Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS BEDAH PERIODONTAL

OPERASI MANDIRI
KURETASE

Disusun Oleh :
Swandiva Putri Wendradi
20/469864/KG/12228

Dosen Pembimbing :
Dr. drg. Dahlia Herawati, S.U., Sp.Perio(K)

DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS PERIODONTAL
OPERASI MANDIRI KURETASE

Hari, tanggal operasi :


Operator : Swandiva Putri Wendradi
(20/469864/KG/12228)

Asisten Operator : Hanin Fairuz Salsabilla


(20/469812/KG/12176)

Yogyakarta, 12 April 2022


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. drg. Dahlia Herawati, S.U., Sp.Perio(K)


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan kumpulan dari sejumlah keadaan inflamatorik


dari jaringan periodonsium gigi yang disebabkan oleh bakteri (Tyas, 2016). Secara
umum penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri plak pada permukaan gigi,
dimana plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme
patogen seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Prevotela intermedia, Tannerella forsythia serta Fusobacterium nucleatum yang
merupakan deposit lunak (Andriani dkk, 2019).
Penyakit periodontal sering dilihat dengan adanya poket. Pembentukan poket
periodontal merupakan ciri klinis paling mendasar dari penyakit periodontal dan
didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis. Poket
periodontal terbagi menjadi dua jenis, yaitu poket supraboni dan poket inf raboni.
Poket supraboni merupakan kondisi dimana dasar poket terletak lebih koronal dari
tulang alveolar, sedangkan poket infraboni merupakan kondisi dimana dasar poket
berada diapikal tulang alveolar (Harsas dkk., 2020). Pemeriksaan poket periodontal
adalah dengan cara eksplorasi menggunakan probe peridontal dengan cara
menyelipkan probe kedalam poket sampai dasar poketdengan probe yang masih
menyentuh bagian anatomis mahkota gigi (Fedi dkk., 2015).
B. Permasalahan
Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan
keluhan risih pada gusi kanan atas belakang sering berdarah ketika sikat gigi dan
dirasa kasar serta kotor. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gingiva meradang
pada regio mesialdan distal gigi , bewarna kemerahan, tekstur unstippling , bentuk
membulat, konsistensilunak, BOP positif dan adanya poket periodontal pada sisi
mesial 3,5 mm dan pada sisidistal 3,5 mm.. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan
gingiva kemerahan pada regio gigi 24 dan 25, tekstur unstippling, bentuk
membulat, konsistensilunak, BOP positif (+) dan adanya poket periodontal pada
sisi mesial gigi 24 (4,5 mm) dan pada sisi mesial gigi 25 (3,5 mm).
C. Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan yang dilakukan :
1. Menghilangkan jaringan granulasi pada gigi dan dinding poket yang dalam
sehingga diharapkan terjadi perlekatan kembali antara jaringan lunak dengan
permukaan gigi dan kedalaman poket berkurang.
2. Menghentikan kerusakan lebih lanjut jaringan periodontal
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal adalah suatu jaringan yang mengelilingi struktur gigi dan
berfungsi sebagai penyangga. Jaringan periodontal tersususn dari empat jaringan, yaitu
gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar (Newman dkk., 2006).
Gingiva atau gusi, merupakan bagian dari jaringan periodontal paling luar yang terdiri
atas jaringan mukosa yang menutupi tulang alveolar. Gingiva normal memiliki ciri - ciri
klinis warna merah muda yang disebabakan adanya vaskularisasi, konsistensi kenyal dan
tidak ada edema atau bengkak, berbentuk tajam seperti kerah yang melekat erat pada gigi
serta tulang alveolar, dan memiliki tekstur stippling atau seperti kulit jeruk (Fiorellini
dkk., 2012). Gingiva secara struktur anatomis terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
gingiva bebas (free gingiva) , gingiva cekat (attached gingiva), sulkus gingiva, dan
gingiva interdental. Gingiva bebas (free gingiva) merupakan struktur gingiva yang
mengelilingi gigi pada area cementoenamel junction dan pada umumnya memiliki lebar
1 mm (Bartold dkk., 2000).
Gingiva cekat (Attached gingiva) kelanjutan ke arah apikal dari gingiva bebas (free
gingiva. Jaringan ini melekat kuat pada periosteum tulang alveolar serta sementum di
apikal gingiva bebas. Lebar gingiva cekat dalam keadaan normal mencapai 3,5 mm s/d
4,5 mm untuk gigi incisivus dan molar, serta 1,8 mm s/d 1,9 mm untuk gigi premolar
(Nield- Gehrig dan Willman, 2011). Sulkus gingiva adalah suatu celah semput yang
terletak diantara gingiva bebas (free gingiva) dan permukaan gigi, dan memiliki
kedalaman normal yaitu 1 s/d 3 mm. Gingiva interdental adalah struktur gingiva yang
terletak diantara dua apikal gigi yang berdekatan terhadap area kontak, gingiva
interdental dapat berbentuk piramid ataupun lembah, dan terdiri atas dua papila yaitu
papila fasial dan papila lingual (Newman dkk., 2006).

Gambar 1. Struktur Anatomi gingiva (Nield-Gehrig dan Willman, 2011)


Ligamen periodontal adalah suatu lapisan jaringan konektif fibrous yang menutupi
akar gigi, dan terletak diantara sementum dan soket tulang alveolar. Ligamen periodontal
terdiri atas serabut pembuluh darah dan serabut jaringan ikat kolagen (Nield -Gehrig dan
Willman, 2007). Fungsi dari ligamen periodontal adalah melekatkan gigi dengan tulang
alveolar, memiliki fungsi sensoris seperti dapat merasakan nyeri karena terjadi proses
transmisi taktil tekanan melalui serabut saraf, memberi asupan nutrisi terhadap
sementum dan tulang alveolar, serta memiliki fungsi formatif yaitu berfungsi untuk
membentuk dan memihara sementum ataupun tulang alveolar (Fiorellini dkk., 2012).
Tulang alveolar merupakan suatu struktur tulang yang berfungsi untuk membentuk
dan mendukung soket gigi. Keberadaan tulang alveolar sangat penting dalam menjaga
kestabilan komponen gigi geligi pada tempatnya, baik dalam kondisi statis, maupun
dalam kondisi dinamis seperti pada proses mastikasi. Selain itu, tulang alveolar juga
berfungsi untuk menyediakan nutrisi pada struktur gigi melalui pembulu h darah yang
berjalan melalui suatu kanal yang disebut kanal haversian (Wolf dan Hassel, 2006).
Tulang alveolar memiliki komposisi yang tersusun dari zat organik dan zat anorganik.
Komponen anorganik dalam tulang alveolar tersusun oleh komponen utama berup a
hidroksiapatit, yang berfungsi menjaga integritas dan kekuatan tulang alveolar.
Komponen organik dalam tulang alveolar tersusun oleh beberapa komponen seperti
kolagen dan protein, yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tulang alveolar (Kantarci dkk., 2016).

Gambar 2. Struktur Gigi dan Jaringan Periodontal (Simon, 2009)


B. Periodontitis
Peridontitis merupakan keadaan dimana adanya inflamasi dengan faktor etiologi
yang kompleks, termasuk keadaan sistemik dan faktor lokal. Faktor lokal berhubungan
dengan penyebab yang berada pada sekitar lingkungan gigi, sedangkan f aktor sistemik
berhubungan dengan kesehatan umum dan metabolisme tubuh (Yamamoto, 2010). Pada
kondisi ini, jaringan periodontal akan mengalami reaksi inflamasi karena dise babkan
oleh bakteri plak. Periodontitis disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang akan
menyebabkan proses kerusakan pada area tulang alveolar, sehingga akan menyebabkan
terbentuknya poket periodontal dan resesi pada jaringan periodontal (Newman dkk.,
2006).
Kerusakan jaringan periodontal yang terjadi dalam kondisi periodontitis
berlangsung secara bertahap dan terjadi secara intermiten. Dalam kondisi periodontitis,
gingiva dan jaringan peridontal lainnya akan mengalami perubahan, baik dari segi warna,
kontur, maupun konsistensi. Gingiva akan cenderung berubah warna dengan warna
kemerahan, dengan disertai edema ataupun jaringan fibrosis. Kondisi ini menyebabkan
jaringan gingiva rentan berdarah apabila terkena sedikit trauma (Nield - Gehrig dan
Willman, 2011). Reaksi inflamasi yang terjadi pada kondisi periodontitis berasal dari
kondisi gingivitis yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka dapat menginvasi
struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket periodontal, kerusakan ligamen
periodontal dan menyebabkan hilangnya perlekatan klinis yang progresif, serta resorpsi
tulang alveolar. Akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut (Holtf reter
dkk, 2015).
Klasifikasi periodontitis secara umum menurut American Academy of
Periodontology (1999), dibedakan menjadi peridontitis kronis, periodontitis agresif, dan
periodontitis karena manifestasi penyakit sistemik. Sedangkan klasifikasi periodontitis
berdasarkan jumlah permukaan gigi yang terlibat dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu periodontitis lokalisata (localized) dan periodontitis generalisata (generalized),
yaitu sebagai berikut:
a. Lokalisata (localized): Jumlah permukaan gigi yang terlibat sebanyak 30 %
atau kurang dari semua gigi yang ada.
b. Generalisata (Generalized): Jumlah permukaan gigi yang terlibat lebih dari 30
% atau semua gigi yang ada (Newman dkk., 2006).
Klasifikasi periodontitis lainnya yaitu berdasarkan kedalaman poket periodontal,
keterlibatan furkasi, dan ada tidaknya mobilitas pada struktur gigi, dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Tipe I : Gingivitis
Keadaan klinis tipe ini adalah gingiva tampak bengkak, dan kemerahan, se rta
terdapat perdarahan saat probing. Selain itu, pada tipe ini kerusakan pada tulang
alveolar masih belum terjadi.
b. Tipe II: Periodontitis ringan
Keadaan klinis tipe ini adalah perdarahan saat probing, resesi gingiva pada area
tertentu, keterlibatan furkasi derajat I, serta kedalaman poket periodontal 3-4 mm.
b. Tipe III: Periodontitis sedang
Keadaan klinis tipe ini adalah perdarahan saat probing, resesi gingiva pada area
tertentu, keterlibatan furkasi derajat I atau II, mobilitas kelas I, serta kedalaman
poket periodontal sebesar 4-6 mm.
d. Tipe IV: Periodontitis berat
Keadaan klinis tipe ini adalah perdarahan saat probing, resesi gingiva pada area
tertentu, keterlibatan furkasi derajat II atau III, mobilitas kelas II atau III, serta
kedalaman poket periodontal sebesar >6 mm.
d. Tipe V: Periodontitis refraktori dan juvenile
i. Refraktori: Periodontitis tidak merespon terapi konvensional atau segera
kambuh setelah perawatan.
ii. Juvenile: Bentuk juvenile pada periodontitis.
(American Dental Association, 1986)
C. Perawatan dan Pencegahan Penyakit Jaringan Periodontal
Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan terapi bedah dan non -
bedah. Terapi periodontal non-bedah adalah terapi tahap pertama (initial phase ) dalam
rangkaian prosedur yang menentukan perawatan periodontal. Perawatan dalam f ase ini
seperti DHE, plak kontrol, skaling, dan seluruh kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan Oral Hygiene Index (OHI) (Rateitschak dkk, 1985). Setelah dilakukan
perawatan tahap pertama (initial phase), kondisi periodontitis harus dievaluasi kembali
apakah terjadi respon penyembuhan secara signifikan atau tidak. Jika kondisi
periodontitis masih tetap, perawatan dapat dilanjutkan dengan terapi bedah yaitu dengan
cara kuretase (Dinyati dan Adam, 2016).
Selain mengetahui mengenai mekanisme perawatan penyakit
jaringan periodontal, seorang dokter gigi juga harus memahami dan harus selalu
mengedukasi kepada pasien agar selalu berusaha mencegah terjadinya penyakit jaringan
periodontal. Pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan jika kerja sama yang
dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung lainnya dapat terjalin dengan
baik. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi geligi dan mencegah serangan serta
kambuhnya penyakit jaringan periodontal. Umumnya penyakit jaringan periodontal dan
kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang
dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol oleh seorang dokter gigi. Tujuan yang ingin
dicapai dari tindakan ini adalah mengontrol penyakit untuk mencegah perawatan yang
lebih parah (Newman dkk., 2006).
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan gigi geligi dari trauma oklusi
4. Pencegahan dari gangguan sistemik
5. Pencegahan dengan perawatan ortodontik
6. Pencegahan dengan edukasi menjaga OHI
7. Pencegahan kambuhnya penyakit jaringan periodontal
(Nield-Gehrig dan Willman, 2011).
D. Kuretase
Kuretase adalah tindakan pengerukan dinding gingiva yang dilakukan pada area
apikal junctional epitelium hingga seluruh dinding gingiva yang membentuk poket
periodontal untuk menghilangkan jaringan granulasi yang mengalami inflamasi kronis.
Kuretase dapat dibedakan menjadi kuretase inadvertent, kuretase gingiva dan kuretase
subgingiva. Kuretase inadvertent adalah tindakan kuretase yang dilakukan secara tidak
sengaja selama tindakan scaling dan root planning, kuretase gingiva merupakan
penghilangan jaringan terinflamasi pada lateral dinding poket, sedangkan kuretase
subgingiva merupakan prosedur pengerukan yang dilakukan dari apikal junctional
epitelium hingga puncak tulang alveolar (Newman dkk., 2006).
Indikasi kuretase:
• Pada pasien yang mengalami penyakit sistemik dimana bedah periodontal
yang ekstensif dikontraiindikasikan.
• Poket kedalaman dangkal.
• Poket supraboni yang belum melewati area mucogingival junction
• Poket infraboni dengan kedalaman moderate
• Dapat dilakukan sebagai bagian dari perawawtan maintenance sewaktu
kontrol/recall pada area yang mengalami inflamasi atau kedalaman poket
rekuren
Kontraindikasi kuretase:
• Adanya infeksi yang akut seperti necrotizing ulcerative gingivitis (NUG)
• Adanya fibrous pada dinding gingiva seperti hiperplasia
• Perluasan dasar poket ke apikal mucogingival junction
• Kondisi poket yang sudah parah (>6 mm), yang sudah melibatkan furkasi gigi.
• Pasien dengan kondisi sistemik tertentu
(Bathla, 2017).
Alat dan Bahan Kuretase :
1. Kaca mulut 1. Masker
2. Pinset 2. Glove
3. Sonde half moon 3. Obat anastesi
4. Periodontal probe 4. Cotton pellet
5. Kuret Gracey 5. Larutan antiseptik (Iod)
6. Sickle 6. Kasa
7. Cawan petri 7. Syringe anastesi
8. Tools tray 8. Syringe irigasi
9. Deppen glass 9. Aquabidest/saline
Kuret Gracey :
Kuret gracey no 1-4 : gigi anterior
Kuret gracey no 5-6 : gigi anterior dan premolar
Kuret gracey no 7-8, 9-10 : gigi posterior (labial & lingual)
Kuret gracey no 11-12 : gigi posterior (mesial)
Kuret gracey no 13-14 : gigi posterior (distal)
(Cohen, 2009)
Prosedur kuretase :
1. Anestesi lokal
2. Skaling dan polishing untuk membersihkan kalkulus, plak, sementum yang
lunak,
3. Kuret yang tajam ditempatkan ke dalam poket dan tepi yang tajam
menghadap jaringan lunak. Tekanan jari untuk menahan jaringan gingiva
pada dinding poket. Kuret digerakkan dengan gerakan vertikal, horizontal
atau oblique.
4. Jaringan ikat yang terinflamasi pada dinding poket dibuang
5. Setelah semua jaringan granulasi dibuang, daerah pembedahan dibersihkan
menggunakan saline dan dilakukan penekanan jaringan dengan jari selama
3-5 menit untuk adaptasi jaringan.
6. Aplikasi periodontal dressing (Coe pack / Zoe pack)
7. Kontrol 1 minggu dilakukan untuk pembukaan periodontal dressing, dan
kontrol 1 minggu berikutnya kembali untuk evaluasi keberhasilan
perawatan
(Cohen, E., 2009)
III. LAPORAN KASUS
VISITE 1 (Scaling)
Tanggal : 10 Desember 2021
Operator : Panggalih Suminaring Murti (12211) & Rahmadani Dewi (12216)
A. Identitas Pasien
Nama pasien : Laili Suryati
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kost Putri Sejuk, Jalan Nusa Indah, Condong Catur
No. RM 226203
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subjektif
CC : Pasien datang mengeluhkan gusi bagian depan rahang bawah
sering berdarah saat menggosok gigi dan gigi geliginya kotor ingin dibersihkan.
HPI : Keluhan dirasakan sejak 8 tahun yang lalu. Pasien pernah
datang ke dokter gigi untuk memeriksakan keluhan tersebut lalu oleh dokter gigi
di daerahnya melakukan pembersihan karang gigi namun pembersihannya
kurang maksimal. Beberapa bulan terakhir pasien mulai merasakan kurang
nyaman karena makanan sering terselip dan semakin kotor.
MH : Pasien memiliki riwayat gastritis. Tidak sedang dalam
konsumsi obat rutin atau terapi yang sedang dijalani. Pasien memiliki riwayat
alergi makanan yaitu udang dengan reaksi gatal dan kemerahan pada telinga.
Pasien pernah menjalani rawat inap pada tahun 2016 dikarenakan tipes.
PDH : Pasien pernah datang ke dokter gigi untuk membersihkan
karang gigi sekitar 8 tahun yang lalu.
FH : Ibu pasien memiliki penyakit sistemik diabetes melitus dan
Ayah tidak memiliki penyakit sistemik.
SH : Pasien merupakan karyawan salah satu start-up. Tidak ada
riwayat ketergantungan rokok dan alkohol.
2. Pemeriksaan Objektif
Keadaan Umum
Jasmani : Sehat, tidak ada kelainan
Rohani : Komunikatif dan kooperatif
Status Fisik
Tekanan darah : 116/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,2 °C
VAS 0
Asesmen Risiko Nutrisional
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 56 kg
BMI : 24,8 (Normal)
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Fasial : Simetris, tidak ada kelainan;
Sklera non-ikterik,
Konjunctiva non-anemis
Tulang Maksila dan Mandibula : Tidak ada kelainan
TMJ : Tidak ada kelainan
Neuro-Muskular : Tidak ada kelainan
Kelenjar Ludah : Tidak ada kelainan
Kelenjar Limfonodi : Tidak ada kelainan
Kelenjar Tiroid : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Rongga Mulut
Palatum : Tidak ada kelainan
Mukosa : Morsicatio buccarum
Lidah : Crenated tongue, coated tongue
Bibir : Fordyce granule
Gusi : Racial pigmentation
Dasar Mulut : Tidak ada kelainan
Oklusi : Tidak ada kelainan
Odontogram

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

O
48 47 4 6 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
O

Gingiva
• Warna : kemerahan pada regio 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 22, 23, 24, 25,
26, 35, 34, 33, 32, 41, 42, 43, 44, 46, 47
• Tekstur : unstipling pada regio 15, 14, 13, 23, 24, 25, 26, 32, 41, 42, 44, 46
• Bentuk : membulat pada regio 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 22, 23, 24, 25, 26, 35,
34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 46, 47
• Konsistensi : Kenyal
• BOP (+) : positif pada regio 17, 16, 15, 14, 13, 22, 23, 24, 25, 26, 37, 34, 33, 32,
31, 41, 42, 43, 45, 46, 47
• Poket periodontal: 3,5 mm pada regio 22, 35, 34, 33, 43, 47
4 mm pada regio 16, 12, 11, 23, 24, 25, 26, 32, 42, 44, 46
4,5 mm pada regio 17, 14, 13, 41

Pemeriksaan Kebersihan Mulut


Debris Index (DI)

B Kanan Anterior Kiri Jumlah


L
Atas 2 0 2 4
0 0 0 0
Bawah 2 0 0 2 DI = 9 = 1,5
6
1 1 1 3
Jumlah 4 0 2 6
1 1 1 3
Calculus Index

B Kanan Anterior Kiri Jumlah


L
Atas 1 2 2 5
1 0 1 2
Bawah 1 2 0 3 CI = 16 = 2,67
2 2 2 6 6
Jumlah 2 4 2 8
3 2 3 8

OHI = DI + CI = 4,17 (Cukup)

Plaque Control Record

Skor plak = 29
x 100% = 25,89%
4 × 28

Gingival Index
GI = 68
x 100% = 0,61 (gingivitis ringan)
4×28

Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gingiva membengkak dan berwarna kemerahan,


tekstur unstipling, bentuk membulat, konsistensi kenyal, BOP (+), serta terdapat poket
periodontal.

C. Diagnosis
• Gingivitis ringan et causa plak dan kalkulus
• Periodontitis localized kronis gigi 17, 16, 14, 15, 13, 12, 11, 22, 23,24, 25,
26, 35, 34, 33, 32, 41, 42, 43, 44, 46, 47
-
D. Rencana Perawatan
1. Initial phase therapy
Pada tahap ini dilakukan tindakan Dental Health Education (DHE), scaling, dan
polishing dengan tujuan untuk meredakan gingivitis yang terjadi, terutama yang
disebabkan karena faktor lokal (plak dan kalkulus) pada permukaan gigi.
2. Corrective phase therapy
Pada tahap korektif dilakukan kuretase yang bertujuan menghilangkan jaringan
granulasi yang melekat pada gigi dan dinding poket sebelah dalam sehingga
diharapkan terjadi perlekatan kembali antara jaringan lunak dengan permukaan gigi
sehingga ukuran poket berkurang
3. Maintenance phase therapy
Pada tahap ini dilakukan kontrol pasca kuretase untuk memeriksa perubahan
kondisi gingiva pasca kuretase. Kontrol I (hari ke-7 pasca operasi) untuk melepas
periodontal pack pada area operasi serta melihat proses penyembuhan. Kontrol II
(hari ke-14 pasca operasi) untuk dilakukan probing dan pemeriksaan kondisi
gingiva. Setelah itu dilakukan kontrol rutin setiap 6 bulan sekali.
E. Prognosis
Baik, dikarenakan kesehatan umum pasien baik, kooperatif, komunikatif, dan
mempunyai motivasi tinggi untuk menjalani perawatan serta tidak ada penyakit
sistemik.
VISITE 2 (Kontrol Scaling)
Tanggal : 22 Desember 2021
Operator : Panggalih Suminaring Murti (12211) & Rahmadani Dewi (12216)
A. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang untuk kontrol skaling dan masih mengeluhkan gusi depan rahang
bawah masih berdarah saat menggosok gigi.

2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Kebersihan Mulut
Debris Index (DI)

B Kanan Anterior Kiri Jumlah


L
Atas 2 0 2 4
0 0 0 0
Bawah 1 0 0 1 DI = 7 = 1,16
6
0 0 2 2
Jumlah 3 0 2 5
0 0 2 2 Terjadi penurunan debris index
dari 1,5 menjadi 1,16

Calculus Index

B Kanan Anterior Kiri Jumlah CI = 2 = 0,34


6
L
Atas 2 0 0 2
0 0 0 0 Terjadi penurunan calculus
Bawah 0 0 0 0 index dari 2,67 menjadi 0,34
0 0 0 0
Jumlah 2 0 0 2
0 0 0 0
OHI = DI + CI = 1,5 (Baik)

Terjadi penurunan OHI dari 4,17 menjadi 1,5


Plaque Control Record

11
Skor plak = 4 × 28 x 100% = 9,82%

Gingival Index

GI = 34
x 100% = 0,30 (gingivitis ringan)
4×28

Hasil pemeriksaan kebersihan mulut menunjukkan adanya perubahan OHI, GI, dan
PCR menjadi lebih baik dari kunjungan sebelumnya yaitu OHI 4,17 menjadi 1,5.
Gingival index 0,61 menjadi 0,30 dan PCR 25,89% menjadi 9,82%. Hasil
pemeriksaan klinis masih menunjukkan gingiva membengkak dan berwarna
kemerahan, tekstur unstippling, bentuk membulat, konsistensi lunak, BOP (+), dan
adanya poket periodontal.
Poket periodontal : 4 mm pada regio 17, 15, 24, 25, 26, 32, 42, 4,5 mm pada regio
14, 23, 41
3. Pemeriksaan Penunjang

B. Diagnosis
• Gingivitis ringan
• Periodontitis localized kronis gigi 17, 14, 15, 23, 24, 25, 26, 32, 41, 42

C. Rencana Perawatan
1. DHE
2. Scaling
3. Polishing
4. Kuretase
5. Re-evaluasi

D. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang untuk kontrol skaling dan masih mengeluhkan gusi depan rahang
bawah masih berdarah saat menggosok gigi.
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Kebersihan Mulut
Debris Index (DI)

B Kanan Anterior Kiri Jumlah


L
Atas 2 0 2 4
0 0 0 0
Bawah 1 0 0 1 DI = 7 = 1,16
6
0 0 2 2
Jumlah 3 0 2 5
0 0 2 2
Terjadi penurunan debris index
dari 1,5 menjadi 1,16

Calculus Index

B Kanan Anterior Kiri Jumlah


L
Atas 2 0 0 2
0 0 0 0
Bawah 0 0 0 0
0 0 0 0
Jumlah 2 0 0 2
0 0 0 0

CI = 2 = 0,34
6

Terjadi penurunan calculus index dari 2,67 menjadi 0,3

OHI = DI + CI = 1,5 (Baik)

Terjadi penurunan OHI dari 4,17 menjadi 1,5


Plaque Control Record

Skor plak = 4 × 28 x 100% = 9,82%

Gingival Index

GI = 34
x 100% = 0,30 (gingivitis ringan)
4×28
Hasil pemeriksaan kebersihan mulut menunjukkan adanya perubahan OHI, GI, dan PCR
menjadi lebih baik dari kunjungan sebelumnya yaitu OHI 4,17 menjadi 1,5. Gingival
index 0,61 menjadi 0,30 dan PCR 25,89% menjadi 9,82%. Hasil pemeriksaan klinis
masih menunjukkan gingiva membengkak dan berwarna kemerahan, tekstur unstippling,
bentuk membulat, konsistensi lunak, BOP (+), dan adanya poket periodontal.
Poket periodontal : 4 mm pada regio 17, 15, 24, 25, 26, 32, 42, 4,5 mm pada regio 14, 23,
41

VISITE 3 (Opman Kuretase I)


Tanggal : 17 Januari 2022
Operator : Panggalih Suminaring Murti (12211) & Rahmadani Dewi (12216)

VISITE 4 (Kontrol Opman Kuretase 1)


Tanggal : 24 Januari 2022
Operator : Panggalih Suminaring Murti (12211) & Rahmadani Dewi (12216)

VISITE 5 (Kontrol Opman Kuretase 2)


Tanggal : 21 Februari 2022
Operator : Panggalih Suminaring Murti (12211) & Rahmadani Dewi (12216)
VISITE 6 (Opman Kuretase II)
Tanggal : 4 Maret 2022
Operator : Swandiva Putri Wendradi (12228)

A. Pemeriksaan Subjektif
Pasien masih mengeluhkan gusi berdarah pada gusi belakang kiri atas saat
menyikat gigi.
B. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan kebersihan mulut:

Debris Index
Kanan Anterior Kiri Jumlah

Atas 1 0 1 2
1 1 0 2
Bawah 0 0 0 0
1 1 0 2
Jumlah 1 0 1 2
2 2 0 4

Calculus Index
Kanan Anterior Kiri Jumlah

Atas 0 0 1 1
0 0 0 0
Bawah 0 0 0 0
0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 1
0 0 0 0
OHI: DI + CI = 6/6 + 1/6 = 1,16 (baik)

Gingival Index

X 2 0 2 0 0 0 0 0 0 6 2 2 2 0 X
X 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 X

GI = 0,17 (gingivitis ringan)

Hasil pemeriksaan GI menunjukan bahwa skor GI 0,17 (gingivitis ringan).


Plaque Control Record

X 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 0 0 0 X
X 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 X

PCR = 9,8%
Hasil pemeriksaan skor plak menunjukan bahwa skor plak menjadi 9,8%.

Gingiva
Tidak ada kelainan.

Jaringan periodontal
Poket periodontal sedalam 4,5 mm pada regio gigi 24 sisi mesiobuccal.
Poket periodontal sedalam 3,5 mm pada regio gigi 25 sisi mesiobuccal.
BOP (+) gigi 15, 17, 23, 24, 25, 26, 46

Diagnosis
• Periodontitis localized kronis gigi 24 dan 25.

E. Tindakan
1. DHE & IC
2. Asepsis
3. Anestesi infiltrasi
4. Kuretase gigi 24 dan 25
5. Instruksi pasca kuretase
6. Medikasi
7. Kontrol
F. Alat dan Bahan
1. Alat diagnostik 1. Masker, glove
2. Tensi meter, stetoskop 2. Metronidazole gel
3. Scaler tip USS dan handpiece 3. Obat anastesi (lidokaine)
4. Periodontal probe 4. Cotton pelle, kasa
5. Kuret Gracey 5. Larutan antiseptik (iod)
6. Sickle 6. Coe pack
7. Cawan petri 7. Syringe anastesi
8. Tools tray 8. Syringe irigasi
9. Deppen glass 9. Aquabidest/saline
G. Jalannya Operasi

1. Persiapan alat dan bahan.

2. Probing awal kedalaman poket periodontal menggunakan probe pada area gigi 24
dan 25.

Poket periodontal sedalam 4,5 mm pada regio gigi 24 sisi mesiobuccal. BOP (+).
Poket periodontal sedalam 3,5 mm pada regio gigi 25 sisi mesiobuccal. BOP (+).
3. Prosedur asepsis yaitu aplikasi iodine pada area sekitar operasi.

4. Anestesi infiltrasi dengan spuit yang berisi lidokaine pada forniks gigi 32 (mukosa
bergerak) sebanyak 0,5 cc.
5. Scaling dan root planning dilakukan dengan cara tip scaler dimasukkan lebih dalam ke arah
dasar poket untuk menghilangkan sisa-sisa plak, debris, dan kalkulus subgingiva serta
menghaluskan permukaan akar gigi.

6. Kuretase dilakukan dengan kuret Gracey 5-6 dan kuret universal untuk bagian
mesiobuccal gigi 24 dan 25 dengan arah blade menghadap ke dinding poket untuk
mengeruk jaringan granulasi yang mengalami inflamasi kronis.

7. Irigasi poket menggunakan larutan saline untuk membersihkan sisa jaringan.


8. Adaptasikan jaringan dengan kassa basah. Aplikasikan metronidazole gel pada sulkus
gingiva.

9. Aplikasikan periodontal pack.

10. Pasien diinstruksikan untuk mengkonsumsi makanan lunak dan menyikat gigi
secara hati-hati serta pada area operasi dan dapat dibersihkan dengan kassa basah.
Pasien juga diinstruksikan untuk tidak berkumur terlalu keras dan menghindari
makanan atau minuman panas. Obat pereda nyeri diminum jika terdapat keluhan
nyeri pasien diintruksikan untuk kontrol 1 minggu kemudian.
11. Pemberian resep berupa antibiotik dan analgesik untuk mencegah infeksi serta
menghilangkan rasa sakit pasca operasi.
R/ Amoxicillin tab mg 500 No IX
s.3.d.d. tab. 1. pc
R/ Asam mefenamat tab mg 500 No VI
s.prn. tab. 1. pc

12. Edukasi pasien untuk kontrol satu minggu setelah operasi untuk evaluasi proses
penyembuhan luka pasca kuretase.
13. Kontrol dua minggu setelah operasi untuk dilihat kondisi gingiva pasca kuretase
serta dilakukan probing untuk mengukur kedalaman poket kembali. Pasien
disarankan untuk terus melakukan kontrol periodik untuk mencegah rekurensi.
IV. PEMBAHASAN

Seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke RSGM UGM Prof.


Soedomo dengan keluhan gusi sering berdarah saat menggosok gigi dan
merasakan gigi-geliginya kotor sehingga ingin dibersihkan. Hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan gingiva berwarna kemerahan dan membengkak berbentuk
membulat pada regio mesiobuccal gigi 24 dan 25. Selain itu, tekstur gingiva
pada regio tersebut terlihat halus unstippling, berkonsistensi lunak, BOP (+), dan
memiliki poket periodontal sebesar 4,5 mm pada mesiobuccal gigi 24 dan 3,5
mm pada mesiobuccal gigi 25.
Setelah dilakukan reevaluasi, rencana perawatan yang akan dilakukan
selanjutnya setelah DHE dan Scaling (Visite I) adalah bedah kuretase pada regio
gigi 24 dan 25. Perawatan bedah kuretase yang dilakukan pada pasien ini
bertujuan untuk menghilangkan jaringan granulasi pada dinding poket
periodontal dan membuat perlekatan baru dengan kedalaman sedang pada sisi
yang dapat diakses (Dinyati dan Adam, 2016).
Poket periodontal yang terbentuk pada regio gigi diduga disebabkan oleh
adanya kalkulus subgingiva sehingga menimbulkan kerusakan jaringan
periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel cekat ke arah apikal gigi
sehingga terbentuk poketperiodontal.
Pada Visite I, dilakukan DHE, skaling dan polishing sebagai initial
therapy. Pada Viste II dilakukan kontrol dan reevaluasi terkait adanya poket
periodontal sedalam 4,5 mm pada mesiobuccal regio gigi 24 dan 3 ,5 mm pada
mesiobuccal regio gigi 25. Menurut American Dental Association (1986), poket
periodontal kedalaman 3,5-4,5 mm merupakan klasifikasi tipe II ada yang
termasuk kedalam periodontitis ringan. Indikasi kuretase menurut Bathla (2017)
adalah poket periodontal kedalaman dangkal (periodontitis ringan), atau poket
periodontal supraboni yang belum melewati area mucogingival junction. Oleh
karena itu, kondisi pasien tersebut sangat sesuai indikasi kuretase, sehingga pada
kunjungan ketiga pasien disarankan untuk bedah kuretase.
Kuretase bertujuan untuk menghilangkan jaringan granulasi pada dinding
poket dan penghalusan jaringan keras gigi sehingga didapatkan perlekatan
kembali dan penyembuhan jaringan periodontal. Visite III-V dilakukan oleh
operator lain yang juga melakukan opman kuretase dan dua kali kontrol.
Operator melakukan kuretase pada visite ke VI. Visite ke VII dilakukan kontrol
H+10 pasca kuretase, dilakukan pemeriksaan kondisi gingiva dan didapati
gingiva sudah mengalami penyembuhan. Restorasi dan epitelisasi sulkus
biasanya membutuhkan waktu 2-7 hari. Pada hari ke-4 pasca kuretase,
kolagenase dimulai pada area subepitel untuk membentuk lamina propria baru
dan tipis. Serat-serat kolagen imatur biasanya terbentuk dalam 21 hari pasca
kuretase (Newmann dkk, 2012; Bathla, 2017). Visite VIII dilakukan kontrol
H+28 pasca kuretase dengan pemeriksaan kondisi gingiva dan pengukuran
kedalaman poket. Kondisi gingiva sudah mengalami penyembuhan lebih baik
dari sebelumnya. Kedalaman poket periodontal awal adalah 4,5 mm pada
mesiobuccal gigi 24 dan 3,5 mm pada mesiobuccal gigi 25 dalam keadaan BOP
(+). Kedalaman poket 2 minggu pasca kuretase berkurang menjadi 2 mm pada
masing-masing mesiobuccal gigi 24 dan 25 dalam keadaan BOP (-).
Penyembuhan jaringan pasca kuretase tercapai dengan terbentuknya epitel
junctional tipis dan panjang tanpa perlekatan jaringan ikat baru. Pada beberapa
kasus, pembentukan epitel junctional panjang diinterupsi oleh jendela perlekatan
jaringan ikat (Newmann dkk, 2012; Bathla, 2017). Setelah dilakukan kontrol
pada Visite VIII, dapat disimpulkan bahwa hasil bedah kuretase memberikan
dampak yang signifikan. Pasien diintruksikan untuk selalu menjaga OHI dan
harus kembali scaling setiap 6 bulan sekali agar kondisi OHI pasien terus terjaga
sebagai kontrol periodik untuk mencegah rekurensi.
DOKUMENTASI OPMAN KURETASE

Sebelum Kuretase

Sesaat sesudah kuretase

Pasca kuretase (H+10)

Pasca kuretase (H+28)


DAFTAR PUSTAKA

Andriani, I., Chairunnisa, F. A., 2019, Periodontitis Kronis dan Penatalaksanaan Kasus dengan
Kuretase, Insisiva Dental Journal. 8(1): 25-30
Hardhani, P.R., Lastianny, S.P., Herawati, D., 2013, Pengaruh Penambahan Platelet Rich
Plasma pada Bovine Porous Bone Mineral Terhadap Penyembuhan Jaringan Periodontal
Pada Terapi Poket Infraboni, J Ked Gi, 5(4): 342-348
Harsas, N. A., Safira, D., Aldilavita, H., Yukiko, I., Alfarikhi, M. P., Saadi, M. T., Feria, Q.,
Kiranahayu, R., Muchlisya, S., 2021, Curettage Treatment on Stage III and IV Periodontitis
Patients, Journal of Indonesian Dental Association, 4(1): 47-54
Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A., 2012, Carranza’s Clinical Periodontology, 11th
ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Rohmawati, N., Santik, Y., 2019, Status Penyakit Periodontal pada Pria Perokok Dewasa,
Higeia Journal of Public Health Research and Development, 3(2): 286-297
Suryono, 2014, Bedah Dasar Periodonsia, Deepublish, Yogyakarta.
Tyas, W. E., Susanto, H. S., Adi, M. S., Udiyono, A., 2016, Gambaran Kejadian Penyakit
Periodontal Pada Usia Dewasa Muda (15-30 Tahun) di Puskesmas Srondol Kota
Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3): 510-513

Anda mungkin juga menyukai