Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan periodontal merupakan suatu sistem fungsional dari berbagai

macam jaringan yaitu sementum, ligamentum periodontal, tulang alveolar dan

gingival yang berfungsi menginvasi dan mendukung gigi.1 Setiap jaringan

mempunyai peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari

periodontal.2 Jaringan periodontal adalah kesatuan dari beberapa bagian dan

berbagai macam fungsi yang bervariasi dan dapat berubah oleh karena

pengaruh umur berupa kehilangan struktur kolagen pada daerah yang

menyangga gigi, sebagai respon dari akumulasi bakteri serta adanya

perubahan hormonal juga dapat mempengaruhi respon jaringan periodontal.3

Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia termasuk dalam kategori

tinggi yaitu berkisar antara 70-80% dengan tingkat keparahan ringan sampai

sedang. Infeksi penyakit periodontal dapat mengenai jaringan pendukung gigi

meliputi ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Tanda klinis

yang dijumpai adalah adanya warna kemerahan pada gingiva, perdarahan

serta terjadi resesi gingiva. Keparahan penyakit periodontal mungkin berbeda

di setiap negara namun keadaan tersebut dapat diakui sebagai masalah utama

didunia.4 Penyakit periodontal merupakan penyakit umum dan tersebar luas di

masyarakat, bisa menyerang anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.

Salah satu bentuk penyakit periodontal adalah keradangan yang menyerang

1
jaringan periodontal, dapat hanya mengenai gingiva yang disebut dengan

gingivitis atau mengenai jaringan periodontal yang lebih luas yaitu ligamen

periodontal, sementum dan tulang alveolar.5

Hasil penelitian WHO pada beberapa Negara dunia menunjukkan

bahwa penyakit periodontal seperti periodontitis berat ditemukan pada 5-15%

dari populasi. Keadaan jaringan periodontal pada dewasa muda di Iran ialah

14,5% memiliki jaringan periodontal yang sehat, 33,7% mengalami

perdarahan gingiva, dan ditemukan kalkulus pada 48,7% sampel, berdasarkan

penelitian pada tahun 2005.6 Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia

menunjukkan hasil 60% berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun

2004.7 Keadaan jaringan periodontal pada dewasa muda di kabupaten Sinjai

ialah 11,8% yang memiliki jaringan periodontal yang sehat, 4,6% mengalami

perdarahan gingiva, dan ditemukan kalkulus pada 70,3% sampel, berdasarkan

penelitian tahun 2007.8

Penyebab utama dari penyakit periodontal adalah plak bakteri, plak

marginal, sebagian bagian dari plak supragingival yang berkontak langsung

dengan marginal gingiva, berperan penting untuk terjadinya gingivitis. Plak

supragingiva serta plak subgingiva yang berderkatan dengan permukaan gigi

menyebabkan pembentukan kalkulus di samping juga akar. Sedangkan plak

subgingiva yang berdekatan dengan permukaan jaringan lunak penting dalam

pengerusakan jaringan tersebut sehingga terjadi periodontitis. Penyebab –

penyebab lain dari periodontitis adalah berbagai macam determinan atau

2
faktor risiko seperti karakteristik subyek, faktor sosial dan perilaku faktor –

faktor seperti sistemik genetik keadaan gigi, dan lain – lain.11

Banyak hal yang dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan

perilaku seseorang seperti jenis kelamin, usia, penghasilan, pengalaman yang

diperoleh semasa kecil, cita-cita, perbedaan ciri perilaku yang paling

mendasar dapat dilihat melalui perbedaan jenis kelamin dan usia seseorang.

Jenis kelamin dan usia seseorang dapat mempengaruhi beberapa sikap dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut, perbedaan pola pikir, sikap dan tata laku

antara laki-laki dan perempuan dalam rentang usia tertentu dapat

menyebabkan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang berbeda pula. Makin

tinggi tingkat kesadaran seseorang dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut,

maka kesadaran tentang perawatan gigi akan meningkat pula sehingga

prevalensi penyakit gigi dan mulut, seperti penyakit periodontal yang

merupakan penyebab utama kehilangan gigi semakin rendah.

Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi

dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi. Instrumen yang sering digunakan

untuk pemeriksaan status periodontal dan kebutuhan perawatan dalam suatu

komunitas tertentu adalah Community Periodontal Index of Treatment Needs

(CPITN). Tujuan utama dari CPITN adalah menunjukkan tingkatan-tingkatan

dari kondisi jaringan periodontal dimulai dari kondisi yang sehat, adanya

perdarahan, adanya kalkulus, keadaan poket yang dangkal sampai dalam,

serta kebutuhan perawatannya. Indeks periodontal ini sudah sejak lama

3
digunakan karena memiliki kelebihan serta efektif digunakan untuk survei

epidemiologi dalam suatu penduduk. Community Periodontal Index of

Treatment Needs (CPITN) adalah suatu survey akan kebutuhan perawatan

periodontal yang memberi informasi tentang prevalensi dan keparahan

penyakit periodontal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan di

lakukan penelitian tentang perbedaan kebutuhan perawatan pada pasien yang

datang di Laboratorium Periodonsia RSGM Universitas Prof. Dr. Moestopo

periode Maret sampai April 2018 menurut jenis kelamin dan usia.12

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah belum jelasnya perbedaan

kebutuhan perawatan periodontal menurut jenis kelamin dan usia pada pasien

datang di laboratorium periodonsia RSGM UPDM (B) periode Maret-April

2018

C. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat perbedaan kebutuhan perawatan periodontal menurut

jenis kelamin dan usia pada pasien datang di laboratorium periodonsia RSGM

UPDM (B) periode Maret-April 2018?

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan

kebutuhan perawatan periodontal menurut jenis kelamin dan usia pada

pasien datang di laboratorium periodonsia RSGM UPDM (B) periode

Maret-April 2018.

4
E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian antara lain

sebagai berikut:

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

memperdalam pemahaman tentang kebutuhan perawatan periodontal pada

pasien yang datang di Laboratorium Periodonsia di RSGM Fakultas

Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo (beragama) berdasarkan jenis kelamin

dan usia.

Bagi lembaga atau institusi pendidikan, hasil penelitian dapat digunakan

sebagai bahan informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang

periodontologi khusunya tentang kebutuhan perawatan periodontal pada

pasien yang datang di Laboratorium Periodonsia di RSGM Fakultas

Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo (beragama) berdasarkan jenis kelamin

dan usia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
A. Jaringan Periodontal

Istilah periodontal berasal dari kata yunani yakni peri artinya

sekeliling dan odous yang berarti gigi secara bahasa jaringan periodontal

merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan

pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak

terlepas dari soketnya.13,14 Jaringan periodontal meliputi jaringan yang

menegelilingi dan mendukung gigi (gingiva), sementum yang menutupi

permukaan akar setiap gigi, ligamentum periodontal yang melekatkan

permukaan akar gigi, serta tulang alveolar.15

1. Gingiva

Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi

prosesus alveolar dan menegelilingi bagian leher dari gigi. Gingiva juga

merupakan bagian dari apparatus pendukung gigi, periodonsium, yang

membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi

jaringan di bawahnya terhadap pengaruh dalam lingkungan rongga

mulut.16

6
Gambar 2.1
Gingiva

Marginal gingiva merupakan batas tepi akhir atau bagian paling

koronal darigingiva yang mengelilingi leher gigi dan mempunyai bentuk

seperti kera baju.Marginal gingiva dipisahkan dari attached gingiva oleh

suatu lekukan dangkal berupa garis yang biasa disebut free gingiva

groove. Bagian marginal gingiva membentuk dinding jaringan lunak dari

sulkus gingiva selebar 0-2 mm.17

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang di sekeliling gigi

yang dibatasi oleh permukaan gigi pada satu sisi dan oleh epitel yang

melapisi freegingival margin pada sisi fainnya. Sulkus gingiva berbentuk

huruf ”V” dan hanya sedikit bagian dari sulkus gingiva yang dapat

dimasuki oleh probe periodontal. Penentuan klinik kedalaman sulkus

gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting. Pada kondisi

normal kedalaman sulkus gingiva adalah 0 atau kira-kira 0.17

Attached gingiva tidak terpisah dengan marginal gingiva.

Attached gingiva keras, kenyal, dan mengelilingi periousteum tulang

alveolar dengan kuat. Lebar attached gingiva bervariasi pada daerah

7
yang berbeda dalam rongga mulut, dan berkisar atara kurang dari 1mm

sampai 9 mm. Lebar attached gingiva meningkat seiring dengan usia dan

pada gigi supra erupsi.18

Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat

pada tulang alveolar dibawahnya. Pada pertautan mukogingiva,

mukoperiosteum terpisah sehingga mukosa alveolar terpisah dari

mukoperiosteum melalui perantara jaringan-jaringan ikat longgar yang

sangat vaskular. Jadi, mukosa alveolar umumnya berwarna merah tua,

berbeda dengan daerah perlekatan gingiva yang berwama merah muda.

Permukaan perlekatan gingiva mempunyai stippling yang mirip kulit

jeruk. Stippling ini umumnya sangat bervariasi. Stippling terlihat jelas

pada permukaan fasial dan sering tidak terlihat pada usia lanjut.

Penyebab stippling dewasa ini belum diketahui tetapi kelihatannya

berhubungan dengan retepeg epithelial.17

Mucogingival junction tidak mengalami perubahan sepanjang

hidup sehingga terjadinya perubahan posisi pada ujung koronalnya.

Lebar attached gingiva meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan

pada gigi yang supraerupsi. Pada aspek lingual RB, attached gingiva

berakhir pada hubungannya dengan mukosa alveolar sebelah lingual

dimana mukosa alveolar ini bersambung dengan membran mukosa yang

melapisi dasar mulut.17

Gingiva yang mengisi ruang interdental dari daerah koronal

sampai crest alveolar adalah interdental gingiva. Biasanya terdiri dari dua

8
papilla, satu di sebelah fasial dan satu di daerah lingual dan col. Col

adalah cekungan yang menyerupai lembah yang menghubungkan papilla

dan sesuai dengan bentuk daerah kontak interproksimal. Bila gigi geligi

berkontak, col akan menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi di apikal

daerah kontak. Bila gigi gigi yang berdekatan tidak saling berkontak,

tidak ada col dan interdental gingiva kelihatan berbentuk datar atau

konveks.17

Gambaran klinis gingiva normal16:

a. Warna. Secara umum warna attached gingiva dan marginal gingiva

adalah merah muda yang dipengaruhi oleh vaskularisasi. Warnanya

bervariasi pada setiap orang dan berhubungaan dengan pigmentasi

kulit. Mukosa alveolar berwarna merah lembut dan lebih terang.

b. Ukuran. Ukuran gingiva berhubungan dengan jumlah seluler,

interseluler dan suplai vascular. Perubahan ukuran biasanya

merupakan gambaran umum dari penyakit gingiva.

c. Kontur. Kontur atau bentuk gingiva bervariasi tergantung pada

bentuk gigi serta kesejajarannya pada lengkung gigi, lokasi, dan

bentuk daerah kontak proksimal dan luas embrasure gingiva sebelah

fasial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi gigi seperti kerah

baju. Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh bentuk permukaan

proksimal gigi, lokasi, bentuk daerah kontak, dan luas embrasure

gingiva.

9
d. Konsistensi. Konsistensi gingiva keras, kenyal, dan mengelilingi

tulang dengan kuat. Susunan lamina propria secara alami dan

hubungannya dengan mukoperiosteum tulang alveolar menentukan

kerasnya attached gingiva. Serat gingiva kekerasan marginal gingiva.

e. Tekstur permukaan. Gingiva memiliki tekstur permukaan seperti

kulit jeruk yang disebut suppling. Attached gingiva memiliki

stippling tetapi marginal gingiva tidak. bagian tengah interdental

papilla biasanya ber-stippling. Stippling bervariasi pada setiap orang

pada daerah yang berbeda dalam rongga mulut yang sama. Stippling

bervariasi sesuai umur. Stipling adalah gambaran gingiva sehat,

pengurangan atau hilangnya Stippling umumya merupakan tanda

dari penyakit gingiva, ketika gingiva telah dirawat maka stippling

muncul kembali.

2. Ligamen Periodontal

Ligamentum periodontal adalah jaringan konektif yang

mengelilingi akar dan menghubungkan ke tulang. Ini berhubungan

dengan jaringan konektif gingiva dan berkomunikasi dengan Marrow

Space melalui saluran vascular di dalam tulang . Jarak periodontal lebih

sempit pada bagian tengah akar (0,12 – 0,17mm) daripada puncak

alveolar (0,17 – 0,23) atau pada apeks akar (0,16 – 0,24mm ). Nilai yang

lebih tinggi ditemukan pada remaja dan nilai yang lebih rendah

ditemukan pada orangtua.16

10
3. Sementum

Sementum adalah jaringan mesenkimal avaskuler yang

terkalsifikasi yang membentuk penutup luar akar anatomis. Dua jenis

utama sementum adalah sementum aseluler (primer) dan seluler

(sekunder). Keduanya terdiri dari matriks interfibrilar yang terkalsifikasi

dan fibril kolagen. Sementum aseluler jelas, kurang berstruktur. Dan

dibentuk oleh sementoblas yang tidak menjadi tertanam seperti yang

terjadi ketika tipe seluler terbentuk. Serat kolagen menjadi tertanam di

sementum yang dikenal sebagai serat sharpey. Serabut Sharpey

menyusun sebagian besar struktur sementum aseluler yang mempunyai

peranan utama dalam mendukung gigi. Sementum seluler kurang

mengalami kalsifikasi dibandingkan dengan sementum aseluler. Serat

sharpey menyusun sebagian kecil sementum seluler dan dipisahkan

dengan serat lainnya yang tersusun sejajar terhadap permukaan akar atau

tersusun secara acak. Sebagian besar akar ditutupi oleh sementum

aseluler dengan sementum seluler terbentuk pada bagian apikal akar.

Sementum seluler seperti tulang dengan sementosit tertanam didalamnya.

Sementum tidak seperti tulang, ia tidak terbentuk kembali sepanjang

hidup. Garis incremental dari endapan sementum terlihat dengan

bertambahnya umur individu. Garis-garis ini yang menyebabkan warna

gelap pada sementum juga mencerminkan aktifitas atau fungsi gigi,

dengan sementoblast terus berlanjut berbaris pada permukaan segmental

sepanjang hidup dan mengompensasi pergerakan fisiologis gigi.16

11
4. Tulang alveolar

Prosesus / tulang alveolar adalah bagian dari rahang atas dan

rahang bawah yang membentuk dan mendukung soket gigi ini terbentuk

ketika erupsi untuk memberikan perlekatan osseous dalam pembentukan

ligamentum periodontal dan menghilang secara bertahap setelah gigi

hilang. Secara anatomis tulang alveolar memiliki lapisan periosteum

yakni lapisan yang menghubungkan jaringan lunak yang menutupi

permukaan luar tulang yang terdiri atas lapisan luar dari jaringan kolagen

dan bagian dalam dari serabut elastik, lempeng kortikal oral maupun

vestibular, langsung bersatu dengan maksila maupun mandibula.16

B. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal adalah penyakit inflamasi pada jaringan

pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik,

menyebabkan destruksi yang progresif dari ligamen periodontal dan tulang

alveolar sehingga terbentuk poket, resesi atau keduanya.16

12
Gambar 2.2
Klasifikasi penyakit periodontal

1. Gingivitis

Gingivitis merupakan pembengkakan pada jaringan lunak normal

yang mengelilingi gigi. Jaringan gingiva sangat sensitif sehingga menjadi

indikator untuk kelainan yang terjadi pada seluruh tubuh. Arah

pembengkakannya adalah kearah koronal dan tidak menyebabkan

kerusakan tulang alveolar maupun kegoyangan pada gigi. Gingivitis yang

tidak dirawat dapat menyebabkan periodontitis pada pasien.Gingivitis

biasa terjadi karena akumulasi plak dan faktor-faktor yang berkaitan

dengan pembentukan plak, ditambah dengan kebersihan mulut yang

kurang baik.19

a. Gingivitis Akut

Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah pembengkakan yang

berasal dari peradangan akut dan gingiva yang lunak. Debris yang

berwarna keabu-abuan dengan pembentukan membran yang terdiri

dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan degenarasi epitel fibrous.

Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel dengan edema

interseluler dan intraseluler dengan degenarasi nukleus dan

sitoplasma serta rusaknya dinding sel.

b. Gingivitis Kronis

Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan lunak yang dapat

membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat infiltrasi cairan

dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan probing terjadi

13
perdarahan dan permukaan gingiva tampak kemerahan. Degenerasi

jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan

perubahan pada jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami

pembengkakan dan peradangan sehingga meluas sampai ke

permukaanjaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi

leukosit dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap

jaringan konektif. Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis

nampak fibrosis dan proliferasi epitel adalah akibat dari peradangan

kronis yang berkepanjangan.

Gambar 2.3
Gingiva Sehat (kiri) dan Gingivitis (kanan)

2. Periodontitis

a. Definisi

Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan jaringan

pendukung gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme

tertentu, yang mengakibatkan penghancuran progresif ligamentum

periodontal dan tulang alveolar, dengan pembentukan poket, resesi,

atau keduanya. Periodontitis menunjukkan lesi inflamasi gingiva

14
serta rusaknya ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Hal ini

menyebabkan kehilangan tulang dan migrasi apikal dari epitelium

junctional, mengakibatkan pembentukan poket periodontal. Infeksi

periodontal dimulai oleh invasi oral patogen spesifik (bakteri aerob

dan bakteri anaerob) yang berkolonisasi pada biofilm plak gigi pada

permukaan akar gigi.20

Klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan AAP

International Workshop for a Classification of Periodontal Disease (

1999 ) yaitu:

1. Periodontitis Kronis. Karakteristik yang umum pada pasien

dengan periodontitis kronis :

a. Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi

pada anak-anak

b. Besardestruksi konsisten dengan faktor lokal

c. Berhubungan dengan variasi pola mikrobial

d. Kalkulus subgingiva seringkali ditemukan

e. Perjalanan penyakit lambat sampai sedang, namun ada

kemungkinan pada beberapa periode berjalan cepat.

f. Dapat dimodifikasi oleh hal seperti:

(i) Penyakit sistemik seperti HIV dan diabetes mellitus

(ii) Faktor predisposisi local dari periodontitis

(iii) Faktor lingkungan seperti merokok dan stress

emosional

15
Periodontitis kronis dapat di subklasifikasikan kedalam

lokalisata dan generalisata serta di karakterisasikan sebagai

slight, moderate, dan severe berdasarkan :

a.       Lokalisata        : <30% sites yang terlibat

b.      Generalisata    : >30% sites yang terlibat

c.       Slight               : 1 sampai 2 mm clinical attachment loss

d.      Moderate         : 3 sampai 4 mm clinical attachment loss

e.       Severe              : ≥5 mm clinical attachment loss

2. Periodontitis Agresif. Karakteristik umum pada pasien

periodontitis agresif :

a.       Secara umum klinis pasien sehat

b.      Kehilangan perlekatan (attachment loss) dan destruksi

tulang secara cepat

c.      Jumlah deposit mikroba tidak konsisten dengan keparahan

penyakit

d.      Ada faktor keturunan dari individu

Karakteristik yang umum namun tidak universal:

a.      Penyakit biasanya diinfeksi oleh Actinobacillus

actinomycetemcomitans.

b.      Abnormalitas dari fungsi fagosit

c.    Hiperresponsive makrofag, peningkatan produksi

prostaglandin E2 (PGE2) dan interleukin-1β

d.      Pada beberapa kasus, progresifitasnya self-arresting.

16
Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan kedalam lokalisata

dan generalisata seperti berikut :

a.       Lokalisata

i)        Circumpubertal onset

ii)     Lokalisasi pada molar pertama atau insisif dengan

proksimal attachment loss pada setidaknya 2 gigi

permanen, salah satunya molar pertama.

iii)    Respon antibody kuat terhadapa gen infeksi

b.      Generalisata

i)        Biasanya mengenai pasien usia dibawah 30 tahun

ii)     Attachment loss proksimal generalisata mengenai

setidaknya 3 gigi lain selain molar pertama dan insisif.

iii)     Pronounced episodic nature dari destruksi periodontal

v)      Respon antibodi serum buruk terhadap agen infeksi.

3. Periodontitis manifestasi penyakit sistemik. Periodontitis

dapat berhubungan dengan manifestasi penyakit sistemik

seperti:

a.       Penyakithematologi

i)        Acquired neutropenia

ii)      Leukemias

iii)    Lainnya

b.      Kelainan genetic

17
i)        Familial and cyclic neutropenia

ii)      Down syndrome

iii)    Leukocyte adhesion deficiency syndrome

iv)    Papillon-Lefevre syndrome

v)      Chediak-Higashi syndrome

vi)    Histiocytosis syndromes

vii)  Glycogen storage disease

viii)Infantile genetic agranulocytosis

ix)    Cohen syndromes

x)      Ehlers-Danlos Syndrome (Type IV dan VIII AD)

xi)    Hypophosphatasia

xii)  Lainnya

c.       Lainnya yang tidakspesifik

b. Gambaran Klinis

Tanda-tanda klinis dari peradangan seperti perubahan warna,

kontur, dan konsistensi, serta perdarahan pada saat probing, mungkin

tidak selalu menjadi indikator positif mengenai hilangnya perlekatan

yang sedang berlangsung. Namun, adanya perdarahan yang terus

terjadi saat probing pada kunjungan berurutan merupakan suatu

indikator yang dapat dijadikan patokan akan adanya peradangan dan

18
potensi untuk kehilangan perlekatan berikutnya di lokasi

perdarahan.16

Gambar 2.4
Periodontitis

C. Perawatan Periodontal

Secara Umum, Terapi periodontal memiliki beberapa tahap prosedur

dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari terapi dental. Urutan kerja

tergantung kebutuhan setiap kasus yang mempunyai kespesifikan masing-

masing sehingga tahapan perawatan tidak harus mengikuti urutan nomer fase

perawatan.Seperti halnya, setelah terapi awal atau etriotropik, penderita diberi

terapi korektif dan suportif, baru dimasukkan ke fase recall atau maintenance

untuk interval waktu tertentu sesuai dengan keadaan masing-masing seperti

yang terlihat pada bagan berikut:

Gambar 2.5

19
Rencana perawatan periodontal

Terapi fase emergency: Dalam terapi fase emergency dilakukan

penanggulangan segera dari keluhan utamanya. Seperti keluhan sakit maka

diberikan resep antibiotik dan analgetika serta obat kumur.

Terapi I fase etiotropik: Umumnya membuang faktor lokal utama

(plak & kalkulus), penanganan tempat retensi plak; pembuangan gigi yang

bermasalah dan tak dapat diharapkan, pemberian terapi antimikroba dan

analgetika, penyesuaian oklusi dan splinting. Hasil terapi ini dievaluasikan

dalam fase IV maintenance.

Terapi IV fase maintanance : Setalah I fase etriopotik dilanjtukan

dengan IV fase maintenance sambil mengecek ulang keadaan plak dan

kalkulus; kondisi gingival yaitu poket dan inflamasi, oklusi, kegoyangan gigi

atau splint, serta keadaan patologis lainnya.

Keberhasilan perawatan periodontal ditandai dengan adanya kapasitas

penyembuhan yang baik dari jaringan periodontal. Perawatan penyakit

periodontal dapat dilakukan dengan beberapa tahap perawatan yaitu:21

1. Scalling dan root planning. Scalling dan root planning termasuk dalam

perawatan periodontal tahap awal. Tujuan utama tindakan ini adalah

untuk memperbaiki kesehatan gingiva dengan cara menghilangkan faktor

yang menimbulkan keradangan dari permukaan gigi. Instrumentasi ini

dilaporkan dapat menurunkan sejumlah mikroorganisme subgingiva dan

menghasilkan perubahan komposis plak subgingiva dari dominasi bakteri

20
Gram negative anaerob menjadi Gram positif fakultatif, adanya bakteri

ini mempengaruhi kesehatan jaringan periodonsium.

2. Perawatan bedah. Perawatan bedah untuk menghilangkan jaringan

inflamasi dapat merangasang terjadi perbaikan atau regenerasi jaringan

yang mengalami kerusakan. Regenerasi jaringan rusak dapat terjadi

secara fisiologis atau dengan bantuan bahan-bahan tertentu. Perawatan

periodontal untuk merangsang terjadinya regenerasi jaringan dapat

dilakukan dengan cara pembersihan defek dengan kuretase saja, atau

disertai dengan bone grafting ddan guided tissue regeneration yang

dilakukan secara bedah.

a. Kuretase gingiva. Kuretase jaringan lunak biasanya diharpkan dapat

membantu menghilangkan jaringan yang mengalami ulserasi pada

sisi bagian dalam dari dinding poket periodontal. Pembuangan

jaringan yang mengalami ulserasi pada sisi bagian dalam dari

dinding poket periodontal. Kuretase berfungsi untuk membuang

sulkular epithelium yang hiperplastik dan sebagian besar jaringan

ikat yang tidak terorganisir, disamping itu itu juga membuang

serpihan-serpihan kecil dari debris yang terkalsifikasi yang akan

menghambat proses penyembuhan.22

b. Bone graft. Secara umum, kesembuhan atau regenerasi fisiologis

dapat terjadi karena regenerasi dari bekuan darah setelah tindakan

bedah. Oleh karena itu, bekuan darah harus dilindungi agar tidak

rusak. Disamping itu, faktor penting dalam rengenerasi ini adalah

21
keberadaan dinding (alveolar poket). Semakin banyak dinding poket

regenerasi jaringan akan terjadi lebih baik.22

c. Guided tissue regeneration. Guided tissue regeneration pada

umumnya setelah prosedur flap, apabila epithelium gingiva bergerak

sepanjang jaringan ikat disebelah akar gigi yang dirawat,

kesembuhan akan terjadi perlekatan yang baru terhadap akar gigi I

(perlekatan semu). Penggunaan GTR diharapkan dapat menghambat

pertumbuhan epitel yang mempunyai potensi pertumbuhan yang

sangat cepat, mendahului pencapaian jaringan ikat gingiva dan sel-

sel yang lain mengadakan perlekatan baru pada permukaan akar.

Dengan demikian terjadinya perlekatan semu dapat dicegah.22

d. Stabilisasi kegoyangan gigi. Periodontal splint adalah alat yang dapat

digunakan untuk stabilisasi atau imobilisasi gigi geligi yang

mengalami kegoyangan. Splint terdiri dari dari splint sementara,

splint semi-permanen, dan splint permanen. Indikasi splinting

sementara adalah untuk stabilisais gigi goyang sebelum dan selama

perawatan periodontal dengan tujuan untuk mengurangi trauma pada

waktu perawatan dan mempercepat proses penyembuhan contohnya

wire ligature splint. Splint semi-permanen dan permanen dapat

digunakan pada gigi dengan kegoyangan berat yang dapat

mengganggu pengunyahan setelah terapi periodontal.21

22
D. Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal Komunitas (Community

Periodontal Index Treatment Needs-CPITN)

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah

sebuah indeks yang dikembangkan oleh WHO untuk evaluasi penyakit

periodontal dalam survei penduduk. Dapat di gunakan untuk melihat kondisi

jaringan periodontal pada suatu kelompok atau subpopulasi dari sejumlah

penelitian11 . Indeks tersebut dapat memberikan sejumlah informasi mengenai

prevalensi dan keparahan penyakit, tapi kegunaan utamanya adalah mengukur

kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal dan juga merekomendasikan

jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal.24

Penilaian klinis terhadap tanda penyakit periodontal adalah sangat

penting untuk menegakkan diagnosa penyakit periodontal. Dalam suatu

penelitian epidemiologi, teknik-teknik metodologi harus berdasarkan

patogenesis penyakit dan penyebarannya. Untuk mengetahui karakteristik

status periodontal dilakukan penelitian-penelitian epidemiologi dengan

mengukur tempat-tempat tertentu di kedua rahang dengan berbagai kondisi

klinis pada setiap individu.

Community Periodontal Index of Treatment Needs merupakan suatu

survey akan kebutuhan perawatan periodontal yang memberi informasi akan

prevalensi dan keparahan dari suatu penyakit periodontal. Sistem kebutuhan

perawatan periodontal telah dimodifikasi menjadi CPITN pada tahun 1978

dan disadur dari epidemiologi survei oleh WHO dan FDI. Modifikasi ini

termasuk merekomendasikan penggunaan probe WHO, menggunakan gigi

23
molar dan gigi insisivus pertama kanan sebagai indeks gigi, dan tambahan

kategori dengan poket lebih dari 6 mm yang membutuhkan perawatan

komplek seperti bedah atau root planning dengan anastesi25 .

Terdapat indikator status periodontal yang digunakan dalam penilaian

ini, yaitu:

 Kode X : Satu gigi atau tidak ada gigi dalam sextan

 Kode 4 : Terdapat poket periodontal yang dalam > 5,5 mm

 Kode 3 : Terdapat poket periodontal antara 3,5 mm-5,5 mm

 Kode 2 : Terdapat kalkulus supragingiva/subgingiva

 Kode 1 : Terdapat perdarahan gingiva saat probing

 Kode 0 : gingiva sehat/normal

1. Periodontal probe

Untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal, dipergunakan probe

khusus yang ujungnya merupakan sebuah bola kecil berdiameter 0,5 mm.

Area yang berwarna (sebagai skala) berada pada daerah 3,5 sampai 5,5

mm. Ujung probe harus dimasukkan secara lembut ke dalam poket

gingival dan kedalaman insersi dibaca berdasarkan kode warna. Jumlah

daerah permukaanpoket yang harus dieksplorasi paling kurang 6 daerah

pada tiap gigi harus diperiksa :mesio-bukal, mid-bukal, dan bagian yang

menghubungkan permukaan lingual (WHO,1997).

24
Gambar 2.6
CPITN Probe

2. Sextan

Untuk memperoleh penilaian CPITN dipergunakan sextan yang meliputi

enam region, yaitu:

• Sextan 1 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan RA

• Sextan 2 : gigi 1, 2, 3 anterior RA

• Sextan 3 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri RA

• Sextan 4 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan RB

• Sextan 5 : gigi 1, 2, 3 anterior RB

• Sextan 6 : gigi 4, 5, 6, 7 kiri RB

Suatu sextan dapat diperiksa bila sextan tersebut terdapat paling

sedikit 2 gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika

disextan hanya ada satu gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke sextan

disebelahnya. Dengan demikian sextan dengan 1 gigi tidak diberi

skor/nilai. Penilaian untuk satu sextan adalah keadaan yang terparah/skor

nilai paling tinggi (Katz dkk,2000)

25
3. Gigi Indeks

Untuk mendapatkan penilaian keadaan jaringan periodontal, tidak

semua gigi yang diperiksa melainkan hanya beberapa gigi saja yang

disebut gigi indeks. Gigi indeks yang harus diperiksa adalah:

• Untuk laki-laki usia 20 tahun dan ke atas

• Untuk perempuan usia 20 tahun dan ke atas

Adapun tiga indikator status periodontal yang digunakan untuk

penilaian ini :

1. ada atau tidak adanya perdarahan gingiva

2. supra- subgingiva kalkulus

3. poket periodontal dibagi menjadi : dangkal (4-5mrn) dan dalam

(6mm atau lebih).

Skor dan jenis perawatan yang dilakukan dalam pemeriksaan CPITN

 Skor 0 : Tidak membutuhkan perawatan

 Skor 1 (TN 1) : OHI, scaling, dan polishing

 Skor 2 (TN 2) : OHI, scaling dan polishing

26
 Skor 3 (TN 3) : OHI, scaling dan polishing, root planing

 Skor 4 (TN 4) : OHI, scaling dan polishing, perawatan periodontal

penuh (bedah periodontal, dll)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

27
Kebutuhan perawatan Jenis Kelamin
periodontal

Usia diatas 20 tahun

B. Identifikasi Variabel

a. Variabel Dependen

Kebutuhan perawatan periodontal

b. Variable Independen

Jenis Kelamin dan usia

c. Variabel Terkendali

C. Definisi Operasional

CPITN adalah suatu pengukuran yang mengklasifikasikan status

periodontal suatu individu atau populasi dalam suatu gambaran yang diambil

berdasarkan prevalensi tingkat keparahan. Indeks ini dicatat berdasarkan

pengukuran probe pada poket periodontal dan status jaringan gingiva

D. Hipotesis

28
Terdapat perbedaan kebutuhan perawatan periodontal yang signifikan

antara laki-laki dan perempuan dengan usia diatas 20 tahun di laboratorium

periodonsia RSGM UPDM (B) periode Maret-April 2018.

29
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian observasional deskriptif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Laboratorium Periodonsia RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) Maret – April 2018

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. Seluruh pasien yang berkunjung ke klinik Periodonsia RSGM FKG

UPDM (B)

2. Pembagian usia laki-laki dan perempuan menurut WHO ≥20 tahun

Kriteria Eksklusi:

1. Pasien yang sudah menandatangani Informed Consent tetapi tidak

bersedia mengikuti penelitian.

2. Pasien yang tidak melakukan proses penelitian sampai selesai.

30
D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian:

Seluruh pasien laki-laki dan perempuan usia diatas 20 tahun yang

datang ke klinik Periodonsia di RSGM FKG UPDM (B) pada bulan Maret-

April 2018.

Sampel Penelitian:

Sampel penelitian yang diambil adalah pasien yang akan dilakukan

tindakan pembersihan karang gigi di klinik Periodonsia RSGM FKG UPDM

(B) sebesar 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purpose

sampling metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

N
n=
1+ Ne ²

45
n=
1+ 45(0,05) ²

n = 40,44 (dibulatkan menjadi 40)

keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Batas toleransi kesalahan

31
E. Alat dan Bahan

Alat

 Probe periodontal untuk mengukur nilai CPITN

 Pinset untuk menjepit tampon/kapas

 Neirbecken untuk tempat alat dan kapas

 Handuk putih untuk pengalas meja

 Sarung tangan

 Masker

 Gelas untuk kumur

 Alat tulis untuk mencatatat

Bahan

 Alkohol 70%

 Betadine/povidone iodine 10 L

 Kapas dan tissue

F. Cara Kerja

 Sampel diperiksa berdasarkan 6 segmen pada laki-laki dan perempuan

usia <20 tahun yaitu Molar kanan atas (16), incisivus kanan atas (11),

molar kiri atas (26), molar kiri bawah (36),incisivus kiri bawah (31), dan

molar kanan bawah (46).

 Sampel diperiksa berdasarkan 10 segmen pada laki-laki dan perempuan

usia >20 tahun yaitu Molar 1 kanan atas (16), molar dua kanan atas (17),

incisivus kanan atas (11), molar satu kiri atas (26),molar dua kiri atas (27),

32
molar satu kiri bawah (36), molar dua kiri bawah (37)incisivus kiri bawah

(31), molar satu kanan bawah (46), dan molar dua kanan bawah (47)

 Untuk keadaan periodontal sehat, diberikan skor CPITN yaitu skor 0,bila

terjadi perdarahan setelah probing diberi skor 1, bila terlihat kalkulus

supragingiva/subgingiva di beri skor 2, untuk kedalaman poket4- 5 mm

diberi skor 3, dan untuk kedalaman poket lebih dari 6 mmdiberi skor 4.

 Dari keseluruhan skor yang didapatkan dari tiap segmen, ditentukan skor

tertinggi untuk menentukan nilai kemaknaan CPITN.

G. Alur Penelitian
Subjek penelitian

Di lakukan anamnesis dan


pemeriksaan

Pengukuran nilai CPITN

Laki-laki dan Perempuan usia >20 tahun : gigi 17, 16, 11,
26, 27, 36,37, 31, 46,47

Penentuan nilai CPITN berdasarkan skor yang di capai

Analisis data

Hasil penelitian

33
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel

Penelitian ini dilakukan di RSGM Fakultas Kedokteran Gigi UPDM

(B) klinik Periodonsia yang diambil dengan menggunakan data primer yang

diambil yaitu sebanyak 40 subjek yang berusia diatas 20 tahun. (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian

Karakteristi Jumlah Persentase Total


k Subjek (%) (%)
Jenis Laki-laki usia ≥ 20 50
Kelamin 20 tahun
Perempuan usia 20 50 100
≥ 20 tahun

Tabel 1 memperlihatkan bahwa keseluruhan subjek dalam penelitian

ini jumlah Laki-laki usia ≥ 20 tahun dan Perempuan usia ≥ 20 tahun sama

yaitu 20 subjek Laki-laki usia ≥ 20 tahun (50%) dan 20 subjek Perempuan

usia ≥ 20 tahun (50%).

B. Distribusi Sampel

34
Distribusi sampel dikelompokkan berdasarkan kebutuhan perawatan

seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 dan gambar 1.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kebutuhan Perawatan

Laki-laki Perempuan
Skor Total %
Jumlah % Jumlah %
0 0 0 0 0 0 0
1 14 35.0 10 25.0 24 60.0
2 5 12.5 9 22.5 14 35.0
3 1 2.5 1 2.5 2 5.0
4 0 0 0 0 0 0
Total 20 20 40 100

Tabel 2 memperlihatkan bahwa kebutuhan perawatan dari 20 subjek

laki-laki dan perempuan tertinggi berada di skor 2 dimana terdapat kalkulus

supragingiva/subgingiva yaitu sebanyak 13 subjek (65%) laki-laki dan 10

subjek perempuan (50%). Skor 1 dan 3 subjek laki-laki memiliki jumlah yang

sama yaitu sebanyak 3 subjek (15%), sedangkan perempuan pada skor 1 ada 3

subjek (15%) dimana skor 1 terdapat perdarahan gingiva saat probing dan

skor 3 sebanyak 5 subjek (25%) yang ditandai adanya pocket periodontal

antara 3,5mm - 5,5 mm. Kemudian jumlah subjek terendah berada di skor 4

yaitu 1 subjek (5%) laki-laki dan 2 subjek (10%) perempuan dimana terdapat

poket periodontal yang dalam > 5,5 mm. Sedangkan skor 0 tidak ditemukan

adanya subjek yang memiliki skor tersebut (0%).

35
Laki-laki usia ≥ 20 tahun
Perempuan usia ≥ 20 tahun
12 12
8
6
4
0 0

Gambar 5.1
Distribusi Frekuensi Kebutuhan Perawatan Laki-Laki Dan Perempuan

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kebutuhan perawatan laki-laki

tertinggi berada di skor 2 dengan kebutuhan perawatan OHI, scaling dan

polishing, kedua tertinggi berada di skor 1 dan skor 3 dengan kebutuhan

perawatan skor 1 adalah OHI, scaling, dan polishing, dan skor 3 dengan

kebutuhan perawatan OHI, scaling dan polishing, root planing. Kemudian

jumlah subjek terendah berada di skor 4 dengan kebutuhan perawatan OHI,

scaling dan polishing, perawatan periodontal penuh (bedah periodontal, dll).

Jumlah subjek tertinggi perempuan berada di skor 2, kedua tertinggi berada di

skor 3, ketiga tertinggi berada di skor 1 dan terendah berada di skor 4.

C. Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Pasien Di Laboratorium

Periodonsia RSGM UPDM(B) Berdasarkan Jenis Kelamin Periode

Maret-April 2018

Kebutuhan perawatan periodontal pada pasien di laboratorium

periodonsia RSGM UPDM(B) berdasarkan jenis kelamin periode Maret-April

36
2018 dapat disimpulkan dari tabel 2 dan gambar 1. Pada tabel 2 dapat kita

lihat bahwa sebagian besar kebutuhan perawatan periodontal pada pasien

laki-laki dan perempuan adalah OHI, scaling dan polishing. Akan tetapi

terlihat perbedaan kebutuhan perawatan periodontal pada perempuan dengan

OHI, scaling, polishing, root planning dan perawatan periodontal penuh

(bedah periodontal, dll) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

BAB VI

PEMBAHASAN

37
Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri yang terjadi

karena adanya akumulasi plak. Apabila plak dibiarkan lebih lama, plak akan

mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi kalkulus. Kalkulus terbentuk dari plak

bakteri yang mengalami mineralisasi. Walaupun akumulasi dan maturasi plak

bakteri gigi menyebabkan perkembangan inflamasi jaringan gingiva terdekat,

tetapi durasi, onset, dan intensitas proses inflamasi sangat bervariasi antar

individu.26

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 40 subjek

penelitian, kebutuhan perawatan dari 20 subjek Laki-laki usia ≥ 20 tahun dan

lulusan Perempuan usia ≥ 20 tahun tertinggi berada di skor 2 dimana terdapat

kalkulus supragingiva/subgingiva yaitu sebanyak 13 subjek (65%) Laki-laki usia

≥ 20 dan 10 subjek Perempuan usia ≥ 20 (50%). Untuk skor 3 dan 4 Perempuan

usia ≥ 20 lebih tinggi dibandingkan Laki-laki usia ≥ 20 yaitu sekitar 15 %.

Menurut penelitian Pintauli 2004, perbedaan jenis kelamin dan usia dapat

menimbulkan perbedaan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

38
A. Kesimpulan

Dari pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan perawatan periodontal pada pasien yang datang di Laboratorium

Periodonsia di RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr. Moestopo

(beragama) berdasarkan jenis kelamin dengan rentang usia diatas 20 tahun

sebagian besar adalah Dental Health Education, Oral Hygiene Instruction,

Scaling, Polishing dengan skor 2. Dan kebutuhan perawatan periodontal pada

perempuan skor 3 dan 4 yaitu Dental Health Education, Oral Hygiene

Instruction, Scaling, Polishing, root planing, kuretase dan bedah periodontal

lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

B. Saran

Penelitian agar dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar

sehingga data yang diperoleh dapat benar-benar mewakili populasi yang

diteliti. Selain itu sebaiknya perlu dilakukan penyuluhan dan perawatan

periodontal secara berkesinambungan serta melakukan kunjungan ke dokter

gigi secara periodik. Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih

besar, sehingga data yang diperoleh dapat betul-betul mewakili populasi yang

diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

39
1. Muthukumar S, Suresh R. Community Periodontal Index of Treatment Needs

Index: An Indicator of Anaerobic Periodontal Infection. Original Reseach

2009; 20(4): 423-425

2. Singh TS, Kothiwale S. Assessment of Periodontal Status and Treatment

Needs in Karnataka, India. The Internet Journal of Epidemiology. 2011; 9(1)

3. Kurniawati A. Hubungan Kehamilan dan Kesehatan Periodontal. Jurnal

Biomed. Unej. Mei 2005; II (2); 43-51

4. Sanaei AS, Nikbakht-Nasrabadi A. Periodontal Health Status and Treatment

Needs in Iranian Adolescent Population. Arch Iranian Med [Serial Online]

2005; 8(4):290-294

5. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004. [Online].

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kalteng/narasi_profil5/narasi_profi

l05/BAB%20III_profil.doc

6. Gani A. Kebutuhan Perawatan Periodontal Remaja di Kabupaten Sinjai.

Journal of Dentofasial 2007; 7(2):1

7. Pieter L, Kustina Z, Majesty E. Gambaran Status Jaringan Periodontal Pada

Pelajar Laki-laki Dan Perempuan Di SMA Negeri 1 Manado. E-Journal

Unsrat. 2013; vol1(2)

8. R Nagarajappa, M Kenchappa, G Ramesh, S Nagarajappa, M Tak. Assesment

of Periodontal Status and Treatment Needs Among Young Adults in Udaipur

India. European Archives of Pediatric Dentistry. 2012; 13(3): 132

9. Nisa N. Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Dewasa Muda Usia 20-29

Tahun Di SopperngRiajaKabupatenBarru. Makassar. 2015. Skripsi

40
10. Bassani G.D., Silva C.M.D, Opperman R. V., 2006, Validity of the

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) for Population

Periodontitis Screening. Cad Saude Publica. 22(2), 277-283

11. William RC, Genco RJ. 2010. Periodontal Disease and Overall Health: A

Clinician’s Guide. C. USA: Colgate-Palmolive Company

12. Yeretsky W, Rapids G. Gingivitis: Its Causes and Treatment. Journal of The

American Dental Association. 1943: 729

13. Wolf H.F, Hassel T.M, Rateitschak E.M. Color Atlas of Periodontology. New

York: Georg ThiemeVerlag Stuttgart.1985.pp.1, 35-9, 40, 46, 110-116.

14. Hiranya Putri M, Eliza H, Neneng N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan

Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran

EGC; 2008. pp.25-6, 39-40, 43-50, 56-60, 71, 75-6, 85-6.

15. Rose LF, Genco RJ, Cohe DW, Mealey BL. Periodontal Medicine. Ontario :

B.C. Decker Inc; 2000.p.2-3; 5-6

16. Newman MG, Takei HH Carranza H. Carranza’s clinical periodontal 9th ed.

Philadelphia W.B. Saunders Company, 2002.p. 36;42; 45; 46;

17. Carranza FA, Jr : Glickman's Clinical Periodontology, Sixth Edition, W. B.

Saunders Company, Philadelphia, London, etc. 1984

18. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR Carranza’s clinical periodontal 11th

ed. Philadelphia W.B. Saund ers Company, 2012.p. 60-1; 72-5

19. Yeretsky W, Rapids G. Gingivitis: Its Causes and Treatment. Journal of The

American Dental Association. 1943: 729

41
20. Li X, Kolltveit KM, Tronstad L, Olsen I. Systemic disease caused by oral

infection. Clinical Microbiology Reviews

21. Widyastuti R. Periodontitis : Diagnosis dan perawatannya. Jurnal ilmiah

teknologi kedokteran gigi ;2009 ; 6 :p..32

22. Thahir H. Perawatan gigi goyang akibat penyakit periodontal. J. Dentofasial,

Ed. Khusus ;2003: (1) :p74

23. Pilot T, Miyazaki H, 1994, ” Global Results:15 years of CPITN

epidemiological”, Int Dent J, 44:553-560

24. Cuttres, T.W., Ainamo, J., Sardo-Infirri J, 1987,” The Community

Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) Prosedure for Population

Groups nd Individuals”, Int Dent J, 37(4):222-233

25. Oliver, R.C., Brown L.J., Loe, H, 1993, ” Periodontal Treatment Neds”

Periodontology 2000 Vol 2: 150-160

26. Gani, A dan Taufiqurrahman. Kebutuhan Perawatan Periodontal Remaja di

Kabupaten Sinjai Tahun 2007. Dentofasial. 2008; 7(2): 132-138.

27. Vandana, KL., Reddy Sesha, M., (2007). Assesment periodontal status in dental

fluorisis subject using community periodontal index of treatment needs. Indian

Journal of Dental Research. Vol.18. Issue: 2. Page 67-71.

28. Madson JD, Eley. Buku ajar periodonti. Jakarta: Hipokrates. 2012; h. 1-19,

150, 205-20

29. Gani, A dan Taufiqurrahman. Kebutuhan Perawatan Periodontal Remaja di

Kabupaten Sinjai Tahun 2007. Dentofasial. 2008; 7(2): 132-138

42
30. Ren, Y, Jaap CM, Lets S, Robert SBL, Anne MKJ. Age-Related Changes of

Periodontal Ligament Surface Areas during Force Application. Angle

Orthodontist. 2008; 78(6): 1000-1005.

43
LAMPIRAN

Data Hasil Penelitian

NO USIA LULUSAN TREATMENT NEED

1 23 PEREMPUAN 1
2 21 PEREMPUAN 3
3 34 PEREMPUAN 3
4 20 PEREMPUAN 2
5 20 PEREMPUAN 1
6 45 PEREMPUAN 2
7 24 PEREMPUAN 2
8 28 PEREMPUAN 4
9 37 PEREMPUAN 3
10 34 PEREMPUAN 2
11 38 PEREMPUAN 2
12 29 PEREMPUAN 4
13 56 PEREMPUAN 1
14 25 PEREMPUAN 2
15 45 PEREMPUAN 2
16 39 PEREMPUAN 3
17 29 PEREMPUAN 2
18 34 PEREMPUAN 2
19 37 PEREMPUAN 3
20 40 PEREMPUAN 2
21 20 LAKI - LAKI 2
22 23 LAKI - LAKI 2
23 24 LAKI - LAKI 2
24 28 LAKI - LAKI 1
25 38 LAKI - LAKI 2
26 28 LAKI - LAKI 2
27 29 LAKI - LAKI 3
28 20 LAKI - LAKI 2
29 47 LAKI - LAKI 1
30 35 LAKI - LAKI 4
31 38 LAKI - LAKI 3
32 55 LAKI - LAKI 2
33 21 LAKI - LAKI 2

44
34 30 LAKI - LAKI 2
35 32 LAKI - LAKI 3
36 42 LAKI - LAKI 2
37 24 LAKI - LAKI 1
38 20 LAKI - LAKI 2
39 27 LAKI - LAKI 2
40 20 LAKI - LAKI 2

45

Anda mungkin juga menyukai