Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berjumpa dengan pasien yang menderita karena Terminal Ilness (penyakit
yang tidak tersembuhkan), merupakan hal yang umum bagi dokter yang merawat
pasien lanjut usia (lansia). Meskipun hal itu umum, namun tugas untuk menangani
orang yang sedang meninggal (menjelang ajal, sakaratul maut, sekarat, dying)
tidak mudah. Tantangan dan stress bagi dokter memang berbeda, sama-sama
beratnya, baik telah lama merawat pasien itu atau belum. Kebanyakan dokter tidak
memiliki pendidikan formal yang langsung berkaitan dengan filosofi atau
penomenologi derita manusia, atau sangat sedikit pelatihan menangani pasien
menjelang ajal. Biasanya, pengalaman konkret merawat pasien menjelang ajal
diperoleh ketika dilakukan koas. Namun refleksi mendalam atas kasus terminal
illness dan pendidikan formal sangat jarang. Pendidkan dokter dan perawat pada
umumnya tetap terpusat pada penyembuhan, memperpanjang hidup, dan
memulihkan. Agaknya, fungsi utama pertolongan medis tetap menghilangkan
penderitaan. Meskipun “perawatan manusia utuh” sudah didengungkan, paradigma
Cartesian yang memisahkan jiwa dengan raga tetap menguasai pelatihan klinis
dokter. Penderitaan, dianggap sebagai “sakit fisik:”. Banyak masalah legal
melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi dasar dari titik yang aktual
dimana seseorang dipertimbangkan meninggal. Hukum mengidentifikasi kematian
terjadi ketika ada penurunan fungsi otak yang hebat, selain fungsi organ yang
lainnya. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk
mencoba menyalamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan
perawatan versus penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian,
perawat memiliki tugas legal yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban
hukum untuk menjaga orang yang meninggal secara bermartabat. Penanganan
yang salah untuk orang yang meninggal dapat membahayakan emosional bagi

1
orang yang selamat. Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat
menuntut dan menegangkan. Namun demikian, membantu klien menjelang ajal
untuk meraih kembali martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar
keperawatan. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan
mengintervensi dalam cara meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal
harus dirawat dengan respek dan perghatian. Peningkatan Kenyamanan bagi klien
menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distres psikobiologis. Perawat
memberi berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri
terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan
fungsi psikologis. Higiene personal adalah bagian rutin dari mempertahankan
kenyamann klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya
bergantung pada perawat atau keluarganya untuk pemunuhan kebutuhan dasarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menjelang ajal ?
2. Apa saja tahap tahap menjelang ajal ?
3. Apa saja tipe tipe menjelang ajal ?
4. Apa saja tanda tanda klinis menjelang ajal ?
5. Bagaimana cara perawatan jenazah?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan menjelang ajal?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal
dan perawatan jenazah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menegtahui definisi menjelang ajal
b. Untuk mengetahui tahap tahap menjelang ajal
c. Untuk mengetahui tipe tipe menjelang ajal
d. Untuk mengetahui tanda tanda klinis menjelang ajal
e. Untuk menegetahui konsep asuhan keperawatan menjelang ajal.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menjelang ajal adalah bagian kehidupan yang merupakan proses menuju
akhir. Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang
tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berfikir mengenai konsep yang
kongkret dan abstrak (Kozier,2010)
Perawatan jenazah adalah ketika seseorang sudah dinyatakan meninggal maka
adsa beberapa yang perlu disegerakan oleh keluarganya dalam mengurus jenazah
tersebut, yaitu memandikan, mengkafani melayati dan mengubur. Syamsuri,
(2007).
Perawatan pasien setelah meninggal termasuk menyiapkan jenazah untuk
dipeerlihatkan pada keluarganya, transportasi, ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan) barang-barang milik pasien.
B. Tahap-tahap Menjelang Ajal
Menurut Nugrohi (2008) Tahap-tahap Menjelang Ajal antara lain :
1. Tahap I : penyangkalan dan isolasi
Tahap ini biasanya mewakoili pertahanan temporer yang digantikan dengan
penerimaan parsial. Penyakalan ini tidak boleh di interprestasikan sebagai
adaptasi yang negative atau merendahkan sebagai pertahanan awal,
penyangkalan membantu seseorang melindungi dari ansietas dan ketakutan
2. Tahap II : kemarahan dan penyangkalan
Tahap ini di gunakan dengan perasaan marah, gesar, iri, kebencian, kemarahan
terjadi karena seseorang merasa rencana dan kegiatannya terganggu oleh
kematian merasa iri pada orang lain yang masih dapat menikmati kehidupan.
3. Tahap III : tawar menawar
Pada ini seseorang percaya bahwa kematiannya masih dapat ditunda dengan
berdoa. Mencoba untuk menunda kematian dan masih ada waktu untuk berjanji
untuk memperbaiki cara hidupnya dan akan lebih sering berdoa.

3
4. Tahap IV : depresi
Menyadari bahwa kematian sudah semakin dekat, depresi meliputi dua jenis
kehilangan yaitu : kehilangan yang terjadi dimasa lalu dan kehilangan hidup
yang akan terjadi
5. Tahap V : penerimaan
Seseorang telah dapat menerima nasibnya. Apabila telah mendapat cukup
waktu dan dibantu dalam menjalani tahap-tahap sebelumnya maka ia tidak
merasa depresi maupun marah terhadap nasibnya.
C. Tipe-tipe Perjalanan kematian
Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap


Kematian. Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:

1. Closed Awareness/Tidak Mengerti.


Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi
perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan
sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.

4
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.Pada situasi ini, klien dan
orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan
menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan
hal tersebut.

Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka. Bantuan terpenting berupa
emosional.

1. Pada Fase Denial


Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2. Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan
hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian.
Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang
dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut,
serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa
aman.
3. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut
yang tidak masuk akal.

5
4. Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan
dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
D. Tanda- tanda Klinis Menjelang Ajal
Tanda-tanda Klinis Menjelang Ajal.
1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi dan sebagainya.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai :
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan
hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital :
a. Pupil mata melebar.
b. Nadi lambat dan lemah.
c. Tekanan darah turun.
d. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

6
4. Gangguan Sensoria : Penglihatan kabur.
5. Gangguan penciuman dan perabaan.
Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk
tentang indikasi kematian, yaitu :
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG
E. Cara Merawat Jenazah
Menurut Nashirudin (2012) Ada 4 tahap dalam perawatan jenazah
1. Memandikan
Jenazah dilakukan untuk membersihkan dari kotoran yang mensucikan dari
najis serta merupakan tuntunan agama.
a. Dalam memandikan mayat hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut
b. Memandikan tiga kali lebih sesuai yang dibutuhkan \
c. Memandikan mayat di tempat tertutup dan beratap.
d. Sebelum dimandikan, bagian tubuh mayat antara pusar sampai lutut wajib
ditutup.
e. Hendaknya memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali dan
seterusnya).
f. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampur dengan sabun
atau sejenisnya.
g. Pada akhir memandikan mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus
atau sejenisnya.
h. Menguraikan rambutnya. jika rambutnya panjang maka dikucir menjadi tiga
bagian dan ujungnya dibiarkan memanjang.
i. Memulai memandikan dari sebelah kanan dan anggota badan dibasuh ketika
berwudhu.

7
j. Hendaklah yang memandikan mayat perempuan adalah orang perempuan
dan sebaliknya.
k. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih, lalu digosokan
dibawah kain penutup setelah pakaian dilepas, dianjurkan untuk memotong
kukunya jenazah lalu menyekannya dengan handuk .
2. Mengkafani jenazah
a. Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Kafan
yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk
menutup seluruh tubuhnya. Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:
dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi
jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain
kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan
kain kafan tersebut.
b. Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan
jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas
yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah
menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah
dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi
wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat
dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga
seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali
pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan
pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat
kea rah kaki dan arah kepala.
c. Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk
menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya,
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang
digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.

8
3. Mensholatkan jenazah
Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan
jenazah dengan cara sebagai berikut:
a. Jenazah telah dimandikan dan dikafani, letak mayit sebelah kiblat orang
yang menyalati, kecuali shalat ghaib
b. Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah, apabila
jenazahnya laki-laki, dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah apabila
jenazahnya perempuan
c. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca
taawudz, kemudian surat al-fatihah
d. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca
dalam tashyahud
e. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga
membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir
mengangkat kedua tangan.
4. Mengubur jenazah
Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari
arah kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika
tidak memungkinkan boleh menurunkan dari arah kiblat. Dalam meletakkan
jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi
lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah kiblat. Sementara
kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah ke
pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua
tangannya usai penutupan liang lahatnya. Hal-hal yang disunahkan sesudah
pemakaman jenazah adalah seperti berikut:
a. Meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak
diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
b. Hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.

9
c. Hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar
diketahui bagi keluarganya.
d. Hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk
memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan
ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk
melakukan hal yang sama.

10
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

A. Pengkajian
Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh,
perawat harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien terlebih dahulu.
Oleh karena itu, tahap ini meliputi pengumpulan data, analisa data mengenai status
kesehatan, dan berakhir dengan penegakan diagnosis keperawatan yaitu
pernyataan tentang masalah pasien yang dapat diintervensi. Tujuan pengkajian
adalah memberi gambaran yang terus-menerus mengenai keadaan pasien yang
memungkinkan tim perawat untuk merencanakan asuhan keperawatannya secara
perorangan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenai pasien dan
keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan
jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan? Tindakan apa saja
yang telah diberikan? Adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya dan
pada tahap proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ian menderita rasa
nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya dan bagaimana
reaksi mereka? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan keluarganya mengenai
hidup dan mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan masalah
kesehatan/keperawatan pasien khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya,
antara lain apakah pasien tabah terhadap penyakitnya, apakah pasien menyadari
tentang penyakitnya?
1. Perasaan takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak
terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal
terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat
harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang

11
sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara
yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mengkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun
secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan penghilang rasa nyeri, seperti
aspirin, dehidrokodein dan dektromoramid. Apabila orang berbicara tentang
perasaan takut mereka terhadap maut, respon mereka secara tipikal
mencangkup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas, takut meninggalkan
orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang belum selesai dan
sebagainya
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan
mengalami kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya
orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini
dapat membuat pasien tegang dan stress.
2. Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain mencela
dan mudah marah
3. Tanda vital.
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernapasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya
berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang
normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan
kesehatan seseorang.
4. Kesadaran.
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal dengan awas waspada, yang
merupakan ekspresi terhadap apa yang dilihat, didengar, dialami dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat,
yaitu tepat dan sesuai
5. Fungsi tubuh

12
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai
fungsi khusus Kesadaran
Komposmentis Sadar sempurna
Apatis Tidak ada perasaan/kesadaran
menurun
Somnolen Kelelahan (mengantuk berat)
Soropus Tidur lelap patologis
Subkoma Keadaan tidak sadar/ hampir koma
Koma Keadaan pingsan lama disertai
dengan penurunan daya reaksi
(keadaan tidak sadar walaupun
dirangsang dengan apapun/tidak
dapat disadarkan

B. Analisa data

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : - Respons yang dipelajari Ketakutan
DO : Pasien terlihat gelisah, terhadap ancaman
takut, kulit dingin, bernafas
cepat, dangkal dan tidak
teratur,
2. DS : - Penyakit terminal Keputusasaan
DO : Selera makan menurun,
pasien terlihat pasif, kontak
mata kurang

13
3. DS : Keluarga pasien
mengatakan sedih, merasa
kehilangan orang terdekat
DO : Keluarga terlihat sedih,
menangis

C. Diagnosa keperawatan
1. Ketakutan berhubungan dengan respons yang dipelajari terhadap ancaman
(00148)
2. Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal (0124)
3. Dukacita berhubungan dengan kematian orang terdekat (00136)
D. Intervensi Menjelang Ajal

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Ketakutan NOC: Kontrol diri terhadap NIC : pengurangan kecemasan


berhubungan ketakutan (1404) (5820)
dengan respons
1. Memantau intensitas 1. Gunakan pendekatan yang
yang dipelajari
ketakutan tenang dan meyakinkan
terhadap
2. Menghilngkan 2. Berikan informasi faktual
ancaman
penyebab ketakutan terkait diagnosis,
(00148)
3. Merencanakan strategi perawatan, dan prognosis
koping untuk situasi 3. Berada disisi klien untuk
yang menakutkan meningkatkan rasa aman
4. Menggunakan strategi dan mengurangi ketakutan
koping yang efektif 4. Dengarkan klien
5. Menggunakan teknik 5. Dorong verbalisasi
relaksasi untuk perasaan, persepsi dan

14
mengurangi rasa takut ketakutan
6. Mempertahankan 6. Instruksikan klien untuk
konsentrasi menggunakan teknik
relaksasi

2 Keputusasaan NOC : Status Kenyamanan : NIC : Fasilitas Pengembangan


berhubungan Psikospiritual (2011) Spiritual (5426)
dengan penyakit
1. kesejahteraan psikologis 1. tunjukkan perhatian melalui
terminal (0124)
2. keyakinan (aktivitas) mnghadirkan (diri)
3. konsep diri dengan meluangkan waktu
4. gambaran internal diri bersama pasien, keluarga
5. makna dan tujuan hidup pasien, dan orang yang
6. kepuasan spiritual penting bagi pasien
7. hubungan dengan batin 2. dukung pembicaraan yang
membantu pasien untuk
menyeleksi apa yang menjadi
perhatian secara spiritual
3. tawarkan dukungan untuk
mendoakan baik individu
maupun kelompok dengan
tepat
4. dukung pasien memeriksa
komitmen spiritualnya
didasarkan pada kepercayaan
dan nilai
5. rujuk pasien pada dukungan
kelompok, mutual self-help,
atau program spiritual

15
dengan tepat
3 Dukacita NOC : resolusi berduka NIC : fasilitasi proses
berhubungan (1304) berduka(5290)
dengan
1. menyampaikan perasaan 1. identifikasi kehilangan
kematian orang
akan penyelesaian 2. dukung untuk
terdekat (00136)
mengenai kehilangan mengekspresikan perasaan
2. mengekspresikan mengenai kehilangan
pandangan spiritualnya 3. dengarkan ekspresi
mengenai kematian berduka
3. menyatakan fakta tentang 4. buat pernyataan empatik
kehilangan mengenai dukacita
4. menyatakan menerima
kehilangan
5. melewati fase berduka
E. Evaluasi
1. Pasien mengekspresikan pikiran dan perasaan kepada perawat
2. Pasien mencapai kembali rasa harga diri
3. Pasien berkeinginan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. pasien merasa nyaman
5. pasien tidak merasa sedih
6. pasien siap menerima ajalnya (Potter & Perry, 2006)

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menjelang ajal adalah bagian kehidupan yang merupakan proses menuju
akhir. Konsep menjelang ajal dibentuk seiring denga waktu saat seseorang
tumbuh, mengalami berbagai kehilangan , dan berfikir mengenai konsep yang
kongkrit dan abstrak. Ditandai dengan relaksasi otot muka, hilangnya proses
menelan, penurunan traktus gastrointestinal, gerak tubuh terbatas, kelambatan
dalam sirkulasi sampai perlahan-lahan tanda vital mengalami penurunan. Tipe-tipe
perjalanan menjelang ajal seperti kematian yang pasti dengan waktu yang
diketahui, kematian yang pasti dengan waktu yang tidak bisa diketahui, kematian
yang belum pasti dan kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Tahap-
tahap menjelang ajal meliputi penyangkalan dan isolasi, kemarahan, tawar
menawar, depresi dan tahap penerimaan.
Perawatan jenazah adalah ketika seseorang sudah dinyatakan meninggal maka
ada beberapa yang perlu digerakan oleh keluarganya dalam mengurus jenazah
tersebut, ditandai dengan kematian dini dan kematian pasti. Tahap-tahap
perawatan jenazah meliputi memandikan, mengkafani, melayani dan mengubur.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau informasi bagi
mahasiswa keperawatan khususnya dan kalangan umum tentunya untuk
menambah ilmu pengetahuan. Mohon maaf apabila banyak terdapat kekurangan
dalam makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, M.G dkk.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia : Mocomedia

Kozoier, B.2010 Fundamentals Of Nursing : Concepts, Process , and Practice (ed.7).

prentice Hall, New Jersey.

M. Nashiruddin Al_Albani, 2012. Tuntutan lengkap mengurus jenazah, Jakarta:

Gema Insani.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian
Edition. Indonesia : Mocomedia

Nanda.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Nugroho ,Wahyudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriotrik, Jakarta : EGC

Potter & Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses dan

Praktik, Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

Syamsuri, 2007. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas XI. Jakarata : Erlangga.

PERAWATAN JENAZAH

18
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Pengertian :
Perawatan pasien setelah meninggal,perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk
diperlihatkan pada keluarga,transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi
(penyerahan) barang – barang milik pasien.

Tujuan :

1. Penghormatan terhadap jenazah.


2. Menjalankan kewajiban hukum agama
3. Jenazah dalam keadaan bersih
4. Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah
Kebijakan :
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien.
Prosedur :
1. Persiapan Alat :
a. Alat medis dan non medis
1) Kasa/verban secukupnya
2) Sarung tangan bersih
3) Kapas secukupnya
4) Plastik jenazah/pembungkus jenazah
5) Plester penahan untuk menutup luka (bila ada luka)
6) Bengkok (1buah)
7) Troli
8) Label identifikasi
9) Air dalam baskom
10) Sabun
11) Handuk
12) Selimut mandi

19
13) Kain panjang bersih.
b. Alat tulis kantor
1) Status pasien
2) Surat kematian
3) Pulpen
2. Pelaksanaan :
a. Atur lingkungan sekitar tempat tidur,bila kematian pada multi bed jaga privasi
pasien yang lain.
b. Cuci tangan
c. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi datar.
d. Tempatkan tubuh dalam posisi terlentang
e. Tutup mata,dapat menggunakan kapas yang secara perlahan ditutupkan pada kelopak
mata dan plester jika tidak tertutup.
f. Luruskan badan dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan
menyilang abdomen atau telapak tangan menghadap ke bawah.
g. Untuk pasien dewasa lepaskan perhiasan,barang berharga serta gigi palsu (jika
menggunakan) dihadapan keluarga. termasuk kaca mata,kartu,surat,kunci dan
ditempatkan pada tas plastik tempat barang berharga,beri label identitas.
h. Bersihkan badan dengan menggunakan air bersih dimulai dari area tubuh yang
terdapat kotoran seperti darah,feses atau muntahan. Jika kotoran terjadi pada area
rektum,uretra atau vagina letakan kasa untuk menutup tiap lubang dan rekatkan
dengan plester untuk mencegah pengeluaran lebih lanjut.
i. Ganti balutan bila ada,balutan yang kotor harus diganti dengan yang bersih,bekas
plester dihilangkan.
j. Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga,jika keluarga
meminta untuk melihat jenazah tempatkan pada posisi tidur terlentang,mata
tertutup,lengan menyilang di abdomen,rapihkan tempat tidur kembali.
k. Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas dengan nama,umur,jenis

20
kelamin,tanggal,no rekam medik,no kamar/nama ruangan dan nama dokter.
l. Ikatkan label identitas pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau plester
label pada dada depan pasien.
m. letakkan jenazah pada kain kafan jika ada,atau dengan seprei bersih atau kain
panjang. Ikatkan kasa / verban atau pengikat lain di bawah dagu dan sekitar kepala
untuk menjaga agar dagu tetap tertutup.
n. Ikat pergelangan tangan bersama menyilang di atas abdomen selipkan kapas diantara
kedua tangan untuk menjaga lengan jatuh dari brankar ketika jenazah diangkut
kekamar jenazah.
o. Perawat lain yang bertugas pada saat itu melakukan koordinasi dengan Admission
atau menghubungi pihak yayasan pengurusan jenazah baik yang telah bekerja sama
dengan rumah sakit ( Yayasan Kamboja ) atau yang telah ditunjuk oleh pihak
keluarga,menyiapkan berkas – berkas yang diperlukan untuk pembuatan surat
kematian,serta koordinasi dengan keamanan mengenai kedatangan ambulans
jenazah.
p. Tutup jenazah dengan kain,kemudian ikat dengan pengikat brankar pada bagian
dada dan lutut,jangan terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan lecet.
q. Pindahkan jenazah ke kamar jenazah secara perlahan dengan brankar yang didorong
oleh perawat.
r. Jenazah diserahkan kepada keluarga beserta barang – barang berharga yang
menempel pada jenazah.
s. Informasikan kepada keluarga untuk merapihkan barang – barang pribadi jenazah
yang masih berada di dalam ruang perawatan.
t. Dokumentasikan prosedur pada catatan keperawatan,catat waktu dan tanggal jenazah
diantar ke kamar jenazah dan apakah barang berharga disimpan atau diserahkan pada
keluarga
u. Setelah ±2 jam berada dalam kamar jenazah,jenazah bisa dibawa pulang dengan
mobil jenazah,perawat/bidan menyerahkan surat kematian kepada keluarga.

21
Bereskan dan bersihkan kamar pasien,lakukan sterilisasi kamar jika diperlukan.
3. Hal – hal yang perlu diperhatikan
a. Berikan barang – barang milik pasien pada keluarga atau bawa barang tersebut ke
kamar jenazah. Jika perhiasan atau uang diberikan pada keluarga pastikan ada
perawat lain yang menemani dan minta tanda tangan keluarga untuk verifikasi
penerimaan barang – barang berharga.
b. Berikan dukungan emosional (berempati) kepada keluarga yang ditinggalkan.
c. Mengangkat jenazah dilakukan secara perlahan untuk mencegah lecet dan kerusakan
kulit

22

Anda mungkin juga menyukai