Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENYAKIT / KELAINAN JARINGAN


PENYANGGA GIGI

Dosen Pengampu:
drg. Kirana P. Sihombing, M. Biomed

Disusun Oleh:
Nurul Sofia
P07525020095

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Kelainan Jaringan Penyangga Gigi. Makalah Kelainan Jaringan
Penyangga Gigi disusun guna memenuhi tugas dari pada mata kuliah Penyakit
Gigi dan Mulut di Politeknik Kesehatan Medan. Selain itu, saya juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Kelainan
Jaringan Penyangga Gigi.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu pembimbing
selaku dosen mata kuliah Penyakit Gigi dan Mulut. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya
menyadari bahwa makalah yang saya susun ini memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi saya dan semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 22 April 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar .....................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................3
1.4 Manfaat ...............................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................4


2.1 Pengertian Jaringan Penyangga Gigi ..................................4
2.2 Komponen Jaringan Periodontal ........................................5
2.3 Kondisi Jaringan Periodontal .............................................7

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................8


3.1 Menjelaskan Penyakit Periodontal .....................................8
3.2 Menjelaskan Faktor Penyebab Penyakit Periodontal ........8
3.3 Menjelaskan Klasifikasi Penyakit Periodontal .................12
3.4 Menjelaskan Pencegahan Penyakit Periodontal ...............15
3.5 Menjelaskan Perawatan Penyakit Periodontal .................17

BAB 1V PENUTUP ...........................................................................20


4.1 Kesimpulan .......................................................................20
4.2 Saran .................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu penyakit gigi dan mulut atau oral patologi adalah ilmu yang mempelajari
penyakit-penyakit dan kelainan yang terjadi pada rongga mulut, tanda-tanda atau
gejalanya, penyebabnya serta perawatannya. WHO mendefisikan kesehatan mulut
sebagai keadaan mulut yang bebas dari berbagai penyakit yang mengganggu
fungsi bicara, mengunyah dan tersenyum. Tingginya beban penyakit mulut
merupakan tantangan besar di hampir semua negara di seluruh dunia. Salah satu
penyakit yang menyerang rongga mulut adalah penyakit periodontal.
Jaringan periodontal merupakan jaringan yang mengelilingi gigi geligi yang
berfungsi sebagai penyangga gigi geligi. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva,
sementum, jaringan ikat periodontal dan tulang alveolar. Struktur jaringan
periodontal terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan
sementum. Penyakit periodontal adalah infeksi kronis multifaktorial yang
mengakibatkan destruksi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh
mikroorganisme, maloklusi, dan trauma kronis yang mengakibatkan pembentukan
poket periodontal, kerusakan jaringan ikat, dan resorpsi tulang alveolar, dan akan
menyebabkan kehilangan gigi.
Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri yang terjadi
karena adanya akumulasi plak. Apabila plak dibiarkan lebih lama, plak akan
mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi kalkulus. satu contoh bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit periodontal adalah Porphyromonas Gingivalis.
Porphyromonas Gingivalis adalah bakteri Gram Negatif Anaerob yang terlibat
dalam Patogenesis Periodontitis, peradangan yang menghancurkan jaringan
pendukung gigi yang akhirnya dapat menyebabkan kehilangan gigi. Bakteri ini
dapat ditemukan dalam jumlah sedikit pada rongga mulut individu yang sehat.
Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai di masyarakat yaitu
gingivitis dan periodontitis. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva
yaitu gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva
karena edema dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan

iv
dan menyikat gigi. Periodontitis adalah suatu infeksi dari beberapa
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan peradangan pada jaringan
pendukung gigi yang biasanya menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen
periodontal.
Pada dasarnya penyakit gigi dan mulut tidak menyebabkan kematian,
namun dapat mengganggu kualitas hidup dan periodontitis merupakan salah satu
infeksi mulut yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit sistemik. Gingivitis
yang tak terawat dapat berlanjut menjadi periodontitis, disebabkan oleh plak
sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebar dan tumbuh di
bawah gum line.
Gingivitis memiliki kaitan yang erat dengan plak gigi sehingga upaya yang
selama ini dilakukan sebagai pencegahan gingivitis adalah dengan kontrol plak.
Plak adalah suatu lapisan tipis yang melekat dipermukaan gigi, berisi kumpulan
protein air ludah, sisa makanan dan bakteri yang merupakan penyebab utama
penyakit periodontal. Peradangan gusi penderita gingivitis tidak mengakibatkan
kehilangan perlekatan klinis. Peradangan gusi yang ditandai dengan hilangnya
perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar lalu membentuk poket, resesi atau
keduanya disebut periodontitis.
Upaya yang dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi, Penyingkiran
secara mekanis dapat didahulukan dengan penyikatan gigi dan penggunaan
benang gigi. Secara kimia dapat dilakukan dengan penggunaan bahan
antimikroba, yaitu senyawa kimia yang bersifat mengganggu aktivitas biologi sel
mikroba dengan cara mematikan atau menghambat pertumbuhan sel mikroba.
Gingivitis juga dapat terjadi akibat pembersihan bagian sela-sela gigi
dengan cara yang salah sehingga bakteri yang berada di sela gigi menjadi
berkumpul disepanjang gingiva. Bakteri penyebab terjadinya gingivitis kronis
adalah Streptococcus sanguis, Streptococcus milleri, Fusobacterium nucleatum,
Actinomyces israelii, dan Bacteroides intermediu.

v
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan penyakit periodontal
2) Apa faktor penyebab penyakit periodontal
3) Bagaimana klasifikasi penyakit periodontal
4) Bagaimana pencegahan penyakit periodontal
5) Bagaimana perawatan penyakit periodontal

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu penyakit periodontal
2) Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit periodontal
3) Untuk mengetahui klasifikasi penyakit periodontal
4) Untuk mengetahui pencegahan penyakit periodontal
5) Untuk mengetahui perawatan penyakit periodontal

1.4 Manfaat
Belajar memahami masalah dan mencari solusinya serta menerapkan ilmu
pengetahuan yang dipelajari dan membuka pikiran untuk memahami
permasalahan.

vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1) Pengertian Jaringan Penyangga Gigi


Jaringan periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya (Putri, Herijulianti, dan
Nurjanah, 2012).
Gambaran Klinis Jaringan Periodontal

Gambaran klinis jaringan periodontal adalah warna gingiva tepi dan


gingiva cekat secara umum berwarna pink akibat dari suplai darah. Warna ini
tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi dan
konsentrasi pigmen melanin (Fiorellini dkk.2012). Kontur gingiva berlekuk,
berkerut-kerut seperti kulit jeruk dan licin serta melekat dengan gigi dan tulang
alveolar, Ketebalan gingiva bebas adalah 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan
meluas menjadi papila interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak
mudah berdarah, tidak udem dan eksudat, dan ukurannya normal tergantung
dengan elemen seluler, interseluler dan suplai vaskuler (Highfield, 2009).

vii
2.2) Komponen jaringan periodontal
Menurut Putri, Herijuanti, dan Nurjanah (2012) (dalam Manson dan Eley
1993), menyebutkan bahwa jaringan periodontal terdiri dari empat komponen
yaitu:

1) Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar, dan
merupakan bagian dari mukosa rongga mulut mengelilingi leher gigi dan
menutupi tulang alveolar.
Klasifikasi gingiva dibagi menjadi 3 :
 Margin Gingiva atau Free Gingiva
Gingiva yang mengelilingi gigi, berbatasan dengan attached
gingiva dan lekukan dangkal yang disebut free gingival groove. Bagian ini
free gingiva terlihat seperti dinding sulkus gingiva. Dasar dari sulkus
terbentuk oleh junctional epithelium khusus yang menempel pada
permukaan gigi (Nield-Gehrig, 2007).
 Gingiva Cekat atau Attached gingiva
Attached gingiva melekat erat pada periosteal tulang alveolar
dengan tekstur padat dengan lebar 1-9mm. Attached gingiva sehat
berwarna pink coral, terlihat permukaan tidak rata atau seperti kulit jeruk
disebut stippling. Stippling disebabkan oleh adanya serat jaringan yang
menghubungkan jaringan gingiva pada sementum dan tulang. Attached
gingiva memungkinkan jaringan gingiva untuk menahan kekuatan
mekanis yang dibuat selama aktivitas seperti pengunyahan, berbicara, dan
penyikatan gigi, dan mencegah free gingiva tertarik oleh tegangnya gigi
yang disebabkan oleh daya mukosa (Nield-Gehrig, 2007).
 Interdental Gingiva
Gingiva interdental yang berada diantara celah gigi. Interdental
gingiva terbagi menjadi 2 bagian yaitu papillae dan col. Papilla pada
bagian lingual dan labial, ujung papilla interdental dibentuk oleh free

viii
gingiva. Col teretak di tengah papila interdental berbentuk seperti lembah
menurun yang melekat pada area kontak antar gigi (Nield-Gehrig, 2007).

2) Tulang alveolar
Tulang Alveolar adalah bagian tulang yang menyangga gigi
sehingga membentuk prosessus alveolaris. Prosessus alveolaris terbagi
menjadi dua yaitu tulang alveolar sebenarnya (Alveolar Proper Bone) dan
tulang pendukung (Alveolar Supporting Bone). Periosteum adalah lapisan
jaringan ikat lunak yang menutupi permukaan luar tulang, lapisan luar
dengan jaringan kolagen dan lapisan dalam dari serat elastis halus.

3) Ligamentum Periodontal
Ligamentum Periodontal adalah struktur jaringan penyangga gigi
yang mengelilingi akar gigi dan melekatkannya ke tulang alveolar.
Ligamen periodontal mempunyai kata lain yaitu membran periodontal,
desmodont, ligamentum alveoloden, periosteum gigi, dan gomphosis.
Ligamen periodontal memberikan nutrisi, sensori pada gigi dan
mempertahan kan sementun dan tulang pada soketnya (Nield-Gehrig,
2007).

4) Sementum
Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang
menyelubungi dentin akar gigi dan tempat berinsersinya bundel serabut
kolagen. Sementum terdeposisi pada permukaan akar gigi secara perlahan
sepanjang hidup kita. Bagian daerah setengah koronal, tebal sementum
berkisar antara 16-60 µm sedangkan pada sepertiga apikal berkisar antara
150-200 µm. Deposisi sementum pada daerah apikal mengimbangi
hilangnya struktur gigi pada permukaan oklusal karena atrisi (Consolaro
dkk., 2012).

ix
Gambar dibawah ini menunjukkan komponen- komponen jaringan
periodontal

2.3) Kondisi Jaringan Periodontal


Menurut Putri, Herijulianti, Nurjanah (2012), kondisi jaringan periodontal berupa;
 Kondisi Jaringan Periodontal Sehat
Menurut Putri, Herijulianti, Nurjanah (2012), kondisi jaringan
periodontal sehat adalah suatu kondisi sehat, tidak ada pendarahan, tidak
ada karang gigi, dan tidak ada penurunan sulcus gingiva atau pocket.

 Kondisi Jaringan Periodontal Berdarah


Menurut Allen, McFall and Hunter (1996), kondisi jaringan
periodontal darah adalah suatu peradangan yang terjadi dalam jaringan
gusi. Penyebab dari peradangan jaringan gusi adalah karena kebersihan
gigi yang kurang baik, sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan
gusi. Kuman pada plak akan menghasilkan racun yang merangsang gusi
seghingga gusi mudah berdarah. Jika plak tidak dihilangkan maka lama
kelamaan akan mengeras menjadi karang gigi. Peradangan gingiva dapat
juga disebabkan oleh karena kekurangan vitamin C. Menurut Tarigan
(2014), tanda gusi radang yaitu gusi akan tampak merah, bengkak, mudah
berdarah bila ditekan sedikit saja.

x
 Kondisi Jaringan Periodontal Berisi Pocket

Pocket adalah sulcus gingiva yang bertambah dalam secara


patologis disebabkan oleh kelainan periodontal dengan kedalaman lebih
dari 2 mm. Tanda-tanda pocket yaitu: warna dinding merah tua, sampai
kebiruan, bila ditusuk perlahan-lahan dengan sonde pada permukaan
dalam dari pocket akan terasa sakit dan berdarah (Fedi, Vernio, Gray,
2005).

xi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan kondisi peradangan yang mengenai


jaringan pendukung gigi yang meliputi gingiva, sementum, ligamen periodontal,
serta tulang alveolar yang disebabkan oleh bakteri (Newman,dkk, 2012). Definisi
penyakit periodontal menurut Lumentut adalah lesi rongga mulut yang
menyebabkan daerah penyangga gigi kehilangan struktur kolagennya, dan
merupakan respon terhadap akumulasi bakteri pada jaringan periodontal
(Lumentut dkk., 2013). Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada
jaringan pendukung gigi (periodontium), penyakit periodontal dapat hanya
mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam
atau periodontitis (Utami dkk., 2011).

Gambaran klinis periodontitis yaitu terdapat peningkatan kedalaman


probing. Perdarahan saat probing (ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan
dengan perlahan dan perubahan kontur. Fisiologis dapat juga ditemukan
kemerahan dan pembengkakan gingival (Peter, 2002). Penampakan klinis yang
membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah keberadaan kehilangan
perlekatan (attachment loss) yang dapat dideteksi. Hal ini sering disertai dengan
pembentukan poket periodontal dan perubahan densitas serta ketinggian tulang
alveolar dibawahnya (Carranza et al.,2006).

3.2 Faktor Penyebab Penyakit Periodontal

Faktor utama penyebab penyakit periodontal dibedakan menjadi dua yaitu


faktor lokal dan faktor sistemik (Carranza, 2012). Faktor lokal adalah faktor yang
terdapat disekitar gigi sedangkan faktor sistemik yang berhubungan dengan
metabolisme tubuh dan kesehatan umum.

1). Faktor lokal

xii
 Plak Bakteri

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada


permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam
suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan
mulutnya. Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam
penyakit periodontal, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus,
materi alba, dan debris makanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang
terpenting adalah plak gigi. Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena
kurangnya memelihara kebersihan gigi dan mulut (Carranza, 2012).

 Kalkulus

Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang
mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah.
Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat
dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang
berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan
penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Jenis kalkulus di
klasifikasikan sebagai supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya
dengan gingival margin. Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang
melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin
dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan atau
bahkan kecoklat-coklatan. Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang
berada dibawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan
tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan (Carranza, 2012).

 Faktor Iatrogenic

Faktor iatrogenik dari penumpatan atau protesa terutama adalah


berupa lokasi tepi tambalan, spasi antara tepi tambalan dan gigi yang tidak
dipreparasi, kontur tumpatan, oklusi, materi tumpatan, prosedur
penumpatan, desain protesa lepasan. Tepi tumpatan yang overhang
menyebabkan keseimbangan ekologi bakteri berubah dan menghambat
jalan atau pencapaian pembuangan akumulasi plak. Lokasi tepi tambalan

xiii
terhadap tepi gingiva serta kekasaran di area subgingival, mahkota dan
tambalan yang terlalu cembung, kontur permukaan oklusal seperti ridge
dan groove yang tidak baik menyebabkan plak mudah terbentuk dan
tertahan, atau bolus makanan terarah langsung ke proksimal sehingga
sebagai contoh terjadi impaksi makanan (Carranza, 2012).

 Materia Alba

Suatu campuran lunak antara protein saliva, bakteri, sel epitel


terdeskuamasi, dan kadang-kadang leukosit yang mati.

 Debris Makanan

Menurut Fedi, Vernio, Gray, (2005), debris makanan adalah


makanan yang tersisa di dalam mulut. Semua faktor lokal tersebut
diakibatkan karena kurangnya memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan
bahwa di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran, debris dan kalkus.

2). Faktor Sistemik

 Faktor Genetik

Proses terjadinya periodontitis berhubungan didalam satu keluarga.


Dasar dari persamaan ini baik karena memiliki lingkungan atau gen yang
sama atau keduanya telah diteliti dalam beberapa penelitian. Kesimpulan
yang didapatkan bahwa selain pada susunan genetik yang sama,
persamaan dalam keluarga disebabkan karena adat dan lingkungan yang
sama. Hubungan saudara kandung dalam penelitian ini, kaitannya dengan
jaringan periodontal tidak bisa ditolak (Newman,dkk, 2012).

xiv
 Usia

Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang


hal ini menunjukkan bahwa usia dipastikan berhubungan dengan
hilangnya perlekatan pada jaringan ikat. Namun, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat berpotensi
mengalami kerusakan. Kerusakan ini meliputi periodontitis, trauma
mekanik yang kronis yang disebabkan cara menyikat gigi, dan kerusakan
dari faktor iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang kurang baik
atau perawatan scalling and root planing yang berulang-ulang.

 Diabetes Mellitus

Kadar gula darah yang tinggi dapat menekan respons imun inang
dan menyebabkan penyembuhan luka yang tidak baik serta infeksi
kambuhan. Manifestasi dalam rongga mulut dapat berupa abses
periodontal multiple atau kambuhan dan selulitis. Pasien penderita
diabetes mellitus yang tidak terkontrol atau tidak terdiagnosa, lebih rentan
terhadap gingivitis, hyperplasia gingival, dan periodontitis.

 Ketidak Seimbangan Hormon

Pada hiperparatiroidisme terjadi mobilisasi dari kalsium tulang


secara berlebih. Hal ini dapat menyebabkan osteoporosis dan kehilangan
tulang yang hebat pada periodontitis karena plak.

 Defisiensi Nutrisi dan Gangguan Metabolik

Defisiensi vitamin C yang berat dapat menginduksi kerusakan


jaringan periodontal secara nyata pada manusia. Perubahan awal dapat
bermanifestasi sebagai gingivitis ringan hingga sedang, yang diikuti oleh
pembesaran gingiva yang terimflamasi akut, edematous, dan hemoragik.
Gejala oral ini disertai perubahan fisiologik menyeluruh seperti kelesuan,
lemah, malaise, nyeri sendi, ekimosis, dan turunnya berat badan. Jika tidak
terdeteksi pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan
periodontal hebat.

xv
Difisiensi vitamin D dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis
yang bermanifestasi sebagai riketsia pada anak atau osteomalasia pada
orang dewasa. Kedua kondisi ini dapat dikaitkan dengan kerusakan
jaringan ikat periodontal dan .penyerapan tulang.

3.3 Klasifikasi Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit umum dan tersebar luas di


masyarakat, bisa menyerang anak–anak, maupun orang dewasa. Fedi,
Vernio,Gray, (2005) menyatakan secara umum penyakit ini dapat diklasifikasikan
menjadi gingivitis dan periodontitis. Keradangan mengenai gingiva disebut
gingivitis, dan keradangan yang mengenai jaringan periodontal yang ditandai
dengan migrasi epitel ke apikal, kehilangan pelekatan dan puncak tulang alveolar
disebut periodontitis.

1). Gingivitis

 Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan
perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga epitel tetap melekat pada
permukaan gigi di tempat aslinya. Gambaran klinis gingivitis umumnya
berupa jaringan gingiva berwarna merah dan lunak, mudah berdarah pada
sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus,
tanpa adanya kerusakan puncak alveolar yang dapat diketahui secara
radiografis.

 Penyebab Gingivitis
Gingivitis disebabkan oleh plak dan dipercepat dengan adanya
faktor iritasi lokal dan sistemik Putri, Herijulianti, Nurjanah (2012). Plak
adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang terdiri
atas mikrooganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks jika
seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Mekanisme
pembentukan plak terdiri dari tiga tahap :

xvi
Tahap I : merupakan tahapan penbentukan lapisan acquired pellicle,
dimana dalam 24 jam bakteri yang tumbuh adalah jenis Streptococcus
mutans.

Tahap II : Dua sampai empat hari bakteri-bakteri yang tumbuh adalah


jenis coccus gram negatif bacillus.

Tahap III : Pada hari ke tujuh terjadi pematangan plak dan bakteri yang
tumbuh adalah jenis spirochaeta dan vibrio dan jenis bakteri ini yang akan
menyebabkan gingivitis (Putri, Herijulianti, Nurjanah, 2012).

Faktor iritasi lokal penyebab gingivitis menurut Putri, Herijulianti,


Nurjanah (2012), mengatakan faktor lokal penyebab gingivitis yaitu:
materia alba, karang gigi, over hanging filling (tambalan berlebihan), dan
obat-obatan misalnya arsen.

Sedangkan faktor sistemik penyebab gingivitis yaitu:


ketidakseimbangan hormonal (diabetes, pubersitas, kehamilan), kelainan
darah, malnutrisi dan obat-obatan (misalnya dilatin sodium).

 Tanda–Tanda Gingivitis

Menurut Fedi, Verino, Gray, (2005) gingivitis merupakan tahap


awal dari proses penyakit periodontal. Gingivitis biasanya disertai dengan
tanda–tanda berikut yaitu adanya perdarahan pada gingiva tanpa ada
penyebab, adanya pembengkakan pada gingival, hilangnya tonus gingival,
hilangnya stippling pada gingival, konsistensi gingiva lunak disertai
adanya poket gingival, periodontitis.

xvii
2). Periodontitis

 Pengertian Periodontitis

Periodontitis adalah keradangan yang mengenai jaringan


pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dapat
menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament periodontal, tulang
alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya.

Periodontitis dibagi menjadi dua yaitu : Periodontitis Kronis merupakan


penyakit yang secara progresif berjalan lambat. Penyakit ini disebabkan
oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis merupakan
penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis
kronis dapat terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap
akumulasi plak dan kalkulus secara kronis (Carranza, 2012).

Periodontitis Agresif dikenal juga sebagai early-onset


periodontitis. Periodontitis agresif diklasifikasikan sebagai periodontitis
agresif lokal dan periodontitis agresif generalis. Periodontitis agresif
biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia di bawah 30 tahun.
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan,
kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva
yang menyertai, perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial
penderita (Carranza, 2012).

 Penyebab Periodontitis

Periodontitis terutama berhubungan dengan mikroorganisme dan


produk produknya yang ditemukan pada plak, supra dan sub gingiva
kalkulus. Plak yang tinggal disuatu tempat tertentu dalam jangka waktu
yang lama, tujuh hari atau lebih, maka plak dapat menyebabkan terjadinya
penyakit periodontal yang disertai keluhan sakit atau tanpa keluhan sakit.
Gingivitis yang dibiarkan akan menjadi periodontitis, karena akibat
pembengkakan gusi maka saku gusi akan tampak lebih dalam dari keadaan
normal. Periodontitis merupakan penyakit infeksi, maka penyebab dari

xviii
periodontitis ini adalah mikroorganisme. Mikroorganisme mempunyai
peran yang penting sebagai penyebab terjadinya kerusakan yang lebih
dalam dari jaringan periodontium (Putri, Herijulianti, Nurjanah, 2012).

 Tanda-Tanda Periodontitis

Menurut Putri, Herijulianti, Nurjanah, (2012) menyebutkan secara


klinis periodontitis ditandai dengan: perubahan bentuk gingiva, perdarahan
pada gingiva, nyeri dan sakit, kerusakan tulang alveolar, rasa tidak enak,
adanya halitosis serta pendarahan pada saat probing.Namun timbulnya
pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam pemeriksaan yang
berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap adanya
inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang
berdarah.

 Pengobatan Periodontitis

Tujuan pengobatan periodontitis adalah mengurangi keradangan


pada jaringan periodontal, menghilangkan celah antara gusi dan gigi serta
mengatasi penyebab keradangan. Jika periodontitis belum parah biasanya
pengobatannya dengan antibiotik maupun obat kumur untuk
menghilangkan bakteri penyebab infeksi. Selain itu tindakan pembersihan
karang gigi atau scaling juga diperlukan guna menghilangkan karang gigi
dan bakteri dari permukaan gigi atau bagian bawah gusi. Jika bakteri dan
plak bertumpuk di akar gigi maka tindakan root planing diperlukan untuk
membersihkan dan mencegah penumpukan bakteri dan karang gigi lebih
lanjut serta menghaluskan permukaan akar. Periodontitis yang berat
biasanya dokter menerapkan prosedur operasi. Tindakan operasi yang
dilakukan dapat berupa operasi mengurangi kantong atau celah gusi.
Operasi cangkok jaringan lunak yang rusak atau cangkok tulang untuk
memperbaiki jaringan tulang yang hancur di sekitar akar gigi. Atau
mencabut gigi yang terkena infeksi agar tidak semakin meluas dan
menyerang daerah lain (Zakirah, t.t).

xix
 Pencegahan Periodontitis
Pencegahan periodontitis dapat dilakukan dengan mengontrol plak.
Hal yang termasuk dalam pencegahan periodontitis adalah cara mendidik
peserta agar pasien mengetahui cara – cara menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Serta memotivasi pasien menerapkan nasehat dan petunjuk yang
sudah diberikan oleh dokter gigi. Dalam hal pendidikan pasien, pasien
harus tahu cara mengontrol plak (Zakirah, t.t).

3.4 Pencegahan Penyakit Periodontal

Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan


oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit.
Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk
memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan
mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia.

Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling


berhubungan satu sama lain yaitu :

 Kontrol Plak

Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah


pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit
periodontal , tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau
dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi
program kontrol plak.

a) Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak


berarti pemeliharaan kesehatan.
b) Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti
penyembuhan.
c) Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak
berarti mencegah kambuhnya penyakit ini.

xx
 Profilaksis Mulut

Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri


dari penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.

a) Pencegahan Trauma dari Oklusi


Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan
secara perlahan-lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan
tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat
menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau
clenching.

b) Pencegahan dengan Tindakan Sistemik


Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan
tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga
mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera
seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.

c) Pencegahan dengan Prosedur Ortodontik


Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit
periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk
pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang
lengkung rahang.

d) Pencegahan dengan Pendidikan Kesehatan Gigi Masyarakat


Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan
pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat.
Pengajaran yang efektif dapat diberikan di klinik. Sedangkan untuk
masyarakat dapat diberikan melalui kontak pribadi, aktivitas dalam
kelompok masyarakat, media cetak maupun elektronik,
perkumpulan remaja, sekolah dan wadah lainnya.

xxi
e) Pencegahan Kambuhnya Penyakit
Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang
positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini
merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien
(untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus
mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan
berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai
pelayanan pencegahan yang bermanfaat.

3.5 Perawatan Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat sesegera


mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Tujuan dari perawatan ini
adalah untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih parah dan kehilangan gigi.
Menurut Glickman ada empat tahap yang dilakukan dalam merawat penyakit
periodontal yaitu :

 Tahap Jaringan Lunak

Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi


gingiva, menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya.
Disamping itu juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan
mukogingiva yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal
dapat dilakukan dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan
proksimal yang cacat dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.

 Tahap Fungsional

Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang


memberikan stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan
jaringan periodontal. Untuk mencapai hubungan oklusal yang optimal,
usaha yang perlu dan dapat dilakukan adalah : occlusal adjustment,
pembuatan gigi palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi
yang mobiliti) dan koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching).

xxii
 Tahap Sistemik

Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan


perawatan penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat
mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan atau mengganggu
pemeliharaan kesehatan jaringan setelah perawatan selesai. Masalah
sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa merawat pasien
atau merujuk ke dokter spesialis.

 Tahap Pemeliharaan

Prosedur yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan


periodontal yang telah sembuh yaitu dengan memberikan instruksi higine
mulut (kontrol plak), kunjungan berkala ke dokter gigi untuk memeriksa
tambalan, karies baru atau faktor penyebab penyakit lainnya.

xxiii
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jaringan periodontal merupakan bagian yang mengelilingi gigi dan


melekat pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga
tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal berfungsi sebagai jaringan
penyangga gigi. Jaringan periodontal adalah sistem yang kompleks dan memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap tekanan.

Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri yang terjadi


karena adanya akumulasi plak. Apabila plak dibiarkan lebih lama, plak akan
mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi kalkulus.

Jaringan periodontal memiliki anatomi struktur yang terdiri dari gingiva,


ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum. Gingiva merupakan suatu
jaringan lunak yang terdapat pada rongga mulut, gingiva sendiri dibedakan
menjadi 3 tipe yaitu, margin gingiva, attached gingiva dan interdental gingiva.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa kesehatan gigi mampu memahami diagnosa,


pemeriksaaan pendahuluan, rencana perawatan dan akibat dari serta macam
kelainan dan etiologi penyakit periodontal sehingga dapa diterapkan di
masyarakat.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unissula.ac.id/7869/5/BAB%20I.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1839/3/4%20BAB%20II.pdf

http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000088024/2016
_TA_KG_04012020_Bab-2.pdf

xxv

Anda mungkin juga menyukai