Anda di halaman 1dari 11

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KAJIAN HUKUM PERJANJIAN BAKU ANTARA BADAN


PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN CABANG
UTAMA SEMARANG DENGAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA (KLINIK MUTIARA BUNDA)

Adi Jatmika*, Rinitami Njatrijani, Ery Agus Priyono


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : adijatmika20@gmail.com

Abstrak

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang dibentuk langsung oleh
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 melekat tugas, fungsi dan wewenangnya dalam menjamin
terselenggaranya program jaminan sosial. Pelaksanaan kewenangan atribusi yang dimiliki oleh
BPJS sebagai badan hukum publik berkaitan dengan pihak lainnya, yaitu salah satunya dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kerjasama antar keduanya dituangkan kedalam perjanjian
kerjasama yang telah disepakati, sehingga berlaku seperti undang-undang.Penulisan hukum ini
bertujuan untuk mengetahui sistem perjanjian baku yang menjadi dasar kerjasama antara BPJS
Kesehatan Cabang Utama Semarang dengan Klinik Mutiara Bunda, selain itu agar dapat
mengetahui bentuk pertanggungjawaban Para Pihak dalam menjamin pemenuhan hak Peserta
JKN-KIS.Setiap penelitian membutuhkan suatu metode penelitian, penulisan hukum ini
menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder atau
kepustakaan. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis, dimaksudkan untuk memberikan
gambaran mengenai pelaksanaan kerjasama BPJS Kesehatan Cabang Utama Semarang dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Klinik Mutiara Bunda) dengan menggunakan metode
analisis kualitatif. Pelaksanaan kerjasama yang berdasarkan pada Perjanjian baku ini, mengatur
tentang hubungan hukum antara BPJS Kesehatan Cabang Utama Semarang dengan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Klinik Mutiara Bunda, hal-hal yang diatur meliputi hak dan
kewajiban, ruang lingkup pelayanan, mekanisme pembayaran klaim, bentuk pertanggungjawaban,
dan sanksi. Selain itu, pembahasan mengenai sistem perjanjian baku yang menjadi dasar hubungan
kerjasama. Kerjasama yang telah disepakati dalam perjanjian berlaku seperti UU bagi para pihak
yang terlibat, sehingga harus menjadi komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas pelayanan
demi mewujudkan jaminan sosial kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, Perjanjian, Kerjasama.

Abstract

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan that is formed directly by UU No. 24 of
2014 attached to the tasks, functions and authority to ensure the implementation of social security
programs. The Implementation of attribution, authority possessed by BPJS as a public legal entity
with regard to the other side, that is the one of the First Grade Health Facilities. The cooperation of
both is poured into a cooperation agreement that has been agreed, so stands as legislation. This
legislation aims to determine the standard agreement system that become the basis of cooperation
between BPJS Keseatan Cabang Utama of Semarang with Mutiara Bunda Clinic, Besides in order
to determine the form of accountability of some parties in ensuring the fulfillment the right of
JKN-KIS’s participants. Each research needs a method of research, this research use yuridis
normatif method with secondary data or literature. The specifications of this research is deskriptif
analitis study, intended to provide an overview of the implementation of the cooperation BPJS
Cabang Utama of Semarang with First Grade Health Facilities (Mutiara Bunda Clinic) by using
qualitative method. The Implementation of cooperation based on the standard agreement, to
regulate the legal relationship between BPJS Keseatan Cabang Utama of Semarang with the First

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Grade Health Facilities of Mutiara Bunda Clinic, these are set includes rights and obligations,
scope of services, the mechanism of payment of claims, a form of accountability, and sanctions. In
addition, the discussion of the standard agreement that become a basic of relationship of
cooperation. The cooperation that has been agreed in the agreement stands as UU or the parties
that involved, so it must be a shared commitment to improve the quality of service in order to
create health social security for all Indonesian.

Keywords: BPJS, Agreement, Cooperation.

I. PENDAHULUAN diperlukan adanya penerapan sanksi


yang tegas sesuai dengan rambu-
BPJS dalam melaksanakan rambu hukum yang ada.
fungsi, tugas dan kewajibannya Perjanjian yang dibuat
memiliki kewenangan atribusi secara sah berlaku sebagai undang-
(Kewenangan yang berasal dari undang bagi para pihak yang
undang-undang).1 Kewenangan yang membuatnya dan kontrak berfungsi
dimiliki oleh BPJS dapat dilihat untuk memenuhi persyaratan yang
dalam Pasal 11 Undang-Undang ditentukan dalam undang-undang,
Nomor 24 Tahun 2011 sehingga sebagai alat bukti dan menjamin
BPJS dapat membuat atau kepastian hukum mengenai hak dan
menghentikan kontrak kerja dengan kewajiban para pihak3, oleh karena
fasilitas kesehatan serta membuat itu, kontrak yang memenuhi syarat
kesepakatan kerjasama dengan sahnya suatu kontrak sangat penting
fasilitas kesehatan mengenai besar peranannya dalam mengatur
pembayaran fasilitas kesehatan2. hubungan hukum antara BPJS
Kesepakatan yang terjalin kemudian dengan fasilitas kesehatan dan juga
dituangkan ke dalam kontrak atau dengan peserta jaminan kesehatan
perjanjian tertulis antara BPJS yang menjadi tanggungjawab BPJS.
dengan fasilitas kesehatan yang Perjanjian yang dilakukan
bersangkutan. antara para pihak cenderung bersifat
Pelaksanaan kerjasama baku yang dibuat oleh BPJS
BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan karena isi perjanjian yang
Kesehatan berpedoman pada kontrak tidak dapat diubah, tetapi masih
kerjasama yang mengatur hak dan dimungkinkan pihak Fasilitas
kewajiban masing-masing pihak Kesehatan Tingkat Pertama untuk
serta peraturan yang terkait sehingga memperbaiki dan menambahkan
dalam pelaksanaannya tidak boleh beberapa poin selama tidak
melanggar kesepakatan. Praktik bertentangan dengan ketentuan dan
pelaksanaan tersebut seringkali pada akhirnya BPJS Kesehatan yang
terjadi adanya penyelewengan dan berwenang untuk menerima ataupun
kecurangan yang dilakukan oleh menolak perbaikan atau penambahan
Fasilitas Kesehatan sehingga yang diajukan oleh Fasilitas
Kesehatan tersebut.
1
Angger Sigit Pramukti dan Andre Budiman
Panjaitan, 2016, Pokok-Pokok Hukum
3
Asuransi, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Ahmadi Miru, 2013, Hukum Kontrak dan
Halaman 67.. Perancangan Kontrak, Jakarta: Rajawali
2
Ibid. Halaman 68. Pers, Halaman. 5.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hubungan timbal balik yang Kesehatan Tingkat Pertama


menjadi hak dan kewajiban antara (Klinik Mutiara Bunda).
BPJS Kesehatan, Peserta JKN-KIS, b. Untuk mengetahui bentuk
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat pertanggungjawaban BPJS
Pertama, hubungan inilah yang Kesehatan selaku penanggung
menjadi rawan penyalahgunaan dan bersama Fasilitas Kesehatan
penyelewangan atas tindakan yang Tingkat Pertama (Klinik Mutiara
tidak semestinya dilakukan seperti Bunda) dalam menjamin
penipuan dan manipulasi data. Guna pemenuhan hak Peserta JKN-
mengetahui sistem perjanjian baku KIS.
yang mengatur kerjasama tersebut
dan pertanggung jawabannya serta II. METODE
sejauh mana peran Fasilitas Penelitian penulisan hukum
Kesehatan Tingkat Pertama dalam ini menggunakan jenis penelitian
hubungan perjanjian baku, maka yuridis normatif yang menggunakan
penulis melakukan penelitian untuk data sekunder atau kepustakaan.
mengetahui sistem perjanjian baku Proses pelaksanaan kerjasama antara
antara BPJS Kesehatan Cabang BPJS Kesehatan dengan Fasilitas
Utama Semarang dengan Fasilitas Kesehatan yang meliputi
Kesehatan Tingkat Pertama Klinik permasalahan pelaksanaan asuransi
Mutiara Bunda. sosial diatur dalam perjanjian
kerjasama.
Berdasarkan latar belakang Spesifikasi penelitian yang
diatas, adapun rumusan masalah digunakan dalam penyusunan
sebagai berikut : penulisan hukum ini adalah deskriptif
a. Bagaimana sistem perjanjian analitis yang mengandung arti bahwa
baku antara BPJS Kesehatan peneliti dalam menganalisis
Cabang Utama Semarang memberikan gambaran atau
dengan Fasilitas Kesehatan pemaparan atas subjek dan objek
Tingkat Pertama (Klinik Mutiara penelitian secara jelas berdasarkan
Bunda) ? data yang ada sehingga tidak
b. Bagaimana pertanggungjawaban melakukan justifikasi terhadap hasil
BPJS Kesehatan selaku penelitian.4
penanggung bersama Fasilitas Penulisan hukum ini
Kesehatan Tingkat Pertama menggunakan deskriptif analitis
(Klinik Mutiara Bunda) dalam karena hendak memaparkan serta
menjamin pemenuhan hak menggambarkan mengenai sistem
Peserta JKN-KIS ? perjanjian baku yang mengatur
tentang pelaksanaan kerjasama
Tujuan yang hendak dicapai instansi BPJS Kesehatan Cabang
dalam penelitian ini adalah : Utama Semarang dengan Fasilitas
a. Untuk mengetahui sistem Kesehatan Tingkat Pertama dengan
perjanjian baku antara BPJS
4
Kesehatan Cabang Utama Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, 2013,
Semarang dengan Fasilitas Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Halaman 183.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

menggunakan data sekunder disebut Template PKS BPJS


perjanjian kerjasama yang mengatur Kesehatan yang kemudian
hubungan hukum para pihak dan didistribusikan sesuai kebutuhan ke
sistem kontrak yang menjadi dasar Kantor Divisi Regional di seluruh
hukum bagi kerjasama keduanya, Indonesia ada 13 Kantor Divisi
selain itu juga menggunakan Regional, setelah rancangan itu ada
peraturan perundang-undangan yang di masing-masing Kantor Divisi
mengatur para pihak yang digunakan Regional, maka selanjutnya
dalam penulisan hukum ini. diteruskan ke Kantor Cabang dalam
Metode yang digunakan lingkup wilayah kerja Divisi
dalam menganalisis data dalam Regional, BPJS Kesehatan Cabang
penelitian ini adalah analisis Utama Semarang termasuk dalam
kualitatif, berupa data-data yang Divisi Regional VI.
berkualitas saja dan tidak dalam Template PKS tersebut
bentuk angka seperti yang ada pada kemudian dapat disesuaikan dengan
analisis kuantitatif. Cara kualitatif masing-masing kondisi cabang.
ini dilakukan dengan menguraikan Draft PKS yang sudah
data dalam bentuk kalimat yang disesuaikan oleh BPJS Kesehatan
teratur, runtun, logis, dan mudah dikirim ke FKTP Klinik Mutiara
dipahami. Analisis kualitatif Bunda, untuk dibaca, memberikan
menuntut peneliti untuk dapat masukan, atau perbaikan, dalam hal
memilah dan menentukan mana data adanya perbaikan terkait draft PKS
yang berkualitas dan tidak bisa dilakukan selama tidak
berkualitas yang menunjang dan bertentangan dengan aturan hukum
berguna bagi materi penelitian. yang berlaku, maka FKTP berhak
memberi feedback untuk
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dipertimbangkan oleh BPJS
Kesehatan Cabang Utama Semarang.
A. Sistem Perjanjian Baku Perjanjian Kerjasama yang
Kerjasama BPJS Kesehatan sudah melalui proses tersebut,
dengan FKTP Klinik Mutiara selanjutnya ditanda tangani oleh para
Bunda pihak yang mempunyai kewenangan.
Sisten Perjanjian baku Prosedur pembuatan perjanjian
merupakan satu kesatuan dalam kerjasama diatas sudah mencakup
Perjanjian, meliputi : dua aspek utama dalam perancangan
kontrak, yaitu :
1. Prosedur Pembuatan a. Aspek Akomodatif
Perjanjian Baku Hal ini bisa dilihat dari proses
Proses pembuatan perjanjian / pembuatan yang mampu
kontrak kerjasama antara BPJS mengakomodasi kebutuhan dan
Kesehatan Cabang Utama Semarang keinginan para pihak, meskipun
dengan FKTP Klinik Mutiara Bunda rancangan berasal dari BPJS
sebagai berikut : Kesehatan tapi FKTP Klinik Mutiara
Rancangan kontrak dibuat Bunda masih bisa terakomodir
terlebih dahulu oleh pihak BPJS kebutuhan dan keinginannya selama
Kesehatan Pusat atau yang biasa tidak bertentangan dengan ketentuan.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b. Aspek Legalitas dicantumkan dalam kontrak karena


Aspek ini mengandung arti ada kepentingan satu pihak atau
bahwa perancang kontrak harus kedua belah pihak.6
mampu menuangkan hal-hal yang
berkaitan dengan perjanjian 2. Isi Perjanjian Baku
kerjasama kedalam kontrak yang sah Kerjasama BPJS Kesehatan
dan dapat dilaksanakan (valid and Cabang Utama Semarang dengan
enforceable contract.5 BPJS Klinik Mutiara Bunda
Kesehatan dalam membuat Isi perjanjian memuat
rancangan kontrak ini berdasarkan pelaksanaa perjanjian berakibat pada
pada ketentuan peraturan kesehatan, para pihak diharuskan memenuhi
serta aturan atau hukum positif lain kewajiban sesuai dengan
yang terkait. kesepakatan yang telah dibuat, Para
Perjanjian Kerjasama pihak mempunyai kewajiban untuk
antara BPJS Kesehatan dengan melaksanakan suatu prestasi dari
Klinik Mutiara Bunda telah suatu perjanjian yaitu pelaksanaan
memenuhi syarat sah perjanjian terhadap hal-hal yang telah
seperti yang telah ditentukan dalam diperjanjikan atau yang ditulis dalam
Pasal 1320 KUHPerdata, selain itu, suatu perjanjian oleh kedua belah
secara substantif, perjanjian tersebut pihak yang telah mengikatkan diri.
sudah memenuhi tiga syarat, yaitu : Jadi, para pihak dapat disebut telah
a. Syarat Esensialia, dalam memenuhi prestasi dalam perjanjian
kontrak kerjasama ini sudah diatur apabila telah memenuhi janjinya.
secara konkrit dan rinci yang Sesuai dengan ketentuan
meliputi hak dan kewajiban, Pasal 1234 KUH Perdata, prestasi
mekanisme pembayaran, mekanisme dari suatu perjanjian terdiri dari :
pelayanan yang sesuai dengan materi a. Memberikan sesuatu
kontrak yang dapat dilihat dari judul b. Berbuat sesuatu
perjanjian kerjasamanya yaitu c. Tidak berbuat sesuatu
tentang Pelayanan Kesehatan Perjanjian baku yang mengatur
Tingkat Pertama Bagi Peserta Badan tentang kerjasama ini memuat
Penyelenggara Jaminan Sosial ketentuan yang tidak dapat diubah
Kesehatan. karena sifat perjanjian yang baku,
b. Syarat Naturalia, merupakan sehingga klausul yang ada
ketentuan dalam undang-undang berdasarkan kehendak dari pihak
yang dimasukkan dalam kontrak, yang lebih kuat posisi tawarnya,
peraturan perundang-undangan yang yaitu BPJS Kesehatan, tetapi dalam
dimasukan dalam kontrak kerjasama pencantuman klausul yang bersifat
ini antara lain UU BPJS dan baku ini, BPJS Kesehatan
Peraturan Kesehatan. berpedoman Peraturan Menteri
c. Syarat Aksidentalia, Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014.
merupakan syarat yang tidak harus Klausul baku tersebut meliputi :
ada dalam kontrak, melainkan dapat a. Hak dan Kewajiban, mengatur
hak dan kewajiban masing-
5
F.X. Suhardana dalam Muhammad
Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak, Bandung:
6
Mandar Maju, Halaman 160. Ibid, Halaman 193.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

masing pihak yaitu pihak dibayarkan oleh BPJS


pertama adalah BPJS Kesehatan ke Klinik Mutiara
Kesehatan dan pihak kedua Bunda sebesar Rp
adalah Fasilitias Kesehatan 10.000/peserta, sehingga total
Tingkat Pertama (Klinik yang dibayarkan sebesar Rp
Mutiara Bunda), selain itu ada 95.260.000,- setiap bulan.
tambahan tentang hak dan
kewajiban Peserta JKN-KIS
yang dijamin oleh undang-
undang 3. Berakhirnya Perjanjian
b. Ruang Lingkup dan Perjanjian kerjasama ini
Prosedur Pelayanan mengatur tentang berakhirnya
Kesehatan, Perjanjian kerjasama, disebabkan oleh :
kerjasama ini mengatur a. Jangka Waktu Perjanjian
tentang ruang lingkup dan yang menentukan batas waktu
prosedur pelayanan berakhirnya Perjanjian ini pada
kesehatan dengan tanggal tiga puluh satu bulan
berpedoman pada Desember tahun Dua Ribu Delapan
Peraturan Menteri Belas (31-12-2018).
Kesehatan Nomor 28
Tahun 2014, hal ini bisa b. Pengakhiran Perjanjian
dilihat dari Lampiran I Perjanjian dapat diputus
Perjanjian, bisa diketahui sebelum berakhirnya perjanjian
hal-hal rinci tentang biasanya disebabkan oleh perbuatan
ruang lingkup yang wanprestasi yang dilakukan oleh
menjadi bagian dari salah satu pihak yang dapat
kerjasama antara BPJS merugikan pihak yang lain, bentuk
Kesehatan Cabang Utama wanprestasi, dapat berupa tindakan
Semarang dengan FKTP tidak memenuhi prestasi, tidak
Klinik Mutiara Bunda. sempurna dalam memenuhi prestasi,
c. Mekanisme Pembayaran terlambat melakukan prestasi, dan
Klaim, Sistem yang digunakan melakukan hal yang dilarang dalam
dalam pembayaran adalah perjanjian.
dengan pembayaran kapitasi Pasal 11 Perjanjian Kerjasama
yaitu sejumlah uang yang ini memungkinkan para pihak untuk
dibayarkan oleh BPJS dapat mengakhiri/menghentikan
Kesehatan kepada Klinik Perjanjian Kerjasama sebelum
Mutiara Bunda setiap bulannya berakhirnya jangka waktu Perjanjian
dengan menyesuaikan jumlah berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
peserta yang terdaftar sebagai Pihak kedua pindah lokasi
peserta di klinik tersebut, praktek yang tidak disepakati oleh
berdasarkan hasil penelitian pihak pertama dan pihak kedua
jumlah peserta yang terdaftar berhenti praktek atas kehendaknya
di Klinik Mutiara Bunda per sendiri, selanjutnya salah satu pihak
januari tercatat sebanyak 9.526 tidak memenuhi atau melanggar
Peserta, dana kapitasi yang ketentuan dalam Perjanjian ini dan

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

telah mendapat Surat Peringatan Setiap Perjanjian selalu memuat


sebanyak tiga kali, Salah satu pihak klausul mengenai pertanggung
terbukti melakukan penyalahgunaan jawaban disertai sanksi apabila
wewenang berupa tindakan moral melanggar aturan yang tercantum
hazard atau fraud (membuat klaim dalam Perjanjian yang telah
fiktif atau tidak memberitahukan disepakati, berikut adalah
adanya perubahan ketersediaan pertanggungjawaban Para Pihak
sumber daya manusia khususnya yang telah diatur dalam Perjanjian,
tenaga kesehatan, kelengkapan pertanggungjawaban tersebut
sarana prasarana dan lingkup meliputi :
pelayanan yang mempengaruhi 1. Teguran Tertulis
besaran kapitasi yang dibayarkan), Guna menjamin terpenuhinya
lalu, hak Peserta JKN dalam menerima
Ijin operasional praktek pihak pelayanan kesehatan, Pihak BPJS
kedua dicabut oleh Pemerintah atau Kesehatan Cabang Utama Semarang
Asosiasi Profesi, selain itu, salah satu melakukan pengawasan dan
pihak melakukan merger, pengendalian baik secara langsung
konsolidasi, atau diakuisisi oleh atau dengan menunjuk pihak lain
Perusahaan lain, salah satu pihak untuk melakukan pemeriksaan
berada dalam keadaan likuidasi. terhadap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh
Ada ketentuan yang mengatur, Klinik Mutiara Bunda, sanksi berupa
bahwa Para Pihak sepakat untuk teguran tertulis dari BPJS Kesehatan
mengesampingkan berlakunya Cabang Utama Semarang diberikan
ketentuan dalam Pasal 1266 KUH kepada Klinik Mutiara Bunda.
Perdata, sejauh yang mensyaratkan Teguran tertulis ini bisa
diperlukannya suatu putusan atau dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali
penetapan Hakim/Pengadilan terlebih dengan tenggang waktu masing-
dahulu untuk masing surat peringatan/teguran
membatalkan/mengakhiri suatu tertulis minimal 7 (tujuh) hari kerja,
Perjanjian, Pengesampingan Pasal apabila dalam tenggang waktu
12I66 KUH Perdata mengakibatkan tersebut tidak ada tanggapan atau
dengan berakhirnya Perjanjian tidak perbaikan dari Klinik Mutiara
serta merta menghapuskan hak dan Bunda, maka Pihak BPJS Kesehatan
kewajiban yang telah timbul dan Cabang Utama Semarang berhak
tetap berlaku sampai mengakhiri Perjanjian ini.
terselesaikannya hak dan kewajiban
tersebut. 2. Ganti Kerugian
Perjanjian Kerjasama ini
B. Pertanggungjawaban BPJS memuat ketentuan adanya ganti
Kesehatan Cabang Utama kerugian apabila salah satu pihak
Semarang dan FKTP Klinik secara nyata melakukan
Mutiara Bunda dalam penyalahgunaan wewenang dengan
Pemenuhan Hak Peserta JKN- melakukan kegiatan moral hazard
KIS atau frau. Pasal 10 ayat 4
mengkategorikan suatu tindakan

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penyalahgunaan wewenang, yaitu perang (yang dinyatakan maupun


seperti membuat klaim fiktif atau tidak dinyatakan), pemberontakan,
tidak memberitahukan adanya huru-hara, pemogokkan umum,
perubahan ketersediaan sumber daya kebakaran dan kebijaksanaan
manusia khususnya tenaga Pemerintah yang berpengaruh secara
kesehatan, kelengkapan sarana langsung terhadap Perjanjian ini.
prasarana dan lingkup pelayanan Terjadinya peristiwa Force
yang mempengaruhi kapasitas Majeure, maka Pihak yang terhalang
layanan dan besaran kapitasi yang untuk melaksanakan kewajibannya
dibayarkan, maka Pihak yang tidak dapat dituntut oleh Pihak
menyalahgunakan wewenang lainnya. Pihak yang terkena Force
tersebut berkewajiban untuk Majeure wajib memberitahukan
memulihkan kerugian yang terjadi. kepada Pihak yang lain secara
Perihal keterlambatan pembayaran tertulis paling lambat 14 (empat
kapitasi yang dilakukan oleh BPJS belas) hari kalender sejak saat
Kesehatan Cabang Utama Semarang terjadinya peristiwa yang dikuatkan
(Pihak Pertama), maka Pihak oleh surat keterangan dari pejabat
Pertama membayar kerugian sebesar yang berwenang untuk menerangkan
1% (satu persen) dari jumlah yang adanya peristiwa tersebut.
harus dibayarkan untuk setiap 1 Semua kerugian dan biaya yang
(satu) bulan keterlambatan. diderita oleh salah satu Pihak sebagai
akibat terjadinya peristiwa ini bukan
3. Malpraktek merupakan tanggung jawab pihak
Pihak BPJS Kesehatan Cabang lain, sehingga Pihak yang terkena
Utama Semarang tidak bertanggung Force Majeure bebas dari segala
jawab atas terjadinya kesalahan bentuk pertanggungjawaban.
dalam tindakan medis sehingga
mengakibatkan terjadinya cedera IV. KESIMPULAN
pada pasien yang menjadi Peserta Berdasarkan hasil penelitian ini,
JKN berupa cacat fisik, psikologis, dapat disimpulkan beberapa hal
mental, cacat tetap atau meninggal mengenai pelaksanaan kerjasama dan
akibat dari tindakan yang dilakukan pertanggungjawaban antara BPJS
oleh FKTP Klinik Mutiara Bunda. Kesehatan Cabang Utama Semarang
dengan FKTP Klinik Mutiara Bunda
4. Keadaan Memaksa (Force yang termuat dalam Perjanjian.
Majeure) Perjanjian yang dilakukan atas
Keadaan memaksa yang dasar kesepakatan yang tertuang
dimaksud adalah suatu keadaan yang dalam Perjanjian baku kerjasama
terjadinya diluar kemampuan, antara BPJS Kesehatan Cabang
kesalahan, atau kekuasaan Para Utama Semarang dengan FKTP
Pihak dan yang menyebabkan Pihak Klinik Mutiara Bunda dengan
yang mengalaminya tidak dapat berpedoman pada peraturan yang
melaksanakan atau terpaksa terkait, seperti UU BPJS, UU
menunda pelaksanaan kewajibannya Tentang Kesehatan, Peraturan
dalam Perjanjian ini. Force Majeure Menteri, dan sebagainya.
tersebut meliputi banjir, wabah,

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kerjasama yang dilakukan Kesehatan adalah memastikan


Para Pihak meliputi hak dan Peserta JKN mendapatkan pelayanan
kewajiban Para Pihak, seperti yang sesuai, bentuk
memberikan pelayanan sesuai pertanggungjawaban BPJS
prosedur yang berlaku, mekanisme Kesehatan adalah adanya wewenang
klaim pembayaran, dan hal-hal yang memberikan Sanksi kepada FKTP
sudah diatur dalam Perjanjian apabila terbukti telah melakukan
Kerjasama ini. tindakan yang dilarang dalam
Perjanjian/kontrak tersebut Perjanjian Kerjasama.
termasuk dalam sistem Perjanjian Bentuk pertanggungjawaban
Baku, karena dalam praktiknya Pihak lainnya adalah dengan ganti rugi
BPJS Kesehatan dinilai lebih tinggi apabila baik dari Pihak BPJS
kedudukan dan posisi tawarnya Kesehatan maupun FKTP Klinik
daripada FKTP Klinik Mutiara Mutiara Bunda terbukti melakukan
Bunda, sehingga proses pembuatan penyalahgunaan wewenang dengan
Perjanjian berasal dan sesuai kegiatan moral hazard atau fraud
ketentuan dari BPJS Kesehatan. yang dapat merugikan pihak lain.
Perjanjian ini memang Ada beberapa hal yang tidak
bersifat baku, tetapi dalam menjadi tanggung jawab BPJS
pelaksanaannya, masih Kesehatan, yaitu apabila terjadi
memungkinkan Pihak Klinik Mutiara Malpraktek yang mengakibatkan
Bunda untuk memberikan masukkan terjadinya cedera pada Peserta, baik
ataupun perbaikan secara bersama berupa gangguan fisik maupun
melalui Asosiasi Fasilitas Kesehatan psikologis akibat tindakan medis
Tingkat Pertama, meskipun tetap atas yang dilakukan oleh FKTP Klinik
persetujuan BPJS Kesehatan terkait Mutiara Bunda, tanggung jawab
masukkan dan atau perbaikan yang tersebut menjadi milik FKTP Klinik
diajukan oleh Pihak FKTP Klinik Mutiara Bunda.
Mutiara Bunda, pada akhirnya BPJS Para Pihak dapat terlepas dari
Kesehatan yang lebih tinggi segala bentuk pertanggungjawaban,
kedudukannya untuk menentukan apabila terjadi suatu keadaan
dan FKTP hanya punya pilihan ikut memaksa (Force Majeure) yang
menerimanya atau tidak menerima dibuktikan dengan surat keterangan
dengan risiko tidak bisa menjalin dari pejabat yang berwenang untuk
kerjasama dengan BPJS Kesehatan. menerangkan peristiwa Force
Hubungan timbal balik antara Majeure.
BPJS Kesehatan Cabang Utama
Semarang, FKTP Klinik Mutiara Berdasarkan kesimpulan
Bunda, dan Peserta JKN-KIS penelitian ini, maka disarankan :
mempunyai pola yang teratur dan
sistematis. BPJS Kesehatan berada 1. Kerjasama yang telah
pada posisi sentral yang menjamin disepakati dalam Kontrak, menjadi
terpenuhinya hak Peserta untuk komitmen bersama dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan meningkatkan kualitas pelayanan,
dari FKTP Klinik Mutiara Bunda, guna memberikan kepastian hukum,
sehingga tanggungjawab BPJS apabila terjadi pengakhiran

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perjanjian ditengah jalan, diperlukan Adonara, Firman Floranta (2014).


adanya surat keputusan bukti bahwa Aspek-Aspek Hukum
perjanjian telah berakhir. Selain itu, Perikatan. Bandung: Mandar
untuk memperkuat posisi Para Pihak Maju.
Perjanjian Kerjasama ini harus
mempunyai payung hukum terkait Arikunto, Suharsimi (2006).
klausul bahwa apabila pengakhiran Prosedur Penelitian Suatu
perjanjian ditengah jalan tidak Pendekatan Praktik. Jakarta :
menghapuskan hak dan kewajiban Rineka Cipta.
yang telah timbul, padahal dengan
berakhirnya perjanjian secara Fuady, Munir (2014). Konsep
otomatis menggugurkan hak dan Hukum Perdata. Jakarta:
kewajiban, selain itu, Pihak Fasilitas Rajawali Press.
Kesehatan Tingkat Pertama harus
lebih berani untuk menyampaikan Miru, A. (2013). Hukum Kontrak
keluhan atas ketidaksesuainnya dan Perancangan Kontrak.
dengan isi perjanjian karena sudah Jakarta: Rajagrafindo
dijamin dalam Pasal 18 poin g UU Persada.
Perlindungan Konsumen.
Muhammad, Abdulkadir (2015).
2. Perlu dilakukan kampanye Hukum Asuransi Indonesia.
massal yang ditujukan untuk Bandung: Citra Aditya Bakti.
masyarakat terkait manfaat menjadi
Peserta JKN yang terdaftar di BPJS Panjaitan dan Angger Sigit.
Kesehatan. Peningkatan kesadaran (2016). Pokok-Pokok Hukum
masyarakat yang sudah terdaftar Asuransi. Yogyakarta:
sebagai Peserta JKN di BPJS Pustaka Yustisia.
Kesehatan untuk membayar iuran
tepat waktu serta diperlukan Sembiring, Sentosa. (2014).
optimalisasi fungsi pengawasan Hukum Asuransi. Bandung:
BPJS Kesehatan terhadap Fasilitas Nuansa Aulia.
Kesehatan Tingkat Pertama sebagai
upaya preventif agar tidak terjadi Soekanto, Soerjono. (1986).
kecurangan dalam bentuk penipuan Pengantar Penelitian Hukum.
dan manipulasi data yang merugikan Jakarta: UI Press.
BPJS Kesehatan.
Sulastomo. (2011). Sistem
Jaminan Sosial Nasional
Mewujudkan Amanat
V. DAFTAR PUSTAKA Konstitusi. Jakarta: Kompas
Media Nusantara.
Achmad dan Mukti Fajar. (2013). Syaifuddin, M. (2012). Hukum
Dualisme Penelitian Hukum Kontrak. Bandung: Mandar
Normatif dan Empiris. Maju.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tunggal, Hadi Setia. (2015).


Tanya Jawab SJSN & BPJS.
Jakarta: Harvarindo.

Peraturan Perundang-
undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata

Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun
1945

Undang-Undang Nomor 40 Tahun


2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional

Undang-Undang Nomor 36 Tahun


2009 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial

Undang-Undang Nomor 40 Tahun


2014 Tentang Perasuransian

Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program JKN

Dokumen kontrak kerjasama


BPJS Kesehatan Cabang
Utama Semarang dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (Klinik Mutiara
Bunda)

11

Anda mungkin juga menyukai