Anda di halaman 1dari 21

Referat

KONDILOMA AKUMINATA

Oleh :

Dinda Prastika Sari

19360239

Pembimbing :

dr. Satria Yanis, Sp. KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI

RSU HAJI MEDAN

2021
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan berkat-Nya referat yang berjudul “Kondiloma
Akuminata” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di
Departemen Dermatologi dan Venereologi RSU Haji Medan Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Satria
Yanis, Sp. KK atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih
baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma Akuminata adalah salah satu jenis penyakit menular


seksual (sexually transmitted disease). Infeksi Menular Seksual
(IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara,
termasuk Indonesia. IMS dapat mealui hubungan seksual (HUS), baik
secara genito – genital, oro – genital maupun ano – genital pada HUS
yang berlainan jenis atau sesama jenis. .1
Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang
disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV), paling
sering ditemukan di daerah genital dan jarang di selaput lendir. Sering
terkait dengan HPV 6 dan 11 dengan masa inkubasi 3 minggu sampai 8
bulan. Penyakit ini biasanya asimptomatik dan terdiri dari papilomatous
papula atau nodul pada perineum, genitalia dan anus. Ada dua bentuk
umum Kondiloma Akuminata, yaitu kondiloma akuminata dan

2
gigantea, yang dikenal sebagai tumor Buschke- Löwenstein.1
Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai
peluang 75% untuk terjadi kondiloma akuminata. Baik laki-laki maupun
perempuan rentan untuk terjadi infeksi.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kondiloma akuminata atau genetalia warts atau jengger ayam adalah
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh HPV tipe 6 atau 11 dengan kelainan
berupa tumor pada kulit dan mukosa, virus ini menyebabkan pertumbuhan
jaringan yang bertangkai dan permukaannya berjonjot, bersifat jinak, superficial di
daerah genital. Penyakit ini biasanya mengenai kulit dan permukaan mukosa
genetalia dan daerah perianal (Djuanda A, 2010)

2.2 Etiologi
Kondiloma akuminata diseabkan human papiloma virus (HPV), yaitu
virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan
tergolong dalam family Papovirus. HPV tersusun dari DNA untai ganda dengan
rata-rata berat molekul 5 x 106 dalton. Virus DNA ini muncul dalam bentuk
lingkaran tertutup dari DNA melalui kapsid ikosahedral yang tidak terselubung
(Djuanda A, 2010).

3
Dengan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih
dari 100 tipe HPV yang dapat menimbulkan kondiloma akuminata. Namun sekitar
30 jenis tipe ditularkan melalui hubungan seksual.tipe yang penah ditemui adalah
tipe 6,11,16,18,30,31,35,39,41,42,44,51,52 dan 55. HPV ini belum dapat
dibiakkan dalam kultur sel jadi penelitiannya sangat terbatas (Siregar, 2005).
Telah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu pada
genetalia dengan terjadinya karsinoma serviks. Berdasarkan kemungkinan
terjadinya displasi sel epitel dan keganasann , maka HPV dibagi menjadi HPV low
risk dan HPV high risk. HPV tipe 6 dan 11 paling sering ditemukan pada jenis
yang eksofilik dan pada dysplasia rendah. Sedangkan tipe 16 dan 18 serig
ditemukan pada displasi derajat tinggi dan pada keganasaan (Djuanda A, 2010).
2.3 Faktor resiko
a) Usia dan jenis kelamin
Pakar mengemukakan usia adalah faktor resiko independen pada
kondiloma akuminata, 80 % penderita kondiloma akuminata terjadi
pada usia 17-33 tahun, puncak usia menderita penyakit ini adalah usia
20-24 tahun. Pria rata-rata di usia 22 tahun bisa menderita kondiloma
akuminata dan wanita di usia 19 tahun. Pria dan wanita berbanding 1:
1,4

b) Status perkawinan dan kehamilan


Sesuai epidemiologi dan data statistic menunjukkan, perceraian, suami
istri tidak serumah, janda atau duda, dan belum nikah adalah paling
mudah menderita kondiloma akuminata, karena keadaan diatas mudah
terjadi perilaku seksual yang berisiko tinggi.
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa
kehamilan pertumbuhannya makin cepat dan jika pertumbuhannya
terlalu besar dapat menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul
perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga menimbulkan
kondiloma akuminata atau papilomatosis laring ( kutil pada saluran
nafas ) bayi baru lahir.
4
c) Kekebalan tubuh lemah
Kekebalan tubuh lemah terjadi pada penderita tumor ganas,
penggunaan kemoterapi imunosupresif dan penggunaan dexametason
(steroid) lama. Persentase menderita kondiloma akuminata serta
persentase kambuh juga tinggi dan jumlah kutil/warts pun bertambah
banyak.

d) Merokok dan minum alcohol


Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh dan persentase
menderita penyakit ini pun bertambah berdasarkan lama merokok dan
jumlah batang rokok perhari. Minum alcohol juga bisa menghambat
kekebalan tubuh.
e) Hubungan seksual yang tidak sehat
Berdasarkan penelitian menunjukkan penyebab terjadinya kondiloma
akuminata karena memiliki banyak pasangan sex berganti ganti dan
memiliki tingkat kekembuhan yang lebih tinggi dibandingkan yang
memiliki pasangan seksual tunggal.

f) Menderita penyakit lain


Terjadinya kondiloma akuminata ada hubungannya dengan penyakit
menular seksual laninnya misalnya Gonnore, AIDS. Menderita
kondiloma akuminata bisa menyebabkan penyakit menular seksual
lainnya, karena kemampuan tubuh melawan HPV sudah menurun.

2.4 Patogenesis
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3
bulan). HPV masuk ketubuh melalui mikrolesi pada kulit sehinga kondiloma
akuminata sering timbul pada daerah yang mengalami trauma pada saat hubungan
seksual. Ketika sel-sel epitel diinfeksi oleh HPV, sel-sel yang mengalami
transformasi tersebut berproliferasi dan berkembang menjadi bentuk warts/ kutil.
5
Di dalam inti beberapa sel di superficial warts terbentuk virus matur, ketika bentuk
tersebut terbuka maka sel epitel lainnya terinfeksi dan siklus ini berlanjut terus
(Valerie, 2012).
Replikasi HPV tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa .
Virus DNA dapat ditemukan pada lapisan paling bawah dari epitel. Protein kapsid
dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superficial sel-sel yang
berdeferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan sel basal, menyebabkan respon
radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV
yang masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan
mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak
adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan sampai setahun.
Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari host
menjadi infeksius dari struktur koilasis atipik dari kondiloma akuminata
berkembang. Lamanya inkubasi saja pertama kali terpapar virus ini sekitar 3
minggu sampai 8 bulan atau lebih lama. HPV yang masuk ke sel basla epidermis
ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di sekitar genetalia. Penumpukan nodul
merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan
terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena
pelepasan virus bersama epitel (Valerie, 2012)..
HPV yang masuk ke dalam epitel dapat menyebabkan respon radang yang
merangsang pelepasan mediator inglamasi yaitu histamine yang dapat
menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan
timbul implus elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke
thalamus dan dipersepsikan sehingga rasa gatal di korteks serebri. Pada wanita
yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi
mikroorganisme yang berbau, gatal, rasa terbakar sehingga membuat tidak
nyaman pada saat melakukan hubungan seksual (Valerie, 2012)..

2.5 Manifestasi klinis


Kebanyakan pasien kondiloma kauminata datang dengan keluhan ringan,
keluhan paling sering adalah ada benjolan atau terdapat lesi di perianal.
6
1. Gejala
Kebanyakan pasien hanya mengeluhkan adanya lesi yang dinyatakan tanpa
gejala. Jarang terdpat gejala seperti gatal, perdarahan, atau disparenuia. Tetapi
terkadang lesi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas, dan kadang
pruritus/gatal. Lesi yan besar dapat berdarah dan iritasi bila kontak dengan
pakaian atau selama hubungan seksual.

2. Tanda-tanda fisik
Kondiloma biasanya pada jaringan yang lembab pada area genitalia. Lesi
sering ditemukan di daerah yang mengalami trauma selama berhubungan seksual.
Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius,
gland penis muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita
ditemukan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang –kadang pada
porsio uteri. Terkdang dapat berkembag di mulut atau tenggorokan setelah kontak
seksual secara oral yang terinfeksi dari pasangannya.
Kondiloma akuminata memiliki bentuk yang sangat bervariasi dibagi
sesuai bentuk klinisnya yaitu: bentuk akuminata (cauliflower), bentuk papul,
bentuk datar (flat).
1. Bentuk akuminata
Bentuk ini sering ditemukan pada daerah lipatan dan daerah yang
lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot
seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih
besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering
ditemui pada wanita yang mengalami flour albus, wanita hamil atau
pada keadaan imunosupresif.

7
Gambar 2.1 kondiloma akuminata pada pria berbentuk cauliflower

8
2. Bentuk papul
Lesi ini biasanya terdapat pada daerah dengan keratinisasi sempurna,
seperti batang penis, vulva, daerah perianal, dan perineum.
Kelainannya berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin,
multiple dan tersebar.

Gambar 2.2 kondiloma akuminata pada wanita berbentuk papul

3. Bentuk datar (flat)


Secara klinis lesi bentuk ini tampak sebagai macula atau bahkan sama
sekali tidak tampak kelainan bila dilihat dengan mata telanjang (infeksi
subklinik). Kelainan ini baru tampak dengan tes asam asetat 3 %,
dalam hal ini kolposkopi dapat membantu menegakkan diagnosis.

Gambar 2.3 kondiloma akuminata pada wanita berbentuk datar

Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai bentuk klinis yang lain
yang diketahui berhubungan dengan keganasan pada genetalia. Yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein

9
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan
keganasan derajat rendah. Ini diketahui dengan ditemukan HPV
tipe 6 dan 11. Lokalisasi lesi yang paling sering adalah pada penis,
dan kadang-kadang pada vulva dan anus. Klinis tampak sebagai
kondiloma yang besar, bersifat invasive local dan tidak metastasis.
Secara histologist giant condyloma tidak berbeda dengan
konsiloma akuminata. Bentuk ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan.

Gambar 2.4 A.Exuberant exophytic tumor in the inguinal, scrotal,


perianal anad perineal. B.cutaneus graft aspect

2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan
dapat berkonfluen menjadi plakat. Adapaun lesi yang berbentuk
macula eritematosa dan lesi yang mirip leukopakia atau lesi
subklinis. Umunya lesi multiple dan kadang berpigmen. Berbeda
dengan kondiloma akuminata permukaan lesi papulosis ini
biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran
histopalogoginya mirip dengan penyakit bowen dengan inti
berkelompok sel raksasa diskeratotik dan sebagian miotik atipik.
Penyakit ini jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi
spontan.
Besar kecilnya kondiloma akuminata banyak dipengaruhi oleh faktor
predisposisi antara lain tidak disirkumsisi, vagina discharge, banyak berkeringat,
dan higienitas jelek.
10
Awalnya dalam berukuran kecil, sekitar 1-2 mm dari kulit dan bentuk ini
dapat bertahan selama infeksi.Kelainana berupa vegetasi yang bertangkai dan
berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman.
Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat
dilakukan percobaan jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah
menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak (Bakardzhiiev, 2012).
Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Buschke) yang
pernah dilaporkan dapat menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus
dilakukan biopsy. Sering terdapat di daerah gland penis dan daerah perianal.
Giant condyloma dari Buschke Lowesteins pertama kali ditemukan pada
tahun 1886 oleh Buschle dan lowestein tahun 1925 pada penis. Pertumbuhannya
sangat lambat, tumor verukosa dan mencapai ukuran besar. Beberapa penulis
menyebutkan bahwa etiologinya adalah HPV low risk yaitu tipe 6 dan 11.
Sementara yang lainnya melaporkan memunculkan HPV high risk onkogenik
yaitu tipe 16 dan 18. Faktor resikonya adalah kebersihan yang buruk, pasien yang
tidak disirkumsisi, seks bebas, iritasi kronik, imunosupresi karena infeksi virus
HIV (Bakardzhiiev, 2012).

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

- Partner seksual multiple dan usia coitus yang lebih muda merupakan
faktor risiko kondiloma akuminata.
- Umumnya 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual
dengan kondiloma akuminata , lesi dapat berkembang dalam waktu 3
bulan.
- Keluhan utama biasnya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau muncul
discharge, yang terlibat lebih dari 1 area, riwayat lesi multiple.
- Lesi pada mukosa oral, laring, atau trakea (tapi jarang) mungkin terjadi
karena kontak oral sex

11
- Riwayat hubungan seksual anal baik laki-laki maupun wanita dapat
meyebakan lesi pada perianal.
- Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi
disebabkan oleh kondiloma akuminata yang terdapat di MUE.
- Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi
- Pedarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama
kehamilan terjadi karena erupsi dari kondiloma.
2.6.2 Pemeriksaan fisik
- Erupsi popular single atau multiple dapat diobservasi. Erupsi mungkin
muncul mutiara, filiformis, kembang kol (cauliflower) atau plaquelike.
Semua ini dapat secara halus (terutama pada penis) , bentuk verukosa
atau lobular. Erupsi ini mungkin tidak berbahaya atau dapat menganggu
penampilan.
- Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat jugan
eritema atau hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam
bentuk,warna yang seperti melanoma atau keganasan.
- Kecenderungan pada gland penis pad pria dan daerah vulvovaginalis
dan serviks pada wanita.
- Lesi dapat terjadi di meatus uretra dan mukosa
- Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (seperti ulserasi, adenopati,
vesikel atau discharge)
- Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko
dari imunosupresi atau pada pasien dengan riwayat analsex.

2.6.3 Pemeriksaan penunjang


- Kolposkopi (stetoskop mikroskopik), hal ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi (sebagian besar) lesi pada serviks, dimana lebih baik
mengidentifikasi dengan menggunakan asam asetat.

12
- Biopsy, diindikasikan untuk lesi yang atipik, rekuren setelah terapi awal
berhasil, atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan risiko
tinggi neoplasma.

2.7 Diagnosis banding


2.7.1 Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama
degan warna kulit. Terutama terdapat pada anak-anak, tetapi juga pada dewasa
dan orang tua. Tempat predileksinya terutana pada ekstrimitas bagiasn
ekstensor, walopun penyebarannya dapat ke tubuh bagian lain termasuk ke
mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu
biasanya lentikular, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul
autinkolusi sepanjang goresan (fenomena kobher) (Valerie, 2012).

Gambar 2.5 Veruka Vulgaris et regio manus dextra

2.7.2 Kondiloma latum


Pada sifilis biasanya dengan permukaan rata dan ditemukan banyak
spiroceta pallidum dengan mikroskop lapang gelap.

Gambar 2.6 Kondiloma Latum/ kondiloma lata


13
2.7.3 Karsinoma sel skuamosa
Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah dan berbau.
Karsinoma sel skuamosa berasal dar sel epidermis yang mempunyai beberapa
tingkat kematangan, dapat intradermal, dapat pula bersifat invasive dan
bermetastasis jauh. Umur yang paling sering adalah 40-50 tahun decade (V-VI)
(Braga, 2012).

Gambar 2.7 Karsinoma sel skuamosa

2.7.4 Moluskum kontagiosum


Penyakit yang disebabkan pox virus, klinis berupa papul-papul, pada
permukaanna terdapat lekukan berisi massa yang mengandung badan
moluskum. Penyakit ini merupakan penyakit akibat hubungan seksual.
Trasmisinya melalui kontak kulit langsung, lokalisasi di daerah wajah, badan,
dan ekstrimitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genetalia
eksterna.

Gambar 2.8 Moluskum Kontagiosum et region genetalia

2.8 Penatalaksanaan

14
Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara umum
dapat dibedakan menjadi:

2.8.1 Kemoterapi
a. Podofilin,
Pertama kali direkomdasikan untuk pengobatan kondiloma akuminata
oleh Kaplan tahun 1942. Bahan ini adalah agen sitostatika /sitotoksik yang
berasal dari resin podofolium emodi dan peltatum podogolium yang
mengandung senyawa ligin biologis aktif, termasuk podofolik yang merupakan
komponen paling aktif terhadap kondiloma akuminata. Podofilin memiliki
keuntungan menjadi mudah digunakan dan sangat murah. Kulit disekitanya
diolesi dengan vaselin atau pasta untuk melindungi dan agar tidak iritasi. Jika
belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian
jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas
adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan nafas, dan keringat dingin
(Djuanda A, 2010).
Beberapa kelemahan, termasuk keterbatasan penggunaan dan toksisitas
sistemik. Podofilin harus dicuci setelah 6 jam karena sangat mengiritasi kulit
normal di sekitarnya dan menyebabkan reaksi local yang parah berupa
dermatitis, nekrosis dan jaringan parut (Djuanda A, 2010).

b. Bichloracetic acid atau trichloracetic acid


Bichloracetic acid adalah keratolitik kuat dan telah berhasil digunakan
untuk terapi kondiloma akuminata. Seperti podofilin, Bichloracetic acid juga
murah dan mudah digunakan. Namun, juga dapat menyebabkan iritasi kulit
local sering kali memerlukan kunjungan beberapa kali, umumnya pada interval
mingguan. Dalam sebuah studi Swedow dan Salvati Bichloracetic acid lebih
nyaman digunakan oleh pasien dan memiliki kemungkinan kekambuhan
minimal dibandingkan yang lain.mempunyai efek kustik dengan menimbulkan
koagulasi dan nekrosis pada jaringan superficial terutama pada bentuk
hiperkeratotik (Valerie, 2012)..
15
c. 5-flurourasil
Konsentrasinya antara 1-5 % dalam krim. Bersifat sebagai antimetabolit
yang dpat menganggu sintesis DNA, dipakai teruatama pada lesi di meatus
uretra. 5-flurourasil 1% digunakan 2 kali sehari secara periodic selama 2-6
minggu, dan krim 5 % digunakan 4 kali sehari secara periodic selama 10
minggu. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan
(Braga, 2012).

2.8.2 Terapi Bedah


a. Elektrokauterisasi
Elektrokauterisasi adalah cara yang efektif untuk menghancurkan
kondiloma akuminata di anus internal dan eksternal tetapi teknik ini
memerlukan anstesi local dan tergantung pada keterampilan operator untuk
mengontrol kedalaman dan lebar kauterisasi tersebut. Mengontrol
kedalaman luka penting untuk mencegah jaringan parut dan luka pada
sfingter ani yang mendasarinya. Luka bakar melingkar harus dihindari
untuk mencegahh stenosis ani. Jika penyakit ini sangat luas atau melingkar,
upaya-upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kontinuitas kulit
(Djuanda A, 2010).
b. Eksisi bedah
Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma
akuminata dengan tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan
elektrokauterisasi dianggap sebagai gold standar untuk pengobatan
kondiloma akuminata.
c. Bedah beku (N2, N2O cair)
Bedah beku adalah tindakan umum oleh dermatologist, berbahan
dara nitrogen atau CO2 cair, es beku kering penghancur kulit, penghancur
kulit untuk edema local, bertujuan untuk mencapai tujuan pengobatan.
Virus kondiloma akuminata menyebabkan terjadinya hyperplasia prostatic
jinak pada kulit dan membrane mukosa. Ini memiliki penbuluh darah kecil
dalam jumlah banyak, berproliferasi cepat. Metode ini menggunakan es
16
batu kering untuk menciptakan edema local derajat tinggi. Keuntungan
yang paling bagus adai bedah beku adalah hanya bersifat local tanpa
meninggalkan bekas.tingkat kebersilan sekitar 70 %. Tersedia dalam bentuk
semprot atau langsung. Dapat digunakan seminggu 2-3 kali. Indikasi bedah
beku lebih baik untuk wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah
(Braga, 2012).

2.8.3 Terapi laser


Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan
kondilomaakuminata pertama kali dilaporkan dilakukan tahun 1980 oleh
Baggdis. Sebuah tingkat keberhasilan secara keseluruhan bisa mencapai 88-95
%. Ini mirip dengan ektrokautersasi, namun ablasi laser memiliki tingkat
rekurensi tinggi dan menimbulkan nyeri setelah oprasi. Keuntungannya luka
cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut (Braga, 2012).

2.8.4 Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (IM atau Intralesi)dan topical
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU, im 3 kali seminggu
selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU im selama 6 minggu. Interferon
beta diberikan dengan dosis 2x106 unit im selama 10 hari berturut-turut (Braga,
2012).
Interferon tidak direkndasikan sebagai modalitas pengobatan utama.
Diproduksi secara alami oleh protein dengan antivirus, antitumor dan
imumomodulator actions (Djuanda A, 2010).

2.9 Komplikasi
- Transformasi keganasan pada pria dan wanita
- Penularan pada neonates
- Kondiloma akuminata yang berulang
- Precancer dan cancer

17
Pre malignan (vulva, anal, intra epithelia neoplasma) atau lesi invasive
pada vulva, anal dan kanker penis. Dapat muncul bersamaan dengan
kondiloma akuminata. Kondiloma Buschle papulosis adalah lesi coklat
kemerahan yang dihubungkan dengan tipe HPV onkogenik.

2.10 Prognosis
Walaupun sering residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya harus
dicari, kisalnya higienitas, adanya flour albus, atau pada pria karena belum
disirkumsisi.
Banyak pasien yang terus rekurensi. Tingkat kekambuhan yang lebih
dari 50 % setelah 1 tahun perlu dihubungkan dengan:
- Infeksi berulang dari kontak seksual
- Masa inkubasi yang panjang dari HIV
- Lokasi virus pada lapisan kulit superficial
- Virus yang persisten di kulit , folikel rambut
- Lesi yang dalam
- Lesi subklinik
- Anderlying imunosupresion
BAB III
KESIMPULAN

Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang disebabkan


oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV), paling sering ditemukan di daerah
genital dan jarang di selaput lendir. Penyakit ini biasanya asimptomatik dan terdiri dari
papilomatous papula atau nodul pada perineum, genitalia dan anus. Penyebaran virus ini
melalui kontak seksual. Pasien pernah ditugaskan selama 12 tahun (2001-2013) di
daerah Ambon dan Irian Jaya dan terdapat kerabat pasien yang terkena Penyakit
Menular Seksual (sifilis). Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan sosial pasien
yang menunjang terjadinya beberapa penyakit menular seksual. Sehingga terdapat
kemungkinan bahwa penyakit pasien dapat terjadi akibat penyakit menular seksual. Dan

18
penugasan hingga akhir tahun 2013 ini (sekitar 1 tahun yang lalu) merupakan waktu
dimana virus HPV melakukan inkubasi hingga timbulnya gejala pada pasien berupa
papul-papul yang terdapat pada bagian proksimal penis.

Adapun diagnosa banding untuk penyakit ini adalah moluskum kontangiosum,


veruka vulgaris, dan karsinoma sel skuamosa. Pada penyakit moluskum kontangiosum
gambaran klinis berupa papul miliar, dibagian tengahnya terdapat lekukan (delle) dan
berisi masa yang mengandung badan moluskum dan penyakit kulit ini akibat infeksi
virus pox. Pada veruka vulgaris terdapat gambaran klinis berupa vegetasi yang tidak
bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit dan biasanya
mengenai bagian tubuh selain organ genital. Sedangkan, pada karsinoma sel skuamosa
terdapat gambaran klinis berupa vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah,
dan berbau tidak sedap. Sehingga secara klinis kondiloma akuminta dapat ditegakkan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi bedah berupa elektrokauter,.
Elektrokauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma akuminata.
Sedangkan terapi medikamentosa yang diberikan adalah isoprinosin (Metisoprinol).
Isoprinosin digunakan sebagai imunodulator. Obat ini akan merangsang sel imun tubuh
untuk bekerja lebih aktif sehingga fungsi imun dapat meningkat dalam menghambat
proses infeksi oleh virus. Selain itu, pasien juga diberikan gentamisin. Gentamsin adalah
golongan aminoglikosida yang sensitif terhadap bakteri Gram negatif. Pemberian
antibiotik ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Prognosis pada pasien
ini adalah dubia ad bonam namun kejadian relaps pada penderita penyakit ini masih
tinggi sehingga prognosa ad sanationam pada pasien ini adalah dubia ad malam.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi


ke enam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.
2. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata.
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.
3. Lacey, Woodhall, Wikstrom, Ross. European Guideline for the
Management of Anogenital Warts. 2011: 130911.
4. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive
Review. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol
5:61.
5. Gearhart,Peter.Reference:Human-Papilloma-Virus.
http://emedicine.medscape.com/article/219110-overview
6. Braga, Stiepcich, Muller, Nadal, Valeria. Buschke-Loewenstein tumor:
Identification of HPV type 6 and 11. Anais Brasileiros de Dermatologia.
2012;87(1):131-134.
7. Wronski, Bocian. Surgical Excision of Extensive Anal condylomata is a Safe

20
Operation Without Risk of Anal Stenosis. Departement of General and
Vascular Surgery. 2012;66:153-157.
8. Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S. Buku Ajar
Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.h.165-
79.
9. Rosana Y. Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi infeksi menular seksual.
Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, editor. Infeksi Menular Seksual.
Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.53-5.
10. Murphy G. Kulit. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins Sl, editor.
Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007.h.893-4.

21

Anda mungkin juga menyukai