disebut proses kematian dan kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah
atau terminal, atau kondisi lain yang berujung pada kematian individu. Dying care
antara lain dengan peningkatan kenyamanan fisik dan kedamaian jiwa dalam tahapan
hidup yang terakhir (Wasis, 2008).
a. Penyangkalan (Denial)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya.
b. Marah (Anger)
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa dia akan
meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan pengyangkalan terus
menerus. Masanya tiba dimana dia mengakui, bahwa kematian memang sudah
dekat. Tetapi kesadaran ini sering kali disertai dengan munculnya ketakutan
dan kemarahan.
c. Tawar menawar (Bargaining)
Fase dimana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama
lagi atau dikurangi penderitaannya.
d. Depresi (Depresion)
Fase dimana pasien akan merasakan putus asa melihat masa depannya yang
tanpa harapan ketika penyakit yang diderita semakin memburuk.
e. Penerimaan (Aceptance)
Fase dimana pasien akan menerima kenyataan setelah jangka waktu tertentu
merasakan sakit dan akan menerima bahwa kematian sudah dekat sehingga
mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik
lagi dengan berita dan persoalan di sekitarnya.
Upaya yang dapat dilakukan seorang perawat ketika pasien sudah melalui
kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator, yang artinya perawat dapat
mengenali dan memenuhi kebutuhan pasien, mendorong dan memberi pasien
kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara bebas, selalu siap
membantu pasien dan selalu menghormati perilaku pasien. Ketika merawat pasien
menjelang ajal tenggung jawab perawat harus memperitimbangkan kebutuhan fisik,
psikologis dan sosial yang dimiliki pasien. Perawat juga harus lebih toleran
meluangkan waktunya dengan pasien menjelang ajal, untuk mendengarkan pasien
mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.
1. Berduka normal yang terdiri dari perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian dan
menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya ketika
menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai urusan di dunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
4. Berduka tertutup yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka. Misalnya kehilangan pasangan karena AIDS, anak yang
mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC