2) Mempertahankan
hidup pasien
9) Mencari bantuan
keluarga bila perlu
10) Mencapai
stabilitas finansial
untuk memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga
11) Mampu
menyelesai kan
konflik tanpa
kekerasan
14) Mengungka
pkan perasaan yang
tidak terselesaikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien terminal. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal
dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
A. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan
klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya
dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang
ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien
harus dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan
keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi
tentang perawatan diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Bandung.
Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal. Lamongan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas tentang “Askep Pada Pasien
terminal Illnes”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan berguna dalam hal menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Askep Pada Pasien terminal Illnes”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna.oleh sebab itu, kami
sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
ada saran yang membangun.
Akhirnya kami berharap semoga tugas ini berguna untuk mahasiswa lainnya pada
umumnya dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok III
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III