Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GINGIVITIS

Disusun Oleh:
RIZQI YULIANTIKA HIDAYATI
P1337420217035
3A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMEMTERIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang melibatkan
jaringan gingiva, disebabkan oleh invasi bakteri dan bersifat reversible jika
dilakukan pembersihan plak dan sikat gigi secara teratur. Ciri khas dari
gingivitis adalah berubahnya warna gingiva menjadi lebih merah dari
normal, pembengkakan gingiva, dan kondisi gingiva yang mudah berdarah
dikarenakan proses inflamasi (Carranza, 2012).
Gingivitis adalah peradangan pada gusi (gingiva) dengan keadaan
gingiva yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk, warna serta
konsistensi gingiva. Pada keadaan ini,tidak ditemukan migrasi junctional
epithelium ke arah apikal maupun tulang alveolar.
Gingivitis secara epidemiologis diderita oleh hampir semua
populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan semua
populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur,
kebersihan mulut, pekerjaan, pendidikan, letak geografis, polusi
lingkungan, dan perawatan gigi.
2. Klasifikasi

3. Etiologi

Gingivitis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Adanya karang gigi,


b. Bakteri,
c. Sisa makanan (plak) pada gigi,
d. Cara menyikat gigi yang salah,
e. Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi
menjadi kering dan gusi mudah teriritasi.
f. Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan
faktor lain yaitu Diabetes Melitus (DM).
4. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dari gingivitis adalah :

a. Perdarahan pada ginggiva

b. Perubahan warna pada ginggiva

c. Perubahan tekstur permukaan ginggiva

d. Perubahan posisi dari ginggiva

e. Perubahan kontur dari ginggiva

f. Adanya rasa nyeri

Gejala-gejala gingivitis adalah

a. Gusi kemerahan

b. Gusi bengkak

c. Konsistensi gusi menjadi lebih lunak

d. Bentuk gusi agak membulat (unstippling)

e. Gusi mudah berdarah

5. Patofisiologi

Penyebab paling utama dari radang gusi adalah akumulasi plak.

Akumulasi plak berkaitan dengan bakteri yang jumlahnya meningkat. Hal

ini terjadi karena sisa-sisa makanan yang tertinggal diantara sela-sela gigi

atau di gusi. Jika dalam waktu 24 jam sisa makanan itu belum tersikat

maka akan terbentuk plak. Hanya dalam beberapa hari plak yang tidak

tersikat atau tidak terganggu sudah menimbulkan radang gusi tahap inisial

Ada tiga tahap radang gusi yaitu tahap inisial (2-4 hari), tahap lesi dini (4-
7 hari) dan tahap lesi mantap (2-3 minggu). Pada tahap lesi mantap ini

sudah terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi.

Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada

beberapa faktor penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti

tersangkutnya makanan disela-sela gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi

tiruan yang tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih, atau tambalan yang

tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh terhadap

gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi

yang tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk

mengunyah disaat tidur. Selain itu faktor resiko yang menyebabkan radang

gusi seperti umur, gender, ras, merokok, genetik, hormonal (masa pubertas

atau hamil), kondisi penyakit sistemik (diabetes), pendidikan, obat-obatan,

stress psikologis juga dapat berpengaruh.

6. Pathway

7. Pemeriksaan penunjang

8. Penatalaksanaan

Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup

dengan menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang

gusi adalah plak, maka terapi keadaan tersebut diarahkan ke pembersihan

plak serta mencegah pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak

adalah dengan prosedur mekanik termasuk penyikatan gigi, pemakaian

benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan karang gigi. Kebersihan

mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan menjadi
predisposisi untuk terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta

perdarahan pada gusi. Dengan sikat gigi yang lunak dan perlahan, anjuran

kumur-kumur dengan antiseptic yang mengandung klorheksidin 0,2%

untuk mengendalikan plak dan mencegah infeksi mulut. Pembersihan

karang gigi supraginggiva dapat dilakukan bertahap.

9. Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi karena masalah gingivitis antara lain :

a. Periodontitis

Periodontis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan periodontal

karena dampak lanjut darimasalah gingivitis atau radang gusi yang

tidak terawat. Periodontis dibagi jadi 2 menurut tempat terjadinya

peradangan periodontitis

1) Periodontitis Marginalis merupakan peradangan dari jaringan

penyangga gigi yang mengenai gusi/gingiva sampai dengan

periodontal ligament.

2) Periodontitis Apikalis yaitu peradangan jaringan periodontal

didaerah sekitar apeks gigi sebagai kelanjutan dari masalah

peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena disebakan trauma.

b. Bau mulut

Bau mulut adalah suatu keadaan mulut mengeluarkan bau busuk yang

tidak enak atau sering disebut napas yang tidak sedap.Halitosis atau bau

mulut dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab :


1) Faktor Fisiologis yaitu produksi air ludah yang kurang saat tidur.

Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau

mulut.

2) Faktor Patologis yaitu Faktor kelainan rongga mulut seperti Radang

gusi / gingivitis, Plak gigi, Oral hygiene buruk dan Karies

c. Pembentukan saku gigi

Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam

bila dilihat secara patologik.

d. Gigi goyang

Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang

akar gigi dan merusak serat-serat halus yang mengikat akar gigi pada

tulang lambat laun gigi menjadi bergoyang(Dep.Kes.R.I.,1990:19). Ada

empat macam jenis derajat kegoyangan pada gigi :

1) Derajat 1 : bila seorang penderita merasa terjadi kegoyangan pada

gigi, akan tetapi operator tidak melihat adanya kegoyangan

2) Derajat 2 : gigi terasa seperti goyang dan memang terlihat goyang

3) Derajat 3 : kegoyangan gigi pada arah horizontal oleh lidah

4) Derajat 4 : kegoyangan gigi pada arah horizontal dan juga vertikal

oleh lidah

5) Gigi lepas (Avusi) : Gigi lepas sebelum waktunya (Depkes, R.I.,

1994).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengkajian Fisik

Mengkaji bibir, gigi, mulkosa buccal, gusi, langit-langit, dan lidah

klien. Perawat memeriksa warna, hidrasi, tekstur, luka, karies gigi,

kehilangan gigi, dan halitosis (bau napas yang menusuk). Klien yang

tidak menjaga hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan

jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya

sepanjang margin gusi), karies gigi, dan halitosis.

b. Perubahan Perkembangan

Perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur

dalam rongga mulut. Pada orang bertambah tua, praktik hygiene mulut

berkurang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Bertambahnya usia

dapat menyebabkan karies dan kehilangan gigi, penyakit periodontal,

permulaan infeksi sistemik, kemampuan untuk makan, dan

pemeliharaan hubungan.

c. Pola Makan

Masalah dalam mengunyah, kecocokan gigi palsu, atau menelan.

Adanya bisul atau iritasi pada klien lansia dengan gigi palsu yang

kurang pas.

d. Praktik Higienis

Frekuensi menggosok gigi, Gigi palsu (kapan dan bagaimana cara

membersihkannya), Penggunaan obat kumur atau sediaan gliserin-

lemon, Kunjungan terakhir ke dokter gigi dan hasilnya. Dua tipe


masalah besar pada lansia adalah karies gigi (lubang) dan penyakit

periodontal (pyorrhea).

2. Diagnosa

3. Intervensi

4. Implementasi

5. Evaluasi

DAFTAR PUSKATA

Anda mungkin juga menyukai