Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan Pada

Lansia Menjelang Ajal


KELOMPOK : 2

ISMATUL HUSNA
RAHMATUL MUNA
ELIYANI
SUHERMANSYAH

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
Perawatan Menjelang Ajal

= Perawatan Terminal
= Hospice
= Palliatif
Perawatan Terminal
Suatu proses perawatan medis lanjutan yang
terencana melalui diskusi yang terstuktur dan
didokumentasikan dengan baik, dan proses ini
terjalin sejak awal dalam proses perawatan yang
umum/biasa.

Dikatakan sebagai perawatan medis lanjutan


karena penderita biasanya sudah masuk ke
tahap yang tidak dapat disembuhkan (incurable).
Tujuan Perawatan Terminal
Mempertahankan hidup, Menurunkan
stress, Meringankan dan Mempertahankan
kenyamanan selama mungkin (Weisman).

Jenis-jenis Penyakit Terminal


 1.        Penyakit-penyakit kanker.
 2.        Penyakit-penyakit infeksi.
 3.        Congestif Renal Falure (CRF)
 4.        Stroke Multiple Sklerosis.
 5.        Akibat kecelakaan fatal.
 6.        AIDS.
Manifestasi Klinik
1. Fisik
 Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai
dari ujung kaki dan ujung jari.
  Aktivitas dari GI berkurang.
 Reflek mulai menghilang.
 Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama
pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
 Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
 Denyut nadi tidak teratur dan lemah
 Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
 Penglihatan mulai kabur.
 Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
 Klien dapat tidak sadarkan diri.
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam
dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu:
1.        Respon kehilangan
a) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara
tertentu untuk mengulurkan tangan.
b) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor.
c)  Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis.

2.        Hubungan dengan orang lain


a)   Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk
b)    berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
Perawatan Menjelang Ajal

Lost
Grief
Dying

Death
Loss (Kehilangan)
Suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985)

Fase-Fase Kehilangan
Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam
menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat
untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu:
1.    Tahap peningkatan atau denial
2.    Tahap anger atau marah
3.   Tahap tawar menawar atau bergaining
4.   Tahap depresi
5.   Tahap acceptance atau menerima
 
Grieving (Berduka)
 Reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya akibat
perpisahan .
 Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran .
 Berduka juga merupakan proses mengalami reaksi
psikologis, fisik, dan sosial terhadap kehilangan yang
dipersepsikan.
 Respon yang ada dalam berduka yaitu keputusasaan,
kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan
marah . Berduka juga mencakup pikiran, perasaan dan
perilaku.
Reaksi Berduka
A.      Menolak dan Isolasi
B.       Marah (Anger)
C.       Bargaining/tawar menawar
D.      Depresi
E.       Acceptane/penermaan

Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)


Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju
kematian.
Dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula
jumlah penderita penyakit kronis, yang pada suatu saat mengalami
keadaan dimana tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk
memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari .
Teori – Teori Dying (Menjelang Ajal / Sekarat )
Elizabeth KublerRoss.
Teorinya mengatakan bahwa orang yang menjelang ajal mengalami lima tahap:

Tahap l, penyangkalan dan isolasi,


biasanya mewakili pertahanan temporer yang digantikan dengan penerimaan
parsial.

Tahap II, kemarahan dan penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar ,
iri , kebencian,.

Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa negosiasi dengan Tuhan untuk
mendapatkan tambahan waktu.

Tahap IV, depresi , meliputi 2 jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu
dan kehilangan hidup yang akan terjadi. Yang disebut sebagai persiapan berduka
oleh Kubler Ross.

Tahap V , penerimaan , merupakan fase akhir dari proses menjelang ajal.


Death (Kematian)
 Kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap.
 Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli
kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan
denyut jantung seseorang telah terhenti .
 Kematian adalah satu fase kehidupan yang terakhir bagi manusia.
Persepsi seseorang tentang kematian berbeda-beda.
 Dalam merawat lansia yang tidak ada harapan untuk sembuh,
seorang perawat profesional harus mempunyai ketrampilan yang
multikompleks.
Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Menjelang Ajal-Keadaan Terminal

1. Pengkajian
 Pengkajian pada klien dengan penyakit
terminal, menggunakan pendekatan holistik.

 Salah satu metode untuk membantu perawat


dalam mengkaji data psikososial pada klien
terminal yaitu dengan menggunakan metode
“PERSON”.
P: Personal Strenght
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup,
kegiatannya atau pekerjaan.

Contoh yang positif:


Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan
nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.

Contoh yang negatif:


Kecewa dalam pengalaman hidup.
E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:
Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif:
Tidak berespon (menarik diri)
R: Respon to Stress
Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
1.    Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
2.    Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan
olah raga.
Contoh yang negatif:
1. Menyangkal masalah.
2. Pemakaian alkohol.

S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
1.   Keluarga
2.   Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
1.   Menjadi orang tua
2.   Melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
1.   Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
2.   Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik

N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang
mempunyai penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
1.   Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
2.   Menunda keputusan.
Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal
menggunakan pendekatan meliputi.
1.        Faktor predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi klien.

Klas Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:


a)        Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
b)        Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
c)        Kemampuan koping.
d)       Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan
dibutuhkan support tambahan.
e)        Tingkat perkembangan
f)         Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post
pengobatan.
g)         Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan
filosofi hidup.
h)        Adanya reaksi sedih dan kehilangan
i)          Pengetahuan klien tentang penyakit
j)          Pengalaman masa lalu dengan penyakit
k)        Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap
penyakit terminal, persepsi terhadap dirinya, sikap,
keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan dan
beratnya perjalanan penyakit.
l)          Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali
dalam penderitaan.
2. Fokus Sosiokultural
       

Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola


kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit,
penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal
maupun non verbal.

3. Faktor presipitasi
       

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu:


a) Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
       

b) Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.


       

c) Support dari keluarga dan orang terdekat.


       

d) Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien


      

menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.

Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor


presipitasi, diantaranya:
1)        Penyakit kanker
2)        Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis
3)        Congestif Renal Failure (CRF)
4)        Stroke Multiple Sklerosis
5)        Akibat kecelakaan yang fatal
4.        Faktor perilaku
a)        Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien
akan mengalami krisis dan keadaan ini
mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung
sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi
fisik/penurunan daya tahan tubuh.
b)        Respon terhadap diagnosa
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa
penyakit terminal adalah shock atau tidak percaya
perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien
dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.
c)        Isolasi sosial
Pada klien terminal merupakan pengalaman yang
sering dialami, klien kehilangan kontak dengan orang
lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat
orang terhadap dirinya.
5.        Mekanisme koping
Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit
fisik yang berfungsi pelindung kien untuk memahami penyakit
secara bertahap, tahapan tersebut adalah:
1)        Tahap awal (initial stage)
Yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan
“saya harus meninggal karena penyakit ini”
2)        Tahap kronik (kronik stage)
Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari
dengan sakit akan meninggal tetapi tidak sekarang”.
Proses ini mendadak dan timbul perlahan-lahan.
3)        Tahap akhir (finansial stage)
Menerima kehilangan “saya akan meninggal” kedamaian
dalam kematiannya sesuai dengan kepercayaan.
Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, perlu
dikaji “kesadaran“ antara lain adalah
1) Belum menyadari (closed awereness)
       

Yaitu klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan


akan kematian, tidak mengerti mengapa klien sakit, dan
mereka yakin klien akan sembuh.
2) Berpura-pura (mutual pralensa)
       

Yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan


lainnya tahu prognosa penyakit terminal.
3) Menyadari (open awereness)
       

Yaitu klien dan keluarga menerima/mengetahui klien


akan adanya kematian dan merasa tenang
mendiskusikan adanya kematian.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
1. Kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial
berhubungan dengan kondisi sakit terminal

Tujuan :
Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit
terminal
Intervensi :
a)   Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika
dIbutuhkan klien dan gali perasaan klien.
b)  Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.
c)   Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan
menjelang.
d)  Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di
dekatnya.
e)   Perhatikan kenyamanan fisik klien.
2.Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan
dan kehilangan fungsi
Tujuan :
Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga
diri dan martabat klien
Intervensi :
a)   Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.
b)   Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang
lain.
c)    Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain
hygiene, eliminasi.
d)   Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling
berkunjung dan melakukan hal – hal yang disenangi klien.
e)    Beri klien support dan biarkan klien memutuskan
sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal perawatan.
3. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya
dalam keadaan terminal
Tujuan :
Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian
Intervensi :
a)  Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan
lain lain.
b)  Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut
merasakan apa yang dirasakan klien.
c)  Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari
teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.
d)  Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti
penderitaan, kematian dan sekarat.
e)  Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih,
takut ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap
membantu.
f)   Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi
tentag pengalaman – pengalaman klien yang menyenangkan.
4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti,
ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah
perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas
Tujuan :
Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup
Intervensi :
a)   Kaji tingkat kecemasan klien.
b)   Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.
c)  Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan
hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan
pengobatan.
d)  Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
e)  Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien.
f)   Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan
mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal
dengan menarik nafas dalam.
g)   Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.
h)   Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.
5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima
akan kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang
keadaan dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya,
menghindari kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap
orang lain maupun perawat
Tujuan :
Koping individu positif

Intervensi :
a) Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien
b)  Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami
suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
c) Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan
d) Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan
mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
e) Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.
f) Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup
g) Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum
menjelang ajal.
h) Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
6.Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah
sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa
lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat
Tujuan :
Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan
sholat dalam keadaan sakit

Intervensi :
a)    Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.
b)    Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.
c)    Ajarkan tata cara tayamum.
d)   Ajarkan kepada klien untuk berzikir.
e)   Datangkan seorang ahli agama.
7.Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan
Tujuan :
Membantu individu menangani kesedihan secara efektif
Intervensi :
a)   Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan –
perasaan antara lain : sedih, marah dan lain – lain.
b)   Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan
anggota keluarga.
c)   Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari –
hari yang dapat dilakukan.
d)   Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang
realistis.
e)   Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan
cara duduk disamping keluarga, mendengarkan keluhan
dengan tetap menghormati klien serta keluarga.
f)   Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara
keagamaan menjelang saat – saat kematian.
Sekian dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai