Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KONSEP TEORI DAN KONSEP ASKEP

DENGAN KONDILOMA AKUMINATA

Dosen Pengampu : Ns.Desi Ari MY, M.Kep. Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh: Kelompok 4

NamaAnggota :

1. Andry Agus Hermawan (2019206203005)


2. Indah Yulistiani (2019206203019)
3. M. Depi Setiawan (2019206203021)
4. Miftah Sabila Alfianti (2019206203023)
5. Putri Meiliana (2019206203030)
6. Siti Rohani (2019206203035)
7. Vega Nindi Larasati (2019206203036)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah konsep teori dan askep
keperawatan preklampsia pada ibu hamil ini dengan tepat waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dengan judul “MAKALAH KONSEP TEORI DAN KONSEP ASKEP
KONDILOMA AKUMINATA” diajukan sebagai salah satu tugas dalam menyelesaikan tugas
kelompok maternitas II program studi S1 Ilmu keperawatan.

Berdasarkan makalah ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok
yang sudah membantu laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari penulisan
maupun bahasa.Kritik dan saran dari pembaca sangan kami butuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini, terimakasih.

Pringsewu , april 2021


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Virus alami dari genital warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam,
kutil kelamin pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik
biologi molekuler, Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab
kondiloma akuminata.
Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum).
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala
penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran
cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa
berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan purulen pada belahan
– belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu, kuning pucat atau merah
muda.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga kol
atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok
yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada
berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang
rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks,
pada perineum atau disekitar anus.
Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar
multifocal dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya.
Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi
pada genitalia. Daerah tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria
dan daerah introitus posterior pada wanita.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi dari kondiloma akuminata ?
2. Apa etiologi dari kondiloma akuminata?
3. Bagaimana patofisiologi dari kondiloma akuminata?
4. Apa saja tanda dan gejala dari kondiloma akuminata ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kondiloma akuminata?
6. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada kondiloma akuminata?
7. Bagaimana penatalaksanaan kondiloma akuminata?
8. Bagaimana asuhan keperawatan ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari kondiloma akuminata
2. Mengetahui etiologi dari kondiloma akuminata
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari kondiloma akuminata
4. Mengetahui tanda dan gejala dari kondiloma akuminata
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari kondiloma akuminata
6. Mengetahui komplikasi apa saja dari kondiloma akuminata
7. Menegetahui penata laksanaan dari kondiloma akuminata
8. Mengetahun asuhan keperawatan dari kondiloma akuminata
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi kondiloma akuminata
Ada beberapa pengertian mengenai kondiloma, yaitu:
a. Menurut Ciuffo (1907) Kondiloma Akuminata adalah tumor pada genitalia yang bersifat
lunak seperti jengger ayam dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan jaringan yang
bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin).
b. Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus
Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan
mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.

c. Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh Human Papiloma Virus tipe tertentu,
bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Tipe HPV tertentu mempunyai potensi
onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. tipe ini merupakan jenis virus yang paling
sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada
kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.

d. Condyloma: pertumbuhan kutil di sekitar anus, vulva, atau glans penis. Ada tiga jenis
utama dari kondiloma, yang masing-masing menular seksual: kondiloma akuminata (kutil
sekitar vulva), kondiloma latum (bentuk sifilis sekunder), dan kondiloma subcutaneum
(juga dikenal sebagai moluskum kontagiosum).

2. Etiologi
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human
Papiloma Virus (HPV) yang spesifik merupakan DNA papovavirus yang bermultiplikasi di
nukleus dari sel epitel yang terinfeksi. Lebih dari 60 jenis Human Papilloma Virus (HPV)
yang telah diketahui dan lebih dari 20 jenis Human Papilloma Virus (HPV) menginfeksi
genitalia. Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6,11 yang paling sering, selain itu juga tipe 16,
18, 31, 33, bahkan tipe ini berkaitan erat dengan intra epithel neplasia dan squamous cell
carcinoma (SSC) yang invasive. Pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11
yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil
kelamin dengan kutil kulit namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis antara
keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasa juga mengalami
kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya
merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi
pada beberapa material kutil. Berganti-ganti pasangan seksual, dan hubungan seksual pada
usia dini merupakan faktor resiko kondiloma akuminata.
Beberapa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi :

1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang
(multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita
dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1%
mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam
rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang melibatkan wanita berusia
18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang berbeda
berpotensi untuk terinfeksi HPV.
2. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan
pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya kondiloma akuminata
masih menjadi perdebatan di dunia.
3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum jelas.
Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi HPV pada
seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara pengukuran HPV
DNA.
4. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan pertumbuhannya
makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat menghalangi lahirnya bayi dan
dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga menimbulkan kondiloma
akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada saluran nafas) pada bayi baru lahir.
Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina dan
serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya.
5. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal HIV).

3. Patofisiologi kondiloma akuminata


HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi
kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual. HPV yang
berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi
yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi
oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89
merupakan resiko tinggi.4,6
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel
skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel, namun
struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai dengan batas
yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars papilare pada dermis
memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada
waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana stratum korneum hanya
mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis. Koibeytes terpancar – pencar keluar dari
lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan sel skuamosa yang zona mature perinuclear
yang luas dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua
atau lebih nuklei/inti bisa terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel –
partikel virus pada suatu bagian nuklei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali
suatu efek sitopatik spesifik dari HPV.
Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk
melalui mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme Mengambil alih DNA
Merangsang
mediator kimia:
Bau, berwarna histamin
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa Bereplikasi


terbakar Menghantarkan pesan
gatal ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman Impuls elektronikimia
saat melakukan (gatal) sepanjang nervus ke
hubungan dorsal spinal cord Nodul kemerahan di
seksual sekitar genitalia
Gangguan Thalamus
pola fungsi
seksual Penumpukan nodul merah Gangguan
Korteks (intensitas) dan
membentuk seperti bunga citra diri
lokasi gatal
kol
dipersepsikan
Persepsi gatal Pecah/muncul lesi Gang. Integritas
kulit

Gangguan rasa
nyaman : Gatal Lesi terbuka,
terpajan
mikroorganisme
Pelepasan virus
bersama sel epitel

Resti
penularan

4. Bentuk-Bentuk Kondiloma Akuminata


Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:
1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan

permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih

besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada

wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas

terganggu.

2. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti

batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul

dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.

3. Bentuk datar (flat)

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak

tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam

hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

5. Tanda dan gejala kondiloma akuminata


Tanda dan gejala kondiloma secara umum adalah :
1. Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
2. Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
3. Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
4. Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
5. Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
6. Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
7. Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis.
8. Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi.
9. Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
10. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.
11. Kemerahan di sekitar alat kelamin.
12. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
13. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin .
14. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan
dengan menstruasi.
15. Kecil, pembengkakan daging berwarna atau abu-abu di daerah genital Anda.
16. Beberapa kutil berdekatan yang mengambil bentuk kembang kol.
17. Berbau busuk

6. Pemeriksaan penunjang kondiloma akuminata


1. Tes asam asetat

Salah satu cara diagnosis infeksi HPV dengan sensitivitas cukup baik, bahkan pada
beberapa lesi mungkin lebih baik dari pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan ini
terutama ditujukan untuk kondiloma akuminata dan infeksi HPV subklinis.

Cara pemeriksaan adalah dengan mengaplikasikan larutan asam asetat 3-5% pada
lesi, dengan menggunakan lidi kapas yang dioleskan ke daerah lesi, tunggu selama 5 —
10 menit akan nampak perubahan warna putih, hasil dapat dideteksi 1 menit setelah
aplikasi, tetapi kadang-kadang pada daerah perianal diperlukan waktu aplikasi yang lebih
lama yaitu sampai 15 menit.

Pemeriksaan acetowhite tidak spesifik untuk HPV, karena ada keadaan lain yang
memberi hasil positif palsu misalnya, inflamasi yang tidak spesifik, epitel dalam masa
penyembuhan setelah pengobatan dengan elektrodiatermi atau bedah beku dan epitel yang
mengalami trauma.

2. Kolposkopi

Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum


digunakansecara luas di bagian penyakit kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk
melihat lesikondiloma akuminata yang subklinis di alat genital dalam dan kadang-kadang
dilakukanbersama dengan tes asam asetat

Pemeriksaan kolposkopi biasanya dilakukan pada pasien dalam posisi lisotomi


yang cocok. Peralatan ditempatkan di meja instrumen di samping kanan tempat tidur.
Tekhnik dasar dan langkah-langkah tekhnik kolposkopi antara lain :

 Pemeriksaan dalam 
 Inspeksi vulva dan perianal
 Memasang spekulum
 Observasi secara klinis dan secara kolposkopi
 Tes asam asetat
 Identifikasi daerah transformasi
 Batas dalam dan batas luar lesi
 Kuretase endoserviks jika diperlukan
 Tentukan area yang dibiopsi, biopsi dan prosedur biopsi
 Hemostasis
 Mencatat penemuan kolposkopi

3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang
dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
4. Pap smear
Tes ini digunakan untuk mencari papillomatosis, acanthosis, kelainan koilocytic,
dan kelainan ringan lainnya.

5. Filter hibridisasi, in situ hibridisasi, dan reaksi berantai polimerase (Polymerase


Chain Reaction atau PCR)
Tes ini dapat digunakan untuk diagnosis dan mengetahui tipe HPV apa yang
menginfeksi.
6. Acetowhitening
kutil yang tanpa gejala atau tidak tampak dapat terlihat dengan membungkus penis
dengan kasa yang dibasahi dengan asam asetat 5% selama 5 menit. Dengan menggunakan
lensa tangan 10-X atau colposcope, kutil dapat terlihat seperti benjolan putih kecil.
7. Kolposkopi (stereoscopic microscopy)
pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengidentifikasi sebagian besar kutil pada
serviks dengan menggunakan asam asetat.
8. Biopsi
Biopsi diindikasikan untuk kutil yang abnormal, tumbuh kembali setelah
sebelumnya hilang, kutil yang resisten terhadap pengobatan, atau pada pasien dengan
risiko tinggi untuk neoplasia atau imunosupresi.

7. Komplikasi dari kondiloma akuminata


Komplikasi yang timbul pada penyakit kondiloma akuminata yaitu:
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
penyakit lain yaitu :
a. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Beberapa
melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus infeksi
KA selama 1 – 2 tahun. Risiko ini menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun dan
infeksi KA selama 2 – 3 tahun. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua
pada perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11 kematian
pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru
ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10.
b. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker genital
lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis
c. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV.
d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah dinding
vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada
janin secara tenggorokannya4,6.

8. Penatalaksanaan kondiloma akuminata


Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi
spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang
tampak dan bukan pemusnahan virus. Pemeriksaan adalah lesi yang muncul sebelum kanker
serviks adalah sangant penting bagi pasien wanit yang memiliki lesi klinis atau riwayat
kontak. Perhatian pada pribadi harus ditekankan karena kelembaban mendukung pertumbuhan
kutil
 Farmakologi

1. Kemoterapi
a. Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa
senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif
adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10 – 25
% dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah
tingtur podofilin 25 %, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar
tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat
diulangi setelah 3 hari, setiap kali pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan
diserap dan bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen
gangguan alat napas dan keringat kulit dingin. Pada wanita hamil sebaiknya jangan
diberikan karena dapat terjadi kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini
bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi perawaan untuk mencapai
kesembuhan klinis, sementara pasien – pasien yang lain menunjukkan respon yang
kecil dan jenis perawatan lain harus dipertimbangkan.8,15
b. Podofilytocin

Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5 %
dalam larutan eatnol. Ini merupakan agen anti mitotis dan tidak disarankan untuk
penggunaan pada masa kehamiolan atau menysui, jenis ini lebih aman dibandingkan
podophylin apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus – kasus keluhan yang
sesuai.

c. Asam Triklorasetik ( TCA )

Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil dengan konsentrasi
30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian harus sangat hati – hati karena
dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Bahan ini dapat digunakan pada masa
kehamilan.
d. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )

Cream 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra dan vulva
vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian dilakukan setiap hari sampai lesi hilang
dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal buakn hal yang tidak bisa.(12,13)
e. Interferon

Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan bagi


verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam perawatan
terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional
terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan rekombinasi telah
menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 870 – 80 % pada laporan – laporan
awal. Telah ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan
ablatif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan ( relapse rate ) dan lebih rendah.
Efek samping dari perlakuan inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu dan
neutropenia transien.
2. Terapi pembedahan
a. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )
Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi ) dengan kondisi anastesi lokal dapat
digunakan untuk pengobatan kutil yang resister terhadap perlakuan topikal
munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan metode ini.
b. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
3. Laser

Laser karbodioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil – kutil


yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai ketidak efektifan karbondioksida yang
dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut.
4. Terapi Kombinasi

Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil kelamin yang
membandel, contohnya kombinasi interferon dengan prosedur pembedahan, kombinasi
TCAA dengan podophylin, pembedahan dengan podophylin. Seseorang harus sangat
berhati – hati ketika menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan beberapa dari
perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang sangat serius.

9. Asuhan keperawatan dari kondiloma akuminata


A. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Riwayat keluarga

c. Status kesehatan

a) Status kesehatan saat ini

b) Status kesehatan masa lalu

c) Riwayat penyakit keluarga

d. Pola fungsi kesehatan Gordon

1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.

Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan

oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini

2. Pola istirahat dan tidur.

Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas

dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat

dari depresi yang dialami oleh wanita.


3. Pola eliminasi

Dapat terjadi disuria serta hematuria.

4. Pola nutrisi dan metabolik

Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat

terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta

pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami

penurunan nafsu makan.

5. Pola kognitif – perseptual

Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca

indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.

6. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit

kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu

etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.

7. Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan

latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=

dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).

Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang

berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah

terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya

dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.

8. Pola seksualitas dan reproduksi


Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien

menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa

nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta

adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang

berbau busuk dari vagina.

9. Pola manajemen koping stress

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen

koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita

dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres

yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan

dirinya sendiri.

10. Pola peran - hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.

Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita

dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang

terdekatnya karena itu akan mempe ngaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping

keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita

penyakit kanker vulva.

11. Pola keyakinan dan nilai

Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat

pendarahan

2. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva

4. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun

5. Ansietas b/d krisis situasional

6. Defisit perawatan diri b/d kelemahan

7. Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi

8. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit

9. Risiko cedera b/d kelemahan

10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)

C. Perencanaan

Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif

akibat pendarahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

keseimbangan volume cairan adekuat

Kriteria Hasil

1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Membran mukosa lembab

3. Turgor kulit baik (elastis)

4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )

5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat


NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk

volume darah yang keluar melalui penggantian cairan yang perlu

pendarahan diberikan sehingga dapat

mempertahankan volume sirkulasi

yang adekuat untuk transport

oksigen pada ibu dan janin.

2 Hindari trauma dan pemberian Mengurangi potensial terjadinya

tekanan berlebihan pada daerah yang peningkatan pendarahan dan

mengalami pendarahan trauma mekanis pada janin

3 Pantau status sirkulasi dan volume Kejadian perdarahan potensial

darah ibu kemungkinan menyebabkan

hipovolemia atau hipoksia

4 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, Menunjukkan keadekuatan

dan pengisian kapiler volume sirkulasi

6 Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna

pasien terhadap pendarahan, misalnya untuk mengukur berat / lamanya

kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, episode pendarahan.

berkeringat / penurunan kesadaran Memburuknya gejala dapat

menunjukkan berlanjutnya

pendarahan / tidak adekuatnya

penggantian cairan

7 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status

membran mukosa, dan perhatikan hidrasi / derajat kekurangan cairan


keluhan haus pada pasien

8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung

Berikan cairan IV sesuai indikasi pada derajat hipovolemia dan

lamanya pendarahan (akut /

kronis). Cairan IV juga digunakan

untuk mengencerkan obat

antineoplastik pada penderita

kanker.

9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk

Berikan transfusi darah (Hb, Hct) memperbaiki jumlah darah dalm

dan trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah

manifestasi anemia yang sering

terjadi pada penderita kanker.

Transfusi trombosit penting untuk

memaksimalkan mekanisme

pembekuan darah sehingga

pendarahan lanjutan dApat

diminimalisir.

10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk

Awasi pemeriksaan laboratorium, menentukan kebutuhan resusitasi

misalnya : Hb, Hct, sel darah merah cairan dan mengawasi keefektifan

terapi

Dx 2 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker

vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri

pasien berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil

1. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun

2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek

samping minimal

3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

i. Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)

ii. Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)

iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

iv. Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)

4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis

5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)

6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi

untuk mengontrol nyeri

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Lakukan pengkajian nyeri secara Membantu membedakan

komprehensif [catat keluhan, penyebab nyeri dan

lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan memberikan informasi

intensitas(skala 0-10) dan tindakan tentang kemajuan atau

penghilangan nyeri yang dilakukan] perbaikan penyakit,

terjadinya komplikasi dan

keefektifan intervensi.

2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan


mempengaruhi perubahan

padatanda - tanda vital

3 Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk

manajemen nyeri seperti teknik berpartisipasi secara aktif

relaksasi dan teknik distraksi, untuk mengontrol rasa nyeri

misalnyadengan mendengarkan yang dialami, serta

musik,membaca buku, dan sentuhan dapatmeningkatkan

terapeutik. koping pasien

4 Berikan posisi yang nyaman sesuai Memberikan rasa nyaman

kebutuhan pasien pada pasien, meningkatkan

relaksasi, dan membantu

pasien untuk memfokuskan

kembali perhatiannya.

5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas

dan rasa takut, sehingga

mengurangi

persepsi pasien akan

intensitas rasa sakit.

6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / Tujuan yang ingin dicapai

kontrol pada pasien melalui upaya kontrol adalah

kontrol nyeri yang maksimum

dengan pengaruh

/ efek samping yang

minimum pada pasien.


7 Tingkatkan tirah baring, bantulah Menurunkan gerakan yang

kebutuhan perawatan diri yang penting dapat meningkatkan nyeri

8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Nyeri adalah komplikasi

indikasi tersering dari kanker,

meskipun respon individual

terhadap nyeri berbeda- beda.

Pemberian analgetik dapat

mengurangi nyeri yang

dialami pasien

9 Kolaborasi untuk pengembangan Rencana manajemen nyeri

rencana manajemen nyeri dengan yang terorganisasi dapat

pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang mengembangkan kesempatan

terlibat pada pasien

untuk mengontrol nyeri yang

dialami. Terutama dengan

nyeri kronis, pasien dan orang

terdekat harus aktif menjadi

partisipan dalam manajemen

nyeri di rumah.

10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur Mungkin diperlukan untuk

tambahan, misalnya pemblokan pada mengontrol nyeri berat

saraf (kronis) yang tidak berespon

pada tindakan lain


Dx 3 : Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit

kanker vulva

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai

dengan kondisi fisiologis tubuhnya

Kriteria Hasil

1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang

dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya

2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan

hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Dengarkan pernyataan pasien / Masalah seksualitas seringkali

orang terdekat menjadi masalah yang tersembunyi,

yang seringkali diungkapkan

sebagai humor / melalui pernyataan

yang tidak gamblang

2 Informasikan pada pasien tentang Pedoman antisipasi dapat membantu

efek dari proses penyakit kanker pasien dan orang terdekat untuk

serviks yang dialaminya terhadap memulai proses adaptasi pada

fungsi seksualitasnya (termasuk di keadaan yang baru

dalamnya efek samping dari

pengobatan kanker yang akan

dijalani)

3 Bantu pasien untuk menyadari / Mengakui proses kehilangan /


menerima tahap kehilangan perubahan pada fungsi seksual

tersebut secara nyata dapat meningkatkan

koping pasien

4 Dorong pasien untuk berbagi Komunikasi terbuka dapat

pikiran dengan orang terdekat membantu dalam identifikasi

masalah dan meningkatkan diskusi

untuk menemukan pemecahan

masalah

Dx 4 : Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas

pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai

Kriteria Hasil

1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang

terdekat

2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Pantau respon fisiologis terhadap Toleransi sangat bervariasi

aktivitas, misalnya perubahan tekanan tergantung pada tahap proses

darah dan frekuensi jantung serta penyakit, status nutrisi,

pernafasan keseimbangan cairan, serta

oksigenasi.

2 Berikan tindakan kenyamanan seperti Menurunkan tegangan otot dan

gosokan punggung, perubahan posisi, kelelahan serta meningkatkan

atau penurunan stimulus dalam rasa nyaman


ruangan (misalnya lampu redup)

3 Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan Menentukan derajat dari

kemampuan tidur / istirahat dengan ketidakmampuan pasien

tepat

4 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi Mengidentifikasi kebutuhan

pada aktivitas yang diinginkan / individual dan membantu dalam

dibutuhkan pemilihan intervensi

5 Identifikasi faktor stres / psikologis Mungkin mempunyai efek

yang dapat memperberat kumulatif terhadap kondisi fisik

yang dapat terus berlangsung bila

masalah tersebut belum diatasi

6 Buat tujuan aktivitas realistis dengan Memberikan rasa kontrol dan

pasien perasaan mampu menyelesaikan

7 Dorong pasien untuk melakukan Meningkatkan rasa membaik dan

aktivitas ringan, bila mungkin. mencegah terjadinya frustasi pada

Tingkatkan tingkat partisipasi pasien pasien

sesuai toleransi pasien

8 Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan

dan menghemat energi untuk

proses penyembuhan

9 Berikan bantuan dalam aktivitas Memungkinkan berlanjutnya

sehari-hari sesuai dengan derajat aktivitas yang dibutuhkan pasien


ketidakmampuan pasien

10 Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu

untuk memenuhi kebutuhan

energi ibu untuk beraktivitas dan

pertumbuhan serta

perkembangan janin

Dx 5 : Ansietas b/d krisis situasional

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas

pasien dapat berkurang / teratasi

Kriteria Hasil

1. TTV dalam batas normal

i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya menurun sampai

tingkat yang dapat ditangani / dikontrol

3. Pasien tampak lebih tenang

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Observasi perubahan TTV, misalnya Perubahan pada TTV dapat

denyut nadi, frekuensi pernafasan menunjukkan tingkat ansietas /

gangguan psikologis yang

dialami pasien

2 Obervasi respon verbal dan nonverbal Kecemasan dapat ditutupi oleh


pasien yang menunjukkan adanya pasien dengan komentar/

kecemasan kemarahan yang ditunjukkan

pasien kepada pemberi perawatan

3 Tinjau ulang pengalaman pasien / Membantu dalam identifikasi rasa

orang terdekat sebelumnya dengan takut dan kesalahan interpretasi

kanker konsep pada pengalaman kanker

sebelumnya

4 Dorong pasien untuk mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk

pikiran dan perasaannya mengidentifikasi rasa takut yang

dialami serta kesalahan konsep

tentang diagnosis

5 Dengarkan keluhan pasien dengan Menunjukkan rasa menghargai

penuh perhatian dan menerima pasien, dan dapat

membantu meningkatkan rasa

percaya pasien kepada pemberi

perawatan.

6 Pertahankan kontak sering dengan Memberikan keyakinan bahwa

pasien. Berikan sentuhan terapeutik pasien tidak sendiri atau ditolak.

bila perlu

7 Instruksikan pasien menggunakan Meningkatkan pelepasan

teknik relaksasi endorfin pada sistem saraf

sehingga menimbulkan rasa

tenang pada pasien dan


dapatmengurangi ansietas yang

dirasakan pasien

8 Berikan informasi yang akurat dan Pengetahuan / informasi yang

sesuai mengenai diagnosa, diberikan diharapkan dapat

pengobatan, dan konsistensi prognosis menurunkan ansietas,

penyakit pasien memperbaiki kesalahan konsep,

dan meningkatkan kerjasama

pasien dengan pemberi perawatan

9 Tingkatkan rasa tenang dan Memudahkan pasien beristirahat,

lingkungan yang tenang menghemat energi, dan

meningkatkan kemampuan

koping pasien

10 Dorong dan kembangkan interaksi Mengurangi perasaan isolasi. Bila

pasien dengan sistem pendukung sumber pendukung keluarga tidak

adekuat, sumber luar dapat

diberdayakan misalnya

kelompok penderita kanker

11 Libatkan orang terdekat bila Menjamin sistem pendukung

keputusan mayor akan dibuat untuk pasien dan memungkinkan

orang terdekat terlibat dengan

tepat
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum).
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala
penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran
cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa
berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan purulen pada belahan
– belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu, kuning pucat atau merah
muda.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga kol atau
kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai
bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal
disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada
perineum atau disekitar anus.

2. SARAN
Diharapkan agar kita semua agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian
Genital (alat kelamin), karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada
bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Condiloma accuminata.
Kelompok menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.Olehkarena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umum.
Daftar pustaka
Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2.
EGC : Jakarta
Hatmoko. Condyloma Acuminata. 2009:2-5.
Infeksi Menular Seksual. 2005. Ed. 3. FKUI : Jakarta
Dias EP, Gouvea ALF, Eyer CC. Condyoma Acuminatum: its histopathological Pattern.
São Paulo Medical Journal. 1997. http://www.scielo.br/pdf/spmj/v115n2/v115n2a01.pdf
Fitzpatrick TB,  Wolff K, Allen R. Color atlas & Synopsis of Clinical Dermatology , 6th
edition. New York: McGraw-Hill Inc, 2009.p. 789,861-9,910.
Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, Ross J. European guideline for the management of
anogenital warts. IUSTI GW Guidelines. 2011:2-11.
Chang GJ, Welton M. Human Papilloma Virus, Condylonata Acuminata, and Anal
Naoplasia. Clinic in Colon and Rectal Surgery. 2004., 17(4), p. 221-230.
Djuanda A. Penyakit Virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p.
112-4.

Anda mungkin juga menyukai