Arahan
Baca kasus dibawah ini secara seksama dan pahami dengan baik, kemudian jawablah
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
Studi kasus
Ibu Benedikta Buarleling, PG, usia 16 th, hamil 30 minggu dan telah melakukan kunjungan
ke klinik antenatal di Puskesmas Waena sebanyak 3 kali. Pada 3 kali ANC, kehamilannya
normal, dan pada kunjungan ke empat (kehamilan 31 minggu) tekanan darahnya 140 / 90
mmHg, tidak ada proteinuria, denyut jantung janin normal, fetus aktif dan besarnya uterus
sesuai dengan usia kehamilan. Pada usia kehamilan 32 minggu, ibu Benedikta di rujuk ke
RSUD Jayapura untuk mendapatkan asuhan kehamilan yang sesuai bagi kehamilan dengan
hipertensi.
Keadaan Umum:
Kondisi ibu baik dan dapat mengunjungi RSUD Jayapura dengan ditemani ibu
mertuanya. Tekanan darah 130 / 90 mmHg dan proteinuria 1+, tidak didapatkan gejala-
gejala yang mengarah ke preeklampsia berat (pusing, gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium, hiper refleksia atau edema paru). Janin aktif dan denyut jantung janin
normal. Tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan.
Evaluasi
Ibu Benedikta mengunjungi klinik antenatal sebanyak 2 kali setiap minggu sesuai dengan
perjanjian. Tekanan darah tetap sama, proteinuria 1+, dan pertumbuhan janin normal. Pada
usia kehamilan 35 minggu, tekanan darah meningkat menjadi 150/110 mmHg, proteinuria
2+, dan timbul sefalgia berat. Sejak 3 hari yang lalu, ibu Benedikta merasakan nyeri di
daerah epigastrium, tetapi sampai saat ini ia merasa baik-baik saja. Namun karena merasa
agak sesak nafas, ia menginginkan kunjungan ini 1 kali seminggu saja.
6. Berdasarkan temuan tersebut diatas, apa yang anda rencanakan untuk tindak lanjut dan
mengapa?
Ibu Benedikta masuk ke tahap preeklampsia berat pada kehamilan 35 minggu dan
ini terlihat dari naiknya diatolik dan timbulnya gejala sentral (sefalgia berat)
danorgan (nyeri epigastrium dan kemungkinan edema paru). Soal proteinuria
yang positif dua, sepertinya pemeriksaan kualitatif ini adalah false negatif dan
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan kuantitatif proteinuria 24 jam.
Dengan naiknya gradasi PER menjadi PEB maka ibu Benedikta ditatalaksana
sebagai PEB dengan terapi inisial MgSO4 4 G i.v. dan dilanjutkan dengan terapi
pemeliharaan 1 G/jam melalui infus. Disiapkan untuk induksi dan persiapan untuk
tindakan operatif apabila dalam 24 jam setelah dosis awal MgSO4 tidak dapat
lahir per vaginam.
Lakukan pengawasan ketat terhadap dosis nifedipine dan diastolik, tekanan darah
(sistolik) dan tanda-tanda vital lainnya, induksi oksitosin, terapi MgSO4, DJJ, urin
output, refleks patela, frekuensi pernapasan, dan kemungkinan terjadinya gawat-
janin.
Lakukan proses informed choice dan informed consent bagi penatalaksanaan PEB
yang mungkin akan diselesaikan per vaginam atau per abdominam.
Bila terjadi gawat-janin, segera terminasi perabdominam. Siapkan tim neonatal
untuk tindakan resusitasi-stabilisasi dan asuhan lanjut neonatal.
Persalinan per vaginam dianjurkan untuk persalinan berbantu (assisted labor)
dengan tindakan ekstraksi vakum atau forseps.
Terapi MgSO4 diberikan hingga 24 jam pascapersalinan atau setelah kejang
terakhir. Asuhan lanjutan diberikan sesuai dengan kondisi pascapersalinan ibu
Benedikta
KEPUSTAKAAN