Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari kita.
Kematian
tidak pandang bulu, anak-anak, remaja, maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalami hal ini.
Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang sangat
besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau
dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yaitu
menghadapi sakaratul maut (dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara menangani
pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang menghadapi sakaratul
maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih
kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul
maut.

B. Tujuan
1. Sebagai panduan bagi petugas dalam memberi pelayanan pada pasien skaratul maut
2. Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi proses kematian
3. Menjaga pasien nyaman dan bebas dari rasa sakit
4. Membuat hari-hari terakhir pasien sebaik mungkin untuk kedua pasien dan keluarga, dengan
sebagai sedikit mungkin penderitaan
5. Membantu pasien meninggal dengan damai
6. Memberikan kenyamanan bagi keluarga

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Unit Pelayanan Gawat Darurat
2. Unit Pelayanan Rawat Inap
a.Melati
b. Tulip
c.Dahlia
d. Anggrek
3. Unit Pelayanan Intensif
a.ROI
b. OK

BAB II

DEFINISI

A. Pengertian

a. Sakaratul Maut (Dying)


Sakaratul maut (dying merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
b. Kematian (Death)
1. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
2. Dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ juga mendefinisikan Death sebagai : Hilangnya fase sirkulasi dan
respirasi yang irreversible dan Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.
c. Dying dan Death
merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri.
Dying lebih kea rah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari hidup (Eny Retna
Ambarwati, 2010)
d. Penyakit Terminal
Penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir, dll. Penyakit terminal adalah
suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian
bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito ,1995 )
Pasien Terminal adalah : Pasien –psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka akan
meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282, 1999
)
Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam kehidupan , karena
mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan akhirnya
mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian
adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).

B. Jenis – Jenis Penyakit Terminal


1. Diabetes Militus
2. Penyakit Kanker
3. Congestik Renal Falure
4. Stroke.
5. AIDS
6. Gagal Ginjal Kronik
7. Akibat Kecelakaan Fatal

C. Respon Kehilangan
1. Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan
tangan.
2. Cemas dengan cara menggerakkan otot rahang kemudian mengendor

D. Fase-fase Menjelang Kematian


1. Denial (Fase Penyangkalan/pengingkaran dan Pengasingan Diri)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima
informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Reaksi pertama setelah
mendengar, bahwa penyakitnya diduga tidak dapat disembuhkan lagi adalah, "Tidak, ini tidak
mungkin terjadi dengan saya." Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang biasa
ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan tentang
keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang percaya, bahwa kematiannya sudah dekat, dan
mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat mengatasi shock khususnya kalau
peyangkalan ini periodik. Normalnya, pasien itu akan memasuki masa-masa pergumulan antara
menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa
kematian memang harus ia hadapi.
2. Anger (Fase Kemarahan)
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal.
Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus. Masanya tiba dimana ia
mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan
munculnya ketakutan dan kemarahan. "Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan
mereka yang sudah tua, yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?" Kemarahan ini
seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah
sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang yang dikasihinya, dokter,
pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang
harus dilakukan. Umumnya mereka tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal,
meskipun normal, sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan
pasien adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang tersinggung oleh
karena kemarahannya.
3. Bargaining (Fase Tawar Menawar).
Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi
atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam hal kepada Tuhan,
"Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan
mempersembahkan seluruh hidupku untuk melayaniMu."
4. Depresion (Fase Depresi)
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa putus asa
melihat masa depannya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti
adanya tempat dan keadaan yang jauh lebih baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun,
meskipun demikian perasaan putus asa masih akan dialami.
5. Acceptance (Fase Menerima)
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada
umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa kematian
sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik
lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya
membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya, padahal
kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat- saat terakhir justru menjadi sangat besar

E. Rentang Respon
Rentang respon seseorang terhadap peyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu
rentang yaitu harapan ketidakpastian dan keputusasaan .

Respon adaptif Respon maladaptif


Harapan
ketidakpastian putus asa

1. Respon Adaptif
a. Masih punya harapan
b. Berkeyakinan bisa sembuh
2. Respon Mal Adaptif
a. Keputusasaan
b. Pasrah
3. Respon Ketidakpastian
Respon antara adaptif dan mal adaptif

F. MANIFESTASI KLINIK
1. Fisik
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan ujung jari
b. Aktifitas dari GI berkurang
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
2. Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari respon-
respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu untuk mengatur
tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan secara
interpersnal serta akibat penolakan

G. Fokus Aspek Psikososial


a) Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu
pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan saja
tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji
psikososial pada klien terminal yaitu dengan metode “ PERSON “
P : Personal Stranghai
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatan/ pekerjaan
E : Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien
R : Respon to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
S : Support Sistem.
Keluarga atau orang lain yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus
Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal menggunakan
pendekatan :
a. Faktor predisposisi.
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem
pendekatan bagi klien. Ras Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:
1) Riwayat psikososial
2) Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3) Kemampuan koping
4) Tingkat perkembangan
5) Adanya reaksi sedih dan kehilangan
b. Faktor sosio kultural

Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola kultur terhadap kesehatan,


penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
c. Faktor presipitasi
1) Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2) Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3) Support dari keluarga dan orang terdekat
4) Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri , cepat
tersinggung dan tidak ada semangat hidup
d. Faktor perilaku
1) Respon terhadap klien
2) Respon terhadap diagnosa
3) Isolasi sosial
e. Mekanisme koping
1) Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang berfungsi sebagai
pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap adalah :
a) Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “ saya harus meninggal karena penyakit ini “
b) Tahap kronik ( Kronik Stage )
Persetujuan dengan proses penyakit “ Aku menyadari dengan sakit akan meninggal tetapi tidak
sekarang “ terjadi secara mendadak dan timbul perlahan –lahan
c) Tahap akhir ( Finansial Stage )
Menerima kehilangaan “ saya akan meninggal “ kedamaian dalam kematian sesuai
kepercayaan
2) Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3) Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena penyakit yang dialami
4) Belum menyadari ( Clossed Awereness )
Klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian tidak mengerti mengapa klien
sakit
5) Berpura –pura ( Mutual Prelensa )
6) Menyadari ( Open Awereness )

Diagnosa Keperawatan
1. Ancietas / cemas berhubungan dengan rasa takut
2. Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
3. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional
4. Depresi berhubungan dengan keadaan fisik yang bertambah parah dan kunjungan keluarga
yang tidak teratur
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan denial
6. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan rasa takut
7. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan denial
8. Perubahn proses keluarga berhubungan dengan kehilangan anggota keluarga
9. Takut ( kamatian atau katidaktahuan ) berhubungan dengan tidak memprediksi masa depan.
10. Antisipasi berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan..
11. Disfungsi berduka berhubungan dengan kehilangan
12. Putus harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
13. Potensial self care defisit berhubungan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang lain
tentang perawatan
14. Gangguan self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
15. Dystress spiritual

Perencanaan Keperawatan
Tujuan perawatan pada klien terminal :
1. Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian

Intervensi Keperawatan
1. KOMUNIKASI
a. Denial, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi:
1) Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan klien
2) Sient
Mengkomunikasikan minat perawat pada klien secara non verbal
3) Broad opening
Mengkomunikasikan topik / pikiran yang sedang dipikirkan klien
b. Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi :
Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang dikatakan klien
1) Bargaining
a) Focusing
b) Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting
c) Sharing perception
d) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk meluruskan kerancuan
2) Acceptance
a) Informing
Membantu dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau
kemandirian klien
b) Broad opening
Komunikasikan kepada klien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan –harapannya
c) Focusing
Membantu klien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar tujuan
komunikasi tercapai

Persiapan Klien
a. Fase Denial
1) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana tenang
2) Menganjurkan klien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari situasi
sesungguhnya
b. Fase Anger
1) Membiarkan klien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang akan dan
sedang terjadi pada mereka.
2) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c. Fase Berganing
1) Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2) Dengarkan klien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Fase Depresi
1) Perlakukan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien jika ada asal pengertian harusnya diklarifikasi.
e. Fase Acceptance
1) Bina hubungan saling percaya/ BHSP.
2) Pertahankan hubungan klien dengan orang – orang terdekat.

Intervensi Dengan Keluarga


a. Bantu keluarga untuk mengenal koping klien dalam melewati fase ini.
b. Bantu keluarga dalam melewati proses kematian, resolusi yang dapat dilakukan setelah
kematian.

BAB III

TATA LAKSANA

A. Tim pemberi layanan harus memastikan perawatan pasien dalam tahap terminal diberi
kenyamanan fisik, emosiaonal, dan spiritual.
Beberapa pasien memerlukan dukungan secara fisik yang intensif sehingga dikembangkanlah
tanda-tanda sekarat :
1. Irama nafas dan kedalamannya berkurang
2. Tekanan darah menurun atau tidak ada
3. Irama nadi melemah dan dangkal
4. Suhu kulit menurun
5. Tingkat kesadaran menurun
6. Control neuromuscular dan sensitivitas kulit
7. Berkeringat
8. Pucat
B. Perawat harus memastikan bahwa kebutuhan emosi dan spiritual pasien yang akan meninggal
disediakan, pada tahap akhir dukungan harus diberikan secara sederhana berupa pendampingan
untuk menghadapi ketakutan atau kesendirian atau doa untuk member dukungan dan kekuatan
sebagai persiapan akhir dari kehidupan.
C. Perawat harus memastikan pasien yang menghadapi kematian mendapat dukungan lebih intensif
pada tahap yang lebih awal, terutama pada pasien dengan penyakit menahun yang akan sampai
pada tahap kematian.
D. Tim pemberi layanan menghormati nilai yang dianut pasien, agama, dan perferensi budaya.
E. Perawat memastikan kebutuhan pasien yang akan meninggal dipenuhi dengan :
1. Melakukan pemantauan vital sign dan observasi terhadap kepucatan, keringat dingin, dan
penurunan kesadaran tiap 15-30 menit
2. Rubah posisi pasien tiap 2 jam, karena sensasi, reflek, dan mobilitas akan berkurang
pertama-tama pada kaki dan meningkat ke tangan
3. Pastikan alat tenun (seprei) dalam keadaan bersih dan nyaman dan tidak menekan
4. Mengkaji penglihatan pasien dan pendengarannya ketika mulai berkurang, perawat harus
memposisikan kepala pasien ke tempat terang dan berbicara dekat dengan kepala pasien,
karena pendengaran masih berfungsi walaupun kesadaran menurun, hindari membicarakan
keadaan pasien tersebut
5. Mengganti alat tenun dan pakaian pasien termasuk popok bila perlu, karena suhu tubuh akan
meningkat yang menyebabkan keringat berlebihan, berikan perawatan kulit (massage)
selama mengganti baju dan mendinginkan ruangan agar pasien nyaman
6. Observasi anuri sebagai hasil penurunan kontrol neuro muskular atau penurunan fungsi
renal, jika perlu dilakukan pemasangan kateter atau menggunakan diapers dibawah bokong
pasien
7. Lakukan perawatan kateter dan perineum bagi pasien yang menggunakan kateter untuk
mencegah iritasi atau ketidaknyamanan
8. Suction mulut pasien dan jalan nafas bagian atas untuk mengangkut sekresi
9. Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk menurunkan penekanan pada jalan nafas. Pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran mungkin menggunakan pernafasan melalui
mulut
10. Lumasi bibir dan mulut pasien untuk mencegah kekeringan dan kerak
11. Berikan cairan untuk mengurangi rasa kering
12. Berikan perawatan mata untuk mencegah luka pada kornea
13. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam, minimal setiap shift
14. Berikan pengobatan untuk engurangi nyeri
F. Perawat harus memastikan kebutuhan emosi dan spiritual pasien dengan cara :
1. Jelaskan seluruh perawatan dan tindakan pada pasien (meskipun pasien bingung tetapi dia
masih dapat mendengar)
2. Jawab permintaan pasien sejelas mungkin tanpa memberikan harapan
3. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, yang mana berkisar
dari kemarahan sampai kesendirian. Ambil waktu untuk bicara dengan pasien, apabila
dilakukan duduk dekat dengan kepala pasien, hindari rasa tidak perduli
4. Beritahu anggota keluarga untuk mendampingi pasien, biarkan pasien dan keluarga
membicarakan kematian dengan cara mereka sendiri, berikan kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya tetapi bila terlihat mereka tidak mau tidak usah memaksa
5. Fasilitasi teknik atau method relaksasi (musik rohani)
G. Mengikut sertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
H. Perawat harus menyadari memberikan prioritas kebutuhan spiritual pada pasien dengan
berkoordinasi dengan pemuka agama sesuai dengan kepercayaan pasien
I. Tim pemberi layanan harus memberikan konseling atau member respon pada masalah-masalah
psikologis, emosional, atau spiritual, dan budaya dari pasien dan keluarganya
J. Perawat harus memastikan perawatan pagi hari dan prosedur perawatan rutin
K. Dokter harus memastikan keefektifan dalam intervensi, menilai, dan evaluasi nyeri
L. Perawat memastikan obat nyeri sudah diberikan paling lama 1 jam setelah order diberikan
M. Perawat memastikan obat nyeri diberikan, walaupun tidak ada rasa nyeri terutama bila pasien
dalam pengobatan paliatif
N. Perawat harus mengevaluasi nyeri dari waktu ke waktu dan memastikan pasien tidak mengalami
episode nyeri (pengobatan paliatif)
O. Institusi RS harus memastikan pengobatan medical yang berkelanjutan dan perhatian perawat
diberikan ke pasien sakaratul maut meskipun tujuan pengobatan harus diubah untuk tujuan
kenyamanan
P. Perawat harus memastikan, menghormati, dan menghargai tubuh pasien saat melakukan
perawatan jenazah dan memindahkan pasien ke kamar jenazah
Q. Rumah sakit harus memastikan bahwa pasien akan dirawat dengan peduli, sensitive oleh orang
yang memiliki pengetahuan dan mengerti akan kebutuhan pasien, dan membantu pasien dalam
menghadapi kematian
R. Untuk pasien yang terminal dokter harus melibatkan pasien dalam rencana pengobatannya.
Untuk pasien yang mati klinis, mati batang otak, dan mati secara biologis dibutuhkan tim untuk
berkoordinasi dalam pembuatan rencana tindakan bagi pasien tersebut
S. Bila keluarga ingin menyiapkan kematian dirumah, maka beri edukasi dalam merawat pasien
T. Perawatan setelah kematian diberikan pada pasien berupa :
1. Tubuh dibersihkan dan bebas dari alat-alat kesehatan
2. Menempatkan jenazah dengan tubuh terlentang dan kedua tangan disilangkan ke dada serta
ditutup dengan selimut untuk seluruh badan
3. Bila cairan keluar dari telinga, hidung maka beri kapas lemak bulat
4. Tempatkan jenazah disudut ruangan atau tempat tersendiri bila memungkinkan dan
didampingi keluarga
U. Beri ucapan turut berduka pada keluarga yang ditinggalkannya.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi perawatan pasien berupa :

1. Pengkajian awal & terminal


Pada saat pasien masuk dilakukan pengkajian, pengkajian sudah harus dilengkapi dalam
waktu 24 jam.
2. Rencana perawatan ditulis di case note.
3. Discharge Planning
Discharge planning harus sudah dibuat dalam waktu 24 jam setelah pasien dirawat.
4. Catatan perawatan dalam case note dan flow sheet
Catatan keperawatan di tulis dalam case note dan lembaran flow sheet untuk pasien yang
dirawat di unit khusus.
5. Evaluasi perkembangan pasien ditulis dalam bentuk SOAP setiap hari dan tiap akhir shift
khusus untuk keperawatan.
6. Evaluasi kualitas perawatan akhir kehidupan di dalam case note mencakup respon keluarga
dan pasien
7. Penolakan Rawat Inap
Untuk pasien sakaratul maut, bila keluarga menghendaki tidak dilakukan perawatan
disrumah sakit, maka keluarga harus menandatangani surat penolakan rawat inap.
PENUTUP
Dengan adanya buku Panduan ini diharapkan dapat berguna sebagai panduan
petugas/perawat dalam pelayanan pasien tahap terminal di RSU Ananda Srengat sehingga hak dan
kewajiban pasien dapat terpenuhi dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di RSU Ananda
Srengat.

Direktur RSU Ananda Srengat

dr.H. Zaenal Arifin


DAFTAR PUSTAKA

http://mausehatdong.blogspot.com/2009/10/askep-jiwa-dengan-penyakit-terminal.html
http://www.sabda.org/c3i/dabda_5_fase_dalam_menghadapi_kematian
http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/
Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co
Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication
Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the Terminally

Anda mungkin juga menyukai