Anda di halaman 1dari 30

TUGAS REFARAT

TORSI DAN RUPTUR KISTA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Obstetri dan Gynekologi Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Oleh :
Tiurma Sari Aritonang, S.Ked
0130840236

Pembimbing :
dr. Yusri Bija, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
SMF OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
JAYAPURA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan dipresentasikan dihadapan pembimbing, refarat yang berjudul ”TORSI
DAN RUPTUR KISTA” sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) pada SMF Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit
Umum Daerah Jayapura, pada:
Hari/Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan,

dr. Yusri Bija, Sp.OG


LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI REFARAT

Nama : Tiurma Sari Aritonang Moderator :


Nim : 0130840236
Semester : Penilai : dr. Yusri Bija, Sp.OG

Presentasi ke :

Tgl Presentasi :
Tanda tangan

JUDUL : TORSI DAN RUPTUR KISTA

No Variabel Yang Dinilai Nilai dalam SKS


1 Ketepatan penentuan masalah dan judul, data kepustakaan,
diskusi.
2 Kelengkapan data:
 Kunjungan Rumah
 Kepustakaan
3 Analisa data:
 Logika kejadian
 Hubungan kejadian dengan teori
4 Penyampaian data:
 Cara penulisan
 Cara berbicara dan audiovisual
5 Cara diskusi:
Aktif/mampu menjawab pertanyaan secara logis
6 Kesimpulan dan saran (harus berkaitan dengan diskusi)

7 Daftar Pustaka
8 Total Angka
9 Rata-rata

Catatan untuk perbaikan dilihat dari segi :


 Pengetahuan :
 Keterampilan :
 Sikap :
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II KISTA OVARIUM ...............................................................................
BAB III TORSI KISTA OVARIUM .................................................................. 4
BAB III RUPTURKISTA OVARIUM ............................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau jaringan lainnya.1 Torsio dan ruptur kista
merupakan kasus kegawatdaruratan ginekologi dengan insidensi 3% dari seluruh kasus
kegawatdaruratan ginekologi dan sering salah didiagnosis oleh klinisi. Torsi dan ruptur kista
dapat ditemukan pada komponen adneksa yakni ovarium dan tuba falopi, di mana dapat
terjadi pada torsi ovarium, torsi ovarium dengan torsi tuba, dan isolated fallopian tube torsion
(torsi tuba tanpa torsi ovarium –sangat jarang).2,3

Tuba falopi adalah saluran telur yang berasal dari duktus Mulleri. Tuba berukuran
panjang sekitar 10 cm (4 inci) dan diameter 8 mm (mengecil menjadi 1 mm pada cornu
uterus) di mana bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum. Tuba terbagi atas 4 bagian yakni pars interstisialis, pars ismika, pars
ampularis, dan infundibulum.4,5,6

Ovarium ialah organ berbentuk almond, masing-masing satu sisi, kira-kira berat 4-8
gram dan berukuran panjang 35 mm, lebar 25 mm, dan ketebalan 18 mm atau sebesar ibu jari
tangan. Ovarium dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika dan terletak pada lapisan
belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi
oleh peritoneum. Sebagian kecil ovarium berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus
ovarii. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium
dinamakan mesovarium. Ovarium mempunyai dua perlekatan lainnya, yakni ligamen
infudibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovarii), yang mana melewati pembuluh darah
(arteri ovarika), limfatik, dan saraf otonom ovarium dari dinding samping pelvis, dan
ligamentum ovarii proprii yang terhubung dengan cornu uterus. Ovarium
memproduksiseltelur dan hormon-hormon yang akanmengaturfungsi organ reproduksi. Di
dalam ovarium terdapat folikel-folikel yang setiap bulan salah satu dari folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de Graaf.4,5,6
Gambar 1. Struktur genitalia interna pada perempuan.6

Pembesaran ovarium, kistik maupun padat/solid, dapat mengenai semua umur pada
perempuan. Secara histologi, kista ovarium sering diklasifikasikan menjadi dua, yakni
neoplasma kista ovarium yang berasal dari pertumbuhan sel neoplasma dan kista ovarium
fungsional yang disebabkan oleh gangguan proses ovulasi. Pembedaan kedua jenis kista ini,
baik dengan pencitraan maupun penanda tumor, pada umumnya tidak begitu penting secara
klinis. Kedua jenis kista ovarium tersebut seringkali ditangani sebagai satu kesatuan klinis.
Menurut Dorum dan Millar, insidensi kista ovarium di berbagai tempat sedikit bervariasi
tergantung pada faktor demografi penduduk, yaitu sekitar 5-15%.3

Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan.5


Komplikasi dari kista ovarium ini ialah torsio dan ruptur kista yang menjadi kasus
kegawatdaruratan pada ginekologi dan hal ini menjadi fokus pembahasan oleh penyusun
dalam bab selanjutnya pada referat ini.
BAB II
KISTA OVARIUM

1. Pengertian
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dannon
neoplastik.Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur prosesmenstruasi. Ovarium terletak
antara rahim dan dinding panggul, dandigantung ke rahim oleh ligamentum ovari
propium dan ke dindingpanggul oleh ligamentum infudibulo-pelvikum. Fungsinya
sebagai tempat folikel, menghasilkan dan mensekresi estrogen dan progesteron.
Fungsi ovarium dapat terganggu olehpenyakit akut dan kronis. Salah satupenyakit
yang dapat terjadi adalah kista ovarium.5

2. Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan


Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna danorgan
reproduksi interna.
1. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulvayang mencakup
semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yangdimulai dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, klitoris, himen,vestibulum, kelenjar bartholini dan berbagai
kelenjar serta pembuluh
darah.

Gambar 3. Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.5


a. Mons veneris
Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang
kemaluan. Setelah pubertas, kulitmonsveneris tertutup oleh rambut ikal yang
membentukpola distribusi tertentu yaitu pada wanita berbentuksegitiga.
b. Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus kebawah dan bersatu
dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak,
dankelenjar keringat, bagian didalamnya tidak berambut danmengandung kelenjar
lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat hubungan
seks.
c. Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya
mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat
menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum
pada pria.
d. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.
e. Hymen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vaginaluar. Pada umumnya
hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang
dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim)
f. Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan – kiri dan bagian atas
oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum
terdapatmuara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan
kelenjar Skene.
g. Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengahvestibulum, 1 sampai 1,5
cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus uretra terletak di
dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
h. Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen,utuh tanpa robekan.
i. Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yangdilapisi membran
dari jenisepithelium bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Panjangvagina dari vestibulum sampai uterus adalah 7,5 cm.Bagian ini merupakan
penghubung antara introitus vaginadan uterus. Pada puncak vagina menonjol leher
rahim yangdisebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat – lipat disebut rugae.
Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui
secret uterusdan aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dansebagai jalan
lahir.
j. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangperineum kurang lebih 4 cm.
Jaringan utama yangmenopang perineum adalah diafragma pelvis danurogenital.

2. Alat Kelamin Dalam (Genetalian Interna)


Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalamdan tidak dapat
dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organgenetalia terdiri dari :

Gambar 4. Organ Interna Wanita.5


a. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul
kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung
kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat,sehingga bebas
untuk tumbuh dan berkembang saatkehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga,
denganbagian besarnya di atas. Dari bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament
menuju lipatan paha (kanalis inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi kearah
depan. Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan
untuk mendorong jalan lahir. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur.Pada pemeriksaan
kehamilan, perabaan fundus uteridapat memperkirakan usia kehamilan
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian iniberfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Ronggayang terdapat pada korpus uteri disebut kavum
uteriatau rongga rahim.
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebutporsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalisservikalis disebut ostium uteri internum.Lapisan – lapisan
uterus meliputi endometrium,myometrium, parametrium.

b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalankearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopimerupakan bagian yang paling sensitif
terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas).
Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proseskehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum,mempunyai fungsipenangkap ovum, tempat
terjadinyapembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempatpertumbuhan hasil
pembuahan sebelum mampumenanamkan diri pada lapisan dalam rahim.

c. Indung Telur (Ovarium)


Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dandigantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan kedinding panggul oleh ligamentum
infundibulopelvicum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling
utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

d. Parametrium (Penyangga Rahim)


Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan,yang
menghubungkanrahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya mengandung tuba
fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif tehadap infeksi
sehingga mengganggu fungsinya. Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada
dirongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentukdan ukuran rongga
panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini mempengaruhi
kemudahansuatu proses persalinan.5

3. Etiologi
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutamayang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpusluteum. Tetapi di
samping ituditemukan pula jenis yang merupakanneoplasma. Oleh karena itu kista
ovarium dibagi dalam 2 golongan:
1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai kematian
ovum disusul dengan degenerasi dari epitelfolikel. Pada masa ini tampaknya
sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi dengan cairan yang
banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk kedalam
rongga kista,sehingga terjadi suatu haematoma folikuler.
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vascularisasi. Bila perdarahan ini sangatbanyak jumlahnya, terjadilah corpus
luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.
Secara perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga
akhirnya tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat
yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam
jaringan-jaringan perut.

2. Neoplastik
a. Cystadenoma mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesaryang
pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyaibentuk bulat, ovoid
atau bentuk tidak teratur, dengan permukaanyang rata dan berwarna putih atau
putih kebiru-biruan.
b. Cystadenoma serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan denganmucinosum, tetapi
ukurannya jarangsampai besar sekali. Dindingluarnya dapat menyerupai kista
mucinosum. Pada umumnya kistaini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephitelium).
c. Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialahbahwa tumor
ini bersifat kistik,jinak dan elemen yang menonjolialah eksodermal. Sel-selnya
pada tumor ini sudah matang. Kista inijarang mencapai ukuran yang besar.
Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada salah satu
pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat
penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh
yang bersifat diuretik.
5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina.5
d. Kista polikistik ovarium
Karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.
Besarnya terjadi setiap bulan, ovarium akan membesar karena bertumbuknya
kista ini.
4. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
1. Akibat pertumbuhan,
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung
kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih
besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada
tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itusendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik
yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang
banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa
sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kistadermoid
cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
d. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibattrauma,
seperti jatuh ataupukulan pada perut dan lebih sering padasaat persetubuhan.
Jika robekan kista disertaihemoragi yangtimbul secara akut, maka perdarahan
bebas berlangsung ke uteruske dalamrongga peritoneum dan menimbulkan
rasa nyeri terusmenerus disertai tanda – tanda abdomenakut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopisyang
seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanyaasites dalam hal
ini mencurigakan.5

Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri
atas sel – sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan
lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material
sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Kista dermoid
hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipe lainnya dapat
terjadi dan pengobatannya tergantung pada tipenya.6

5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang-kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama hubungan seksual
3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ tubuh lainnya
sudah terkena.
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasiatau diare,
obstruksi usus dan asietas.
BAB III
TORSI KISTA OVARIUM

Pada kasus torsi, umumnya ovarium dan tuba falopii berputar mengelilingi ligamen
latum sebagai sebuah unit tunggal. Namun terkadang, hanya ovarium yang berputar
mengeliling mesovarium ataupun tuba falopi mengeliling mesosalfing. Torsio bisa terjadi
pada jaringan adneksa normal, namun dalam 50-80% kasus ditemukan massa ovarium
unilateral.3 Singkatnya, torsio kista ovarium merupakan kondisi terputarnya ligamen yang
menyokong dan memvaskularisasi ovarium atau tuba falopi atau keduanya.

Insiden torsi adneksa paling sering terjadi pada usia reproduksi. Hibbard et al (1985)
menemukan bahwa 70% kasus torsi terjadi pada wanita usia 20-39 tahun. Sebagian kasus
torsio juga terjadi pada masa kehamilan dan kasus ini merupakan 20-25% dari seluruh kasus
torsio.3

Massa adneksa dengan mobilitas yang meningkat memiliki risiko terjadinya torsio lebih
tinggi. Ligamentum uteroovarian membuat sel mesovarium terlalu banyak atau tuba falopi
dan dapat meningkatkan risiko meskipun pada adneksa normal. Begitu pula, pembesaran
patologis ovarium dengan diameter >6 cm biasanya akan membuatnya naik dari rongga
pelvis. Tanpa gangguan ini, risiko mobilitas dan torsi meningkat. Dengan demikian, tingkat
tertinggi dari torsio massa adneksa ialah berukuran 8-10 cm. Torsi adneksa lebih sering
melibatkan adneksa kanan, kemungkinan pertama karena ligamentum uteroovari lebih
panjang dan kedua karena mobilitas dari ovarium kiri terbatas dikarenakan adanya kolon
sigmoid.2,3

Ada dua poin kunci yang membantu dalam mempertahankan awal dari aliran darah ke
struktur adneksa yang terlibat meskipun terpluntir pada pedikel vaskularnya. Pertama,
adneksa mendapatkan suplai darah dari masing-masing cabang dari pembuluh darah uterus
dan ovarium. Selama terjadi torsi, salah satunya, tapi tidak yang lain mungkin terlibat. Kedua,
meski vena adneksa yang bertekanan rendah terkompresi oleh pedikel yang terpluntir, arteri
bertekanan tinggi dapat menahan kompresi tersebut. Hasilnya aliran darah tetap mengalir
tetapi tersumbat, adneksa menjadi kongesti dan edem tetapi tidak infark. Karena hal tersebut,
penanganan awal pada kasus torsi dapat dilakukan secara konservatif pada saat sebelum
operasi. Namun demikian, stroma yang terus menerus edem, arteri pun terkompresi yang
menyebabkan infark dan nekrosis yang membutuhkan adneksatomi. Torsi adneksa dapat
membesar dan menimbulkan perdarahan.3

Tabel 1. Faktor risiko yang berhubungan dengan torsi ovarium.2

Polikistik ovarium

Stimulasi ovarium

Kista folikular
1 Faktor Ovarium
Kista dermoid

Endometrioma

Kista adenoma serosa/musin

Ligasi tuba
2 Faktor Tuba Falopi
Kista paratuba

Kehamilan
3 Lain-Lain
Operasi abdomen sebelumnya

Gambar 5. Foto intraoperatif dari torsio adneksa. A. Terpluntirnya ligamentum


infudibulopelvikum mengakibatkan strangulasi pembuluh darah ovarium. B. Sianotik
ovarium dan tuba falopi.3
Gambar 6. Torsi adneksa kanan dengan tiga setengah putaran.2

1. ANAMNESIS
Pada umumnya, perempuan yang mengalami torsi kista ovarium akan datang
dengan keluhan utama nyeri akut abdomen. Oleh karena itu, keterangan-keterangan
mengenai karakteristik nyeri (lokasi, onset, migrasi, radiasi, kualitas, tingkat
keparahan, serta faktor yang memperberat atau memperingan nyeri) harus dapat digali
melalui proses anamnesis.7,8,9
Pasien torsio kista ovarium biasanya merasakan nyeri yang tajam di daerah
abdomen bagian bawah. Nyeri tersebut terlokalisir pada lokasi ovarium yang
mengalami gangguan dan terkadang dapat menjalar ke daerah pinggang dan paha
(nyeri referal/referred pain).3 Hal ini disebabkan karena serabut saraf viseral dari
ovarium memasuki tulang belakang di tingkatan yang sama dengan serabut saraf
somatik yang mempersarafi daerah pinggang dan paha, yaitu setingkat T9-T10.7,8,9
Onset nyeri terjadi mendadak dan mengalami perburukan secara intermitten
dalam beberapa jam.3 Onset nyeri biasanya muncul pada saat pasien mengangkat
beban berat, melakukan latihan fisik, maupun ketika berhubungan intim.8 Nyeri yang
ditimbulkan cukup berat sehingga terkadang digambarkan sebagai nyeri yang dapat
membangunkan pasien dari tidurnya. Nyeri dengan tingkat keparahan seperti ini
biasanya berhubungan dengan kasus torsio yang telah mengalami iskemia.3,7
Suatu torsio yang menyebabkan obstruksi tuba falopii juga dapat
menghasilkan nyeri kolik. Nyeri kolik pada dasarnya adalah suatu nyeri viseral dan
berhubungan dengan peregangan organ berongga (hollow organ) dalam rongga
abdomen. Nyeri kolik ini menghadirkan suatu gambaran awitan nyeri yang timbul
secara bergelombang.7
Selain nyeri, keluhan penyerta yang sering didapatkan pada pasien torsio kista
ovarium adalah gejala-gejala refleks autonom seperti mual dan muntah.8 Di samping
itu, kadang terdapat keluhan demam yang tidak begitu tinggi yang menandakan sudah
terjadinya proses nekrosis.3

2. PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisik kasus torsio, dari status generalis dapat ditemukan
tanda-tanda demam jika sudah terjadi proses nekrosis.3 Selain itu, bila nyeri yang
ditimbulkan sangat hebat, dapat timbul syok neurogenik yang bisa terlihat dari
perubahan tanda-tanda vital, seperti takikardia dan hipotensi.
Pada pemeriksaan status lokalis, dari pemeriksaan abdomen akan ditemukan
abdomen terasa sangat lembut, khususnya di daerah kista ovarium. Tanda paling
penting adalah ditemukannya massa intra abdomen. Namun, pemeriksaan di daerah
ini harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati agar kenyamanan pasien dapat
terjaga. Jika kista ovarium telah menyebabkan peradangan peritonuem, terkadang bisa
ditemukan tanda-tanda rangsang peritoneal, seperti nyeri tekan dan nyeri lepas.7,8
Pada pemeriksaan ginekologi, dari pemeriksaan panggul dan pemeriksaan
dalam vagina biasanya akan dapat ditemukan adanya massa dan rasa nyeri di daerah
ovarium yang mengalami torsio. Namun demikian, menurut beberapa hasil penelitian,
pemeriksaan panggul pada pasien dengan keluhan nyeri akut abdomen memiliki
tingkat spesifisitas dan sensitifitas yang rendah. Oleh karena itu, masih dibutuhkan
beberapa pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosa torsio kista ovarium dapat
ditegakkan.7,8

3. ULTRASONOGRAFI (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi juga memiliki peranan penting dalam evaluasi
pasien dengan persangkaan torsio. Namun demikian, tanda yang ditemukan pada
pemeriksaan sonografi dapat sangat bervariasi tergantung pada derajat gangguan
vaskuler, karakterisitik massa, serta ada atau tidaknya perdarahan adneksa. Pada
pemeriksaan sonografi, suatu kasus torsio dapat menyerupai gambaran kehamilan
ektopik, abses tubo-ovarium, kista ovarium hemoragik, dan endometrioma. Menurut
kepustakaan, tingkat keakuratan dignosa dengan pemeriksaan sonografi sekitar 50-75
persen.3,10
Beberapa gambaran spesifik kasus torsio ovarium yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan adalah ditemukannya gambaran folikel multipel mengelilingi sebuah
ovarium yang mengalami pembesaran memiliki tingkat keakuratan diagnosa sampai
64%. Tanda ini menggambarkan proses kongesti dan edema yang terjadi di ovarium.
Pedikulum yang terpelintir kemungkinan juga akan memberikan gambaran berupa
sebuah struktur bulat hiperekhoik dengan cincin hipoekhoik multipel yang tersusun
secara konsentrik ke bagian dalam.3,10

Gambar 7. Perkembangan ovarium.(A) Ovarium bayi baru lahir akan prominen dengan
makrosit (<9 mm) untuk stimulasi hormonal uterus. (B) Ovarium pada masa prepubertas
dengan ukuran yang akan meningkat setelah usia 6 tahun. (C) Setelah pubertas, terdapat
pembesaran stimulasi dengan berbagai gamabaran hormon selama menstruasi.10

Gambar 8. Perempuan usia 14 tahun dengan keluhan nyeri panggul akut.


Transabdominal ultrasonografi dilakukan. (A) Didapatkan pembesaran adneksa kiri
heterogen ovarium kiri dengan folikel perifer (tanda panah). (B) Color Doppler ovarium
kiri didapatkan aliran darah menrun/ vaskularisasi minimal yang menandakan adanya
torsi ovarium. (C) Pada adneksa kanan, ovarium kanan (tanda bintang) normal ukuran
dan echogenisitasnya. 10

Gambar 9. Perempuan usia 11 tahun dengan torsi ovarium kiri, pada rumah sakit
sebelumnya telah dilakukan CECT abdomen dan pelvis. Pencitraan koronal
menunjukkan pembesaran ovarium kiri (tanda bintang) dengan multipel folikel perifer
(tanda panah putih). (B) Ovarium kiri (tanda bintang) pada garis tengah, posterior,
superior, dan mengarah ke kanan uterus (tanda panah terputus). Cairan mengisi tuba
falopi (panah berkurva) juga tampak sampai pembesaran ovarium kiri. CECT, contrast-
enhanced computed tomography.10

Gambar 10. Pasien yang sama dengan gambar 7 dengan ultrasound dari pelvis yang
dilanjutkan dengan transabdominal pelvic ultrasonografi. (A) Potongan transversal dan (B)
potongan longitudinal dari ovarium kiri yang membesar dan edema (tanda bintang) dengan
multipel folikel perifer (tanda panah putih). Pada pencitraan longitudinal didapatkan tuba
falopi kiri berdilatasi (tanda panah terputus) yang tampak pada inferior ovarium. (C)
Pemeriksaan Color Doppler menunjukkan ovarium kiri membesar tanpa adanya
vaskularisasi.10

Gambar 11. Seorang perempuan usia 11 tahun dengan nyeri panggul kanan akut ke torsi
ovarium kanan sekunder menjadi kista paratubal. (A) CT Scan abdomen dan pelvis dilakukan
karena kecurigaan terhadap apendisitis. Potongan koronal didapatkan massa kista lobular
(kepala panah) dari adneksa. Hal ini berhubungan dengan massa uterus (tanda panah) dan
vesika urinaria (tanda bintang). Apendiks normal (tidak tampak). (B) Pada adneksa kanan
didapatkan kista (tanda panah) dan massa solid (tanda kepala panah). Ovarium kiri normal
dan tervisualsiasi (tidak tampak).Foto intraoperatif membuktikan kista paratubal kanan (tanda
bintang) dengan tuba falopi dan fimbriae yang nekrotik (tanda kepala panah) dan torsi
ovarium kanan (tanda panah).10

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA


Keluhan nyeri yang dialami oleh pasien pada kasus torsio kista ovarium, khususnya
pada kasus yang telah mengalami iskemia, memiliki persamaan dengan keluhan yang terjadi
pada kasus-kasus kehamilan ektopik. Oleh karena itu, pada pasien yang datang dengan
keluhan tersebut dianjurkan untuk dilakukan tes kehamilan agar dugaan kehamilan ektopik
dapat disingkirkan.7 Pemeriksaan laboratorium lainnya ialah darah rutin, urinalisa, kultur
discharge dari serviks atau vagina (untuk menyingkirkan diagnosis Pelvic Inflamatory
Disease). Penanda serum Interleukin-6 (IL-6) juga dihubungkan dengan kejadian torsi
ovarium, kemudian penanda tumor CA125, serum alpha-fetoprotein (AFP),
carcinoembryonic antigen (CEA) untuk mengetahui tumor mengarah keganasan atau
tidak.3,8,11
Selain itu, pemeriksaan Transvaginal Color Doppler Sonography (TV-CDS) bisa
menambahkan informasi penting dalam evaluasi klinis kasus torsio. Umumnya, melalui
pemeriksaan ini akan dapat ditemukan gangguan pada aliran darah normal adneksa. Pada
sebagian besar kasus tidak ditemukan gambaran aliran darah vena intraovarium. Seiring
dengan perjalanan kasus torsio, maka aliran darah arteri selanjutnya juga akan mengalami
penurunan. Namun demikian, meski memiliki angka keakuratan yang tinggi bagi sebagian
besar kasus, kasus torsio adneksa inkomplit atau intermitten dapat memberikan gambaran
masih adanya aliran vena maupun arteri. Oleh karena itu, torsio tidak dapat disingkirkan bila
hanya berdasarkan gambaran normal dari pemeriksaan Doppler.3,7,8

Gambar 12. Transvaginal Color Doppler Sonography dari ovarium yang didalamnya
terdapat kista folikular. Dinding halus dan hipoechoic.3

Pemeriksaan CT-Scan atau MRI kemungkinan juga dapat membantu untuk


kasus-kasus torsio inkomplit dan kronik serta pada kasus-kasus yang memiliki
presentasi klinis yang ambigu.7,8

5. PENATALAKSANAAN
Observasi
Pada perempan prepubertas dan usia reproduktif, kista ovarium yang sering
ditemukan ialah tipe kista ovarium fungsional dan akan mengecil perlahan-lahan
dalam waktu 6 bulan. Pada perempuan pasca menopaue dengan kista ovarium
sederhana hanya diobservasi apabila yang ditemukan: 1) kista unilokular, berdinding
tipis dengan sonografi, 2) Diameter kista <5 cm, 3) tidak ada pembesaran kista yang
signifikan, dan 4) kadar serum CA125 normal.3 Setelah terdiagnosis torsi kista
ovarium dan keadaan umum baik segera rujuk pasien ke dokter spesialis obstetri dan
ginekologi di Rumah Sakit terdekat.9,11

Pembedahan

Penanganan khusus pada perempuan hamil ialah:

 Pada torsi kista ovarium yang disertai nyeri perut dilakukan laparotomi.
 Pada kista ovarium asimptomatik:
- Bila kista berukuran <5 cm: tidak perlu dioperasi
- Bila kista berukuran 5-10 cm: lakukan observasi, jika menetap atau membesar
lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan (sebaiknya dilakukan di
antara usia 16-20 minggu)
- Bila kista berukuran >10 cm: dilakukan laparotomi pada trimester kedua
kehamilan
 Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap dan
dilakukan pengangkatan tumor (tanpa menghiraukan usia kehamilan). Bila
pengangkatan terpaksa dilakukan sebelum usia kehamilan 16 minggu, setelah
pengangkatan diberikan suntikan progestin sampai usia kehamilan melewati 16
minggu.7,8,11

Penanganan pada perempuan tidak hamil ialah:

 Baku emas penanganan torsi kista ovarium ialah laparoskopi


 Manajemen konservatif termasuk detorsi dengan atau tanpa kistektomi
merupakan alternatif
 Reseksi total tuba/ovari/keduanya dilakukan ketika jaringan telah gangren atau
curiga keganasan atau wanita yang telah cukup anak. 7,8,11
BAB IV
RUPTUR KISTA OVARIUM

Ruptur kista termasuk dalam salah satu komplikasi dari kista ovarium, yakni
terjadinya peristiwa pecahnya kantung kista yang berisi cairan atau darah.

Gambar 13. Salah satu kista ovarium (kiri) dan gambaran normal (kanan).

1. ANAMNESIS3,7,11
 Nyeri abdomen dapat timbul mendadak ataupun berkembang perlahan-lahan,
tergantung pada jenis kelainan, perdarahan bertahap atau perdarahan akut, ruptur
meendadak nyeri dapat terlokalisir pada salah satu kuadran atau menyeluruh pada
abdomen bagian bawah. Rasa iritasi peritoneum dengan cairan atau darah, rasa
nyeri cenderung konstan dan diperhebat oleh pergerakkan. Nyeri yang berkaitan
dengan rupturnya kista folikel biasanya membaik dalam beberapa jam.
 Mual dan muntah dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah timbulnya nyeri
mendadak.
 Riwayat menstruasi. Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid,
kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. Kelainan dapat terjadi pada
wanita hamil maupun tidak hamil. Perdarahan dari korpus luteum yang ruptur
terjadi kapan saja setelah ovulasi, termasuk pada awal kehamilan. Kemungkinan
ruptur endometrioma harus dipertimbangkan bila pasien mempunyai riwayat
dismenorhea sekunder yang terjadi selama siklus menstruai sebelumnya.
 Gejala akibat pertumbuhan tumor. Dapat terjadi gangguan miksi pada tumor
yang tidak seberapa besar tetapi yang terletak didepan uterus dan menekan
kandung kencing. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
obstipasi dan edema pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak
nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
 Gejala lainya berupa sinkope atau syok atau kedua-duanya yang memberi kesan
perdarahan intraperitoneum yang hebat ataupun suatu torsi akut. Sering miksi dan
defekasi menunjukkan iritasi peritoneum. Nyeri pundak memberi kesan iritasi
diafragma dari perdarahan yang hebat atau isi kista yang ruptur.
 Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinis
yang minimal. Jika perdarahannya banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista
yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
 Robekan dinding kista. Terjadi akibat trauma seperti jatuh, atau pukulan pada
perut, dan lebih sering pada persetubuhan. Jika kista mengandung cairan serus,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi apabila
disertai oleh perdarahan hemorhagi yang timbul akut, maka perdarahan dalam
rongga peritoneum menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda
abdomen akut. Robekan kistadenoma musinosum perlengketan dalam rongga
perut.

2. PEMERIKSAAN FISIK3,7,11
 Tanda Vital. Suhu biasanya normal atau sedikit meningkat, denyut nadi biasanya
cepat, tekanan darah dan pernafasan dalam batas normal, kecuali apabila terdapat
perdarahan intraperitoneum yang hebat sehingga menyebabkan gejala-gejala syok
hipovolemik.
 Pemeriksaan abdomen. Nyeri tekan unilateral pada kuadran bagian bawah dengan
atau tanpa nyeri lepas, rigiditas dan pergeseran memberi kesan adanya proses
terlokalisasi. Bising usus biasanya normal. Perdarahan yang lebih ekstensif atau
rupturnya isi kista menyebabkan peritonitis abdominalis bagian bawah yang
biasanya diserta oleh rigiditas, nyeri lepas, bising usus menurun atau negatif, dan
distensi abdomen. Jarang teraba massa lunak pada palpasi abdomen.
 Pemeriksaan pelvis. Ukuran uterus biasanya normal kecuali bila pasien hamil.
Apabila serviks digerakkan terdapat rasa nyeri. Daerah adneksa yang terkena
cenderung menjadi sangat lunak, dan pada perdarahan intraperitoneum suatu
massa diskret tidak dapat diidentifikasi. Apabila ditemukan suatu massa atau
tumor, diteliti sifat-sifatnya( besarnya, lokalisasi, permukaaan, konsistensi, dan
apakah dapat digerakkan atau tidak). Sering pasien mengalami nyeri tekan yang
sangat hebat sehingga pemeriksaan bimanual yang adekuat tidak mungkin
dilakukan kecuali pasien sudah diberikan analgesia sistemik atau bahkan
anestesia. Penonjolan dalam kavum Douglasi memberi kesan perdarahan
intraperitoneum yang ekstensif.

3. ULTRASONOGRAFI (USG)8,10
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor solid atau kistik,
dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Gambar 12. Perempuan usia 16 tahun dengan nyeri perut kanan bawah ditemukan ruptur kista
pada ovarium kanan. Transabdominal ultrasonografi apendiks dan pelvis telah dilakukan.
Apendiks tidak tervisualisasi, (A) Ovarium kanan terdemostrasi dengan gambaran lesi
anechoic sekitar ukuran 4 cm (tanda bintang kuning) dan terdapat ovarium kanan dengan area
hiperechoic (tanda panah merah). Parenkim normal ovarium (tanda kepala panah putih) pada
aspek superior dari lesi. (B) Pencitraan dengan doppler yang didapatkan kurangnya
vaskularisasi internal pada lesi; vaskularisasi terlihat di pinggir lesi (tanda panah putih).
Parenkim ovarium kanan terdemonstrasi vaskularisasinya normal (tanda panah terputus).10
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA3,7,11
 Foto Roentgen. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam
tumor. Foto abdomen tegak, terlentang, atau dekubitus lateral dapat menunjukkan
adanya cairan bebas intraperitoneum.
 Parasintesis. Pungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diingat bahwa tindakan tersebut mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk (bilakistabelumpecah).

5. PENATALAKSANAAN3,7,11
Perhatikan tanda-tanda vital. Sirkulasi, pernafasan, suhu. Cegah pasien jangan
sampai jatuh dalam keadaan syok. Waspada bila pasien tampak pucat, dingin, sesak
napas atau perut kembung.
1. Bebaskan jalan napas, dengan tujuan untuk menjaga agar tidak terjadi hipoksia.
2. Pantau pernafasan. Bila pasien sesak berikan O2 4-8 liter.
3. Periksa sirkulasi. Dapat ditemukan takikardi, bradikardi, dan ireguler. Pada
pasien hipotensi segera pasang infus untuk mengembalikan volume sirkulasi. Jika
pasien nampak kondisinya agak berat cairan koloid lebih dipilih dibandingkan
kristaloid.
4. Berikan obat-obatan simptomatik. Jika pasien nyeri berikan analgetik, bila
kembung bisa diberikan ranitidin dan bila mual muntah dapat diberikan
metoclopramide atau domperidone.
5. Siapkan alur transportasi rujukan. Dampingi dengan petugas. Bila perjalanan jauh
maka siapkan peralatan untuk intubasi dan obat-obat emergensi. Pantau secara
berkala airway, breathing, sirkulasi.
6. Sebelum berangkat hubungi pusat rujukan terlebih dahulu agar dapat
mempersiapkan peralatan, petugas dan obat – obatan.
Operatif/pembedahan

 Baku emas penanganan ruptur kista ovarium ialah laparoskopi


 Reseksi total tuba/ovari/keduanya dilakukan ketika jaringan telah gangren atau
curiga keganasan atau wanita yang telah cukup anak. 7
DAFTAR PUSTAKA

1. Organization of women’s health care. 2017. Frequently Asked Questions: Ovarian


Cysts. The American College of Obstetricians and Gynecologists.

2. Jain, N., et al. 2016. Adnexal torsion-symptoms, diagnosis and management: a review
of literature. India: International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics
and Gynecology.

3. Hoffman, BL. 2016. Pelvic Mass. In: Schorge, JO et al (Editors). Williams


Gynecology. Section 1. Chapter 9. New York: The McGraw-Hill Companies.

4. Ugwumadu, A. 2014. Basic Science For Obstetrics and Gynaecology. London:


Oxford University Press.

5. Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3 Cetakan pertama. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

6. Padubidri, and Shiris. 2015. Howkin and Bourne: Shaw’s Textbook of Gynaecology
16th edition. New Delhi: Elsevier.

7. Growdon, WB & Laufer, MR. 2011. “Ovarian and fallopian tube torsion”. Dapat
diakses pada alamat
http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?15/27/15793?view=pr
int.

8. Schaider, JJ., et al. 2015. Rosen & Barkin’s 5-Minte Emergency Medicine Consult
5th Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.

9. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan.

10. Naffaa, L, et al. 2017. Imaging of Acute Pelvic Pain in Girls: Ovarian Torsion and
Beyond. Current Problems in Diagnostic Radiology. Elsevier.

11. Organization of women’s health care. 2016. Practice Bulletin Number 174:
Evaluation and Management of Adnexal Masses. The American College of
Obstetricians and Gynecologists.

Anda mungkin juga menyukai