Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh:
dr. Monica Artha, S.Ked

Pembimbing:
dr. Oerip Rahayu

DALAM RANGKA MENGIKUTI INTERNSHIP


RSU SANTA MARIA CILACAP
CILACAP, JAWA TENGAH
2023
BAB I
KAJIAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Kondiloma akuminata atau disebut juga dengan genital warts dan lebih dikenal
dengan istilah penyakit kutil kelamin oleh masyarakat awam pada daerah anogenital. 1

1.2. Klasifikasi
Terdapat empat morfologi lesi, yaitu: (1) akuminata, (2) papul dengan permukaan
menyerupai kubah, (3) papul keratotik dengan permukaan kasar, dan (4) papul datar. Adapun
bentuk lain lesi berupa bowenoid papullosis yang merupakan varian lesi papula bentuk kubah
atau datar, dengan warna hitam dan ditemukan pada tipe HPV 16 (tipe HPV resiko tinggi),
dan tumor Buscke-Lowenstein yang berupa lesi berukuran lebih besar, invasif, dan destruktif
secara lokal namun tidak bermetastasis yang ditemukan pada HPV tipe 6 dan 11.2

1.3 Epidemiologi

Kondiloma akuminata termasuk ke dalam peringkat ke-3 penyakit Infeksi Menular


Seksual (IMS) terbanyak di Indonesia pada tahun 2007 hingga 2011. Data yang dilaporkan
oleh Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia dari 13 rumah sakit pusat
pendidikan spesialis kulit dan kelamin, meliputi Jakarta, Bandung, Manado, Medan, Padang,
Yogyakarta, Surakarta, Malang, Surabaya, Palembang, Semarang, dan Denpasar antara tahun
2007 hingga 2011.1

1.4 Etiologi
Kondiloma akuminata merupakan kutil anogenital yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus (HPV). HPV merupakan papovirus DNA yang bermultiplikasi di nukleus sel
epitel terinfeksi. Terdapat lebih dari 20 strain HPV yang mampu menginfeksi genitalia,
namun 90% kasus kutil anogenital disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Adapun tipe lain yang
juga sering menyebabkan kondiloma akuminata adalah tipe 16, 18, 31, dan 33.2,3
Infeksi oleh beberapa tipe virus dapat menyebabkan displasia sel anogenital dan
beberapa jenis kanker, seperti kanker serviks pada wanita dan kanker penis atau rektum pada
pria. Terutama tipe 16 dan 18 dari virus ini, beresiko tinggi menyebabkan keganasan. Sedang
tipe 6 dan 11 sangat jarang menyebabkan keganasan.4
1.5 Patofisiologi
HPV merupakan virus DNA untai ganda yang menginfeksi nukleus dari sel epitel
skuamosa terdiferensiasi. Virus ini dapat menjadi laten hingga beberapa bulan, yang
menyebabkan masa inkubasinya menjadi sepanjang satu bulan hingga dua tahun. Genom
HPV mengandung onkogen yang mampu menyandi berbagai protein yang memampukan
virus bereplikasi melalui DNA-polimerase sel inang selagi sel-sel inang tersebut berdivisi.
Dengan kata lain, protein-protein yang disandi oleh genom HPV akan mengstimulasi
proliferasi sel. Setelah sel-sel yang terinfeksi bertumbuh, lapisan basal, spinosa, dan granular
dari epidermis akan menebal sehingga menyebabkan akantosis dan secara makroskopis
tampak sebagai kutil.5
Kondiloma akuminata membutuhkan tiga hingga empat bulan untuk terbentuk. Pada
individu yang sehat, respon imun yang adekuat mampu menahan replikasi virus dan
menanggulangi infeksi HPV seiring berjalannya waktu. Bagaimanapun juga, infeksi HPV
yang berkepanjangan dapat meningkatkan resiko terbentuknya transformasi keganasan.2,3

1.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis penyakit ini berupa papul (dapat soliter/multipel) dengan permukaan
verukosa atau seperti jengger ayam. Predileksi terutama di daerah anogenital yang tidak nyeri
dan teraba lunak.2
Lesi pada daerah perianal dapat ditemukan pada laki-laki dan perempuan, dan biasanya
berkaitan dengan hubungan seks penetratif anogenital6

Gambar 1.1 Lesi kondiloma akuminata pada vulva. Tampak papul multipel berwarna merah
muda - kecoklatan, teraba lunak.
1.7 Diagnosis
Diagnosis dari kondilom akuminata dapat ditegakkan secara klinis oleh karena
bentuknya yang khas. Umumnya, pasien mengeluhkan mengenai benjolan di regio genitalia
yang tidak nyeri dengan adannya riwayat kontak seksual sebelumnya. Pemeriksaan fisik yang
mengarah ke kondilom akuminata ialah lesi yang menyerupai kembang kol, yang memiliki
predileksi pada tempat-tempat yang lebih lembab seperti lipatan kulit, dengan warna lesi
menyerupai mukosa sekitar dengan ukuran lesi yang berkisar dari beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter. Selain itu, lesi di regio perianal juga dapat ditemukan pada laki-laki dan
perempuan, namun lebih sering ditemukan pada populasi laki-laki yang berhubungan seksual
dengan laki-laki (LSL).4,5
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak bertujuan untuk menegakkan diagnosis
kondiloma akuminata, dan hanya dilakukan jika lesi meragukan, tidak berrespons terhadap
pengobatan, atau apabila lesi malah mengalami perbesaran ukuran selama terapi.7 Uji asam
asetat dapat dilakukan dengan membungkus lesi dan kulit atau mukosa sekitarnya dengan
kain kasa yang dibasahi dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit, kemudian setelah
kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi diperiksa dengan lup pembesar
(perbesaran 4-8 kali). Hasil tes positif (positif acetowhite test) mendukung diagnosis
kondiloma akuminata oleh karena sifat virus HPV yang memicu ekspresi berlebihan
sitokeratin pada sel-sel suprabasal kulit yang mengalami denaturasi protein. Pemeriksaan
histopatologis dapat dilakukan pada lesi-lesi yang meragukan untuk mencoba menyingkirkan
kemungkinan malignansi. Uji HPV dikatakan tidak berperan dalam diagnosis kondiloma
akuminata, oleh karena hasil uji HPV positif tidak dapat digunakan untuk menegakkan
keberadaan kondiloma akuminata dan tidak berperan pula dalam penentuan terapi.2,5,7

Gambar 1.2 Kondiloma akuminata pada regio perineum (kiri) dan penis (kanan).2
1.8 Diagnosis Banding
1. Veruka vulgaris
Veruka vulgaris merupakan kelainan yang juga disebabkan oleh infeksi virus
HPV, namun lebih sering disebabkan oleh HPV 2, dan terkadang HPV 1 dan 4.
Effloresensi dari lesi akan menunjukkan papul padat verukosa, keratotik, dengna
ukuran beberapa milimeter sampai 1 sentimeter, dan bila berkonfluensi, dapat
memberi gambaran yang lebih besar. Umumnya, veruka vulgaris memiliki vegetasi
yang tidak bertangkai, relatif kering dan warnannya cenderung lebih abu-abu, dan
tidak terkait dengan riwayat hubungan seksual.2,5

Gambar 1.3 Veruka vulgaris pada regio perioral. 2

2. Benign penile pearly papules


Benign penile pearly papules merupakan keadaan yang normal dijumpai pada sekitar
20% laki-laki yang muncul pada masa pubertas. Lesi seringkali asimptomatik dan
memiliki predileksi di sekitar sulkus koronarius, dan umumnya asimptomatik dan
tidak dibutuhkan terapi lanjutan.5

Gambar 1.4 Benign penile pearly papules pada regio korona dari glans penis.8
3. Kondiloma lata pada sifilis stadium II
Kondiloma lata merupakan salah satu manifestasi dari lesi sifilis stadium II.
Effloresensi berupa plakat yang erosif dan basah, dan pada pemeriksaan mikroskopis
dapat ditemukan banyak Spirochaeta pallidum.

Gambar 1.5 Kondiloma lata di regio perianal pada pria homoseksual.


4. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kulit yang berasal dari sel
keratinosit yang memiliki kemampuan metastasis dan berkembang dari ulkus atau
radang kronik atau lesi prekanker. Karsinoma sel skuamosa yang ditemukan pada
regio genitalia dapat menyerupai kondiloma akuminata. Umumnya, vegetasi
berbentuk kembang kol, cenderung mudah berdarah, dan umumnya berbau khas.

Gambar 1.6 Karsinoma sel skuamosa di kulit

1.9 Tatalaksana
Secara umum, tujuan dari tatalaksana kondiloma akuminata ialah menghilangkan lesi
dan mengatasi gejala. Tatalaksana kondiloma akuminata sangat tergantung dari keluhan
pasien, derajat ketidaknyamanan pasien oleh karena lesi, status imunologis pasien, dan
keinginan pasien terhadap pilihan terapi. Selain itu, pilihan terapi juga harus
mempertimbangkan keadaan lesi, jumlah lesi, ukuran dan bentuk lesi, serta lokasi dari lesi.
Pasien juga sebaiknya diberikan konseling mengenai kemungkinan dari rekurensi lesi saat
menjalankan terapi. Pilihan terapi dibagi menjadi kemoterapi, bedah listrik
(elektrokauterisasi), bedah beku (cryotherapy), bedah skalpel, laser karbondioksida, terapi
interferon, dan imunoterapi.

1.9.1. Kemoterapi
Pemberian tinktura podofilin 25% dapat dilakukan pada lesi dengan permukaan yang
verukosa.5 Podofilin merupakan obat antimikotik yang dapat memicu nekrosis dari lesi
kondiloma akuminata.6 Pemberian tinktura podofilin harus diaplikasikan oleh dokter, dan
kepustakaan menyebutkan bahwa efikasi berkisar dari 19-79%, dengan tingkat rekurensi
yang berkisar dari 11.15-74%.5,9,10 Kontraindikasi pemberian tinktura podofilin 25% ialah ibu
yang mengalami kehamilan dan menyusui oleh karena risiko terjadinya kematian fetus, serta
jika lesi menyeluruh dan luas. Respon dari lesi terhadap terapi dikatakan relatif baik pada lesi
yang baru, namun kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk relatif lebih
pipih. Cara pemberian tinktura podofilin adalah sebagai berikut: setelah kulit sekitar lesi
dilindungi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi, berikan podofilin pada lesi, jangan
melebihi 0.3 cc dalam satu waktu pemberian untuk menghindari risiko toksisitas, kemudian
cuci setelah 4-6 jam. Pasien juga harus diberikan edukasi mengenai gejala-gejala toksisitas
seperti mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat disertai kulit
dingin.5,7,9
Asam triklorasetat (trichloroacetic acid/TCA) juga merupakan salah satu pilihan
terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan kondiloma akuminata, yang umumnya
diberikan dengan konsentrasi 80-90%. Obat ini juga harus diberikan oleh dokter dan
pemberiannya harus berhati-hati, karena risiko iritasi yang dapat berkembang menjadi ulkus.
TCA aman diberikan pada ibu hamil. Kepustakaan menyebutkan bahwa effikasi terapi
dengan TCA berkisar dari 26-81%, dengan jumlah rekurensi 36%. Pengobatan dapat diulang
seminggu sekali sampai lesi hilang.4,5,11
Pilihan kemoterapi yang dapat diberikan oleh pasien adalah imiquimod dan
podofilinotoksin. Imiquimod adalah agen immunomodulator imunitas seluler yang dapat
meninduksi produksi interferon dan sitokin lainnya, dan umumnya diberikan dalam sediaan
krim 5% yang diaplikasikan sebelum tidur, 3 kali seminggu sampai 4 minggu pada lesi.
Setelah pemberian krim pada lesi, harus dibersihkan 6-10 jam setelah pemberian krim.7
Pemberian podofilotoksin 0.5% kepada lesi juga merupakan salah satu opsi terapi yang dapat
dilakukan oleh pasien. Terapi umumnya diberikan dua kali sehari selama tiga hari, kemudian
diistirhatkan selama 4 hari, dan diulang selama 4-5 siklus. Sama seperti podofilin,
podofilotoksin dikontraindikasikan pada ibu hamil oleh karena efek teratogenitas, dan luas
permukaan kulit yang terpapar podofilotoksin tidak boleh melebihi 10cm2.4,12

1.9.2. Krioterapi
Krioterapi/bedah beku dengan nitrogen cair merupakan salah satu pilihan terapi
standar dan efektif untuk pasien kondiloma akuminata. Prinsip krioterapi ialah penghancuran
lesi dengan sitolisis oleh karena suhu dingin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah
bahwa dapat terjadi nyeri ringan pasca pemberian nitrogen cair, dan kadang bisa mengalami
nekrosis dan terjadi lepuhan. Kepustakaan menyebutkan bahwa effikasi dari krioterapi cukup
efektif dengan kisaran 79-88%, dengan rekurensi 24-40%.9,11

1.9.3. Bedah Elektrokauterisasi, Bedah CO2, Bedah Eksisi


Tatalaksana dengan pembedahan juga merupakan opsi yang efektif untuk tatalaksana
kondiloma akuminata. Adapun opsi pembedahan berkisar dari bedah kauterisasi, bedah laser
CO2, dan bedah eksisi. Bedah kauterisasi direkomendasikan untuk lesi anogenital, terutama
lesi yang berukuran relatif besar, dan memiliki effikasi 94% dan rekurensi terjadi pada 23%
kasus. Laser CO2 direkomendasikan untuk lesi-lesi anogenital, vagina, serviks, dan lesi-lesi
yang berukuran besar, dan memiliki efikasi 67-100%, dengan rekurensi terjadi pada 7-25%
kasus. Bedah eksisi diindikasikan untuk lesi yang sangat besar sehingga menimbulkan
obstruksi atau jika pilihan terapi yang lainnya tidak memungkinkan untuk dilakukan, dan
memiliki efikasi 89-93% dengan rekurensi terjadi pada 18-19% kasus.4,6

1.9.4. Edukasi
Setelah mendapatkan terapi, pasien harus diedukasi mengenai kemungkinan risiko
dari pilihan terapinya, dan konseling mengenai risiko tertular HIV dan infeksi menular
seksual lainnya, dan mungkin perlu dilakukan skrining HIV dan sifilis. Pada pasien wanita
dengan usia diatas 21 tahun, pemeriksaan Pap smear sangat dianjurkan untuk menyingkirkan
kemungkinan malignansi serviks, oleh karena salah virus HPV seringkali dikaitkan dengan
kanker serviks. Pasangan seksual pasien juga sebaiknya diberikan edukasi bahwa pasangan
seksual tersebut juga memiliki kemungkinan tertular penyakit walaupun asimptomatik/tidak
tampak lesi, serta direkomendasikan unutk melakukan skrining infeksi menular seksual juga.
Selain itu, pasien juga sebaiknya diedukasi mengenai perubahan perilaku untuk mengurangi
risiko terkena infeksi menular seksual lainnya sesuai kaidah ABC (abstinence, be faithful,
condoms). Vaksin dapat dipertimbangkan untuk mencegah rekurensi kondiloma akuminata.

1.10 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi oleh karena kondiloma akuminata sendiri sangat jarang terjadi, dan
umumnya komplikasi diakibatkan oleh karena aplikasi terapi yang tidak sesuai kaidah.
Hipopigmentasi atau hiperpigmentasi persisten pasca pemberian krioterapi, bedah
elektrokauterisasi, dan terapi imunitas seperti krim imiquimod kadang dapat terjadi. Bekas
luka yang hipertrofi juga dapat terjadi, namun umumnya hanya akan menimbulkan kelainan
secara kosmetik. Pada beberapa kasus, terapi pembedahan dapat mengakibatkan sindroma
nyeri kronis seperti hiperestesia pada letak nyeri. 4,6

1.11 Prognosis
Kondiloma akuminata merupakan penyakit yang sering rekuren, namun secara umum
prognosis baik. Lesi umumnya bersifat asimptomatik dan jarang terjadi obstruksi oleh karena
lesi yang signifikan untuk menyebabkan gangguan fisiologis.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : FAD
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 30 tahun
Alamat : Jalan Mawar No. 3
Pekerjaan : SPG
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Tumbuh benjolan yang teraba kasar di kelamin

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSU Santa Maria mengeluh tumbuh benjolan yang teraba kasar di
kelamin sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan awalnya dikatakan kecil dan hanya muncul pada
bibir kemaluan bagian luar, dan lama-lama dikatakan membesar dan bertambah banyak
hingga ke bibir kemaluan bagian dalam dan perineum. Benjolan dikatakan teraba kasar.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri, gatal, ataupun keluar darah.

Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum sempat mengobati keluhan munculnya kutil di sekitar kelamin
sebelumnya karena dikatakan tidak ada keluhan seperti nyeri atau gatal. Riwayat pengobatan
steroid untuk jangka panjang juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat penyakit sistemik pada pasien seperti terdapat kelainan tekanan darah
tinggi, diabetes, asma, penyakit jantung, dan lain-lain. Pasien belum pernah memiliki riwayat
penyakit di alat kelamin dengan gejala seperti kutil, lecet, atau keputihan sebelumnya.
Riwayat alergi obat atau makanan dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada riwayat anggota keluarga pasien yang mengalami gejala serupa. Riwayat penyakit
sistemik disangkal pada keluarga.

Riwayat Sosial
Pasien saat ini berstatus sebagai pegawai salon, baru menikah selama 6 bulan, dan belum
memiliki anak. Riwayat kontak seksual dengan pria lain kecuali suami disangkal. Ini
merupakan pernikahan pertama bagi pasien dan suaminya. Setiap melakukan hubungan
seksual, suami pasien tidak menggunakan kondom. Suami pasien juga mengeluhkan adanya
kutil pada penis sejak empat bulan yang lalu dan mengaku melakukan hubungan seksual
dengan wanita lain. Keluhan kutil kelamin ini merupakan pertama kalinya dialami oleh suami
pasien dan tidak ada riwayat pengobatan kutil sebelumnya. Kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol disangkal. Riwayat penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang dipakai secara
bergantian disangkal.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Temperatur Aksila : 36,5 oC
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor
THT : Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Thorak : Cor: S1S2 normal, regular, murmur (-)

Pul : vesikuler , rhonki , wheezing


Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Edema (-/-), hangat (+/+)

Status Dermatologis
Lokasi : Perineum
Efloresensi: Pada vulva vagina terdapat papul multipel berwarna pink dan keabuan
dengan bentuk seperti jengger ayam. Batas lesi tegas, ukuran berdiameter 0.2 cm hingga
0.3 cm, permukaan tampak kasar, konfigurasi berkelompok dengan distribusi terlokalisasi.

Mukosa : Hiperemis (-)


Rambut : Rambut rontok (-), warna hitam

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang bisa diusulkan untuk pasien ini antara lain:
1. Tes acetowhite dengan asam asetat 5%
a. Lesi dibubuhi asam asetat dan ditunggu selama 5 menit. Tes acetowhite positif
jika lesi berubah warna menjadi putih (menandakan infeksi HPV).
2. Pemeriksaan histopatologi
a. Pada kondiloma akuminata akan tampak hiperplasia sel epitel skuamosa
dengan parakeratosis, serta koilositotik atipikal (nukleus tampak berkerut dan
clearing perinuklear).
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. PCR untuk mengetahui tipe HPV, tidak untuk penegakan diagnosis.
2.5 Resume
Pasien wanita berusia 30 tahun yang bekerja sebagai SPG datang ke IGD RSU
Santa Maria dengan keluhan utama tumbuh benjolan yang teraba kasar di kelamin sejak 1
bulan yang lalu. Benjolan awalnya dikatakan kecil dan hanya muncul pada bibir kemaluan
bagian luar, dan lama-lama dikatakan membesar dan bertambah banyak hingga ke bibir
kemaluan bagian dalam dan perineum. Benjolan dikatakan teraba kasar. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri, gatal, ataupun keluar darah.
Pasien kini berstatus sebagai pegawai salon, baru menikah selama 6 bulan, belum
memiliki anak. Riwayat kontak seksual dengan pria lain kecuali suami disangkal. Ini
merupakan pernikahan pertama bagi pasien dan suaminya. Setiap melakukan hubungan
seksual, suami pasien tidak menggunakan kondom. Suami pasien juga mengeluhkan adanya
kutil pada penis sejak empat bulan yang lalu dan mengaku melakukan hubungan seksual
dengan wanita lain. Keluhan kutil kelamin ini merupakan pertama kalinya dialami oleh suami
pasien dan tidak ada riwayat pengobatan kutil sebelumnya. Kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol disangkal. Riwayat penggunaan narkoba dengan jarum suntik yang dipakai secara
bergantian disangkal. Riwayat kontak seksual dengan pria lain kecuali suami disangkal.
Riwayat pengobatan kutil dan pemakaian steroid tidak ada. Riwayat penyakit
sistemik, alergi, infeksi menular seksual sebelumnya disangkal. Riwayat anggota keluarga
pasien yang mengalami gejala serupa disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita dengan kesadaran kompos mentis dan
keadaan umum baik. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 87x/menit, frekuensi napas 18x/
menit, suhu aksilla 36,5oC, status gizi cukup. Pemeriksaan status generalis berada dalam
batas normal. Pemeriksaan status dermatologis didapatkan pada vulva vagina terdapat papul
multipel berwarna pink dan keabuan dengan bentuk seperti jengger ayam. Batas lesi tegas,
ukuran berdiameter 0.2 cm hingga 0.3 cm, permukaan tampak kasar, konfigurasi
berkelompok dengan distribusi terlokalisasi, mukosa sekitar tidak tampak hiperemis dan tidak
ada rambut rontok.

2.6 Diagnosis Banding


a. Kondiloma akuminata
b. Veruka vulgaris
c. Karsinoma verukosa
2.7 Diagnosis Kerja
Kondiloma akuminata (ICD-10 A63.0 Anogenital (venereal) warts)

2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Asam triklorasetat 80%, diaplikasikan pada lesi sampai berwarna putih, didiamkan sampai
kering. Dilakukan setiap minggu sampai lesi hilang.
2. Pembedahan (saran)
Krioterapi dengan N2O cair
3. KIE
-Kunjungan ulang sebaiknya dilakukan tiap minggu sejak terapi asam triklorasetat 80%
dilakukan.
-Edukasi pasien mengenai kemungkinan lesi yang bisa rekuren setelah hilang oleh karena
terapi bertujuan untuk menghilangkan lesi namun tidak bisa membunuh virus.
-Sarankan pasien dan suami pasien untuk menempuh skrining HIV dan sifilis.
-Edukasi pasien mengenai pemeriksaan Pap smear rutin.
-Suami pasien sebaiknya disarankan untuk dilakukan pemeriksaan fisik untuk mencari lesi
serupa atau infeksi menular seksual lainnya.

2.9 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
Ad Kosmetikam : Dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien wanita berinisial FAD, bekerja sebagai SPG datang ke IGD RSU Santa
Maria dengan keluhan utama tumbuh benjolan yang teraba kasar di kelamin sejak 1 bulan
yang lalu..
Hasil anamnesis pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien mengeluh mengenai
benjolan pada kelamin, yang dimana benjolan awalnya dikatakan kecil dan hanya muncul
pada bibir kemaluan bagian luar, dan lama-lama dikatakan membesar dan bertambah banyak
hingga ke bibir kemaluan bagian dalam dan perineum. Benjolan tersebut dikatakan teraba
kasar. Selain itu, pasien tidak mengeluhkan nyeri, gatal, ataupun keluar darah. Selain itu,
pasien sudah memiliki riwayat kontak seksual dengan suami, namun menyangkal riwayat
kontak seksual dengan pria lain selain suaminya, dan mengakui riwayat kontak seksual tanpa
kondom. Suami pasien mengeluhkan adannya kutil pada penis sejak empat bulan yang lalu
dan mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya. Berdasarkan
anamnesis ini, umumnya dapat dicurigai bahwa pasien menderita kondiloma akuminatum
atau kutil kelamin. Onset dari gejala yang muncul pasca kontak seksual, disertai dengan
riwayat berhubungan seksual tanpa kondom dengan suami pasien yang sudah memiliki gejala
serupa mendukung kecurigaan diagnosis ini. Selain itu, riwayat keluarga pasien yang tidak
pernah menderita gejala serupa, dengan pasien menurunkan kemungkinan bahwa lesi ini
merupakan lesi prekanker oleh karena faktor risiko herediter dan menurunkan kemungkinan
bahwa kelainan ini berhubungan dengan penyakit infeksi menular lainnya. Hal ini
mendukung kemungkinan bahwa pasien mendapatkan penyakit kondiloma akuminata ini dari
kontak seksual dengan suaminya yang berdasarkan tinjauan pustaka merupakan penyebab
pada 98% kasus kondiloma akuminata., dan mengurangi kemungkinan bahwa infeksi ini
ditularkan oleh karena barang yang tercemar partikel virus HPV (fomites). Kemungkinan
adannya infeksi menular seksual aktif lainnya seperti sifilis relatif minim, berhubung status
generalis pasien yang berada pada batas normal serta tidak ditemukan adannya perbesaran
kelenjar getah bening di sekitar regio perineum pasien, namun penapisan infeksi menular
seksual tetap sebaiknya dilakukan kepada pasien dan suami pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan status generalis berada dalam
batas normal. Adapun hasil pemeriksaan status dermatologis menunjukkan bahwa pada vulva
vagina terdapat papul multipel berwarna pink dan keabuan dengan bentuk seperti jengger
ayam. Batas lesi tegas, ukuran berdiameter 0.2 cm hingga 0.3 cm, permukaan tampak kasar,
konfigurasi berkelompok dengan distribusi terlokalisasi, serta mukosa sekitar tidak tampak
hiperemis dan tidak ada rambut rontok. Status dermatologis pada pasien ini mendukung pula
diagnosis kondiloma akuminatum yang berdasarkan kajian pustaka, umumnya memiliki
manifestasi klinis yang berupa lesi seperti kembang tol atau jengger ayam, dengan warna
yang serupa dengan daging atau berwarna merah sampai merah-kecoklatan. Lesi dapat
berupa lesi keratotik dengan permukaan kasar dan tebal. Pemeriksaan penunjang seperti tes
asam asetat umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis, namun dapat dilakukan
pada kasus lain yang meragukan. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat
ditegakkan diagnosis kerja kondiloma akuminata (ICD-10 A63.0 anogenital (venereal)
warts).
Penatalaksanaan pada pasien dengan kondiloma akuminata pada pasien ini dapat
dilakukan dengan pemberian asam triklorasetat dengan konsentrai 80-90% oleh dokter.
Pemberian asam triklorasetat dapat diberikan langsung kepada lesi oleh dokter dan dilakukan
tiap minggu. Pemilihan asam triklorasetat lebih dianjurkan dibandingkan dengan obat
tinktura podofilin 25% oleh karena pasien adalah wanita pada usia reproduksi yang baru
menikah dan berhubungan seksual tanpa kondom, sedangkan status kehamilan belum
dievaluasi, sehingga pada pasien ini belum bisa dipastikan status kehamilan pasien. Oleh
karena risiko teratogenitas tinktura podofilin 25%, maka pada pasien ini lebih baik diberikan
asam triklorasetat dibandingkan tinktura podofilin. Selain itu, krioterapi dengan larutan N2O
dapat dipertimbangkan pada pasien ini.
Edukasi yang perlu diberikan pada pasien adalah kunjungan ulang sebaiknya
dilakukan tiap minggu sejak terapi asam triklorasetat 80% dilakukan. Selain itu, pasien juga
sebaiknya diberikan edukasi mengenai kemungkinan lesi yang bisa rekuren setelah hilang
oleh karena terapi bertujuan untuk menghilangkan lesi namun tidak bisa membunuh virus.
Kemudian, pasien bisa disarankan pasien dan suami pasien untuk menempuh skrining HIV
dan sifilis. Pasien juga dapat diedukasi mengenai pemeriksaan Pap smear rutin, berhubung
pasien merupakan wanita yang berusia 30 tahun, sehingga diindikasikan untuk dilakukan Pap
smear rutin.Suami pasien juga sebaiknya disarankan untuk dilakukan pemeriksaan fisik untuk
mencari lesi serupa atau infeksi menular seksual lainnya.
Prognosis pada pasien ini baik, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa umumnya prognosis kondiloma akuminata baik. Umumnya, jarang sekali terjadi
komplikasi akibat kondiloma akuminata sendiri, namun komplikasi umumnya diakibatkan
oleh pemakaian terapi yang kurang baik, seperti hiperpigmentasi atau hipopigmentasi pada
bekas pengobatan.
BAB IV
KESIMPULAN

Kondiloma akuminata atau disebut juga dengan genital warts dan lebih dikenal
dengan istilah penyakit kutil kelamin oleh masyarakat awam pada daerah anogenital.
Kondiloma akuminata merupakan kutil anogenital yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus (HPV). HPV merupakan papovirus DNA yang bermultiplikasi di nukleus sel
epitel terinfeksi. Manifestasi klinis penyakit ini berupa papul (dapat soliter/multipel) dengan
permukaan verukosa atau seperti kol atau jengger ayam. Predileksi terutama di daerah
anogenital yang tidak nyeri dan teraba lunak. Diagnosis dari kondiloma akuminata umumnya
dapat ditegakkan secara klinis oleh karena bentuknya yang khas, namun pada lesi yang
meragukan dapat dilakukan tes asam asetat atau pemeriksaan histopatologis. Tatalaksana
kondiloma akuminata dapat dilakukan dengan pemberian kemoterapi dengan tinktura
podofilin 25%, asam triklorasetat 80-90%, atau podofilotoksin langsung kepada lesi. Selain
itu, krioterapi, elektrokauterisasi dapat dipertimbangkan juga pada pasien dengan kondiloma
akuminata. Kondiloma akuminata kadang rekuren setelah pengobatan dilakukan, oleh karena
tatalaksana kondiloma akuminata hanya bertujuan untuk menghilangkan lesi, namun tidak
bertujuan untuk menghilangkan lesi. Prognosis dari kondilom akuminata umumnya baik,
walaupun sering mengalami residif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yenny SW, Hidayah R. Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil: Salah Satu
Modalitas Terapi. J Kesehat Andalas [Internet]. 1 Januari 2013 [dikutip 23 September
2020];2(1):47. Tersedia pada: http://jurnal.fk.unand.ac.id
2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th Edition. McGraw-Hill. 2012.
3. Patel R V., Yanofsky VR, Goldenberg G. Genital warts: A comprehensive review
[Internet]. Vol. 5, Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. Matrix Medical
Communications; 2012 [dikutip 23 September 2020]. hal. 25–36. Tersedia pada:
/pmc/articles/PMC3390234/?report=abstract
4. Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, Siswati AS, Triwahyudi D, Rosita C, et al.
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di Indonesia
[Internet]. Jakarta; 2017 [dikutip 22 September 2020]. Tersedia pada:
https://www.perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
5. Menaldi SL, Brahmono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 ed.
Jakarta; 2015.
6. Centers for Disease Control and Preventrion. Anogenital Warts - 2015 STD Treatment
Guidelines [Internet]. 2015 [dikutip 23 September 2020]. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/std/tg2015/warts.htm
7. HHS, CDC, Oid, NCHHSTP, DSTDP. Sexually Transmitted Disease Surveillance
2017. 2017.
8. Qureshi AP, Stachler MD, Haque O, Odze RD. Biomarkers for Barrett’s esophagus – a
contemporary review. Expert Rev Mol Diagn [Internet]. 2 November 2018 [dikutip 7
November 2018];18(11):939–46. Tersedia pada:
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14737159.2018.1538793
9. Leung AKC, Barankin B, Leong KF, Hon KL. Penile warts: An update on their
evaluation and management [Internet]. Vol. 7, Drugs in Context. Bioexcel Publishing
LTD; 2018 [dikutip 23 September 2020]. hal. 212563. Tersedia pada:
/pmc/articles/PMC6302884/?report=abstract
10. Reddy GS, Lal BM, Prasad J, Krishna AV, Rani KR, Gayatri N. Comparative Study of
Efficacy of Podophyllin Vs 5% Imiquimod in the Treatment of Genital Warts. Int J
Contemp Med Res [IJCMR] [Internet]. 2018 [dikutip 23 September 2020];5(10).
Tersedia pada: www.ijcmr.com
11. Abdel Meguid AM, Abdel Motaleb AA, Abdel Sadek AMI. Cryotherapy vs
trichloroacetic acid 90% in treatment of common warts. J Cosmet Dermatol [Internet].
1 April 2019 [dikutip 23 September 2020];18(2):608–13. Tersedia pada:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30358072/
12. Andersson NW, Andersen JT. Association between Fetal Safety Outcomes and
Exposure to Local Podophyllotoxin during Pregnancy. JAMA Dermatology [Internet].
1 Maret 2020 [dikutip 23 September 2020];156(3):303–11. Tersedia pada:
https://jamanetwork.com/journals/jamadermatology/fullarticle/2758416

Anda mungkin juga menyukai