BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kondiloma akuminata atau genetalia warts atau jengger ayam adalah
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh HPV tipe 6 atau 11 dengan
kelainan berupa tumor pada kulit dan mukosa, virus ini menyebabkan
pertumbuhan jaringan yang bertangkai dan permukaannya berjonjot, bersifat
jinak, superficial di daerah genital. Penyakit ini biasanya mengenai kulit dan
permukaan mukosa genetalia dan daerah perianal (Djuanda A, 2010)
2.2 Etiologi
Kondiloma akuminata diseabkan human papiloma virus (HPV), yaitu
virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan
tergolong dalam family Papovirus. HPV tersusun dari DNA untai ganda dengan
rata-rata berat molekul 5 x 106 dalton. Virus DNA ini muncul dalam bentuk
lingkaran tertutup dari DNA melalui kapsid ikosahedral yang tidak terselubung
(Djuanda A, 2010).
Dengan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih
dari 100 tipe HPV yang dapat menimbulkan kondiloma akuminata. Namun
sekitar 30 jenis tipe ditularkan melalui hubungan seksual.tipe yang penah
ditemui adalah tipe 6,11,16,18,30,31,35,39,41,42,44,51,52 dan 55. HPV ini
belum dapat dibiakkan dalam kultur sel jadi penelitiannya sangat terbatas
(Siregar, 2005).
Telah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu
pada genetalia dengan terjadinya karsinoma serviks. Berdasarkan kemungkinan
terjadinya displasi sel epitel dan keganasann , maka HPV dibagi menjadi HPV
low risk dan HPV high risk. HPV tipe 6 dan 11 paling sering ditemukan pada
3
jenis yang eksofilik dan pada dysplasia rendah. Sedangkan tipe 16 dan 18 serig
ditemukan pada displasi derajat tinggi dan pada keganasaan (Djuanda A, 2010).
2.3 Faktor resiko
a) Usia dan jenis kelamin
Pakar mengemukakan usia adalah faktor resiko independen pada
kondiloma akuminata, 80 % penderita kondiloma akuminata terjadi
pada usia 17-33 tahun, puncak usia menderita penyakit ini adalah
usia 20-24 tahun. Pria rata-rata di usia 22 tahun bisa menderita
kondiloma akuminata dan wanita di usia 19 tahun. Pria dan wanita
berbanding 1: 1,4
2.4 Patogenesis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3
bulan). HPV masuk ketubuh melalui mikrolesi pada kulit sehinga kondiloma
akuminata sering timbul pada daerah yang mengalami trauma pada saat
hubungan seksual. Ketika sel-sel epitel diinfeksi oleh HPV, sel-sel yang
mengalami transformasi tersebut berproliferasi dan berkembang menjadi bentuk
warts/ kutil. Di dalam inti beberapa sel di superficial warts terbentuk virus
matur, ketika bentuk tersebut terbuka maka sel epitel lainnya terinfeksi dan
siklus ini berlanjut terus (Valerie, 2012).
Replikasi HPV tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa .
Virus DNA dapat ditemukan pada lapisan paling bawah dari epitel. Protein
kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superficial sel-sel yang
5
1. Gejala
Kebanyakan pasien hanya mengeluhkan adanya lesi yang dinyatakan
tanpa gejala. Jarang terdpat gejala seperti gatal, perdarahan, atau disparenuia.
Tetapi terkadang lesi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas, dan
6
kadang pruritus/gatal. Lesi yan besar dapat berdarah dan iritasi bila kontak
dengan pakaian atau selama hubungan seksual.
2. Tanda-tanda fisik
Kondiloma biasanya pada jaringan yang lembab pada area genitalia.
Lesi sering ditemukan di daerah yang mengalami trauma selama berhubungan
seksual. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, gland penis muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada
wanita ditemukan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang –
kadang pada porsio uteri. Terkdang dapat berkembag di mulut atau tenggorokan
setelah kontak seksual secara oral yang terinfeksi dari pasangannya.
Kondiloma akuminata memiliki bentuk yang sangat bervariasi dibagi
sesuai bentuk klinisnya yaitu: bentuk akuminata (cauliflower), bentuk papul,
bentuk datar (flat).
1. Bentuk akuminata
Bentuk ini sering ditemukan pada daerah lipatan dan daerah yang
lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang
berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi
yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang
besar ini sering ditemui pada wanita yang mengalami flour albus,
wanita hamil atau pada keadaan imunosupresif.
2. Bentuk papul
Lesi ini biasanya terdapat pada daerah dengan keratinisasi sempurna,
seperti batang penis, vulva, daerah perianal, dan perineum.
Kelainannya berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin,
multiple dan tersebar.
Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai bentuk klinis yang lain
yang diketahui berhubungan dengan keganasan pada genetalia. Yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa
dengan keganasan derajat rendah. Ini diketahui dengan
ditemukan HPV tipe 6 dan 11. Lokalisasi lesi yang paling sering
adalah pada penis, dan kadang-kadang pada vulva dan anus.
Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasive
local dan tidak metastasis. Secara histologist giant condyloma
tidak berbeda dengan konsiloma akuminata. Bentuk ini
umumnya refrakter terhadap pengobatan.
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan
dan dapat berkonfluen menjadi plakat. Adapaun lesi yang
berbentuk macula eritematosa dan lesi yang mirip leukopakia
atau lesi subklinis. Umunya lesi multiple dan kadang berpigmen.
Berbeda dengan kondiloma akuminata permukaan lesi papulosis
ini biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran
histopalogoginya mirip dengan penyakit bowen dengan inti
berkelompok sel raksasa diskeratotik dan sebagian miotik atipik.
9
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
- Partner seksual multiple dan usia coitus yang lebih muda merupakan
faktor risiko kondiloma akuminata.
10
- Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko
dari imunosupresi atau pada pasien dengan riwayat analsex.
2.6.3 Pemeriksaan penunjang
- Kolposkopi (stetoskop mikroskopik), hal ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi (sebagian besar) lesi pada serviks, dimana lebih baik
mengidentifikasi dengan menggunakan asam asetat.
- Biopsy, diindikasikan untuk lesi yang atipik, rekuren setelah terapi
awal berhasil, atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan
risiko tinggi neoplasma.
badan, dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan
genetalia eksterna.
2.8 Penatalaksanaan
Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara umum
dapat dibedakan menjadi:
2.8.1 Kemoterapi
a. Podofilin,
Pertama kali direkomdasikan untuk pengobatan kondiloma akuminata
oleh Kaplan tahun 1942. Bahan ini adalah agen sitostatika /sitotoksik yang
berasal dari resin podofolium emodi dan peltatum podogolium yang
mengandung senyawa ligin biologis aktif, termasuk podofolik yang
merupakan komponen paling aktif terhadap kondiloma akuminata. Podofilin
memiliki keuntungan menjadi mudah digunakan dan sangat murah. Kulit
disekitanya diolesi dengan vaselin atau pasta untuk melindungi dan agar
tidak iritasi. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari.
Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen,
gangguan nafas, dan keringat dingin (Djuanda A, 2010).
Beberapa kelemahan, termasuk keterbatasan penggunaan dan
toksisitas sistemik. Podofilin harus dicuci setelah 6 jam karena sangat
mengiritasi kulit normal di sekitarnya dan menyebabkan reaksi local yang
parah berupa dermatitis, nekrosis dan jaringan parut (Djuanda A, 2010).
14
2.8.4 Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (IM atau Intralesi)dan topical
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU, im 3 kali seminggu
selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU im selama 6 minggu. Interferon
16
2.9 Komplikasi
- Transformasi keganasan pada pria dan wanita
- Penularan pada neonates
- Kondiloma akuminata yang berulang
- Precancer dan cancer
Pre malignan (vulva, anal, intra epithelia neoplasma) atau lesi
invasive pada vulva, anal dan kanker penis. Dapat muncul bersamaan
dengan kondiloma akuminata. Kondiloma Buschle papulosis adalah
lesi coklat kemerahan yang dihubungkan dengan tipe HPV
onkogenik.
2.10 Prognosis
Walaupun sering residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya
harus dicari, kisalnya higienitas, adanya flour albus, atau pada pria karena
belum disirkumsisi.
Banyak pasien yang terus rekurensi. Tingkat kekambuhan yang lebih
dari 50 % setelah 1 tahun perlu dihubungkan dengan:
- Infeksi berulang dari kontak seksual
- Masa inkubasi yang panjang dari HIV
- Lokasi virus pada lapisan kulit superficial
- Virus yang persisten di kulit , folikel rambut
- Lesi yang dalam
- Lesi subklinik
- Anderlying imunosupresion