Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi sangat berkaitan erat dengan keutuhan serta kesehatan
jaringan pendukungnya. Jaringan pendukung gigi (jaringan periodontal) yang
terdiri dari gingiva (gusi), sementum, ligamen periodontal serta tulang alveolar
merupakan struktur yang menjaga gigi terlindung serta terfiksasi pada tempatnya.
Namun demikian, jaringan periodontal justru dapat menjadi media bagi transmisi
penyakit-penyakit infeksi rongga mulut, bahkan kerusakan jaringan periodontal
sendiri dapat menjadi faktor predisposisi bagi gangguan kesehatan gigi.
Penyakit infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi merupakan
penyakit

serius, apabila

tidak

dilakukan

perawatan

yang

tepat

dapat

mengakibatkan kehilangan gigi, hal ini akan berdampak pada fungsi


pengunyahandan penampilan seseorang. Salah satu infeksi jaringan pendukung
gigi adalah gingivitis. (Charles dkk., 2008)
Gingivitis merupakan suatu kelainan pada jaringan periodontal yang sering
ditemukan pada masyarakat umum. Penderita tidak menyadari bahwa dirinya
mempunyai suatu kelainan pada gingivanya, disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta belum pernah dilaporkan
kasus kematian akibat kelainan gingivitis. Penyakit pada jaringan periodontal
yang diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah
populasi dewasa. Menurut hasil survai kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun
2005, penyakit periodontal terjadi pada 459 orang diantara 1000 penduduk . Di
Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas penyakit periodontal terlihat lebih tinggi
daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di Indonesia penyakit periodontal
menduduki urutan ke dua utama yang masihmerupakan masalah di masyarakat
(Wahyukundari, 2008).
Infeksi dapat mengenai dentin dan pulpa melalui sulcus gingiva maupun
sirkulasi apikal yang berasal dari ligamen periodontal. Infeksi maupun tekanan
kunyah dapat menyebabkan tulang alveolar turun sampai dibawah hubungan

sementum-enamel, yang akan diikuti oleh resesi gingiva dan terbentuk poket.
Keberadaan poket ini meningkatkan potensi stagnasi bakteri pada kalkulus yang
berakhir dengan gingivitis atau karies. Dengan demikian menjaga keutuhan dan
kesehatan struktur pendukung gigi adalah sama pentingnya dengan perawatan gigi
itu sendiri.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya pengetahuan
mendalam tentang struktur anatomi jaringan periodontal dalam mendukung
kesehatan gigi sangat diperlukan terutama bagi tenaga kesehatan gigi, hal ini
disebabkan oleh adanya fungsi penting
dari struktur tersebut terhadap
1
kelangsungan gigi-geligi. Maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai anatomi serta fungsi jaringan periodontal dalam sistem stomatognasi
terutama dalam kepentingannya di dunia kedokteran gigi praktis.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh penyakit periodontal terhadap jaringan periodontal.
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui anatomi, fisiologi, histologi setiap jaringan periodontal.
2. Mengetahui jenis-jenis penyakit periodontal
3. Memahami faktor-faktor penyebab penyakit periodontal.
1.4 Manfaat Pembahasan
Mahasiswa Kedokteran Gigi Instititut Ilmu Kesehatan memahami
stogmatonagti mengenai anatomi, fisiologi, histologi, dan patologi penyakit
periodontal.
1.5 Hipotesis
Ada pengaruh penyakit periodontal terhadap keabnormalan jaringan
periodontal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Periodontal


Jaringan periodontal terdiri dari jaringan penyangga lunak dan keras yang
berada diantara dan termasuk bagian dari gigi dan tulang alveolar. Fungsi dari
jaringan periodontal adalah untuk menyokong gigi dengan tulang alveolar. Pada
jaringan periodontal terdapat sementum, tulang alveolar, dan ligament
periodontal, serta ginggiva (Mary, 2006).

2.2 Sementum
Sementum adalah bagian dari periodontal yang melekatkan gigi pada
tulang alveolar dengan cara melekatkannya pada ligamen periodontal (Mary,
2006).
2.2.1 Histologi dan Anatomi Sementum
Sementum adalah jaringan keras yang memiliki ketebalan paling tebal
pada bagian apeks akar dan pada percabangan multiroot (20-200 mikrometer) dan
paling tipis pada bagian cemetenamel junction. Tidak memiliki persyarafan dan
avaskular namun tetap mendapatkan nutrisi melalui ligamen periodontal (Mary,
2006).
Sementum yang sudah matur tersusun atas 65% mineral atau materi
inorganic, 23% materi organic, dan 12% air. Formasi kristalin dari sementum yang
sudah matur ini tersusun atas kalsium hidroksiapatit atau Ca10(PO4)6(OH)2
serupa dengan yang ada di enamel dan dentin sedangkan komposisinya serupa
dengan yang ditemukan di tulang. Sementum yang sudah terespos memiliki warna
kuning pucat, lebih kuning daripada dentin namun lebih gelap dari enamel.

Apabila diraba menggunakan instrumen, sementum terasa lebih kasar (grainy)


dibandingkan dentin dan enamel (Mary, 2006).

2.2.2 Tipe Sementum


Terdapat

dua

tipe dasar dari

sementum

berdasarkan

proses

dan

pembentukan

komponennya

yaitu

sementum

aseluler

dan

sementum

seluler.

Sementum

aseluler

tersusun dari lapisan pertama dari sementum yang terbentuk paling awal dan
terletak pada dentinocemental junction, sehingga disebut juga sementum primer.
Proses pembentukannya berjalan lambat dan tidak terdapat sementosit yang
menempel. Setidaknya selapis sementum aseluler menutupi seluruh permukan
akar. Ketebalan dari sementum aselular tidak pernah berubah (Mary, 2006).
Sementum seluler tersusun atas berlapis-lapis sementum yang diproduksi
setelah terbentuknya sementum primer. Sementum seluler disebut juga sementum
sekunder. Sementum ini melapisi sementum aseluler dan biasanya terdapat di
sepertiga apical akar. Proses pembentukannya cepat. Di dalam sementosit seluler
terdapat sel-sel sementosit yang tertinggal dan dilapisi oleh lapisan sementoblas di
permukaan terluarnya. Pada tepi-tepinya terdapat sementoblast yang dapat
memproduksi sementum lebih banyak jika dibutuhkan. Lebar dari sementum
seluler dapat mengalami perubahan selama gigi itu hidup, terutama pada bagian
apeks dari gigi. Tipe sementum ini biasanya ditemukan di area interradikular.
Pada sementum aseluler serat Sharpeys termineralisasi penuh sedangkan pada
sementum seluler hanya termineralisasi sebagian yaitu pada tepi-tepinya saja
(Mary, 2006).

2.3 Tulang Alveolar


Tulang alveolar adalah bagian dari maxilla atau mandibula yang memiliki
fungsi untuk menyokong dan melindungi gigi. Tulang alveolar juga merupakan
bagian dari jaringan periodontal dimana sementum melekat pada tulang alveolar
(Mary 2006).
2.3.1 Anatomi dan Histologi Tulang Alveolar
Tulang alveolar jaringan yang keras dan mengalami kalsifikasi dengan
semua komponen lain dari jaringan tulang. Dibandingkan sementum, tulang
alveolar lebih mudah untuk di ubah bentuknya/remodeled. Ketika mengalamai
remodelisasi, tulang alveolar juga akan menunjukkan garis arrest dan reversal,
seperti jaringan tulang lain (Mary, 2006).
Sama halnya dengan tulang, tulang alveolar yang sudah matur tersusun
atas 60% mineral atau materi inorganic, 25% materi organic, dan 15% air.
Terdapat kalsium hidroksiapatit yang serupa dengan yang ada di enamel dan
dentin tetapi lebih cenderung sama dengan sementum (Mary, 2006).
Tulang rahang yang sudah matur, baik pada maxilla maupun madibula,
tersusun atas dua jenis tulang yaitu tulang alveolar dan tulang basal. Tulang
alveolar atau prosesus alveolar adalah bagian yang mengandung akar gigi. Tulang
basal adalah bagian yang berada dari apikal ke akar gigi (di bawah akar gigi).
Baik tulang alveolar ataupun tulang basal, keduanya dilapisi oleh periosteum
(Mary, 2006).

Tulang alveolar diantara dua gigi yang bersebelahan disebut interdental


septum atau interdental bone. Dapat terlihat baik pada daerah periapikal.
Interdental septum mengandung tulang kompak alveolar bone proper dan tulang
cancellous tulang trabecular. Tulang alveolar yang berada diantara akar-akar dari
gigi yang sama disebut interradicular septum atau interradicular bone (Mary,
2006).

2.4 Ligamen Periodontal


Ligamen periodontal adalah jaringan fibrosa yang kuat, fleksibel, berisi
serat elastik maupun non-elastik yang terdapat disekitar gigi, menghubungkan
antara cementum dengan tulang alveolar (Rickne, 2012).

2.4.1

Anatomi Ligamen Periodontal

Menurut Rickne (2012) pada ligament ini terdapat:


1.

Jaringan syaraf yang berfungsi proprioseptif

2.

Pembuluh darah

Gambar 1.Jaringan periodontal (anatomi)

Sumber : Woelfelss dental anatomy , hal :199

2.4.2 Histologi Ligamen Periodontal

Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk


membran periodontal atau ligamen periodontal. Ligamentum Periodontal adalah
struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan melekatkannya
ke tulang alveolar. Ligamen periodontal berkembang dari jaringan ikat sirkuler
yang mengelilingi benih gigi. Jaringan ikat sirkuler akan berdifferensiasi menjadi
tiga lapisan, yaitu lapisan luar yang dekat ketulang, lapisan dalam sepanjang
sementum, dan suatu lapisan intermediat yang terdiri atas serat-serat yang tidak
teratur. Serat-serat intermediat ini akan menebal dan tersusun sesuai kebutuhan
fungsi ketika gigi mencapai puncak oklusalnya. Folikel gigi tersebut bersambung
dengan ektomesenkhim dari papilla dental dan terdiri dari sel-sel fibroblastic yang
tidak berdifferensiasi yang juga berkembang

menjadi fibroblast. Bersamaan

dengan proses erupsi dan berfungsinya gigi, serat-serat utama ligament


periodontal menjadi tersusun lebih teratur dan bertambah tebal (Putri, 2010).

Gambar 2. Histologi ligamen periodontal


Sumber : Texbook of Dental, Oral Histology and Embryology with Multiple
Choice Questions

Serat-seratnya mirip berjalan ke atas dari sementum ke tulang sehingga


tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Berkas kasar
serat kolagen menyusup ke dalam sementum seperti halnya serat Sharpey meluas
dari periosteum ke dalam tulang. Orientasi serat-serat dari ligamen periodontal

bervariasi pada tingkat berbeda sepanjang akar. Bila gigi tidak dipakai, serat-serat
itu agak berombak namun melurus bila mahkotanya ditekan. Jadi ligamen
periodontal dengan erat menahan gigi pada sakusnya (kantong) dan masih
memungkinkan sedikit bergerak (Putri, 2010).

Gambar 3. Ligamentum Periodontal

Sumber : Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi (2010)

Ligament periodontal memiliki serat-serat utama. Serat-serat tersebut


berasal dari serat kolagen yang mana serat kolagen tersebut diproduksi oleh sel-sel
tertentu. Serat-serat tersebut juga diatur oleh posisinya. Posisi tersebut dibagi
menjadi 6 kelompok, antara lain :

a) Serat transeptal
Serat utama ini merupakan serat transisi antara serat gingiva dan serat
ligamentum periodontal. Serat ini meluas ke interproksimal, di atas puncak
septum interdental dan tertanam pada sementum gigi-geligi yang
bertetangga.
b) Serat puncak alveolar (alveolar cest)
Serat ini meluas dan berjalan miring dari sementum tepat di bawah
epithelial attachment, menuju puncak tulang alveolar. Fungsi serat ini
menolong menahan gigi di dalam soketnya jika ada tekanan ke arah apikal
dan menahan gigi jika ada tekanan lateral.
c) Serat horizontal
Serat ini meluas agak tegak lurus ke sumbu panjang gigi dari sementum ke
tulang alveolar. Fungsinya sama dengan fungsi serat puncak alveolar.
d) Serat obliq (serat miring)
Serat ini merupakan kelompok yang paling besar diantara kelompok serat
utama ligamentum periodontal. Serat ini berjalan miring dari sementum
menuju tulang alveolar. Fungsi serat ini menahan tekanan vertikal yang
mengancam gerakan akar masuk ke dalam soketnya.
e) Serat apikal
Serat ini menyebar dari bagian apikal gigi ke tulang alveolar pada dasar
soket gigi. Fungsi serat ini menjaga gigi dalam soketnya dan menahan
kekuatan yang memungkinkan gigi terangkat keluar dari soketnya.
f) Serat interradikular
Serat ini meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak septum
interradikular. Fungsi serat ini membantu menstabilkan gigi tetap di dalam
soketnya.
Keterangan:
1. TSF : Serat Transeptal
2. ACF : Serat Puncak Alveolar
3. HF : Serat Horizontal
4. OF : Serat Obliq
5. AF : Serat Apikal
6. IRF : Serat Interradikular

Gambar 4. Kelompok serat utama ligamen periodontal.


Sumber : Gingival Diseases - Their Aetiology, Prevention and Treatment
Dr.Fotinos Panagakos. InTech USA (2011)

Menuurt Louis (2005) adapun sel-sel yang memproduksi serat kolagen


yang dimiliki oleh ligamen periodontal, antara lain :
1. Fibroblas, sel-sel berbentuk kumparan dengan inti oval dan prosesus
sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar dengan kolagen, dengan
prosesusnya terbungkus disekitar bundle tersebut.
2. Osteoblas atau sel pembentuk tulang ditemukan dipinggir ligament
periodontal melapisi soket tulang. Dalam keadaan aktif berbentuk
kuboidal dan dapat menimbun suatu lapisan matriks, disebut estoid,
diantaranya dan tulang dewasa. Bila tidak aktif, kelihatan sebagai sel
gepeng dan dapat menyerupai fibroblast.
3. Osteoklas atau sel peresorpsi tulang ditemukan dipinggir tulang pada
masa pengubahan bentuk tulang. Sel bernuklei banyak dengan batas
suatu kerut atau garis-garis kearah daerah resorpsi tulang.
4. Sementoblas, terletak di garis pinggir ligament periodontal berhadapan
dengan sementum. Sementoblas, dengan prosesus sitoplasmik, terlihat
kuboidal bila pada suatu lapisan tunggal, atau skuamus bila pada
lapisan multiple.
5. Sementoklas, sel yang merepsorpsi sementum, tidak ditemukan pada
ligament periodontal normal, karena pada umumnya sementum tidak
berubah bentuk dan hanya ditemukan pada pasien dengan kondisi
patologik tertentu.
6. Sisa sel epitelial malassez, sisa selubung akar epithelial hertwig.
Berlokasi pada sisi sementum ligament periodontal.
7. Sel mast, ditemukan didekat pembuluh darah, adalah sel-sel besar,
bulat/oval dengan nuklai bulat yang terletak ditengah, dan bergranula
merah di sitoplasmanya.
8. Sel makrofag, di dekat pembuluh darah, menyerupai fibroblast, tetapi

dengan prosesus yang lebih pendek dan kecil dan nuclei yang berwarna
agak gelap.
2.4.3 Vaskuliarisasi jaringan ligament periodontal.
Suplai darah untuk ligamen periodontal berasal dari:

1. Pembuluh darah apikal yang memasuki ligamen periodontal didaerah


apikal dan melanjut ke daerah gingival, memberikan cabang-cabangnya ke
sementum dan tulang, didalam ligamen periodontal jalinan vaskuler ini
berjalan lebih mendekati ke tulang daripada sementum.
2. Pembuluh darah yang berpenetrasi dari tulang alveolar merupakan hal
penting untuk jaringan ini.
3. Anastomosis dari pembuluh darah gingiva yang berasal dari cabang
pembuluh darah yang letaknya jauh didalam lamina propria.

Gambar 5. Vaskularisasi pada ligamentum periodontal


sumber : Foundations of Periodontics for The Dental Hygienist (2008)

2.4.4 Inervasi jaringan ligament periodontal.


Ligament periodontal memiliki banyak mekanoreseptor sensorik baik yang
khusus maupun tidak yang menerima berbagai rangsangan yang bekerja pada gigi
geligi maupun jaringan sekitarnya terutama untuk rasa raba, peka, proprosepsi dan
rasa nyeri yang akan membawa semua impuls dari saraf tersebut terpusat melalui
nervus trigeminus. Saraf tersebut masuk ke ligament periodontal melalui daerah
periapikal dan saluran-saluran yang terdapat dalam tulang alveolar berjalan
bersama-sama dengan pembuluh darah dan limfe. Fungsi mekanoreseptor
periodontal berkaitan dengan pengendalian otot-otot pengunyahan memberikan
umpan balik sensorik untuk refleks pengunyahan atau mastigasi (Fedi, 2004).
Serabut saraf terdiri atas yang bermielin dan tidak bermielin, bervariasi
dari tonjolan seperti tombol (knoblike) hingga serabut berakhiran bebas. Bundel
saraf berjalan mengikuti pembuluh darah (Fedi, 2004).

Gambar 1. Persarafan pada ligamentum periodontal


Sumber : Foundations of Periodontics for The Dental Hygienist (2008)
2.4.5 Fisiologi Ligamen Periodontal
Menurut Louis (2005) Fungsi dari ligamen periodontal antara lain sebagai
berikut:
A. Fungsi fisikal/suportif:
1. Menghantarkan tekanan oklusal ke tulang alveolar
2. Melekatkan gigi ke tulang alveolar

3. Mempertahankan hubungan jaringan gingiva ke gigi


4. Menahan dampak tekanan oklusal (shock absorption)
5. Sebagai wadah jaringan lunak yang melindungi pembuluh darah dan saraf

dari cedera akibat tekanan mekanis tulang.


B. Fungsi formatif/remodeling :

Dapat berperan formatif/remodeling karena ligamen periodontal


megandung sel-sel yang dapat membentuk maupun meresorbsi struktur
periodontal pendukung (tulang alveolar, sementum, dan ligamen periodontal).
Sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi, (berada disekeliling pembuluh
darah) berdiferensiasi menjadi sel-sel khusus, diantaranya:

osteoblas yang membentuk tulang

sementoblas yang membentuk sementum

fibroblas yang membentuk serabut jaringan ikat

Sel-sel multinukleus (berasal dari makrofag darah):

osteoklas (sel peresorbsi tulang)

odontoklas (sel peresorbsi gigi)

Contoh fungsi formatif/remodeling ligamen periodontal antara lain,


pembentukan dan resorbsi tulang alveolar dan sementum pada proses
migrasi/pergerakan gigi secara fisiologis ke arah mesial.
C. Fungsi nutritif/nutrisional:
Fungsi ini dimungkinkan oleh adanya sistem vaskularisasi yang baik pada
ligamen periodontal, yang menjamin pasok nutrien ke sementum, tulang
alveolar dan gingiva dan tersedianya drainase limfatik.
D. Fungsi sensori:
Fungsi sensori dimungkinkan oleh adanya reseptor bagi rasa sakit dan
tekanan pada ligamen periodontal. Ini berasal dari saraf-saraf dental yang
menembus fundus alveolus masuk ke ruang ligamen periodontal, dimana
saraf-saraf tersebut akan kehilangan selubung mielinnya (myelinated sheath)
dan menjadi nerve ending.
Jaringan saraf yang bersifat propriosepsi memungkinan seseorang
merasakan kekuatan yang diberikan kepada gigi geligi, gerakan gigi dan
tempat benda asing pada atau diantara permukaan gigi. Rasa propioseptif ini
dapat menggerakkan mekanisme refleks protektif yang membuka rahang
bawah untuk mencegah injuri pada gigi-gigi dan ligament periodontal bila
seseorang menggigit benda keras. Propioseptif memungkinkan lokalisasi
daerah inflamasi pada ligament periodontal.
2.5 Ginggiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang mengelilingi gigi pada
maxilla dan mandibula pada tulang alveolar dan menutupi prosessus
alveolar(Mary, 2006).

2.5.1 Anatomi dan Histologi Ginggiva


Pada rongga mulut terdapat beberapa jenis gingiva. Attached gingiva
adalah gingiva yang melekat erat dengan tulang disekitar akar gigi. Interdental
gingiva adalah gingiva yang berada diantara gigi yang berdekatan dan merupakan
perpanjangan dari attached gingiva. Nama lain dari interdental gingiva adalah
interdental papilla. Pada batas/margin gingiva setiap gigi terdapat free gingiva
atau marginal gingiva yang bersinggungan dengan attached gingiva. Gingiva
yang menghadap gigi adalah dentogingival junctional tissue (Mary, 2006).

Gambaran mikroskopik gingiva


Gingiva terdiri atas lapisan epitel berupa epitel skuama berlapis dan jaringan
ikat yang disebut lamina propria.
1. Epitel gingiva

Fungsi epitel gingiva untuk melindungi struktur yang berada dibawahnya,


serta memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan
oral. Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi
dan diferensiasi. Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina
basal. Lamina basal terdiri atas lamina lusida dan lamina densa.
Hemidesmosom dari sel-sel epitel basal mengikat lamina lusida.
Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin glikoprotein,
sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal
berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril
pen-jangkar (anchoring fibrils).
Terdapat 3 epitel pada gingiva yaitu :
a. Epitel oral
Yaitu epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratin-ized) atau
berparakeratin (parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular
dan oral gingiva. Epitel ini meluas dari batas mukogingival ke krista
tepi gingiva (crest gingival margin), kecuali pada per-mukaan palatal
dimana epitel ini menyatu dengan epitel palatum.
Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva
bersifat permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang
bagi bahan partikel tertentu.
b. Epitel sulkular
Epitel ini mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan
gigi tanpa melekat padanya dan merupakan epitel skuama berlapis
yang tipis, tidak berkeratin, tanpa rete peg dan perluasan-nya mulai
dari batas koronal epitel penyatu sam-pai ke krista tepi gingiva
Epitel ini penting sekali artinya karena bertindak sebagai membran
semipermeabel yang dapat dirembesi oleh produk bakteri masuk ke
gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva.
c. Epitel penyatu
Membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi berupa
epitel skuama berlapis tidak berkeratin. Pada usia muda epitel penyatu
terdiri atas 3 - 4 lapis, namun dengan bertambahnya usia lapisan
epitelnya bertambah menjadi 10 - 20 lapis. Epitel ini melekat ke
permukaan gigi dengan bantuan lamina basal. panjangnya bervariasi
antara 0,25 - 1,35 mm merentang dari dasar sulkus gingiva sampai

1,0 mm koronal dari batas semento-enamel pada gigi yang belum


mengalami resesi. Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu
berada pada sementum. Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat
pula oleh serat-serat gingiva yang mendukung gingiva diperkuat pula
oleh serat-serat gingiva yang mendukung gingiva bebas ke permukaan
gigi, oleh sebab itu, epitel penyatu dan serat-serat gingiva dianggap
sebagai suatu unit fungsional yang dinamakan unit dento-gingival.
2. Jaringan ikat gingiva
Terdiri atas dua lapisan:
a. Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung dibawah
epitel, yang terdiri atas: proyeksi papilari (papillary projection)
diselang-selingi oleh rete peg epitel
b. Lapisan retikular (reticular layer) yang ber-lanjut ke periosteum
tulang alveolar. Substansi dasar jaringan ikat gingiva mengisi
ruang antara serat-serat dan sel-sel, amorf, dan mengandung
banyak air
Jringanj ikat igngiva juga tersusun atas bgaian seliler dan interseluler.
Bagian interseluler
Substansi dasar
Komposisinya terdiri atas:
- proteoglikans (proteoglycans), terutama asam
-

hialuronat (hyaluronic acid)


glikoprotein (glycoproteins), berupa fibronektin

dan laminin
Fibronektin berfungsi mengikat fibroblas ke serat2 dan
komponen matriks interseluler lainnya dan membantu
adhesi dan migrasi sel Laminin berfungsi mengikatkan
substansi dasar ke sel-sel epitel
Serat serat gingiva
Serat-serat jaringan ikat terdiri atas tiga tipe yaitu serat
kolagen, serat retikular dan serat elastik
Fungsinya
1. Mendukung gingiva bebas sehingga rapat bersandar ke
permukaan gigi.
2. Menimbulkan kekakuan pada gingiva bebas sehingga
tidak terkuak menjauhi gigi bila terkena tekanan
pengunyahan.

3. Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi


dan gingiva cekat.
Serat gingiva tersusun dalam beberapa kelompok:
1) Kelompok utama, terdiri atas serat dentogingival,
alveologingival,
transeptal.
2) Kelompok

dento-periosteal,

sekunder

periostogingival,

yang

sirkular,

terdiri

interpapilari,

atas

dan
serat

transgingival,

intersirkular, intergingival, dan semisirkular.

2.6 Sulcus Ginggiva


Sulkus gingiva merupakan suatu celah dangkal disekeliling gigi dengan
dinding sebelah dalam adalah permukaan gigi dan dinding sebelah luar adalah
epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Epitel perlekatan yang terletak pada
sulcus gingiva berguna untuk memahami hubungan biologik antara komponen
vaskular dan struktur periodontal. Epitel ini membentuk perlekatan organik pada
gigi dan berdampingan dengan epitel sulcus yang berlanjut ke tepi gingiva.
Berbeda dengan epitel lainnya, epitel ini mempunyai 2 lamina dasar, satu melekat
pada jaringan ikat dan lainnya pada gigi. Komponen seluler dan humoral dari
darah dapat melewati epitel ini dalam bentuk cairan sulcus gingiva (Newman dan
Michael, 2012).
Sulkus ini membetuk seperti huruf V, dan kedalamnya dapat diselipkan
alat prob periodontal dalam keadaan yang sangat normal dan bebas kuman
(eksperimental) kedalamannya bisa 0 atau mendekati 0, namun secara klinis
biasanya dijumpai sulkus gingival dengan kedalaman tertentu. Secara histologis
ke dalamannya adalah 1,5 - 1,8 mm. Ke dalaman klinis diukur dengan alat prob
(dinamakan ke dalaman probing) adalah 2,0-3,0 mm (Newman dan Michael,
2012).
2.6.1 Cairan sulcus gingiva
Cairan sulcus gingiva (CSG) berasal dari serum darah yang terdapat dalam
sulkus gingiva, baik gingiva dalam keadaan sehat mapun meradang. Pada CGS
dari gingiva yang meradang jumlah polimorfonuklear leukosit, makrofag,

limfosit, monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri bertambah
banyak, sedagkan jumlah urea menurun (Newman dan Michael,2012)
Menurut Carranza Jr, cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk
filtrasi fisiologis dari pembuluh darah yang termodifikasi. Menurut Golberg dan
Cisamoni CSG adalah eksudat peradangan dan Alfano menyatakan bahwa kedua
teori tersebut benar. Hipotesa Alfano membuktikan bahwa CSG dapat berasal dari
jaringan gingiva yang sehat, melalui mekanisme perubahan tekanan osmosis
sebab adanya daya makromolekul.
Grant berpendapat bila bakteri atau benda asing tertentu masuk ke sulkus
gingiva, bakteri atau benda asing tersebut akan lenyap dari sulkeus gingiva,
bakteri atau benda asing tersebut akan lenyap dari sulkus sebab disemburkan
keluar oleh aliran ciran sulkus gingiva. Cairan sulkus gingiva juga bisa digunakan
sebagai indikator untuk menilai keadaan jaringanperiodontal secara objectif sebab
aliran CSG sudah lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang
gingiva bila dibandingkan dengan keadaan normal (Newman dan Michael, 2012).

2.7 Penyakit Periodontal


Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan
pendukung gigi (periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai
gingiva (gingivitis) atau
(periodontitis).

dapat

Gambaran

menyerang

struktur yang

klinis yang membedakan

lebih

dalam

antara gingivitis dan

periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif


umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau meningkatnya jumlah
bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis (P.g), prevotella
intermedia

(P.i),

bacteriodes

forsytus

(Bi)

dan

actinobacillus

actinomycetemcomitans (A.a).
2.8 Ginggivitis
Infeksi periodontal

yang

paling

sering

terjadi

pada

anak

dan

remaja.Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, usia 6 tahun 50


% dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun. Sedangkan anak usia

diantara 11-17 tahun mengalami sedikit penurunan yaitu 80- 90 %. Gingivitis


biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap dan
menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang
erupsi, gingival marginnya tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan
ini menyebabkan sisa makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan
peradangan. Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau
perlekatan jaringan ikat.
Etiologi :
1. Plak (bentuk paling banyak terjadi)
2. Berhubungan dengan hormon steroid. Keadaan ini dikaitkan dengan
pertambahan hormon sex (masa pubertas) sebagai penyebab meningkatnya
vaskularisasi gingiva dan inflamasi.
3. Obat sebagai penyebab pertumbuhan gingiva berlebihan. Cyslosporin dan
phenytoin merupakan obat yang dihubungkan sebagai penyebab hipertrofi
gingiva.

Karakteristik / klinis :
Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperami, warna gingiva berubah dari
merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan
lunak karena banyak mengandung darah. Gingiva menjadi besar (membengkak),
licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva spontan atau bila dilakukan probing.
Gingiva sensitif, gatal-gatal dan terbentuknya saku periodontal akibat rusaknya
jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam jangka lama dan tidak terasa
nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut.
Pembesaran gingiva akibat obat dimulai dari regio interdental dan menyebar
sampai ke gingiva margin. Pada kasus yang lebih parah, pembesaran gingiva
dapat menutupi permukaan insisal dan oklusal gigi. Bila keadaan tetap demikian,
jaringan yang semula udematus dapat menjadi fibrous. Margin gingiva yang
kontur normalnya seperti ujung pisau dapat menjadi bulat, papila dental menjadi
bulat dan besar. Bila keadaan tetap demikian, jaringan yang semula udematus
dapat menjadi fibros. Margin gingiva yang kontur normalnya seperti ujung pisau
dapat menjadi bulat, papila dental menjadi bulat dan besar. Kedalam sulkus
bertambah bila terjadi hipertrofi atau hyperplasia gingival yang signifikan

Peradangan ini bila dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis


tidak selalu berkembang menjadi periodontitis, tetapi terjadinya periodontitis
diawali gingivitis.
2.9 Periodontitis
Gingivitis tidak selalu berkembang menjadi periodontitis, tetapi terjadinya
periodontitis diawali gingivitis. Periodontitis prepubertas dapat general dan lokal,
terjadi pada masa gigi susu, tetap maupun bercampur. Mempunyai karakteristik
berupa inflamasi gingiva parah, kehilangan tulang cepat, gigi mobiliti sampai
kehilangan gigi. Menurut Suzuki (2008), pasien berusia 5-8 tahun, memiliki angka
karies rendah dan tidak ada kecendrungan jenis kelamin. Jika bakteri patogen yang
berada disekeliling gigi susu penderita periodontitis prepubertas tertinggal selama
proses erupsi gigi tetap, infeksi dapat berlanjut ke gigi tetap.
Etiologi : plak bakteri dan penyakit sistemik (Diabetes Melitus, Sindrom
Papillon-Leevre, Leukimia, AIDS, Sindrom Down dll).
Juvenile Periodontitis dapat terjadi pada anak dan dewasa yang sehat, ditandai
dengan kehilangan tulang alveolar pada satu atau lebih gigi tetap. Terjadi pelebaran
ligamen pariodontal, sementopatia dan resorbsi tulang alveolar, namun tidak terdapat
keadaan patologis pada gingiva.
Etiologi : plak bakteri dan lemahnya mekanisme pertahanan tubuh.diastema
diantara insisivus atas.

2.10 Faktor penyebab penyakit periodontal


Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal
merupakan menyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan
faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum
(Lamford,2005).
2.10.1 Faktor lokal
1. Plak Bakteri
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba
yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang
mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi
atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak subgingiva yang berada pada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang

terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan


jaringan. Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak
bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat
menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :
a. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh
b. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh
c. Menggerakkan proses immuno patologi
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama
terjadinya gingivitis, akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai
penyebabnya yang merupakan multifaktor, meliputi interaksi antara
mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan tubuh
(Lamford,2005).
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang
mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah.
Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis dan lebih
banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama
terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis
adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan
kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung (Lamford,2005).
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan)
merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal.

Gigi

yang

berjejal

atau

miring

merupakan

tempat

penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan


gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi.
Tanda tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi
makanan,yaitu :
a. Perasaan tertekan pada daerah proksimal
b. Rasa sakit yang sangat dan tidak menentu
c. Inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering
berbau
d. Resesi gingiva
e. Pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari
soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan
sensitif terhadap perkusi.
f. Kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar

4. Pernafasan mulut
Kebiasan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan
buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara.
Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran pernafasan,
bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu
lama.
Sementara misalnya pasien penderita pilek dan pada beberapa anak
yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup
bibir.
Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan
bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva
berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi
kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.
5. Sifat fisik makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan
yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan
sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar
gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan
pembentukan karang gigi.
Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga
menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah.
Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di
dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair,
penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit.
Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat
self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi
dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang
segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan
gigi.
6. Iatrogenik Dentistry
Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan
dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan
pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan
pada jaringan sekitar gigi.
7. Trauma dari oklusi

kerusakan

Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringann periodonsium,


tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik
oklusi. Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh:
a. Perubahan-perubahan tekanan oklusal. Misal adanya gigi yang
elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti
bruksim.
b. Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal
2.10.2 Faktor sistemik
1. Demam yang tinggi
Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama
menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang
parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan
pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan
biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul
pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi
penyakit periodontal.
2. Defisiensi vitamin
Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada
jaringan periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat
jaringan ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak
menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi local
menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan
jaringan tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi.
3. Drugs atau obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi
pada anak-anak penderita epilepsi yang mengkonsumsi obat anti
kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung
penyakit

jaringan

periodontal,

mempermudah terjadinya penyakit.

BAB III

tetapi

hyperplasia

gingiva

CONCEPTUAL MAPPING

sjagpgltnkraiueenerecrnolmambia gneryakiero gis kd etianvonyns alt s i s t e m i k p ad a


plaqu
e
ginggivi

ginggiviti

tis

nkpjtgilaluoverav eteril arvnsu iegakanm orolsg ad ianr tvono irvwt ip sta erh li s i o d on t a l
plaqu
e

BAB IV
PEMBAHASAN

Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi


sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya
dimulai dengan gingiva yang sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva
yang sehat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan gigi. Permulaan terjadinya
kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial terbentuk pada mahkota gigi,
meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang nantinya akan merusak
gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau
tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal.
Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi
permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang. Penyakit
periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk
penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan
mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan
tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak
ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang
mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini
disebut dengan Periodontitis.
Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal
merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan
faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.
Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor
lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.
Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan
ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya
tulang alveolar pada sisi permukaan akar. Penyakit periodontal harus ditemukan
secepatnya dan dirawat sesegera mungkin setelah penyebab penyakit itu
ditemukan. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mencegah kerusakan jaringan
yang lebih parah dan kehilangan gigi.

Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan


perawatan penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi
respon jaringan terhadap perawatan atau mengganggu pemeliharaan kesehatan
jaringan setelah perawatan selesai.
Masalah sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa
merawat pasien atau merujuk ke dokter spesialis. Prosedur yang diperlukan untuk
pemeliharaan kesehatan periodontal yang telah sembuh yaitu dengan memberikan
instruksi higine mulut (kontrol plak), kunjungan berkala ke dokter gigi untuk
memeriksa tambalan, karies baru atau faktor penyebab penyakit lainnya.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jaringan periodontal disebut juga jaringan pendukung gigi. Periodonsium
mempunyai empat komponen yaitu gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
dan sementum. ). Dimana sistem ini terdiri dari bagian-bagiannya yang saling
berhubungan, apabila terjadi gangguan kerusakan di salah satu bagiannya maka
akan mempengaruhi atau mengurangi fungsinya. Salah gangguan dari jaringan
periodontal adalah gingivitis akut maupun kronik
5.2 Saran
Diharapkan dari adanya makalah ini mahasiswa dapat mempelajari lebih
lanjut tentang jaringan periodontal dan mengetahui lebih lanjut tentang ganguanganguannya.

DAFTAR ISI

Bath, Mary. 2006. Dental Embryologi, Histologi dan Anatomy. USA : Elsevier.
Louis I.grossmen, Seymour Oliet, Carlos E. Del Rio.1995.Ilmu Endodontik dalam
Praktik (Endodontic Pratice)-Ed 11. Jakarta : EGC.
Putri MH., Herijulianti E., Nurjannah N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Editor Lilian Juwono.
Jakarta: EGC.
Rickne C.Scheid. 2012. Woelfels dental anatomy. 8th Ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai