Anda di halaman 1dari 23

Oral condyloma

acuminatum in a 75-year-old
geriatric patient
Oleh : Swandiva Putri Wendradi (20/469864/KG/12228)
Pembimbing : drg. Hendri Susanto, M.Kes., Ph.D., Sp. PM.
Identitas Jurnal
Judul : Oral condyloma
acuminatum in a 75-year-
old geriatric patient
Penulis : Sen, R., Shah, N.,
Sheikh, M.A., Chatterjee, R.P.
Jurnal : BMJ Case Report
Tahun : 2018
Halaman : 1-4
Pendahuluan

Human Papillomavirus (HPV)

Adalah virus DNA yang Termasuk kelompok papovavirus


mengandung molekul tunggal
dari double-stranded DNA
dengan ± 8000 pasang
nukleotida.

HPV dapat diidentifikasi dengan


HPV secara spesifik menginfeksi hibridisasi in situ, pemeriksaan
sel epithel basal pada epithelium immunohistokimia, teknik
stratificatum squamosum di kulit polymerase chain reaction, dan
dan mukosa. (Bishop dkk., 2007) pewarnaan histopatologis.
Lesi jinak yang disebabkan oleh HPV, ditularkan secara
seksual dengan ciri khas berupa proliferasi epithel pada regio
anogenital, regio perianal, kavitas oral, dan larynx.

Condyloma Lebih sedikit dilaporkan dibanding PMS lain (ex. herpes


Acuminatum genital, gonore, dan infeksi klamidia) tetapi layak
diperhatikan karena dapat mempengaruhi kedua
(CA) pasangan seksual, janin, dan memiliki potensi
karsinogenik.

Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Sangat


jarang ditemukan pada geriatri.
Case Report
Identitas Pasien Pemeriksaan Subjektif
Nama : NN CC: Pasien mengeluhkan kesulitan dalam
Usia : 75 tahun memasang gigi tiruan karena terdapat pertumbuhan
jaringan multiple dengan berbagai ukuran pada
Jenis Kelamin: laki-laki rongga mulut yang sudah ada sejak 15 tahun lalu.
PI: Tidak sakit namun tidak nyaman karena lesi
membesar setelah menggunakan gigi tiruan
PDH: Penggunaan GTL sejak 3 tahun yang lalu
PMH: Dalam pengobatan hipertensi dan
hiperglikemia serta dalam profilaksis obat antiplatelet
SH: Tidak memiliki riwayat aktivitas seksual yang
dapat menyebabkan PMS
FH: -
Pemeriksaan Objektif
 Pemeriksaan Ekstraoral
Tidak terdapat abnormalitas dan tidak terdapat limfadenopati.
 Pemeriksaan Intraoral
Edentulous total pada alveolar ridges rahang atas dan rahang bawah.
Terdapat pertumbuhan jaringan multiple, non-tender, non-compressible, non-reducible,
non-pulsatile dengan ukuran bervariasi pada alveolar ridge, palatum, mukosa bukal, dan
dasar mulut.
 Pemeriksaan General
Tidak terdapat pertumbuhan abnormal pada kulit atau genital.
 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Dalam batas normal.
2) ELISA
Negatif HIV dan hepatitis.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya lesi wart-like, kecil, multiple pada (A) alveolar ridge,
(B) mukosa bukal, dan (C) dasar mulut
3) Pemeriksaan Histopatologi
- Sampel dieksisi dari 2 area pertumbuhan, yaitu
(1) alveolar ridge anterior rahang atas dan
(2) mukosa bukal kanan.
- Pewarnaan HE menunjukkan epithelium
stratificatum squamosa parakeratinisasi dengan
jaringan ikat akantosis dan pseudoepithel
hiperplasia.
- Tampak sel berinti hiperkromatik dengan zona
bening perinuklear yang disebut koilosit.
Koilosit merupakan indikasi infeksi HPV dan
merupakan ciri khas CA.
4) PCR
Terkonfirmasi adanya HPV tipe 6.
Diagnosis Sementara Diagnosis Banding

• Condyloma Acuminata • Heck’s Disease


• Verruca Vulgaris
Heck’s Disease/
Focal Epthelial Hyperplasia
- Secara klinis sangat mirip,
namun lesi Heck’s Disease
lebih datar daripada lesi CA.
- Lebih sering ditemukan di bibir,
(Laskaris, 2006) lidah, dan mukosa bukal,
sedangkan CA pada ventral
lidah dan dasar mulut.
- Disebabkan oleh HPV tipe 13
dan 32.
- Faktor penyebab lainnya yaitu
iritasi lokal dan defisiensi
vitamin.
Verruca Vulgaris (VV)/Common warts
- Pertumbuhan eksofitik berbatas tegas, tidak
sakit, kecil, dasar lebar, permukaannya
menyerupai bunga kol dan berwarna putih.
- Hampir selalu disertai keterlibatan kulit
(ex. kulit tangan), sedangkan CA tidak
selalu ada.
- Lesi oral VV sering ditemukan pada
vermilion border, mukosa labial, atau
anterior lidah. Sedangkan CA pada ventral
lidah atau dasar mulut.
- Disebabkan oleh HPV tipe 2, 4, dan 40.
- Lesi multiple berbentuk finger-like yang
tersusun dari rete pegs berorientasi radial
merupakan ciri VV yang tidak dimiliki CA.
(Laskaris, 2006)
(Regezi dkk., 2017)
Diagnosis Akhir

Diagnosis akhir didirikan berdasarkan gambaran klinis, evaluasi


histopatologi, dan identifikasi tipe HPV spesifik.
Adanya lesi oral berbentuk elevated nodular warts dengan distribusi
multifokal tanpa keterlibatan jaringan kulit dan karakteristik histopatologis
yang diasosiasikan dengan HPV tipe 6 mengonfirmasi diagnosis:
Oral Condyloma Acuminatum (CA)
Treatment
 Bertujuan untuk menghilangkan sebanyak mungkin jaringan lesi
yang terlihat.
 Eksisi lesi dapat dilakukan dengan scalpel atau dengan
cryosurgery, elektrodesikasi, atau ablasi laser.
 Kekambuhan sering terjadi karena persistensi virus, terutama
pada orang dengan status imun rendah.
 Pasien pada kasus ini telah dirujuk ke Departemen Oral &
Maxillofacial Surgery untuk manajemen pembedahan, namun
pasien menolak perawatan bedah karena usianya yang sudah
tua dan probabilitas kekambuhan yang tinggi pasca operasi.
Outcome & Follow Up
 Dilakukan follow up pasien
secara teratur dan berkala.
 Tidak ada kekambuhan
pada dua area
pertumbuhan yang dieksisi.
 Lesi pada area lain tidak
menunjukkan peningkatan
ukuran atau perubahan
mukosa permukaan lebih
lanjut.
 Tidak ada lesi baru yang
tercatat selama periode 6
bulan.
Diskusi

HPV pada Oral Condyloma Acuminatum

HPV tipe 6 dan 11  umum


HPV tipe 2, 53, dan 54  jarang
HPV tipe 16 dan 18  lesi anogenital

(Regezi dkk., 2017)


Diskusi
• Koilosit yang melimpah adalah ciri khas dari mayoritas
lesi yang diakibatkan infeksi HPV. Pada CA, sel-sel
koilosit terlihat pada lapisan atas dari susunan epithel.
• Penelitian Pina dkk. (2019) menemukan koilosit pada
93.7% oral condyloma.
• Pada genital warts, koilosit tampak jelas dan
berlimpah. Sedangkan pada mukosa oral, koilosit
lebih sulit diidentifikasi dengan pasti karena dapat
disalahpersepsikan sebagai sel epitel bervakuola
yang umum dijumpai pada mukosa oral.
• Kriteria identifikasi koilosit di antaranya adalah:
- Adanya perinuclear halo yang bening
- Adanya pembesaran nukleus sel
- Outline nukleus yang ireguler
- Hiperkromasia
- Multilobasi
(Pina dkk., 2019)
Diskusi
Gambaran Klinis
• Lesi oral CA berbatas tegas, tidak
sakit, dasar lesi lebar, dan lesi
lebih menonjol sedikit
dibandingkan sekitarnya. Dapat
berupa lesi soliter atau multiple.
• Permukaan lesi menyerupai
bunga kol, berwarna kuning-
kemerahan atau normal (pinkish).
• Ukuran lesi bervariasi dari 0,5 cm-
2 cm, daerah yang sering terlibat
adalah dasar mulut, ventral lidah, (Laskaris, 2006)
mukosa bukal, dan palatum.
Diskusi
Treatment
• Pengobatan lesi CA tidak selalu
diperlukan karena sifatnya yang self-
limiting.
• Pada 20%-30% kasus, lesi berkurang
secara spontan dalam 6 bulan.
Pada 60% kasus, lesi sembuh dalam 1
tahun.
• Pengobatan konvensional CA meliputi
manajemen bedah atau farmakologis.
Manajemen bedah dapat dilakukan (Laskaris, 2006)
dengan scalpel surgery hingga
electrocautery dan laser techniques.
Diskusi
• Alternatif manajemen farmakologis Rekurensi
yaitu:
Rekurensi (kekambuhan) cukup
1) Penggunaan agen sitotoksik umum terjadi dan telah dilaporkan
Ex. podophyllin, asam trikloroasetat pada 20-30% pasien dalam
dan 5-fluorourasil. perawatan.
2) Injeksi intralesi human fibroblast Rekurensi mungkin disebabkan oleh
interferon (IFN-β) masa inkubasi HPV yang lama (2-3
Menunjukkan remisi dalam beberapa bulan) yang dapat menyebabkan lesi
kasus. Tetapi penggunaan obat ini baru dan / atau infeksi berikutnya
baru dilaporkan pada kasus lesi dengan subtipe virus yang sama atau
genital. berbeda.
3) Aplikasi imiquimod topikal
Efektif dalam beberapa kasus lesi
oral.
Kesimpulan
Oral Condyloma Acuminatum (CA) adalah lesi akibat infeksi HPV pada
kavitas oral yang masih sedikit dilaporkan.

Diperlukan pemeriksaan yang komprehensif untuk menegakkan diagnosis


akhir dari suatu penyakit.

Kesadaran mengenai infeksi HPV pada orofasial perlu ditingkatkan karena


dapat berhubungan dengan Oral Squamous Cell Carcinoma

Tenaga kesehatan (khususnya dokter gigi) harus memiliki kemampuan


membedakan CA dari lesi lainnya pada kavitas oral.
Daftar Pustaka
Bishop, B., Dasgupta, J., Klein., M., Garcea, R.L., Christensen, N.D., Zhao, R., dan Chen, X.S.,
(2007) Crystal Structures of Four Types of Human Papillomavirus L1 Capsid Proteins:
UNDERSTANDING THE SPECIFICITY OF NEUTRALIZING MONOCLONAL
ANTIBODIES. The Journal of Biological Chemistry. Vol. 282(43): 31803-31811.

Gnepp, D.R., (2009) Diagnostic Surgical Pathology of The Head and Neck. Second Edition.
Elsevier. Philadelphia.

Pina, A., Fonseca, F., Pontes, F., Pontes, H., Pires, F., Mosqueda-Taylor, A., Aguirre-Urizar, J.,
Almeida, O., (2019) Benign epithelial oral lesions – association with human papillomavirus.
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. Vol. 24(3): 290-295.

Regezi, J.A., Sciubba, J.J., dan Jordan, R.C.K., (2017) Oral Pathology: Clinical Pathologic
Correlations. Seventh Edition. Elsevier. Missouri,

Sen, R., Shah, N., Sheikh, M.A., Chatterjee, R.P., (2018) Oral condyloma acuminatum in a 75-
year-old geriatric patient. BMJ Case Rep. p. 1-4.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai