PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam rongga mulut yang sering dialami oleh individu di berbagai negara.1
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah masalah karies gigi sebagai
termasuk dalam jenis penyakit inflamasi kronis oleh bakteri yang menyerang
faktor seperti genetik, status sosial ekonomi, kebersihan rongga mulut, gaya
gusi, serta kehilangan gigi.4 Oleh karena itu, dibutuhkan studi epidemiologi
1
adalah memperkirakan kondisi jaringan periodontal dalam suatu populasi
periodontal.5
sehingga dibutuhkan perawatan berupa OHI, skeling dan polishing serta root
polishing.3
dibandingkan antara perokok dan non perokok. Oleh sebab itu, penulis akan
epidemiologi CPITN.
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
2
Dapat menjelaskan perbedaan antara kebutuhan perawatan periodontal
E. Manfaat Penelitian
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaringan Periodontal
periodonsium adalah untuk melekatkan gigi pada jaringan tulang rahang dan
rongga mulut.7
1. Gingiva
4
dengan tulang dibawahnya, memiliki tekstur seperti kulit jeruk yang
2. Ligamen Periodontal
penyunyahan oleh gigi yang akan melindungi gigi terutama bagian akar
gigi.9
3. Sementum
5
Sementum merupakan bagian jaringan periodontal yang
4. Tulang Alveolar
B. Penyakit Periodontal
ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit
6
periodontal juga lambat perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat
bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi
faktor lokal rongga mulut, dan faktor sistemik. Keadaan ini terdiri dari
serta respon terhadap terapi yang hampir sama. Secara umum penyakit
periodontal ini terdiri dari dua kategori, yaitu penyakit-penyakit gingiva dan
periodontal.10
1. Periodontitis
7
pada ligament periodontal, tulang alveolar, disertai pembentukan poket,
lambat. Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun
8
Gambar 4. PERIODONTITIS AGRESIF13
jenis kelamin, stress, dan psikososial. Selain itu tingkat pendidikan dan
a. Faktor utama
• Plak
penimbunan plak yang jauh lebih banyak dari mulut yang sehat.
9
adalah kurang dari 10 kali lebih banyak daripada didalam mulut
yang sehat.14
b. Faktor predisposisi
• Kalkulus
saliva.12,15
10
• Genetik
• Usia
11
faktor iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang kurang
ulang.14
• Jenis Kelamin
higiene.14
• Kebiasaan Buruk
patogen.16
12
Beberapa penelitian cross-sectional menunjukkan bahwa
imun.17
13
tidak dapat begitu saja dihilangkan. Merokok tidak hanya
yang bukan perokok.21,22 Skor plak juga terbukti lebih tinggi pada
14
Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit
seberpa lama gigi geliginya masih dapat berfungsi optimal, dan bukan
15
• Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
• Perawatan ortodontik
• Penyesuaian oklusi
• Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi
yang hilang
• Splint permanen
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:26
16
• Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
gigi.
Fase Emergency
Fase I : Initial
17
Fase IV : Pemeliharaan
Fase II : Bedah Fase III : Korektif
(surgical) (Restoratif)
C. Perokok
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 2004). Rokok
dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
18
Unsur-unsur penting dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan
4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya untuk tubuh dimana 43
utama adalah nikotin yaitu suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, tar yang
berkaitan dengan massa mencari jati diri pada diri remaja. Perilaku merokok
perokok.
19
Produk rokok umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu mudah
terbakar (rokok yang dihisap) atau tidak terbakar (bentuk dari mengunyah
yaitu rokok yang diproduksi dari pabrik, rokok yang berbentuk cerutu, pipa ,
bidis, dan kretek. Tembakau yang tidak dihisap yaitu mengunyah tembakau
1. Klasifikasi Perokok
(a) Perokok ringan yaitu seseorang yang merokok 10 batang atau kurang
perhari.
rokok perhari.
20
respon imun, ataupun perubahan resistensi terhadap infeksi terutama
probe dengan desain khusus dengan ujung bulat berdiameter 0,5 mm dengan
area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah 3,5-5,5 mm yang
perawatanya. Selain itu indeks ini juga sangat berguna bila digunakan untuk
survey epidemiologis.26
• Adanya probe khusus (probe WHO), probe ini meiliki ujung yang
kedalam poket kurang dari 3,5 mm maka seluruh warna hitam masih
terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya sebagian saja
21
6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam
TABEL 1
22
scalling dan polishing, serta
prosedur root planning dan
kuretase
Edukasi dan instruksi tentang
perbaikan oral hygiene (DHE
Kode hitam pada probe tidak
dan OHI), profilaksis berupa
4 terlihat sama sekali, poket 4
scalling dan polishing, prosedur
sedalam >5mm
root planning dan kuretase,
serta bedah periodontal.
34, 33-43, 44-47. Tapi hanya skor yang tertinggi per sektan yang
dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka sektan tersebut
tidak diberi nilai atau skor. Keadaan terparah atau nilai tertinggi
23
Gambar 8. SEKTAN RAHANG TAS DAN RAHANG BAWAH PADA
PENGUKURAN CPITN31
gigi saja yang disebut gigi-gigi indeks. Gigi-gigi indeks yang harus
17 16 11 26 27
47 46 31 36 37
tahun adalah:
16 11 27
46 31 37
Apabila tidak ada gigi indeks dalam satu sextan, maka semua gigi
E. Kerangka Teori
JARINGAN PERIODONTAL
24
PERPERIODONTAL
PERIODONTITIS
FAKTOR PREDISPOSISI
PEMERIKSAAN CPITN
BAB III
25
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kebutuhan perawatan
Perokok periodontal
Kebutuhan perawatan
Non perokok periodontal
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah perokok dan non perokok.
2. Variabel Terikat
periodontal.
C. Definisi Operasional
TABEL 2
DEFINISI OPERASIONAL
No. Variabel Definisi Variabel Cara Ukur Alat Skala Hasil Ukur
26
Ukur
1. Perokok Pasien yang Tanya jawab - Nominal 1 = perokok
datang dan secara lisan
menyatakan
bahwa pasien
memiliki
kebiasaan
merokok
minimal 1 batang
per hari selama
lebih dari 1
tahun.
2. Non Pasien yang Tanya jawab - Nominal 2=non
perokok datang dan secara lisan perokok
menyatakan
bahwa pasien
tidak merokok
minimal 1 batang
per hari selama
lebih dari 1
tahun.
3. Kebutuhan Perawatan Skor Probe Ordinal Kebutuhan
perawatan periodontal yang X = tidak WHO perawatan
periodontal dibutuhkan oleh ada gigi dimasuk periodontal
pasien yang dalam kan 0 = tidak
diketahui dengan sekstan secara membutuhkan
menggunakan 0 = jaringan perlahan perawatan
Community periodontal ke 1 = OHI,
Periodontal sehat / dalam DHE, scaling
Index of normal sulkus dan polishing
Treatment Needs 1 = terdapat gingiva 2 = OHI,
(CPITN) oleh perdarahan mencap DHE, scaling
Animo saat probing ai dasar dan polishing
2 = terdapat sulkus, 3 = OHI,
kalkulus kemudia DHE, scaling
supragingiva n dan
/ subgingiva dilakuka polishing,
3 = terdapat n serta root
poket observa planing
periodontal si 4 = OHI,
antara 3,5 DHE, scaling
mm – 5,5 dan polishing,
mm serta
4 = terdapat perawatan
poket periodontal
periodontal penuh (bedah
yang dalam periodontal,
> 5,5 mm dll)
D. Hipotesis Penelitian
27
Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan periodontal pada pasien
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
sectional.
Klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama).
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
29
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian :
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama).
Sampel Penelitian :
sebagai berikut:
a
z 12 P(1−P)
s
n=
d2
Keterangan :
n = ukuran sampel
a
z1 = standar deviasi normal, biasanya terletak pada range 1,96
s
sebelumnya
30
Perhitungan dengan :
1. Alat Penelitian
Kaca mulut
Sarung Tangan
Masker
2. Bahan Penelitian
Cotton pellete
31
tissue
F. Cara Kerja
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
5. Pengukuran skor CPITN pada gigi indeks untuk mencatat berbagai kondisi
17 16 11 26 27
47 46 31 36 37
Gigi indeks yang digunakan untuk pasien yang berusia sampai 19 tahun
adalah
16 11 27
46 31 37
32
Apabila tidak ada gigi indeks dalam satu sextan, maka semua gigi yang
6. Beri skor pada gigi indeks yang diperiksa dan catat hasil skor di lembar
G. Analisis Data
33
H. Alur Penelitian
34
Pemeriksaan status periodontal dengan pengukuran skor CPITN pada
gigi indeks sebelum dilakukan perawatan periodontal
35
Catat hasil skor di lembar pengisian CPITN
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
BAB V
HASIL PENELITIAN
perokok dan non perokok yang dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
2017. Sampel penelitian adalah pasien laki-laki dan perempuan yang datang ke
36
Laboratorium Periodonsia yang telah memenuhi keriteria sampel berjumlah 40
orang.
kelompok non perokok berjumlah 12 orang dengan persentase 30% (Tabel 3).
TABEL 3
KARAKTERISTIK RESPONDEN
non perokok menunjukkan bahwa skor CPITN tertinggi dalam penelitian ini
adalah 3 yang dialami oleh 21 responden dari kelompok perokok dan 3 responden
dari kelompok non perokok. Dalam penelitian ini, skor CPITN yang paling
banyak dimiliki oleh responden pada kelompok perokok adalah skor 3 yang
dialami oleh 21 orang, sedangkan skor CPITN yang paling banyak dimiliki oleh
responden dari kelompok non perokok adalah skor 2 yang dialami oleh 5 orang..
Skor 3 menunjukkan adanuya poket periodontal antara 3,5 mm – 5,5 mm dan skor
TABEL 4
37
DISTRIBUSI DATA SKOR CPITN BERDASARKAN KATEGORI
KELOMPOK PEROKOK DAN NON PEROKOK
Skor CPITN Frekuensi Total
Perokok Non perokok
0 0 1 1
1 1 3 4
2 6 5 11
3 21 3 24
4 0 0 0
Total 28 12 40
yang paling banyak dibutuhkan oleh responden dari kelompok perokok yaitu
periodontal berupa DHE, OHI, scaling dan polishing, serta root planing.
(Tabel 5).
TABEL 5
38
III OHI, DHE, scaling dan 21 3 24
polishing, root planing
IV OHI, DHE, scaling dan 0 0 0
polishing, perawatan
periodontal penuh (bedah
periodontal, dll)
Total 28 12 40
dengan normal atau tidak normal, sehingga dapat menentukan uji analisis
nilai p= 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p<0,05, maka dinyatakan
bahwa data kebutuhan perawatan periodontal pada perokok dan non perokok
memiliki distribusi data yang tidak normal (Tabel 6). Oleh karena itu, selanjutnya
TABEL 6
UJI NORMALITAS SHAPIRO-WILK
Kebutuhan perawatan periodontal P value*
Perokok 0.000
Non Perokok 0.000
*Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk
berasal dari kelompok yang berbeda dan memiliki distribusi data yang tidak
normal. Pada tabel 7 menunjukkan nilai median, minimum, maksimum yaitu pada
39
responden dari kelompok non perokok didapatkan hasil sebesar 2,00 (0,00-3,00).
Dilihat dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kebutuhan
TABEL 7
UJI NON PARAMETRIK MANN-WHITNEY
N Median P
(minimum-maksimum)
Perokok 28 3,00 (1,00-3,00) 0.001
Non Perokok 12 2,00 (0,00-3,00) 0.001
Uji Mann-Whitney p<0,05,CI=95%
40
BAB VI
PEMBAHASAN
perawatan periodontal pada perokok dan non perokok yang diukur menggunakan
yang dipilih adalah pasien laki-laki dan perempuan yang akan dilakukan tindakan
Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri. Namun bakteri saja tidak
bahwa di dalam asap rokok terkandung zat-zat yang bersifat toksis, karsinogen
dan adiktif psikoaktif.17 Seseorang yang merokok diketahui memiliki nilai derajat
keparahan yang lebih besar pada hasil pemeriksaan probing depth (PD),
41
tidak pernah merokok. Status periodontal perokok juga dipengaruhi oleh lamanya
banyak dibandingkan responden pada kelompok non perokok. Hal ini sesuai
dengan data yang terdapat dalam The Tobacoo Atlas 3rd Edition, 2009 bahwa
masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa.
non perokok menunjukkan bahwa skor CPITN yang paling banyak dimiliki oleh
poket periodontal antara 3,5-5,5 mm, sedangkan skor CPITN yang paling banyak
dimiliki oleh responden dari kelompok non perokok adalah skor 2 yang
dibandingkan kelompok non perokok. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
kelompok non perokok, sedangkan skor gingival index (GI) dan bleeding on
probing (BOP) lebih tinggi pada kelompok non perokok dibandingkan kelompok
42
perokok.34 Telah diketahui bahwa merokok memberikan efek kronis terhadap
perokok dan non perokok menunjukkan bahwa perawatan periodontal yang paling
berupa DHE, OHI, scaling dan polishing, serta root planing. Perawatan
periodontal yang paling banyak dibutuhkan oleh responden dari kelompok non
periodontal berupa DHE, OHI, scaling dan polishing. Kemudian data pada hasil
kebutuhan perawatan periodontal pada perokok dan non perokok, yang diperoleh
perawatan periodontal yang bermakna pada kelompok perokok dan kelompok non
perokok.
43
BAB VII
A. Kesimpulan
pada perokok dan non perokok. Dimana pada kelompok perokok paling
scaling dan polishing serta root planing, sedangkan pada kelompok non
B. Saran
dengan jumlah responden yang lebih banyak dan melihat hubungan kebiasaan
periodontal.
44
DAFTAR PUSTAKA
4. Gautam DK, Jindal V, Gupta SC, et al. Effect of Cigarette Smoking on The
Periodontal Health Status: A Comparative, Cross Sectional Study.
Journal of Indian Society of Periodontology. 2011; 15(4)
7. Marbun, A., dkk. Teknik Mulsa Vertikal pada Budidaya Tebu (Saccharum
oficinarum L.). Jurnal Pertanian Tropik. 2016. Vol.3, No.1, 82-91
9. Suryono. Bedah Dasar Periodonsia. Deepublish Publisher. 2012; 1(3): Hal 1-5
11. Nurul Dewi. Infeksi Dalam Bidang Periodonsia. JKGUI. 2002; 1(1): Hal 14-
16.
45
12. Michalowicz Bryan S, Pihlstrom Bruce L. Genetic factor associated with
periodontal disease. In: John M Novak, editor. Carranza’s Clinical
Periodontolgy 10th ed. Philadelpia: W.B.Saunders Company; 2006. P
203
15. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carrenza’s Clinical Periodontology
10th ed. Philadelphia : W.B Saunders Company ; 2008, p. 170-2,
174-7.
16. Novak John M, Novak Karen F. Smoking and Periodontal Disease. In: John
M Novak, editor. Carranza’s Clinical Periodontology 10th ed.
Philadelpia: W.B.Saunders Company; 2006. P 253.
18. Aditama TY. Proses Berhenti Merokok. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran
1995. 102: 37-9
19. Warnakulasuriya S., Dietrich T., Bornstein M., Peidró E., Preshaw P.,
Walter C., Wennström J., and Bergström J. Oral health risks of
tobacco use and effects of cessation. International Dental Journal
2010. 60:7-30.
21. Axelsson P., Paulander J. and Lindhe J. Relationship between smoking and
dental status in 35-59, 65-75 years old individuals. J Clin Periodontal
1998. 25 : 297305.
22. Ernster Ul., Grondy Dg., Greene Jc., Walsh M., Robertson P., Daniels Te.,
Benowitz N., Siegel D., Gerbert B., and Hauck Ww. Smokeless
tobacco used and health effects among baseball players. J Am Dent
Assoc 1990. 264 (2) : 218-224.
46
23. Preber H., Kant T. and Bergstrom J. Cigarette smoking oral hygiene and
periodontal health in Swedish army conscripts. J Clin Periodontal
1980 ; 7 : 106.
24. Markkanen H., Paunio., Tuominen R., and Rajala M. Smoking and
periodontal disease in the Finnish population aged 30 years and over. J
Dent Res 1985 ; 64 : 932.
30. Scoop Irwin W. Oral medicine a clinical approach with basic science
correlation. 2nd edition. Saint Louis: The C.V Mosby Company;
1973: 5.
31. Scully C. Oral and maxillofacial medicine. 3rd edition. Toronto: Churchill
Livingstone Elsevier; 2013: 98-102.
32. Torrungruang K, dkk. Association between cigarette smoking and the intraoral
distribution of periodontal disease in Thai men over 50 years of age.
Journal of Investigative and Clinical Dentistry. 2012: 135-141
33. Anonim. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infod
atin-hari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf
34. Sherwin GB, dkk. The Relationship between Smoking and Periodontal
Disease. The New York State Dental Journal. 2013: 52-57.
35. Zee KY. Smoking and Periodontal Disease. Australian Dental Journal. 2009;
54(1): 544-550
47
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
PENELITIAN
Perkenalkan nama kami Shafira Nur Aprilia, S.KG, Sheila Diandra
Mayangsari, S.KG, Sulvi Anggraini, S.KG, Syifa Khairunnisa, S.KG, Syifa
Muthia Sari, S.KG saat ini kami sedang menjalani pendidikan profesi dokter gigi
di Univ. Prof. DR. Moestopo (Beragama), Jakarta. Kami sedang melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada
Perokok dan Non Perokok”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebutuhan perawatan periodontal sebagai perencanaan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut khususnya kesehatan periodontal, serta untuk mengetahui perbedaan
kebutuhan perawatan periodontal pada perokok dan non perokok. Manfaat
penelitian ini adalah memberikan informasi tentang perbedaan antara kebutuhan
perawatan periodontal pada perokok dan non perokok.
Penelitian akan dilakukan pada pasien yang berkunjung di RSGM Univ.
UPDM(B) khususnya di bagian periodonsia. Bagi yang bersedia meluangkan
waktu untuk menjadi subjek penelitian, akan dicatat identitas Saudara/i (nama,
jenis kelamin, umur, merokok atau tidak merokok, alamat, no.telp). kesehatan
jaringan periodontal anda akan diukur oleh tim peneliti dengan probe WHO untuk
menilai keberadaan perdarahan ketika probing, kalkulus serta mengukur
kedalaman poket.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak ada efek
samping yang akan terjadi dalam proses pengambilan data. Demikian penjelasan
dari kami, atas partisipasi dan kesediaannya, kami ucapkan terima kasih.
Tim Peneliti
48
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Kebiasaan : Merokok / Tidak merokok
Alamat :
No.Telepon/HP :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan, Saya menandatangani dan menyatakan
bersedia berpartisipasi sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini yang
berjudul:
“Perbedaan Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Perokok dan Non
Perokok”
Jakarta, ..........................
Peneliti Subjek penelitian
(...................................) (...................................)
49
Lampiran 3
LEMBAR PENCATATAN PENGUKURAN
Tgl :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Kebiasaan : Merokok / Tidak merokok
Telp/Hp :
17 16 11 26 27
47 46 31 36 37
LAPORAN SURVEY
50
PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN
PERIODONTAL PADA PEROKOK DAN
NON PEROKOK
Disusun oleh :
Pembimbing :
Dr. Yulitri Hapsari, drg, Sp. Perio
51
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
52
A. Jaringan Periodontal
B. Penyakit Periodontal
C. Perokok
18
21
E. Kerangka Teori
25
26
A. Kerangka Konsep
26
B. Identifikasi Veriabel
26
C. Definisi Operasional
27
D. Hipotesis Penelitian
53
28
29
29
29
i
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
29
30
31
F. Cara Kerja
32
G. Analisis Data
33
54
H. Alur Penelitian
34
35
BAB VI : PEMBAHASAN
39
42
A. Kesimpulan
42
B. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
43
LAMPIRAN
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
46
55