KERATITIS SEBOROIK
Julio Ludji Pau
112018021
Pembimbing :
dr. Chadijah Rifai Sp.KK
Pasien datang dengan keluhan Bintik coklat pada pipi kanan sejak 4
bulan SMRS. Bintik tersebut pada mulanya berupa papul dan bercak
kecil yang secara perlahan membesar. Tidak terdapat keluhan gatal
maupun nyeri, tidak rapuh dan tidak pernah menimbulkan perdarahan.
Pasien merasa malu karena bintik kecoklatan terlihat makin membesar
dan bertambah jelas sehingga pasien berobat ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Koja.
RIWAYAT
PENYAKIT DAHULU PRIBADI
• Effloresensi Sekunder:
o Skuama halus
DIAGNOSIS
BANDING
1. KERATOSIS SENILIS
2. NEVUS MELANOSTIK
3. MELANOMA
MALIGNA
TATALAKSANA
PROGNOSIS
YANG DIDAPAT
Cetirizine 1x10 mg Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS SEBOROIK
Definisi :
Gambaran Klinis :
Terdapat banyak varian klinis. Pada lesi awal terdapat batas yang tegas,
permukaan rata, kusam, dan berwarna kecoklatan. Seiring
perkembangannya, lesi menjadi berbentuk papul, permukaannya
verukosa, stuck-on, mengkilat, dan terdapat kista pseudohorn.
Mayoritas pasien KS berobat karena cemas terhadap kemungkinan
tumor ganas; sebenarnya informasi dan edukasi cukup untuk
menenangkan pasien. Namun, kadang kala pasien datang karena alasan
kosmetik, karena lesi KS mengganggu penampilan. Terdapat berbagai
macam terapi KS tergantung pada ketersediaan alat, pilihan pasien, dan
dokter
KERATITIS SEBOROIK
SINONIM :
• Keratosis sinilis, Nevus melanostik,
Melanoma maligna
PREDILEKSI :
• Wajah, leher dan lengan atas
ETIOLOGI :
Etiologi mendasar terhadap kejadian
keratosis seboroik hingga saat ini belum
sepenuhnya dipahami. Genetik, paparan sinar
matahari, infeksi merupakan faktor yang diduga
berperan dalam proses terjadinya keratosis
seboroik.
DIAGNOSIS BANDING
• Nevus Pigmentosus: Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa,
biasanya berukuran 24 mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti
sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga bervariasi dari warna
kulit sampai coklat kehitaman.
• Keratosis Senilis: Biasanya diameter 3-10 mm dan lesi biasanya
membesar dan berubah menjadi merah dan bersisik. Dalam sebagian
variasi dapat menimbulkan cutaneus horn. Pada histopatologi tampak
parakeratosis dan lapisan granular dan menebalnya epidermis.
• Melanoma Maligna:
– Bentuk superfisial: berupa bercak dengan warna bervariasi (waxy, kehitaman,
kecoklatan, putih, biru), tak teratur, berbatas tegas dengan sedikit
penonjolan di permukaan kulit.
– Bentuk nodular: nodus berwarna biru kehitaman dengan batas tegas serta
mempunyai variasi bentuk.
– Lentigo maligna melanoma: tumor kadang meliputi bagian agak luas di
muka. Bentuk plakat, berbatas tegas, warna coklat kehitaman serta tidak
homogen, bentuk tak teratur, pada bagian tertentu dapat tumbuh nodus
yang berbatas tegas setelah bertahun-tahun.
Manifestasi Klinis : Epidemiologi:
• Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh Pada studi di Australia, lesi ini terdapat 30 % pada orang
terdapat bejolan hitam terasa tidak nyaman.
• Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau
berusia dibawah 30 tahun, dan meningkat menjadi 100 % pada
dijepit. orang yang berusia diatas 50 tahun. Tidak terdapat perbedaan
• Pasien kadang merasa benjolan semakin membesar prevalensi antara laki – laki dan perempuan. Lokasi predileksi
secara lambat. keratosis seboroik dapat terjadi di area tubuh mana saja namun
• Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba. paling sering terjadi pada area badan bagian atas, wajah, leher dan
• Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang lengan atas. Predileksi paling sering terjadi pada area yang terpapar
diturunkan. sinar matahari.
Tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang agak Di Indonesia, Tidak ada data yang dapat menunjukkan
menonjol prevalensi penyakit keratosis seboroik secara nasional di Indonesia.
•Bewarna cokelat hitam atau hitam kebiruan, bentuk Penelitian yang dilakukan di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou, Manado
bulat sampai oval, ukuran dari miliar sampai lentikular menunjukkan keratosis seboroik sebagai tumor jinak kulit
bahkan sampai 3,5 cm terbanyak kedua yang dijumpai di poliklinik kulit dan kelamin
•Pada perabaan terasa lunak dan berminyak dengan prevalensi sebesar 24,69%. Sebagian besar pasien berusia
•Lesi dapat bertambah besar dan tebal, namun jarang 45-64 tahun dengan proporsi sebesar 49,15%.
lepas dengan sendirinya
•Tidak ada tendensi untuk berubah ke arah keganasan
FAKTOR RESIKO
Sinar Matahari Genetik Infeksi
1. riwayat paparan sinar matahari yang 1. Angka kejadian keratosis seboroik 1. Infeksi virus juga dipertimbangkan
tinggi menyebabkan timbulnya dikatakan meningkat seiring sebagai penyebab keratosis seboroik
dugaan bahwa paparan sinar dengan terdapatnya anggota berdasarkan penampakan klinis yang
matahari memegang peranan keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan veruka vulgaris.
penting dalam proses terjadinya KS. serupa. Hal ini pun telah Meskipun tidak ada DNA Human
2. Meskipun keratosis seboroik dapat dikonfirmasi pada penelitian PapillomaVirus (HPV) yang terdeteksi
terjadi pada areal kulit yang terdahulu bahwa terdapat faktor pada 40 sediaan biopsi keratosis
terpapar UV langsung maupun pada genetik yang diturunkan secara seboroik genital, biopsi dari kulit non
areal kulit yang tidak terpapar, autosomal dominan. genital menunjukkan hasil yang
namun paparan kumulatif sinar UV berbeda.
telah dibuktikan sebagai faktor 2. adanya mutasi pada gen Fibroblast 2. DNA HPV ditemukan pada 76%
Growth Factor 3 (FGFR3) yang
risiko independen terjadinya memegang kunci penting terhadap biopsi keratosis seboroik nongenital
keratosis seboroik. dibandingkan hanya 27% pada
perkembangan keratosis seboroik.
3. adanya mutasi fibroblast growth kontrol sehat. Temuan ini
factor receptor 3 (FGFR3) teraktivasi mengindikasikan kemungkinan
somatik dan perubahan ekspresi gen peranan infeksi virus pada
phosphatase and tension perkembangan keratosis seboroik
homoloque deleted on chromosome pada kulit non genital
10 (PTEN). Proses terakhir tersebut
ternyata berkaitan dengan paparan
sinar UV.
Patogenesis
Epidermal Growth Factor (EGF) atau reseptornya,
memiliki peranan penting dalam pembentukan Keratosis
seboroik.
- frekuensi tinggi mutasi gen FGFR3 regulasi
pertumbuhan, deferensiasi, migrasi, penyembuhan sel
Pemeriksaan penunjang :
• Dermoskopi Milia-like cysts, comedo-like openings, light-brown fingerprint-
like structures, cerebriform pattern(gyrus & sulci).
• Histopatologi Tampak akantosis, papillomatosis, kista pseudohorn, dan
hiperkeratosis.
TATALAKSANA
1. Kuretase, krioterapi
2. Bedah listrik (elektrodesikasi) memiliki efektivitas yang
sama dibanding laser CO2 dengan biaya yang lebih
murah.
3. Laser CO2 ablatif Laser CO2 ablatif memiliki efikasi yang
hampir sama seperti tindakan bedah listrik
(elektrodesikasi) dan memiliki outcome yang
memuaskan.
4. Potassium-titanyl-phosphate (KTP) laser memperlihatkan
perbaikan yang serupa dalam tatalaksana dermatosis papulosa
nigra pada 14 subjek.
5. QS Nd: YAG 1064 mm (long pulsed) Penggunaannya pada
untuk keratosis seboroik mencapai resolusi sebesar 70- Tumor
Kulit 308 90% pada dua orang pasien.
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
~Thank You~