NAMA :
NIM :
Abstrak
Coronavirus diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit
yang telah menjadi wabah di seluruh dunia dan disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan
kondisi ini dalam kategori public health emergency
of international concern (PHEIC) dan juga menetapkan
sebagai sebuah pandemi.
Banyak uji klinis dilakukan untuk menemukan terapi
potensial dan efektif untuk COVID-19
COVID -19 Untuk membatasi durasi penyebaran virus, dibutuhkan pengobatan yang efektif
dan cepat untuk menangani penyakit ini. Di antara beberpa pilihan
Your obat untuk
Text Here
mengobati COVID-19,
Adalah penyakit yang telah
menjadi wabah di seluruh dunia Kedua obat tersebut ini terbukti
dan disebabkan oleh Severe memiliki aktivitas antivirus,
Acute RespiratorySyndrome Hydroxychloro kombinasi dari kedua obat
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) quine (HCQ) Azithromycin tersebut berperan sebagai terapi
(AZ) antiviral dan mencegah
29 Mei 2020 terjadinya infeksi berat yang
disebabkan oleh bakteri
5,7 juta kasus dan 350.000
Dalam laporan ini, kami menyajikan tiga kasus pasien COVID-19
kematian di lebih dari 200
yang menerima terapi kombinasi awal dengan HCQ dan AZ.
negara
PENDAHULUAN
“Stage Awal”
didefinisikan sebagai
pasien COVID-19 yang
sangat dicurigai (pasien
dalam pemantauan), tetapi
hasil kuantitatif dari
reverse transcription
polymerase chain reaction
(RT-PCR) dari usap
nasofaring belum
diperoleh.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
SPO2 : 90% RR : 36x/menit HR : 76x/menit TD : 130/80 mmHg
EKG
Kami melakukan RT-PCR
Menunjukkan irama sinus normal DIAGNOSIS untuk pengujian COVID-
dan memiliki interval qtc kurang
dari 500 ms (475 ms). Dugaan COVID-19 berat,
19 dengan swab
hipokalemia ringan, hiperglikemia, nasofaring
dan hipertensi primer
Pasien diobati dengan
hydroxychloroquine dan
azitromisin
Hydroxychloroquine Hari 1 : 400 mg per oral (PO) 2x/hari ; Hari ke 2- ke 5 : 200
mg 2x/hari
Azitromisin 500 mg PO/24 jam selama 5 hari
Komorbid : Candesartan 8 mg PO/24 jam, metformin 500 mg PO/24 jam, parasetamol
500 mg PO 3x/hari, KSR 1 tablet PO /24 jam, dan temulawak 1 tablet PO 3x/hari
Kebutuhan oksigen
Kami memutuskan untuk memulangkan pasien dengan mengedukasi protokol COVID-19 untuk mencegah
penularan, dan kami mengevaluasi satu minggu kemudian setelah keluar dari RS.
Selama evaluasi klinis pada satu minggu setelah keluar dari RS, pasien bebas dari tanda dan gejala apapun
Keluhan utama sesak napas sejak Sel darah putih (WBC) 5800 / ul,
tiga hari sebelum masuk rumah Neutrofil 69,2%
sakit, keluhan tambahan lainya Limfosit 20,3%
Monosit 3,8%
yaitu batuk, demam, dan
Hematokrit (HCT) 40%
hipogeusia. Pasien memiliki riwayat Hemoglobin (HB) 13,6 g / dl
kontak dengan pasien COVID-19 Trombosit (PLT) 180.000 / ul
beberapa hari sebelum masuk Kalium 3,8 mmol / L
rumah sakit Natrium 135 mmol
Klorida 95 mmol
PEMERIKSAAN FISIK Ureum 16 mg / dl
Kreatinin 0,74mg / dl
Tanda-tanda vital :
CRP Positif
TD : 118/78 mmHg SGOT 45u/L
HR : 110x/menit SGPT 40 u/l
RR : 22x/menit Analisis Gas Darah : pH 7,45, PCO2
T : 37,9oC 29,0 mmHg, cHCO3 19 mmol / l, dan
SpO2 : 97% nasal canule 3lpm PO2 98,7 mmHg.
Hari ke 3
Tidak ada demam dan sesak nafas, hanya batuk yang tersisa.
Hari ke 4
RT-PCR kedua dari usap nasofaring masih positif
Hari ke 11-12
Foto rontgen dada menunjukkan perbaikan dan g RT-PCR negatif
Kasus 3
Wan i ta, 30 tah u n
Anamnesis
Pasien juga mengeluhkan batuk dan sakit tenggorokan. Dia
memiliki kontak dekat dengan suaminya yang meninggal karena
COVID-19.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital Pemeriksaan
TD : 110/70 mmHg jantung dan paru
HR : 110x/menit dalam batas
RR : 20x/menit normal
T : 37,8oC
SpO2 : 98% Spontan
Hasil Laboratorium
- Leukosit 4300 u / L,
- Neutrofil 49,1%
- Limfosit 42,1%
- Monosit 8,6% - Trombosit 111000 u / l
- Hct 43,8% - CRP positif
- HB 15,0 g / dl - Imunoglobulin negatif
(ig) G dan M (igg / igm)
dari tes
EKG menunjukkan takikardia sinus (denyut jantung 122antibodi
x/menit)sars-cov-
2. ms).
dan memiliki interval QTc kurang dari 500 ms (390
Kasus 3
Hydroxychloroquine Hari 1 : 400 mg per oral (PO) 2x/hari ; Hari ke 2- ke 7 : 200 mg
2x/hari
Azitromisin Hari 1 : 500 mg PO/24 jam selama 6 hari.
Pengobatan Suportif
Paracetamol 500 mg PO 3x/hari, multivitamin (caviplex) satu tablet PO 2x/hari, temulawak 1
tablet PO 3x/hari, N-acetylcysteine (NAC) 200 mg PO 2x/hari, dan injeksi vitamin C 200
mg 3x/hari.
Hari ke 6 Hari ke 8
Tes CRP negatif EKG NORMAL
Gambar 1.
Pemeriksaan Xray
Thorax Pada Pasien 1
(A dan B) dan Pasien 2
(C dan D), pada saat
kedatangan (A and C)
dan setelah dilakukan
terapi (B and D)
Hydroxychloroquine Azitromisin
Hal ini dilakukan untuk menghindari perburukan klinis pasien, yang biasanya terjadi
pada hari kesepuluh dan dapat menyebabkan acute respiratory distress syndrome, yang
prognosisnya buruk, pada orang tua.
HCQ x AZ
pada hari ketiga hingga hari keenam tetap positif untuk SARS-CoV-2 setelah 4
Hasil ini tampaknya lebih unggul karena minggu (> 28 hari), menunjukkan replikasi
penelitian terbaru dari china menunjukkan virus yang berkepanjangan pada kelompok
bahwa durasi rata-rata penyebaran virus pasien tersebut (kelompok pasien >65 tahun).
pada pasien COVID-19 tanpa pengobatan
Dalam beberapa penelitian, khusus adalah 20 hari (bahkan 37 hari untuk Penelitian lebih lanjut tentang
durasi terlama) pengobatan ini harus dilakukan
ada kemungkinan toksisitas Penurunan cepat dari viral load adalah efek
untuk mengevaluasi efek ganda
dari kombinasi obat ini. sinergis dari kombinasi antara
hydroxychloroquine dan azithromycin. sebagai terapi antibakteri dan
Namun, dalam beberapa kasus Kombinasi obat ini memiliki peran positif untuk antivirus untuk COVID-19. Efek ini
kami, tidak ada toksisitas yang membatasi durasi pelepasan/penyebaran dapat menghilangkan infeksi,
virus yang nantinya dapat memperlambat sehingga mengurangi penularan
didapatkan epidemi virus untuk mencegah penyebaran
Penelitian ini menunjukkan bahwa deteksi dari
pandemi ini. Kemungkinan
prolonge RNA positif menjelaskan
keberadaan virus yang tidak dapat hidup, pengobatan ini menjadi strategi
meskipun demikian kami tidak dapat internasional untuk melawan
memastikan pada pasien kami karena COVID-19 harus dipertimbangkan.
kurangnya fasilitas kultur sel virus
Hydroxychloroquine
Obat yang relatif aman dengan
profil yang menjanjikan Keadaan overdosis ini dapat
melawan sars-cov-2. terjadi bila pemberian dosis
pada 20 mg / kg dan
berakibat fatal pada lebih
Hydroxychloroquine juga dari 30 mg / kg
memiliki efek toksik
EFEK OVERDOSIS
Kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin memiliki risiko
Mual, mengantuk, gangguan potensial untuk memicu perpanjangan QT pada gambaran EKG.
penglihatan, hipokalemia, kejang,
syok, dan kematian. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan untuk melakukan EKG
sebelum memulai pengobatan.
Sejak munculnya pandemi COVID-19,
diperlukan kebutuhan pengobatan yang cepat
mengobati secara efektif dan membatasi
durasi penyebaran virus.
Banyak uji klinis telah dilakukan untuk untuk
mencari terapi potensial untuk COVID-19.
Kami telah menunjukkan bahwa terapi
kombinasi awal dengan hydroxychloroquine
dan azithromycin menunjukkan respons
klinis dan virologi (pembersihan) yang baik
pada pasien COVID-19 kami, tanpa efek
samping yang dapat diamati.
Oleh karena itu, studi komprehensif lebih
lanjut sangat diperlukan untuk
mengeksplorasi peran pengobatan ini
terhadap COVID-19.
KESIMPULAN
Terima Kasih
Atas Perhatiannya