Anda di halaman 1dari 46

THE ASSOCIATION BETWEEN SMOKING

HABITS AND CANDIDA IN THE ORAL


CAVITY

Journal Reading

Pembimbing:
drg. Wahyu Susilaningtyas, Sp.Pros

Disusun Oleh :
Septian Tri Anggara
210.121.0038

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN CONT
Pendapat lain mengemukakan

MATERIAL DAN METODE


POPULASI

KRITERIA INKLUSI

100 Peserta
Kel. Bukan Perokok
50 peserta

Kel. Perokok
50 peserta

Sampel kultur candida diperoleh dari


bagian belakang lidah dan dari saliva,
dimasukkan dalam tabung reaksi,
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37
derajat

Dimasukan ke perangkat Diaslide


yang dimodifikasi
Diperoleh hasil sebagai berikut (CFU/mL):
102/ml Satu koloni
103/ml Dua koloni
104/ml Duapuluh koloni
105/ml Lebih dari duapuluh koloni

Figure 1: The original Diaslide device was a clinical tool for


identification of urine bacterial colonies, hence consisted the
MacConkey agar as medium.

Evaluasi statistik:
Uji
chi-square
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi
hubungan
antara
prevalensi
candida dan merokok.
T-test digunakan untuk mengevaluasi hubungan
antara candida dan jumlah dan durasi merokok.
Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengevaluasi
hubungan antara jumlah koloni candida dalam
kelompok studi dibandingkan kontrol.
Spearman
digunakan
untuk
mengevaluasi
korelasi antara jumlah koloni Candida dan jumlah
dan durasi merokok pada kelompok studi.

HASIL

Studi saat ini, serta studi yang dilakukan oleh


Oliver dkk menunjukkan hubungan antara
Candida dan merokok tembakau sementara
karier candida sudah ada sebelum awal merokok,
tembakau
hanya
berkontribusi
terhadap
peningkatan
konsentrasi
ragi
dengan
menginduksi perubahan membran mukosa,
melepaskan faktor pro-candida yang ditemukan
dalam tembakau dan mengasamkan pH saliva,
merupakan kesukaan spesies candida

Rata-rata usia perokok pada kelompok studi


relatif rendah. Kelompok usia yang lebih
bervariasi mungkin bisa menunjukkan ekspresi
yang lebih tinggi dari pembawa candida, tetapi
usia tua mungkin dapat mempengaruhi faktor
yang beragam seperti imunocompromise

Mungkin kelompok yang lebih bervariasi dari


perokok, dalam hal durasi dan jumlah rokok,
akan memiliki dampak yang berbeda pada
jumlah koloni candida

PEMABAHASAN

DEFINISI
Menurut etiologinya lesi jaringan lunak rongga
mulut dapat disebabkan oleh infeksi dan non
infeksi (trauma lokal, penyakit sistemik dan
gangguan imunologi, penggunaan obat obatan ,
terapi radiasi dan neoplasma).

LESI PRIMER

JENIS LESI

LESI INFEKSI JARINGAN LUNAK


RONGGA MULUT

LESI INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH


VIRUS

A. Hairy Leukoplakia
Disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) dan
dengan lesi putih, patch kasar unilateral atau
bilateral, tanpa gejala, biasanya pada permukaan
lateral lidah. Ini paling sering terjadi pada pasien
HIV positif.

Gambar 2. Hairy
leukoplakia

B. Herpes Simplex
o Etiologi virus herpes simplex (herpes simplex
virus).
o 3 bentuk klinis infeksi oral: Herpes labialis,
Herpes primer stomatitis, Infeksi herpes introral

Gambar 3. Herpes
labialis

Gambar 4. Herpes
primer stomatitis

Gambar 5. Infeksi
herpes introral

C. Papiloma
o Etiologi
papiloma adalah virus papiloma
manusia (HPV) tipe 6 dan 11
o Papilloma muncul sebagai pedunkulata atau
sessile, berwarna putih atau normal seperti
kembang kol yang muncul dari permukaan
mukosa.
o Lokasi
paling umum adalah daerah palatumuvula diikuti pada lidah dan bibir

Gambar 6. Papiloma
rongga mulut

D. Varicella Zoster
o Infeksi primer adalah cacar air, infeksi sekunder
adalah herpes zoster.
o Bentuk ruam kulit yaitu berupa, vesikel, pustule,
ulcer dan crush.
o Keterlibatan rongga mulut biasanya melibatkan
mukosa bukal dan palatum durum yaitu
menyerupai ulcer aphtous di rongga mulut.

Gambar 7. Varicela zoster


rongga mulut

LESI INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR


A. Denture sore mouth (DSM) and Papillary hyperplasia (PH)
o
Etiologi dari PH dan DSM idiopatik, tetapi ada bukti bahwa Candida
albicans.
o
PH dan DSM biasanya terkait dengan pemakaian gigi palsu.
o
Biasanya muncul bintik-bintik merah kecil, lokal dan tanpa gejala pada
mukosa palatum posterior, ketika kondisi memburuk bintik-bintik
merah semakin meluas (gambar 8)
o
Pada stadium lanjut, hiperplasia dari mukosa palatum terjadi dan
muncul merah, penampilan hiperplasia papiler biasanya pebbly
(berkerikil)(Gambar 9).

Gambar 8. Denture sore


mouth (DSM)

Gambar 9. Papillary
hyperplasia (PH)

B. Angular cheilosis
o Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan vitamin
di negara USA.
o Paling umum disebakan Candida albicans dan
Staphylococcus aureus.
o Lesi ini muncul dengan fisura dan maserasi pada
komisura labial

Gambar 10. Angular cheilosis

Gambar 10. Angular


cheilosis

C. Candidiasis
o Infeksi yang disebabkan oleh spesies Candida
o Membran mukosa yang terlibat timbul slough
berwarna putih yang terdiri dari mukosa
nekrotik.
o Berbeda dengan kebanyakan lesi putih lain,
pseudomembranes putih Candidiasis sering
dapat dihapus.
o Candida juga memperlihatkan lesi berwarna
merah yang disebut candidiasis eritematosa

Gambar 11. Candidiasis

LESI INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI

A. Necrotizing ulcerative gingivitis


o Etiologi:
spesies
bakteri
Treponema,
Selenomonas, dan Prevotella
o Lesi ditemukan terutama pada tepi gingiva
o Ulserasi gingiva ditutupi oleh eksudat yang
berwana krim.

Gambar 12. Necrotizing


ulcerative gingivitis

B. Perikoroinitis
o Perikoronitis
merupakan peradangan pada
jaringan gingiva disekitar mahkota gigi yang
erupsi, paling sering pada gigi molar bawah
o Gingiva disekitar mahkota merah, bengkak, dan
nyeri

Gambar 13.
Periokoroinitis

C. Tuberculosis rongga mulut


o Etologi
infeksi
bakteri
Mycobacterium
tuberculosis
o Lesi ulseratif di mukosa pada penderita TB
berupa ulkus yang ireguler, tepi tidak teratur,
dengan sedikit indurasi, dan sering disertai
dasar lesi berwarna kuning.
o Paling sering dilidah, tapi juga bisa di ginggiva,
dsat mulut, palatum dan bibir.

Gambar 14. Lesi pada lidah pada pasien


tuberculosis rongga mulut

LESI NON-INFEKSI JARINGAN


LUNAK RONGGA MULUT
TRAUMA
a)
Trauma mekanik
b)
Trauma termal
c)
Trauma kimiawi
d)
Trauma radiasi.
Gambaran Lesi -> membran fibrin purulen
berwarna kekuningan dikelilingi halo eritematous,
namun pada beberapa kasus, tepi ulkus dapat
berwarna putih karena adanya hiperkeratosis,
timbul rasa nyeri.

NEOPLASMA
A. Squamous Cell Carcinoma
o
Penyebab yang paling penting adalah sinar UV
dan merokok menggunakan pipa.
o
Lokasi ulkus pada lidah, dasar mulut, dan
mukosa bukal. Lesi berbentuk bulat dan tidak
beraturan
o
Ulkus yang timbul tidak sakit, tidak sembuh,
dan indurasi, dengan gambaran berupa patch
berwarna putih atau merah

Gambar 15. Squamous cell carcinoma

B. Kaposi sarcoma
o Terjadi pada pasien yang menderita AIDS
dengan lesi berbentuk soliter maupun multipel,
dan berwarna biru/merah/ungu.

Gambar 16. Kaposi sarcoma

C. Non-Hodgkin Lymphoma (NHL)


NHL dapat bermanifestasi pada rongga mulut
dan rahang dengan prevalensi 2-3%. Lesi pada
rongga mulut berwarna merah (eritematous),
pembesaran tanpa rasa sakit, dan terdapat ulser
sebagai akibat dari trauma sekunder. Lokasi
ulkus yang paling sering adalah pada lidah,
palatum, gingiva, mukosa bukal, bibir, dan
orofaring.

Gambar 17. Non-Hodgkin lymphoma pada palatum

KONDISI SISTEMIK DAN DISFUNGSI


IMMUNOLOGI
A. Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS)
o
Diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu minor,
mayor, dan herpertiform.
o
Etiologi masih belum diketahui, diduga karena
respon imun yang abnormal.

Gambar 19. Stomatitis aftosa rekuren tipe minor

Minor aphthous ulcers Pada umumnya, ulkus ini


berbentuk bulat atau oval dengan bagian tengah
berwarna putih kekuningan dan dikelilingi oleh halo
eritematous.

Gambar 20. Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor

Jumlah ulserasi bisa soliter atau multipel, ukurannya lebih


besar dari 1 cm, bisa juga mencapai 5 cm, bentuknya bulat
atau lonjong, dasar lesi kekuningan, keabuan, tepi lesi merah
meradang, bisa lebih menonjol dibandingkan jaringan
sekitarnya, jaringan dasar tetap lunak dan tidak mengalami
indurasi.

Gambar 21. Stomatitis aftosa rekuren tipe


hipertiformis

Ukuran lesi kecil, diameter 1-3 mm, bentuknya


tidak beraturan, dasar lesi keabuan, tepi lesi tidak
tegas, ditemukan daerah kemerahan yang luas
pada membran mukosa.29 Lesi ini sama seperti
pada primary herpetic gingivostomatitis.24

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai