Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERIODONTITIS

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3 :

Lala Deka PO714261201012


Lutfiah Sri Wahyuni AM PO714261201013
Muftih Khaera Umma Amir PO714261201014
Nanda Sasmika PO714261201016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN KESEHATAN GIGI
PRODI DIV TERAPI GIGI
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
DAFTAR GAMBAR

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu penyakit gigi dan mulut atau oral patologi adalah ilmu
yang mempelajari penyakit-penyakit dan kelainanyang terjadi pada
rongga mulut, tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya serta perawatannya.
Jaringan periodontal merupakan jaringan yang mengelilingi gigi dan dapat
mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Struktur jaringan
periodontal terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan
sementum.
Penyakit periodontal adalah infeksi kronis multifaktorial yang
mengakibatkan destruksi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh
mikroorganisme, maloklusi, dan trauma kronis yang mengakibatkan
pembentukan poket periodontal, kerusakan jaringan ikat, dan resorpsi tulang
alveolar, dan akan menyebabkan kehilangan gigi. Penyebab utama penyakit
periodontal adalah iritasi bakteri yang terjadi karena adanya akumulasi plak.
Apabila plak dibiarkan lebih lama, plak akan mengalami kalsifikasi dan berubah
menjadi kalkulus.
Gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit periodontal yang
sering ditemui. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva yaitu
gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva
karena edema dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan
dan menyikat gigi. Periodontitis adalah suatu infeksi dari beberapa
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan peradangan pada jaringan
pendukung gigi yang biasanya menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen
periodontal.
Salah satu contoh bakteri yang dapat menyebabkan penyakit periodontal
adalah Porphyromonas gingivalis. Porphyromonas gingivalis adalah bakteri
Gram negatif anaerob yang terlibat dalam patogenesis periodontitis, peradangan
yang menghancurkan jaringan pendukung gigi yang akhirnya dapat

5
menyebabkan kehilangan gigi. Bakteri ini dapat ditemukan dalam jumlah
sedikit pada rongga mulut individu yang sehat.
Prinsip pencegahan penyakit periodontal adalah kontrol plak. Kontrol
plak adalah upaya menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak pada
permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun
kimiawi. Penyingkiran secara mekanis dapat didahulukan dengan penyikatan
gigi dan penggunaan benang gigi. Secara kimia dapat dilakukan dengan
penggunaan bahan antimikroba, yaitu senyawa kimia yang bersifat
mengganggu aktivitas biologi sel mikroba dengan cara mematikan atau
menghambat pertumbuhan sel mikroba.
Komponen dari tumbuhan yang bersifat antibakteri antara lain adalah
minyak atsiri. Golongan rimpang-rimpangan dengan kandungan minyak atsiri
tertinggi adalah Jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dengan kandungan
minyak atsiri sebesar 2,58-2,72%.11,12
Berdasarkan data statistik yang ada pada tahun 2012, produksi Jahe di
Indonesia mencapai 114.537,65 ton per tahun. Ketersediaan Jahe yang tinggi di
Indonesia, dapat menjadi sumber yang potensial sebagai bahan antimikroba.13
Oonmetta-aree dkk menyebutkan bahwa kandungan Jahe terdiri dari minyak
esensial (bisabolene, phellandrene, citral, borneol, citonellol, dll), oleoresin
(gingerol, shogaol), phenol, serta vitamin dan mineral yang terkandung
didalamnya.14 Zat bioaktif pada Jahe merah berpengaruh terhadap 3 (tiga)
strain bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa. Nwaopara dkk menyatakan penelitian secara in vitro menunjukkan
bahwa bahan aktif Jahe dapat menghambat perkembangan koloni bakteri. Jahe
menghambat bakteri E. Coli, Proteus Sp., Staphylococcus dan Salmonella.
Minyak atsiri yang terdapat pada Jahe merah dapat merusak membran sel
bakteri sehingga menyebabkan lisis yang menghambat pertumbuhan
selnya.12,14 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai efektivitas ekstrak Jahe merah
(Zingiber officinalle Var. Rubrum) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis
secara in vitro.

6
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu periodontitis ?
2. Bagaimana bisa terjadi periodontitis ?
3. Apa saja ciri-cri penyakit periodontitis ?
4. Bagaimana cara pengobatan penyakit periodontitis ?
5. Apa saja cara pencegahanpenyakit periodontitis ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit periodontitis
2. Untuk mengetahui proses terjadinya penyakit periodontitis.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri penyakit periodontitis
4. Untuk mengetahui pengobatan penyakit periodontitis
5. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit periodontitis

7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jaringan periodontal
1. Pengertian jaringan periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi
gigi, yang mencakup gingiva, sementum. ligamen periodontal, dan tulang
alveolar (Fiorellini dkk., 2012).
Gambar 2.1 Jaringan Periodontal

Sumber : Fiorellini dkk., 2012


2. Anatomi jaringan periodontal
a. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa di dalam rongga mulut yang
mengelilingi bagian servikal gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar.
Gingiva terdiri atas epitel tipis pada lapisan terluar dan jaringan ikat
dibawahnya. Bagian-bagian dari gingiva antara lain mukosa alveolar,
pertautan gingiva (mucogingival junction), perlekatan gingiva (attached
gingiva), alur gingiva bebas (free gingiva groove), sulkus gingiva,
gingiva tepi (margin) dan gingiva interdental (interdental papilla).
Ciri-ciri klinis gingiva normal dan sehat antara lain berwarna
merah muda, yang diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat

8
lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen, tidak udem atau bengkak,
kenyal, melekat erat pada gigi dan prosesus alveolaris, tidak mudah
berdarah dan tidak mengandung eksudat, teksturnya berbintik-bintik
seperti kulit jeruk (stiplling) yang akan terlihat jelas saat gingiva
dikeringkan dengan semprotan udara, dan papila interdental lancip.
Gambar 2.2 Gingiva

Sumber : (Fiorellini dkk., 2012)


b. Sementum
Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat
terkalsifikasi yang menutupi dentin di area akar gigi. Fungsi sementum
adalah memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligamen
periodontal untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan
terlibat dalam perbaikan dan remodeling gigi dan tulang alveolar.
Sementum berwarna kuning mengkilat dan secara klinis tidak terlihat
namun saat terjadi resesi gingiva maka sementum akan terlihat. Resorpsi
sementum dapat disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan,
gerakan ortodonti, tekanan tumor, dan defisiensi kalsium atau vitamin
D.

9
Gambar 2.3 Sementum

Sumber : Fiorellini dkk., 2012


c. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak
yang menutupi akar gigi dan melekatkan akar gigi terhadap tulang
alveolar. Ligamen periodontal terdiri atas serabut pembuluh darah yang
kompleks dan serabut jaringan ikat kolagen yang mengelilingi akar gigi
dan melekat ke prosesus alveolaris. Fungsi ligamen periodontal antara
lain memelihara gigi dalam soket, memiliki fungsi sensoris yaitu dapat
merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan nutrisi
bagi sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu membentuk
dan memelihara sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptif
yaitu dapat meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang
akibat tekanan pengunyahan.
Gambar 2.4 Ligamen Periodontal

Sumber : (Fiorellini dkk., 2012)

10
d. Tulang alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang
membentuk soket gigi (alveoli) yang terdiri atas puncak alveolar
(alveolar crest), tulang interproksimal, dan tulang interradikular yaitu
tulang antara 2 akar gigi. Puncak alveolar berada paling koronal dari
prosesus alveolaris, normalnya 1 - 2 mm dari cemento enamel junction
(CEJ) dan tampak dari aspek fasial gigi. Puncak alveolar mengelilingi
gigi seperti bentuk bergelombang dan mengikuti kontur permukaan
CEJ.
Gambar 2.5 Gambaran Tulang Alveolar

Sumber : Madukwe, 2014


Tulang interproksimal atau disebut juga septum interdental
merupakan tulang yang berada di antara permukaan proksimal dari dua
gigi yang berdekatan. Kontur dari tulang interproksimal dapat menjadi
indikator jaringan periodontal yang sehat (Madukwe, 2014). Pada area
gigi posterior, kontur puncak tulang interproksimal pararel terhadap
garis imajiner yang ditarik antara CEJ masing-masing gigi. Puncak
alveolar memiliki bentuk horizontal saat CEJ antara gigi dengan gigi
sebelahnya sama tingginya, sedangkan puncak alveolar akan memiliki
bentuk vertikal saat salah satu gigi sebelahnya tumbuh miring atau
erupsi pada tinggi yang berbeda. Gambaran tulang alveolar sehat adalah
bentuknya tipis, halus dari tepi kortikal sampai puncak tulang
interdental. Puncak tulang interdental kontinu dengan lamina dura, dan

11
menbentuk sudut yang tajam. Tulang alveolar di bagian mesial dan
distal juga tipis (Whaites, 2003)
B. Gambaran klinis jaringan periodontal
Gambaran klinis jaringan periodontal adalah warna gingiva tepi dan
gingiva cekat secara umum berwarna pink akibat dari suplai darah. Warna ini
tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi dan
konsentrasi pigmen melanin (Fiorellini dkk., 2012). Kontur gingiva berlekuk,
berkerut-kerut seperti kulit jeruk dan licin serta melekat dengan gigi dan tulang
alveolar, Ketebalan gingiva bebas adalah 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan
meluas menjadi papila interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak
mudah berdarah, tidak udem dan eksudat, dan ukurannya normal tergantung
dengan elemen seluler, interseluler dan suplai vaskuler (Highfield, 2009).
Gambar 2.6 Gambaran Klinis Jaringan Periodontal

Sumber : Fiorellini, 2012

C. Periodontitis
Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang
mempengaruhi periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung
gigi. Periodontitis melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar
gigi dan jika tidak diobati dapat menyebabkan melonggarnya jaringan
periodontium serta kehilangan gigi.

12
Periodontitis merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu
yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar
karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang
tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di
bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan
berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi
menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat
dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal,
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian
atau seluruh gigi.
Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit infeksi pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yaitu bakteri
periodontopatogen yang mengakibatkan inflamasi dan terjadinya kerusakan
progresif (Levine, 2011, Novak, 2012). Inflamasi yang terjadi berasal dari
gingivitis yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka dapat menginvasi
struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket periodontal, kerusakan
ligamen periodontal dan menyebabkan hilangnya perlekatan klinis yang
progresif, serta resorpsi tulang alveolar. Akibatnya gigi menjadi goyang dan
akhirnya harus dicabut (Holtfreter dkk, 2015). Periodontitis dibagi menjadi 2,
yaitu periodontitis kronis dan agresif.
1. Periodontitis Kronis
a. Pengertian Periodontitis kronis
Gambar 2.7 Periodontitis Kronis

Penyakit periodontitis kronis merupakan salah satu masalah


dalam kesehatan gigi dengan tingkat penyebaran yang luas dan

13
prevalensi yang masih tinggi di dunia (Holtfreter, 2015). Studi
epidemiologi penyakit periodontal baru-baru ini menetapkan prevalensi
dan penyebaran periodontitis kronis berdasarkan pada data clinical
attachment loss (CAL) dengan batas rekomendasi >3 mm, probing
depth (PD) dengan batas rekomendasi > 4 mm pada sisi dan jumlah gigi
sesuai batas ambang, rerata CAL/PPD, dan bleeding on probing (BOP)
derajat 1 (satu) (Savage dkk., 2009; Holtfreter dkk., 2015) dengan
derajat keparahan periodontitis yaitu ringan (mild), sedang (moderate),
dan parah (severe) (Eke dkk., 2012). Periodontitis yang parah dapat
berpengaruh tidak baik bagi kesehatan terutama secara sistemik karena
menambah risiko terjadinya aterosklerosis, diabetes melitus, rheumatoid
arthritis, dan resiko komplikasi kehamilan.
b. Etiologi Periodontitis Eronis
Etiologi penyakit periodontal sangat kompleks. Para ahli
mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik. Faktor lokal dan faktor sistemik sangat erat hubungannya dan
berperan sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal.
Umumnya, penyebab utama penyakit periodontal adalah faktor lokal,
keadaan ini dapat diperberat oleh keadaan sistemik yang kurang
menguntungkan dan memungkinkan terjadinya keadaan yang progresif.
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat langsung pada jaringan
periodonsium serta dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor
iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah
plak bakteri sebagai penyebab utama. Dan faktor-faktor lainnya antara
lain adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak
teratur, maloklusi, over hanging restoration dan bruksism.
Faktor sistemik sebagai penyakit periodontal antara lain adalah
pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, menopause,
defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan lain-lain. Dalam hal ini

14
dikemukakan bahwa hormon kelamin berperan penting dalam proses
pathogenesis penyakit periodontal.
Adapun etiologi dari periodontitis kronis, yaitu :
1) Akumulasi plak dan kalsifikasi kalkulus (tartar) diatas (supra)
dan/atau dibawah (subgingiva) pada batas gingiva.
2) Organisme penyebab periodontitis kronis, antara lain :
a) Porphiromonas gingivais (P.gingivais)
b) Prevotella intermedia (P.intermedia)
c) Capnocytophaga
d) A.actinomycetem comitans (A.a)
e) Eikenella corrodens
f) Campylobacter rectus(C.rectus)
3) Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang
berhubungan dengan kehilangan yang progressif dari ligament
periodontal dan tulang alveolar, dan pada akhirnya akan terjadi
mobilitas dan tanggalnya gigi :
a) Perlekatan gingiva dari gigi
b) Membrane periodontal dan tulang alveolar mengalami
kerusakan.
c) Celah yang abnormal (poket) yang berkembang antara gigi dan
gingiva.
d) Debris dan poket yang dihasilkan oleh poet (pyorrhea)
4) Subjek cenderung rentan karena faktor genetik dan/atau lingkungan
seperti :
a) Merokok
b) Polimorf gen interleukin-1
c) Depresi imun
d) Diabetes
e) Osteoporosis

15
c. Gambaran klinis
Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan
mendeteksi perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival,
kemunculan poket periodontal dan kehilangan perlekatan secara klinis.
Penyebab periodontal ini besifat kronis, kumulatif, progresif dan bila
telah mengenai jaringan yang lebih dalam akan menjadi irreversible.
Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan jaringan gingiva
disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva
sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa
perdarahan spontan atau perdarahan yang sering terjadi pada waktu
menyikat gigi.
Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan
ini akan merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga
cement enamel junction menjadi rusak, jaringan gingiva lepas dan
terbentuk periodontal poket. Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada
peradangan dan pembengkakan dengan keluhan sakit bila tersentuh.
Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi
goyang dan mudah lepas dari soketnya.
Gambar 2.7 Periodontitis Kronis Secara Klinis

Sumber :
http://www.implantdentist.co.nz/assets//Periodontitis%2525201.jpg&zoom
Tanda klinik dan karakteristik periodontitis kronis:
a. Umumnya terjadi pada orang dewasa namun dapat juga terlihat
pada remaja.

16
b. Jumlah kerusakan sesuai dengan jumlah faktor lokal.
c. Kalkulus subgingiva sering ditemukan.
d. Berhubungan dengan pola mikroba
e. Kecepatan progresi lambat tetapi memiliki periode eksaserbasi
dan remisi.
f. Dapat diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan perluasan dan
keparahannya.
g. Dapat dihubungkan dengan faktor predisposisi lokal (seperti
relasi gigi atau faktor iatrogenik).
h. Mungkin dimodifikasi oleh dan atau berhubungan dengan
kelainan sistemik (seperti diabetes mellitus, infeksi HIV).
i. Dapat dimodifikasi oleh faktor selain kelainan sistemik seperti
merokok dan stres emosional.
d. Gambaran Radiografi
Didalam rongga mulut terdapat beberapa jaringan, yaitu jaringan
keras dan jaringan lunak. Yang termasuk jaringan keras gigi diantaranya
tulang alveolar dan gigi (enamel dan dentin). Sedangkan yang termasuk
jaringan lunak meliputi mukosa (labial, bukal, palatal, ginggival), lidah
dan jaringan penyangga gigi.
Kelainan dapat terjadi pada jaringan keras dan jaringan lunak
dalam rongga mulut. Suatu kelainan yang terjadi baik pada jaringan
keras maupun jaringan lunak pada rongga mulut dapat diketahui melalui
pemeriksaan obyektif dan ditunjang oleh pemeriksaan radiografi.
Dengan pemeriksaan radiografi operator bisa melihat kondisi jaringan
yang terletak dibawah mukosa yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Sehingga dapat memastikan kelainan yang terjadi di daerah tersebut.
Salah satu kelainan pada jaringan lunak gigi yang dapat dilihat
pada pemeriksaan radiografi adalah kelainan yang terjadi pada jaringan
penyangga gigi, seperti periodontitis. Dengan pemeriksaan radiografi
dapat diketahui bagaimana gambaran periodontitis dan bagaimana
membedakannya dengan kelainan yang lain.11

17
Gambar 2.8 Periodontitis Kronis Secara Radiologi

e. Perawatan
Perawatan periodontitis kronis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1) Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan
restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang
dilakukan pada fase I :
 Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
 Scaling dan root planning
 Perawatan karies dan lesi endodontic
 Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
 Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
 Splinting temporer pada gigi yang goyah
 Perawatan ortodontik
 Analisis diet dan evaluasinya
 Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
2) Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas
anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan
disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari
penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi
dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur
yang dilakukun pada fase ini:

18
 Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara
antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap
periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur
regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
 Penyesuaian oklusi
 Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi
yang hilang
3) Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini
adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:
 Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
 Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat
scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan
mobilitas gigi.
 Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan
periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.
 Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari
evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan
pembentukan kalkulus
 Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies
2. Periodontitis Agresif
Acute Periodontitis (Periodontitis Agresif) adalah salah satu jenis
penyakit peradangan pada rongga mulut, yang mengenai jaringan
periodontal (jaringan pendukung gigi) yang ditandai dengan hilangnya
tulang alveolar (tulang di sekitar gigi) yang terjadi secara agresif / cepat,
yang jika tidak ditangani segera maka akan menyebabkan kehilangan gigi.
Dari gambaran rontgen terlihat kerusakan tulang dengan pola vertikal.
Biasanya penyakit ini terjadi pada usia muda dibawah 30 tahun dan jarang
terjadi pada usia dewasa.

19
a. Etiologi
Periodontitis agresif disebabkan adanya penumpukan plak di
permukaan gigi di area terdekat dengan gusi. Plak merupakan media
berkembang biaknya bakteri. Bakteri penyebab dari penyakit ini yaitu
Porphyromonas Gingivalis, Actinomycetem Comitans dan Tannerella
forsythia. Periodontitis agresif adalah penyakit yang juga dapat
disebabkan oleh banyak faktor seperti reaksi hipersensitif/berlebihan
dari imun tubuh, faktor genetik, faktor lingkungan (kebersihan rongga
mulut, bakteri). Merokok dan stress dapat memperburuk peradangan
dan berperan penting dalam perkembangan periodontitis.
b. Jenis periodontitis agresif
Secara umum dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1) Local Aggressive Periodontitis (LAP) : Biasanya terjadi pada usia
pubertas dan menyerang pada gigi molar pertama (gigi geraham
besar pertama) serta gigi insisivus (gigi seri) yag ditandai dengan
peningkatan kedalaman saku gusi dan juga kehilangan tulang
alveolar yang parah.
2) General Aggressive Periodontitis (GAP) : Biasanya terjadi pada usia
dibawah 30 tahun, kehilangan perlekatan gusi pada sela sela gigi
secara menyeluruh pada sedikitnya tiga gigi permanen selain gigi
geraham pertama dan gigi seri
c. Gejala
Penderita periodontitis agresif biasanya tidak menunjukkan
gejala atau tanda-tanda dari penyakit sistemik. Untuk gejala yang
biasanya ditemukan pada kasus pasien dengan periodontits agresif
antara lain kegoyangan gigi pada gigi molar pertama (gigi geraham
besar pertama), serta nyeri saat ada tekanan / mengunyah yang biasanya
tidak berlangsung lama. Pada kasus yang parah biasanya muncul infeksi
bernanah pada gusi (pembengkakan pada gusi) dan gusi berdarah.

20
d. Diagnosis
Untuk mendiagnosis periodontitis akut / periodontitis agresif,
sebelumnya dokter gigi akan melakukan anamnesa (tanya jawab)
kepada pasien terkait keluhan yang dirasakan dan riwayat kesehatan
pasien. Selanjutnya dokter gigi akan memeriksa apakah ada perdarahan
disekitar gigi akibat plak, dan juga dokter akan mengukur kedalaman
dari poket (celah antara gusi dan gigi). Dari gambaran klinis biasanya
gusi terlihat turun. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosa dengan menggunakan
pemeriksaan foto rontgen panoramik untuk mengetahui pola kerusakan
dari tulang di sekitar gigi, untuk membedakannya dengan periodontitis
kronis ataupun penyakit periodontal lainnya. Pola kerusakan tulang di
sekitar gigi pada periodontitis agresif berbentuk putaran atau bisa
vertikal.
e. Perawatan
Keberhasilan perawatan dari penyakit ini bergantung pada
keberhasilan mengurangi jumlah bakteri penyebab yang terlibat.
Perawatan yang bisa dilakukan dokter gigi kepada pasien dengan
periodontitis agresif antara lain :
1) Pemberian edukasi dan motivasi tentang cara menjaga kebersihan
ronga mulut
2) Terapi antibiotik secara sistemik dan lokal untuk menghilangkan
bakteri penyebab
3) Tindakan non bedah berupa scalling root planning, yaitu
membersihkan karang gigi dan plak dari permukaan gigi atau
bagian bawah gusi. Ataupun kuretase untuk menghilangkan jaringan
gusi yang mati akibat nfeksi pada tepi gusi.
4) Tindakan bedah mungkin diperlukan untuk melanjutkan perawatan
non bedah untuk menghilangkan poket yang masih tersisa.

21
f. Pencegahan
Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan rongga mulut dengan rajin gosok gigi minimal sehari 2 kali
(pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur) dengan cara menggosok
yang tepat. Rutin periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

23

Anda mungkin juga menyukai