Anda di halaman 1dari 4

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi tiga jenis yaitu hipertensi gestasional,
pre-eklampsia, dan eklampsia. Ketiga jenis hipertensi kehamilan ini merupakan bagian
yang berurutan, sesuai dengan tingkat keparahan.

Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah mencapai140/90


mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami
proteinuria. Hipertensi gestasional yang memberat akan menyebabkan terjadinya pre-
eklampsia.

Pre-eklampsia adalah sindromspesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi


organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel disertai dengan adanya kombinasi antara
hipertensi danproteinuria yang nyata selama kehamilan. Bila pre-eklampsia tidak segera
ditangani dengan baik, akan menimbulkan stadium pre-eklampsia berat yang akhirnya
mengakibatkan eklampsia.

Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeklampsia


yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain (Roeshadi, 2006).

Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan vasospasme daniskemia dalam


pembuluh darah ibu. Pada hipertensi gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang
bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan afterload jantung. Hal ini akan
semakin parah bila mencapai tahap pre-eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi
perifer akibat vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada penurunan mencolok curah
jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusiutero-plasenta
dan mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada kematian janin
(Rambulangi, 2003 , Utama, 2009).

Gejala dan tanda untuk masing-masing tipe hipertensi kehamilan hampir


mempunyai gambaran yang sama, terutama pada keluhan nyeri kepala dan epigastrium.
Pada hipertensi gestasional, dapat dikenali adanya nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan
peningkatan tekanan darah yang nyata. Pre-eklampsia berat ditegakkan dengan adanya
ekskresi protein urin dalam 24 jam sebesar 2 gram atau lebih, dan proteinuria 2+ atau lebih
yang menetap. Sedangkan pre-eklampsia ringan ditemukan proteinuria 1+ atau tidak ada
sama sekali, dan merupakan kelanjutan dari hipertensi gestasional (Utama, 2009).
1. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90


mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada
ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein
urin 24 jam dan tentukan diagnosis.

1. Faktor predisposisi

a. Kehamilan kembar

b. Penyakit trofoblas

c. Hidramnion

d. Diabetes melitus

e. Gangguan vaskuler plasenta

f. Faktor herediter

g. Riwayat preeklampsia sebelumnya

h. Obesitas sebelum hamil

A. HIPERTENSI KRONIK

1. Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap
setelah persalinan

2. Diagnosis

a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg

b. Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi
pada usia kehamilan <20 minggu

c. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)


3. Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

1) Anjurkan istirahat lebih banyak.

2) Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu


perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan
memperbaiki keadaan janin dan ibu.

3) Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan


terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut

4) Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi

5) Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan


superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia

6) Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan


penjelasan bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya
kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan
pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya
mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama kehamilan.

7) Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai


dari usia kehamilan 20 minggu

8) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.

9) Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.

10) Jika denyut jantung janin <100kali/menit atau >180 kali/menit, tangani
seperti gawat janin.

11) Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan


terminasi kehamilan.
B. HIPERTENSI GESTASIONAL

1. Definisi

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan


menghilang setelah persalinan

2. Diagnosis

a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg

b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu

c. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan
trombositopenia

e. Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan

3. Tatalaksana

a. Tatalaksana Umum

1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap
minggu.

2) Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.

3) Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,


rawat untuk penilaian kesehatan janin.

4) Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.

5) Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal

Anda mungkin juga menyukai