Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 0
PENDAHULUAN
Topik ini akan memberikan pedoman tentang penanganan kasus kegawat daruratan pada
ibu hamil dengan PEB/Eklamsi yang merupakan penyebab kematian ibu di Indonesia
tertinggi selain pendarahan dan infeksi. Kejadian kematian ibu sangat ditentukan dari
kualitas pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan dalam hal ini oleh Bidan, 0leh
karena itu diperlukan adanya pedoman praktis bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu.
Penatalaksanaan kasus kegawat daruratan diperlukan standar atau pedoman agar bidan
dapat memberikan asuhan dengan tepat dan sesuai dengan kewenangannya yang
tertuang dalam Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 yang mengatur praktik bidan.
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia
berat, dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan,
merujuk ibu dan / melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang tepat
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul ini peserta dapat :
1. Memahami pengkajian untuk mendeteksi dini kasus kegawat daruratan pada ibu
hamil dengan Preeklampsia/Eklamsi sesuai dengan standar
2. Memahami penatalaksanaan kasus kegawat daruratan pada ibu hamil dengan
Preeklampsia/Eklamsi sesuai dengan standar
MATERI
Definisi
Untuk menentukan diagnosis jika ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg)
pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau
protein urin 24 jam.
Faktor predisposisi
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 1
Kehamilan kembar
Penyakit trofoblas
Hidramnion
Diabetes melitus
Gangguan vaskuler plasenta
Faktor herediter
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Obesitas sebelum hamil
Hipertensi Kronik
Hipertensi Kronik Hipertensi Kehamilan < 20 minggu
Superimposed Preeklampsia Hipertensi kronik Proteinuria dan tanda lain
dari preeklampsia
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi Tekanan diastolik = 90 Proteinuria (-)
mmHg atau kenaikan 15 Kehamilan > 20 minggu
mmHg dalam dua
pengukuran berjarak 1 jam
Preeklampsia ringan Idem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 Proteinuria 2+
mmHg Hiperrefleksia
Gangguan Penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang
1. HIPERTENSI KRONIK
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah
persalinan
Diagnosis
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 2
Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada
usia kehamilan <20 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak implantasi,
sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan sindroma inflamasi.
Tatalaksana
1. Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalandan anjurkan istirahat
lebih banyak.
2. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu,
jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia
3. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat,
rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan
4. Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu perfusi
serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki
keadaan janin dan ibu.
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, berikan
penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya
kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan
pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya mengenai
jenis antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi
Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
5. Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
6. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
7. Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
8. Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani seperti
gawat janin.
9. Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 3
Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
a. Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan20
minggu)
b. Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000sel/uL
pada usia kehamilan > 20 minggu
Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang
setelah persalinan
Diagnosis
Tatalaksana
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiapminggu.
2. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
3. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
4. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
5. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 4
Preeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia Ringan
Tatalaksana
Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan:
1. Diet biasa
2. Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
3. Tidak memerlukan pengobatan
4. Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
jantung atau gagal ginjal akut
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat, periksa ulang
2 kali seminggu. jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
Preeklampsia Berat
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 5
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Eklampsia
Tatalaksana
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Pengelolaan umum
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
antara 90-100 mmHg, pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16
atau lebih , Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload, Infus
cairan dipertahankan 1.5 - 2 liter/24 jam
Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Pengelolaan kejang:
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 6
Beri obat anti kejang (anti konvulsan), MgSO4 diberikan secara intravena kepada
ibu dengan eklampsia (sebagaitatalaksana kejang) dan preeklampsia berat
(sebagai pencegahan kejang).
Berikan Oksigen 4-6 liter/menit
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu keruang ICU (bila
tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilatortekanan positif.
Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya
depresi neonatal.
Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkandalam 500 ml larutan
Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikansecara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam, dandiulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang
berakhir(bila eklampsia)
CATATAN
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 7
Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkanrefleks tendon
patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5ml/kg BB/jam), segera
hentikan pemberian MgSO4.
Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan10%) bolus
dalam 10 menit.
Selama ibu dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk, pantau dannilai adanya
perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia,lakukan penilaian awal dan
tatalaksana kegawatdaruratan. Berikankembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20
menit). Bila setelah pemberianMgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkanpemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34dan
37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidakterdapat
hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawatjanin.
Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm,
persalinan dini dianjurkan.
Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringanyang sudah
aterm, induksi persalinan dianjurkan.
Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat dari pembatasan aktivitas (istirahat di
rumah), pembatasan asupan garam, dan pemberian vitamin C dan E dosis tinggi.
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 8
Gambar 1. Klasifikasi diagnostik Hipertensi dalam kehamilan
DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit untuk
membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tangani
sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga terdapat
proteinuria
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral, trauma kepala,
penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme
(asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria dan lain-lain
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 9
KOMPLIKASI
Iskemia uteroplasenter
Pertumbuhan janin terhambat
Kematian janin
Persalinan prematur
Solusio plasenta
Spasme arteriolar
Perdarahan serebral
Gagal jantung, ginjal dan hati
Ablasio retina
Thromboemboli
Gangguan pembekuan darah
Buta kortikal
Kejang dan koma
Trauma karena kejang
Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
Edema paru
Infeksi saluran kemih
Kelebihan cairan
Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik
CATATAN
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah
hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena
kehamilan belum sepenuhnya terbukti
Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.
Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru
PERSALINAN
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 10
Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
Lakukan pemantauan jumlah urin
REFERENSI
1. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan, Pedoman bagi tenaga Kesehatan. WHO, IBI: Jakarta; 2013.
2. Saifuddin AB, Gulardi HW, Biran A, Djoko W. Buku Panduan Praktis: Jakarta;
2002.
Sesi IV-V – Deteksi Dini Kegawatdaruratan Dalam Asuhan Kehamilan dan Persalinan pada Kasus Pre Eklamsi Berat (PEB) | 11