Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
Peradangan Gusi Pada Gigi

OLEH :

Reyhan Ammar Helmy Samsuri

(2211412010)

Dosen Pengampu :

Dra. Armini, M.Hum

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Peradangan Gusi pada Gigi” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan kedokteran gigi bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Saya menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 Desember 2023

Penyusun

i
ABSTRAK

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan
tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi
untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga
penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut
adalah gigi berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi
dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung
gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta
cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di
negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah
penyakit jaringan keras gigi (caries dentin) dan gusi (gingiva). Hal ini karena
prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya
belum memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan indikator kesehatan
gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi serta belum berhasilnya
usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor distribusi
penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan
gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia. Peningkatan keadaan
sosial ekonomi dan pola hidup juga sangat berpengaruh pada peningkatan
penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya
perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan
makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen, dan coklat.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


ABSTRAK .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Gingvitis ................................................................................................... 3
B. Peradangan ............................................................................................... 6
C. Faktor yang Mempengaruhi Gingivitis .................................................... 8
D. Prosedur Perawatan dan Pengobatan Pada Gigi ..................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan
tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi
untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga
penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut
adalah gigi berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi
dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung
gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta
cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di
negara-negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah
penyakit jaringan keras gigi (caries dentin) dan gusi (gingiva). Hal ini karena
prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya
belum memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan indikator kesehatan
gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi serta belum berhasilnya
usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor distribusi
penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan
gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia. Peningkatan keadaan
sosial ekonomi dan pola hidup juga sangat berpengaruh pada peningkatan
penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya
perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan
makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen, dan coklat.
Gingivitis atau radang gusi merupakan inflamasi atau peradangan yang
mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva. Gingivitis
disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer gingivitis
adalah plak, sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal
dan faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk,

1
sisa-sisa makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor
sistemik, seperti: faktor genetic, nutrisional, hormonal, dan hematologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut:

1. Apa itu Gingvitis ?


2. Apa itu Peradangan ?
3. Apa saja faktor yang menyababkan Gingvitis terjadi ?
4. Bagaimana Prosedur perawatan dan Pengobatan Peradangan Gusi pada
gigi ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tentang Gingvitis


2. Mengetahui tentang peradangan
3. Mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap Gingvitis
4. Mengetahui prosedur perawatan dan pengobatan peradangan gusi pada
gigi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gingvitis
Gingivitis lebih dikenal dengan istilah gusi bengkak atau gusi yang
meradang. Gingivitis merupakan perubahan patologis yang disertai
inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak disekitar gigi
atau jaringan gingiva. Gingivitis dapat terjadi akibat kebersihan gigi dan
mulut yang buruk sehingga menyebabkan peradangan pada gingiva atau
gusi.
Perkembangan gingivitis terjadi dalam tiga tahapan yang berbeda beda,
yaitu:
1. Gingivitis Tahap I
Awal terjadinya gingivitis yaitu pelebaran pembuluh darah.
Perubahan inflamasi awal ini terjadi sebagai respon dari leukosit
terhadap aktivitas mikrobial dan stimulasi subquent sel endotel.
Melihat dari gambaran histologi, leukosit dan netrofil
meninggalkan kapiler dengan cara bermigrasi melewati dinding
kapiler sehingga jumlahnya meningkat pada jaringan penghubung
Junctional epitelium dan sulcus gingiva.
2. Gingivitis Tahap II
Tanda klinis yang terjadi ada tahap kedua ialah adanya
kemerahan (hiperemi sudah terlihat) terjadinya pendarahan pada
saat probing . Jika dilihat dari gambaran histologi yaitu infiltrasi
leucosit dalam jaringan konektive dibawah junctional epitelium
leukasit +_ 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai mana juga
sel-sel plasma.
3. Gingivitis tahap III
Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah
lambat, warna gingiva menjadi merah kebiruan. Perbedaan
gingivitis tahap II dan III meningkatnya jumlah sel plasma yang
berubah menjadi sel inflamasi sel plasma akan menginvasi ke

3
konective tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium , akan
tetapi ke jaringan yang lebih dalam sekitar pembuluh darah
terjadinya pelebaran pada junctional epitelium dan pada ruangan
interseluler diisi dengan granuler seluler yaitu lisosom yang berasal
dari netrofil yang hancur, limfosit dan monosit, lisosom ini
mengandung asam hidrolase yang dapat merusak komponen
jaringan. Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi jaringan
gingiva oleh enzim kologenase. Enzim kologenase ini secara
normal terdapat pada jaringan gingiva yang dapat di produksi oleh
beberapa bakteri yang berada di dalam mulut dan oleh neutrofil.
Karakteristik gingivitis adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Warna Gingiva
Tanda klinis dari petradangan gingiva adalah perubahan
warna. Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk
jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi
dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika
vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami
reduksi atau menghilang.
Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan
keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva kronis.
Pembuluh darah vena akan memberikan kontribusi menjadi warna
kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi
pada proses peradangan. Perubahan warna terjadi pada papila
interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached
gingiva.
2. Perubahan Konsistensi
Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan
pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi
gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan
reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva
ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.
3. Perubahan Klinis dan Histopatologis

4
Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang
menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran
kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut
disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke
permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat
menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.
4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang
biasa disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah
subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara dominan, tetapi
meluas sampai ke papila interdental.
Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan
kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh
atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik.
Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis
dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang
berbentuk nodular pada gingiva.
5. Perubahan Posisi Gingiva
Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran
pada gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi
traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat
kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat,
fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit,
tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang dapat
menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari
makanan dan minuman yang panas.
Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah
epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan
pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
6. Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan
peradangan gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat

5
juga terjadi pada kondisi yang lain. Peradangan gingiva terjadi
resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas
ke permukaan akar. Penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi
kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction disebut
sebagai istilah McCall festoon.
Klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan menjadi 2 :
1. Gingivitis Akut
Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah pembengkakan
yang berasal dari peradangan akut dan gingiva yang lunak. Debris
yang berwarna keabu-abuan dengan pembentukan membran yang
terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan degenarasi epitel
fibrous. Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel dengan
edema interseluler dan intraseluler dengan degenarasi nukleus dan
sitoplasma serta rupture dinding sel.
2. Gingivitis Kronis
Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan lunak
yang dapat membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat
infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan
probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak
kemerahan. Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu
peradangan dan perubahan pada jaringan tersebut.
Jaringan konektif yang mengalami pembengkakan dan
peradangan sehingga meluas sampai ke permukaan jaringan epitel.
Penebalan epitel, edema dan invasi leukosit dipisahkan oleh daerah
yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif. Konsistensi
kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak fibrosis dan proliferasi
epitel adalah akibat dari peradangan kronis yang berkepanjangan.

B. Peradangan
Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan
diri, tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya,
termasuk sel sel yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses

6
penyembuhan. Kata inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang
berarti "Saya dibakar, saya menyalakan”.

Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika


sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari
tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya,
tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut khusus, menunjukkan
bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan
peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur,
sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu. Peradangan akut
yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan cepat menjadi parah.
Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun dalam
beberapa kasus dapat bertahan selama beberapa minggu.

Contoh penyakit, kondisi, dan situasi yang dapat menyebabkan


peradangan akut meliputi: penyakit bronkitis akut, usus buntu akut,
tonsilitis akut, infeksi meningitis akut, sinusitis akut, tumbuh kuku
terinfeksi, sakit tenggorokan dari pilek atau flu, goresan/luka di kulit,
latihan sangat intens, atau pukulan. Peradangan kronik berarti peradangan
jangka panjang, yang dapat berlangsung selama beberapa bulan dan
bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat hasil dari:

1. Kegagalan untuk menghilangkan apa pun yang menyebabkan


peradangan akut;
2. Sebuah respon autoimun terhadap antigen diri sendiri (sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat);
3. Sebuah iritasi kronik intensitas rendah yang bertahan.
Contoh penyakit dan kondisi dengan peradangan kronis meliputi: asma,
ulkus peptikum kronik, rheumatoid arthritis, periodontitis kronik,
ulcerative colitis dan penyakit Crohn , sinusitis kronik, dan masih banyak
lagi. Terdapat lima tanda-tanda peradangan akut :
1. Nyeri - daerah yang meradang cenderung nyeri, terutama ketika
disentuh. Daerah inflamasi menjadi lebih sensitif;

7
2. Kemerahan - karena kapiler yang diisi dengan lebih banyak darah
dari biasanya;
3. Immobilitas - mungkin ada hilangnya beberapa fungsi, seperti tidak
bergerak;
4. Pembengkakan - disebabkan oleh akumulasi cairan;
5. Panas - banyak darah di daerah yang terkena membuatnya terasa
panas saat disentuh.

C. Faktor yang Mempengaruhi Gingivitis


Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak
gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut. Plak
gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk
bagian pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik
yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu contohnya.
Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara
berlebihan khususnya jamur dan bakteri.

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun


semprotan air, tetapi dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara
mekanis. Plak gigi tidak dapat terlihat jika jumlahnya sedikit kecuali diberi
dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh
pigmenpigmen yang berada dalam rongga mulut. Plak gigi akan terlihat
berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning jika terjadi
penumpukan.

Faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor


sistemik. Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi
dari akumulasi deposit plak yang menghalangi pembersihan plak. Faktor-
faktor tersebut adalah restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa
makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat

8
orthodonti, susunan gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan
mikroorganisme. Faktor lokal tersebut merupakan proses mulainya
peradangan gingiva.

Faktor sekunder gingivitis yang kedua adalah faktor sistemik.


Faktor sistemik dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.
Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan, misalnya:

1. Faktor Genetik
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat
pada Hereditary gingival fibromatosis dan beberapa kelainan
mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.
Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang
tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement,
kadang-kadang menutupi sebagian besar permukaan atau seluruh
gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak
secara efektif.
Macam-macam lesi yang dapat mempengaruhi adalah
lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema
multiforme. 8Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik.
Hyperplasia gingiva dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan
sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan
dihydropyridines. Peradangan tergantung pada perluasan plak.
2. Faktor Nutrisional
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat
mempengaruhi keadaan gingiva dan daya tahannya terhadap iritasi
plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai elemen diet
yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat
defisiensi spesifik pada seorang manusia. Peradangan gingiva
karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak bengkak,
berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan
vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan

9
kemampuan untuk melindungi diri dari produk-produk seluler
tubuh berupa radikal oksigen.
3. Faktor Hormonal
Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas,
kehamilan, menopouse dan diabetes. Keadaan ini dapat
menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons
terhadap produkproduk plak. Insidens gingivitis pada masa
pubertas mencapai puncaknya dan tetap terjadi walaupun dilakukan
kontrol plak.
Penemuan Sutclife menyatakan bahwa peningkatan
keparahan gingivitis tidak berhubungan dengan meningkatnya
deposit plak. Jaringan lunak di dalam rongga mulut pada masa
pubertas terjadi inflamasi yang bereaksi lebih hebat terhadap
jumlah plak yang tidak terlalu besar yang diikuti dengan
pembengkakan gingiva dan perdarahan. Setelah melewati masa
pubertas keparahan inflamasi gingiva cenderung berkurang.
4. Faktor Hematologi
Penyakit darah tidak menyebabkan gingivitis, tetapi dapat
menimbulkan perubahan jaringan yang merubah respons jaringan
terhadap plak. Penyakit hematologi yang menyebabkan perdarahan
gingiva, diantaranya adalah anemia, leukemia dan leukopenia.
Presentase epitel jaringan ikat gingiva yang terkena radang
mengalami perdarahan lebih besar bila dibandingkan dengan
gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Perdarahan pada
gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang
terjadi pada jaringan ikat periodonsium.

D. Prosedur Perawatan dan Pengobatan Pada Gigi


Gigi sehat adalah gigi yang bersih tanpa lubang. Dengan merawat
gigi secara baik dan teratur. Perlu diketahui, makanan yang manis seperti
cokelat dan lengket seperti dodol jika tidak segera disikat dapat
menyebabkan kerusakan gigi. Juga minuman seperti teh, kopi, minuman

10
manis, serta kebiasaan merokok dapat menimbulkan lapisan tipis di gigi
yang disebut stain sehingga warna gigi jadi kusam atau kecokelat-
cokelatan. Lapisan stain yang kasar itu mudah ditempeli sisa-sisa makanan
dan kuman, yang akhirnya membentuk plak, jika tidak dibersihkan akan
mengeras dan menjadi karang gigi dan bisa merambat ke akar gigi.
Akibatnya gigi mudah berdarah, gigi gampang goyang dan mudah tanggal.
Hal lain yang bisa terjadi adalah terjadi abses atau bengkak pada gigi.

Terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan mengenai cara merawat


gigi yang baik dan benar, di antaranya:

1. Pemilihan sikat gigi


Inilah adalah cara merawat gigi utama yang harus
diperhatikan. Bulu sikat jangan terlalu keras/lembek/jarang. Ujung
sikat gigi dan ujung bulu sikat sedekat mungkin, bila tidak ujung
sikat gigi sudah mentok ke bagian belakang tapi bulu sikat tidak
kena gigi, jadi ada bagian gigi yang tidak tersikat. Ini biasanya
terjadi pada gigi geraham bungsu.
2. Gerakan sikat gigi
Cara merawat gigi berikutnya adalah memperhatikan cara
menyikat. Gerakan vertikal dari arah gusi ke ujung gigi, untuk
rahang atas dari atas ke bawah. Sedangkan bagian luar, dalam dan
permukaan gigi yang untuk mengunyah disikat dengan teliti.
Usahakan untuk tidak menyikat terlalu keras.
Gusi harus tersikat agar sisa-sisa makanan lunak yang ada
di leher gigi hilang. Cara ini secara tidak sadar melakukan pijatan
pada gusi, sehingga gusi sehat, kenyal dan tidak mudah berdarah.
Selain itu, hal ini juga mencegah terjadinya karang gigi.
3. Frekuensi sikat gigi

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gingivitis lebih dikenal dengan istilah gusi bengkak atau gusi yang
meradang. Gingivitis merupakan perubahan patologis yang disertai
inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak disekitar gigi
atau jaringan gingiva. Gingivitis dapat terjadi akibat kebersihan gigi dan
mulut yang buruk sehingga menyebabkan peradangan pada gingiva atau
gusi.
Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh. Ketika
sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari
tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya,
tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut khusus, menunjukkan
bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan
peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur,
sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu. Peradangan akut
yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan cepat menjadi parah.
Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun dalam
beberapa kasus dapat bertahan selama beberapa minggu.
Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak
gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut. Plak
gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk
bagian pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik
yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu contohnya.
Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara
berlebihan khususnya jamur dan bakteri

12
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. (1996). Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di


Sekolah. Jakarta: Depkes RI.

Notoatmodjo. (2010). Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan


Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.

Rahayu, T. (2010). Ilmu Penyakit Mulut. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hasanudin.

Sriyono, & Widiyanti, N. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan . Yogyakarta:


Medika FK UGM.

Tarigan, R. (1993). Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Buku Kedoktera.

iii

Anda mungkin juga menyukai