ISMATUL HUSNA
RAHMATUL MUNA
ELIYANI
SUHERMANSYAH
= Perawatan Terminal
= Hospice
= Palliatif
Perawatan Terminal
Suatu proses perawatan medis lanjutan yang
terencana melalui diskusi yang terstuktur dan
didokumentasikan dengan baik, dan proses ini
terjalin sejak awal dalam proses perawatan yang
umum/biasa.
Lost
Grief
Dying
Death
Loss (Kehilangan)
Suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985)
Fase-Fase Kehilangan
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat
untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1. Tahap peningkatan atau denial
2. Tahap anger atau marah
3. Tahap tawar menawar atau bergaining
4. Tahap depresi
5. Tahap acceptance atau menerima
Grieving (Berduka)
Reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya akibat
perpisahan .
Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran .
Berduka juga merupakan proses mengalami reaksi
psikologis, fisik, dan sosial terhadap kehilangan yang
dipersepsikan.
Respon yang ada dalam berduka yaitu keputusasaan,
kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan
marah . Berduka juga mencakup pikiran, perasaan dan
perilaku.
Reaksi Berduka
A. Menolak dan Isolasi
B. Marah (Anger)
C. Bargaining/tawar menawar
D. Depresi
E. Acceptane/penermaan
Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar ,
iri , kebencian,.
Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan Tuhan untuk
mendapatkan tambahan waktu.
Tahap IV, depresi , meliputi 2 jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu
dan kehilangan hidup yang akan terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka
oleh Kubler Ross.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit
terminal, menggunakan pendekatan holistik.
S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
1. Keluarga
2. Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
1. Menjadi orang tua
2. Melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
1. Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
2. Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang
mempunyai penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
1. Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
2. Menunda keputusan.
Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal
menggunakan pendekatan meliputi.
1. Faktor predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi klien.
3. Faktor presipitasi
Tujuan :
Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit
terminal
Intervensi :
a) Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika
dIbutuhkan klien dan gali perasaan klien.
b) Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.
c) Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan
menjelang.
d) Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di
dekatnya.
e) Perhatikan kenyamanan fisik klien.
2.Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan
dan kehilangan fungsi
Tujuan :
Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga
diri dan martabat klien
Intervensi :
a) Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.
b) Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang
lain.
c) Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain
hygiene, eliminasi.
d) Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling
berkunjung dan melakukan hal – hal yang disenangi klien.
e) Beri klien support dan biarkan klien memutuskan
sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal perawatan.
3. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya
dalam keadaan terminal
Tujuan :
Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian
Intervensi :
a) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan
lain lain.
b) Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut
merasakan apa yang dirasakan klien.
c) Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari
teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.
d) Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti
penderitaan, kematian dan sekarat.
e) Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih,
takut ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap
membantu.
f) Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi
tentag pengalaman – pengalaman klien yang menyenangkan.
4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti,
ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah
perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas
Tujuan :
Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan klien.
b) Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.
c) Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan
hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan
pengobatan.
d) Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
e) Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien.
f) Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan
mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal
dengan menarik nafas dalam.
g) Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.
h) Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.
5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima
akan kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang
keadaan dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya,
menghindari kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap
orang lain maupun perawat
Tujuan :
Koping individu positif
Intervensi :
a) Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien
b) Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami
suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
c) Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan
d) Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan
mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
e) Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.
f) Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup
g) Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum
menjelang ajal.
h) Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
6.Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah
sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa
lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat
Tujuan :
Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan
sholat dalam keadaan sakit
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.
b) Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.
c) Ajarkan tata cara tayamum.
d) Ajarkan kepada klien untuk berzikir.
e) Datangkan seorang ahli agama.
7.Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan
Tujuan :
Membantu individu menangani kesedihan secara efektif
Intervensi :
a) Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan –
perasaan antara lain : sedih, marah dan lain – lain.
b) Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan
anggota keluarga.
c) Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari –
hari yang dapat dilakukan.
d) Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang
realistis.
e) Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan
cara duduk disamping keluarga, mendengarkan keluhan
dengan tetap menghormati klien serta keluarga.
f) Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara
keagamaan menjelang saat – saat kematian.
Sekian dan
Terima kasih