Diabetes Militus (DM) berasal dari Bahasa Yunani yaitu diabainein dan
Bahasa Inggris mellitus atau rasa manis di Indonesia disebut dengan istilah
kencing gula yaitu kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor,
dengan gejala berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metanolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Menurut Marrelli (2016) DM adalah suatu
sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifikas kerja insulin atau
keduuanya yang menyebabkan hiperglikemia.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititikberatkan
pada 4 pilar, yaitu edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmaklologi.
1. Edukasi
a. Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes
bertujuan untuk menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik.
Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-
orang yang beraktivitas bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di
lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus
tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang diabetes harus
mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
1) Perawatan kaki
2) Perawatan mata
3) Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
4) Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar
lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah).
b. Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan
deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan
dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan
mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa
darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes.
Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang
intensif dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit
diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
1) Penyakit diabetes yang tidak stabil
2) Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
3) Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
4) Ambang glukosa renal yang abnormal
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani yang dianjurkan seperti aerobik,
jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani sangat penting dalam
penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi
darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga sera menurunkan berat
badan.
4. Intervensi Farmakologi
Terapi farmaklologi diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk suntukan insulin
(Ndraha, 2014)
a. Obat hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonil urea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi penglepasan insulin,
meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa.
2) Biguanid
Obat ini dapat menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di
bawah normal.
3) Inhibitor alfa glukosidasc
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
glukosidase didalam, saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosadan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
4) Insulin sensitizing agent
Obat ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa.
Mengatasi masalah resistensi insulin berbagai masalah akibat resistensi
insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglekirnia. (Mansjoer. Arif, 1999)
b. Terapi Insulin
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa
darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara
temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau beberapa
kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam tiga
kategori utama, yaitu:
1) Insulin regular (R) / Short acting Insulin
2) NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
3) Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin.
Baradero. 2014. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC.