Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUMAN PAPILLOMA VIRUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Aplikasi Mikrobiologi Parasitologi

Disusun Oleh:
1. Dewii Nuraini

NIM : P23139015098

2. Nurmayani

NIM : P23139015122

3. Rahma Fitriana

NIM : P23139015127

4. Yunita Murni

NIM : P23139015152

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah Human Papiloma Virus

ini dengan tepat waktu dan tanpa

halangan yang berarti. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu penyusun mengucapkan terima kasih Seluruh pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi serta
sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para pembaca khususnya
mengenai penyakit Kutil kulit, Kanker serviks. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik maupun
saran sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.

Juni, 20 Juni 2016

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................

Latar Belakang..........................................................................

Tujuan Penulisan.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

Pengertian HPV.....

Klasifikasi..

Morfologi...............

Penyakit yang Ditimbulkan...

Kutil kulit.

Kanker serviks..

Infeksi
Penyebaran
Penularan
Gejala.

Gejala Fisik pada Wanita

Gejala Fisik pada Pria.

7
8
9
9
10
10

BAB III PENYELESAIAN

11

Pengobatan ..

11

Pencegahan...

12

BAB IV PENUTUP..........................................................................................

13

Kesimpulan................................................................................ ..

13

Saran........................................................................................... ..

13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher
rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada
umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga
disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui
hubungan seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan
seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).
Untuk mencegah penyebarannya dapat dilakukan dilakukan tes Pap untuk mendeteksi
pertumbuhan tidak normal dari sel pada leher rahim sejak awal atau pun dengan melakukan sekret
vagina. Tes ini dapat memeriksa dubur laki-laki dan perempuan. Walaupun tes Pap tampaknya
merupakan cara terbaik untuk menemukan kanker leher rahim secara dini, pemeriksaan fisik
dengan hati-hati mungkin merupakan cara terbaik untuk menemukan kanker dubur. Sedangkan
untuk mencegah penularannya, sebaiknya menjaga kebersihan diri dan jangan melakukan seks
dengan lebih dari satu orang. Tanda infeksi HPV (kutil atau displisia) sebaiknya diobati sesegera
mungkin setelah dideteksi sebelum masalah manjadi lebih besar dan mungkin kambuh setelah
diobati.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan memperoleh gambaran tentang HPV.
2. Tujuan khusus
a.

Mahasiswa diharapkan mampu mengenali ciri-ciri HPV.

b.

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui penyakit yang di timbulkan oleh


HPV.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian HPV
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher
rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada
umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga
disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui

hubungan seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa
hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).

2.2 Klasifikasi
HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi
Familia : Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies : Human Papillomavirus

2.3 Morfologi
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom beruntai
ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang
tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel
menyebabkan infeksi laten dan kronis pada pejamu alamiahnya dan dapat menyebabkan tumor pada
beberapa binatang (Contoh : Virus Papilloma manusia (kutil), Virus BK (diasingkan dari air kemih
penderita yang mendapat obat-obat imunosupresif)).
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel pada dinding sel dan mengekstraksi
semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa garis-garis) berdasarkan polaritasnya.
Jika polaritasnya sama denagn polaritas virus maka, dapat dikatakan bahwa sel yang bersangkutan
terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksikan materi genetiknya ke dalam sel yang dapat
menyebabkan terjadinya mutasi gen jika materi genetik virus ini bertemu dengan materi genetik sel.
Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA sel
yang sedang bereplikasi. Ini menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) jadi
bertambah banyak dan tak terkendali sehingga menyebabkan kanker.
Papova berasal dari tiga nama yang sering dipelajari ( Papilloma, Polyoma, Vacoulating ).
Yang akan dibahas termasuk virus Papilloma yaitu yang menyebabkan tumor jinak dan ganas pada
banyak tipe mamalia. Virus ini merupakan salah satu dari virus DNA yang diketahui menyebabkan
tumor alamiah pada tuan rumah aslinya. Virus Papilloma menyebabkan beberapa jenis kutil yang
berbeda pada manusia, meliputi kutil kulit, kondiloma genital/ kondiloma akuminata(KA) atau kutil
kelamin/ atau genital wart (di masyarakat dikenal sebagai jengger ayam dengan masa inkubasi :1-6

bulan rata-rata 3 bulan, tampak benjolan seperti jengger ayam di sekitar kemaluan dan anus serta
kebanyakan tanpa keluhan ), dan papilloma larings.
Papillomavirus sangat tropik terhadap sel-sel epitel kulit dan membran mukosa. Tahap-tahap
dalam siklus replikasi virus tergantung pada faktor-faktor spesifik yang terdapat dalam status
diferensiasi berikutnya dari sel epitel. Ketergantungan kuat replikasi virus pada status diferensiasi
sel inang ini, meyebabkan sulitnya perkembangbiakan Papillomavirus in vitro.
Dengan mikroskop elektron virus, HPV berbentuk ikosahedral dengan ukuran 55 nm, memiliki
72 kapsomer dan 2 protein kapsid, yaitu L1 dan L2. Virus DNA ini dapat bersifat mutagen. Infeksi
HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan kanker.
Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 di antaranya dapat ditularkan lewat
hubungan seksual.
Ada lebih dari seratus virus yang dikenal sebagai virus papilloma manusia (human papilloma
virus/HPV). HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim karena dapat membuat pertumbuhan sel
menjadi tidak normal (dengan cara virus masuk ke dalam inti sel di leher rahim dan mengubah
bentuk sel sehingga sel menjadi mudah rapuh dan pertumbuhannya menjadi tidak beraturan).
Satu penelitian menemukan 11.000 perempuan terdeteksi HPV-positif di AS dan sekitar 4000
orang meninggal karenanya. HPV menular dengan mudah melalui hubungan seks. Diperkirakan 75
persen orang yang aktif secara seksual terutama berusia 15-49 tahun di AS mengalami sedikitnya
satu jenis infeksi HPV. Virus ini terdiri dari puluhan genotype, dan dapat menyerang berbagai
bagian tubuh seperti jari dan tangan, telapak kaki, wajah, genital. Tipe Human papillomavirus
cukup beragam. Dari 100 tipe HPV, hanya 30 di antaranya yang berisiko kanker serviks.
Adapun tipe yang paling berisiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45. Sedangkan tipe 33, 35, 39,
51, 52, 58, 59, dan 68 merupakan tipe berisiko sedang. Dan yang berisiko rendah adalah tipe 6,11,
26, 42, 43, 44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab 70%
kanker rahim yang terjadi, sedangkan HPV tipe 6 dan 11 merupakan penyebab 90% kandiloma
akuminata jinak dan Papilloma laring pada anak-anak. Infeksi HPV memiliki keterkaitan dengan
lebih dari 99% kasus kanker serviks di seluruh dunia.

2.4 Penyakit Yang Ditimbulkan


Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV juga dapat
mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir. Beberapa jenis HPV dapat
menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan dubur. Jenis HPV lain dapat menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi
kanker dubur pada laki-laki dan perempuan, dan kanker leher rahim (cervical cancer), atau kanker
penis. Displasia di sekitar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal intraepithelial
neoplasia/AIN). Epitel adalah lapisan sel yang meliputi organ atau menutupi permukaan tubuh
yang terbuka. Neoplasia berarti perkembangan baru sel yang tidak normal. AIN adalah

perkembangan sel baru yang tidak normal pada lapisan dubur. Displasia pada daerah leher rahim
disebut neoplasia intraepitelial serviks (cervical intraepithelial neoplasia/CIN).
Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual. Penyakit ini
dapat menyerang siapa saja, namun ada sebagian orang yang berisiko untuk terjangkit penyakit ini
antara lain: orang yang sering kontak dengan air/bekerja di tempat basah (seperti tukang ikan,
tukang daging, pemotong hewan), orang yang hiperhidrosis/ telapak tangan atau kakinya selalu
basah, anak-anak. Penyakit ini menular baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung
seperti pemakaian handuk dan baju yang bersamaan. Pada orang-orang yang berisiko terjangkit
penyakit ini dapat terjadi kekambuhan karena virus ini mudah hidup dan berkembang pada kulit
yang sering terkena trauma dan selalu basah. Pada orang yang imunnocompromise atau daya tahan
tubuh kurang baik atau buruk virus ini dapat berkembang cepat pada seluruh badan atau bekembang
menjadi keganasan kulit seperi kanker skuamosa.
2.4.1 Kutil kulit
Genital warts/ kutil kelamin
Kanker serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker yang terbesar setelah kanker
payudara pada wanita di negara-negara berkembang, bahkan tiap tahunnya sekitar seperempat juta
wanita meninggal karena penyakit ini. Tidak hanya itu, kanker serviks juga berdampak pada sekitar
setengah juta wanita tiap tahunnya dan 80% penderita kanker serviks hidup di negara-negara
dengan pendapatan penduduk yang rendah atau sedang. Menurut penelitian yang dikemukakan oleh
yayasan kanker Indonesia menyatakan bahwa tiap 1 jam, seorang wanita di Indonesia meninggal
akibat kanker serviks.
Peristiwa kanker serviks diawali dari normal serviks yang terinfeksi HPV dan menyebabkan
timbulnya displasia sehingga menimbulkan kanker. Kanker Serviks cenderung muncul pada wanita
usia 35-55 tahun (pada saat usia produktif). Namun dapat pula muncul pada perempuan berusia
lebih muda. Penyebab dari kanker ini adalah Human Papilloma Virus yaitu sejenis virus yang
menyerang manusia dan berpotensi menyebabkan terjadinya komplikasi dan kemandulan. Serviks
normal bentuknya lurus, sedangkan serviks yang terinfeksi bentuknya membesar, keluar karena
berkutil. Inilah yang menyebabkan rasa sakit pada penderita kanker serviks saat melakukan
hubungan seks.
Beberapa faktor yang dapat mempermudah terinveksi virus HPV yaitu :
1. Banyak partner seks
Semakin banyak jumlah partner seks (dan semakin banyak jumlah partner sex dari partner sex
pasien), semakin besar kemungkinan untuk terkena HPV.
2. Aktivitas Seks Dini
Melakukan hubungan seks sebelum umur 18 tahun meningkatkan resiko untuk terkena HPV. Sel
imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan perubahan pre-kanker yang disebabkan oleh
HPV.

3. Infeksi Menular Seksual Lainnya (IMS)


Jika pasien memiliki IMS lainnya, seperti chlamydia, gonorrhea, syphilis atau HIV/AIDS pasien
akan memiliki kemungkinan yang besar terkena HPV.
4. Kekebalan tubuh sistem menurun
Kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang
terkena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya, maka
kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
5. Merokok
Mekanisme pasti yang menghubungkan antara rokok dengan kanker serviks juga belum diketahui
dengan jelas, namun merokok meningkatkan perubahan pre-kanker dan terjadi pada servik.
Merokok dan infeksi HPV dapat membuat kemungkinan kanker serviks semakin meningkat tinggi.
Perlu diingat bahwa setiap perempuan beresiko untuk terinfeksi HPV walaupun setia pada satu
pasangan. Pasangan yang terinfeksi akan menjadi sumber infeksi HPV bagi wanita lainnya.
Ternyata walaupun kanker leher rahim adalah penyakit perempuan tetapi lelaki memiliki peran
penting di dalam penyebarannya. Lelaki yang pernah menikah dengan perempuan penderita kanker
leher rahim otomatis bisa menularkan penyakit tersebut kepada perempuan lain melalui hubungan
seksual. Maka disarankan pada kaum lelaki yang suka jajan agar berhati-hati, sebab bukan tidak
mungkin ia menjadi media perantara penyakit kanker leher rahim ke istrinya sendiri.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah lesi (kutil) dapat membesar dan tumbuh bersama.
Tetapi resiko terbesar dari HPV adalah kanker leher rahim atau bahkan kematian. Kanker leher
rahim dapat dideteksi dengan menggunakan tes Pap sehingga pertumbuhan sel yang abnormal pada
leher rahim tersebut terdeteksi lebih awal dan dapat dilakukan konisasi (mengambil bagian sel yang
berubah) sebelum ia berkembang menjadi kanker.
2.4.2 Kanker serviks
Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal
serviks yang dapat ditemukan melalui tes Pap Smear. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan
gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :

Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular


Pendarahan di luar waktu haid
Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
Pendarahan sesudah menopause
Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)

2. Rasa sakit saat berhubungan seksual


3. Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki
Stadium

Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu proses yang
disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan.
Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :

Gambaran Radiologi. Pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau
MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di sekitar serviks.
Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapat menggunakan alat khusus
untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).

Stadium dari kanker serviks dibawah ini termasuk antara lain:

Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker non invasive, kanker dini ini kecil
dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks.
Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar
ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding
pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati,
atau tulang.

Bila mengalami salah satu gejala di atas, segeralah hubungi dokter! Kondisi di atas tidak selalu
disebabkan oleh kanker serviks, tapi dapat merupakan tanda infeksi vagina yang perlu segera
diobati.
Beberapa peneliti menganggap bahwa tes Pap/ pap smear pada dubur dan leher rahim
sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk orang yang berisiko lebih tinggi:
Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada duburnya)
Perempuan yang pernah mengalami CIN
Siapa pun dengan kadar CD4 di bawah 500
Namun peneliti lain menganggap pemeriksaan fisik dengan teliti dapat menemukan semua
kasus kanker dubur yang ditemukan melalui tes Pap pada dubur.
2.5 Infeksi HPV
Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa awal remaja dan
dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada wanita usia kurang dari 25 tahun. Pada
wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks
sekitar 5-10 persen. Meski fakta memperlihatkan, terjadi pengurangan risiko infeksi HPV seiring
pertambahan usia, namun sebaliknya risiko infeksi menetap/persisten malah meningkat.
Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia terjadi perubahan anatomi (retraksi) dan
histologi (metaplasia). Selama serviks matang melebihi masa reproduktif seorang wanita, maka
cervical ectropion digantikan melalui suatu proses squamous metaplasia, untuk membagi secara
bertingkat epitel skuamosa.

Epitel skuamosa bertingkat ini diperkirakan lebih protektif pada banyak orang melawan
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Selain itu, hasil imunitas dari paparan infeksi
sebelumnya, juga diduga sebagai biang dibalik penurunan insiden tersebut.
Infeksi HPV dapat mengakibatkan kanker serviks karena : Apoptosis (dari bahasa Yunani
apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis
kematian sel terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang
sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada umumnya
berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah
kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut. Contoh nyata dari keuntungan
apoptosis adalah pemisahan jari pada embrio.
Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masing-masing
jari menjadi terpisah satu sama lain. Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami
kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal
dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang berasal dari sistem imun.
Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila
inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah
tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi kanker.
Sebagai contoh, salah satu hal yang dilakukan oleh virus papilloma manusia (HPV) saat
melakukan pembajakan sistem genetik sel adalah menggunakan gen E6 yang mendegradasi protein
p53. Padahal protein p53 berperan sangat penting pada mekanisme apoptosis. Oleh karena itu HPV
dapat menyebabkan kanker serviks.
2.6 Penyebaran HPV
Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis, genetik, status sosial
ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak pasangan seks, usia, dan rokok (nikotin). Tipe
yang paling umum dijumpai justru yang paling berbahaya, yakni 16 dan 18.
Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan wilayah lainnya.
Sementara tipe 18 lebih banyak ditemukan di Asia.
2.7 Penularan HPV
HPV tidak hanya tertular melalui pertukaran cairan tubuh (terutama malalui hubungan seks,
pertukaran jarum suntik untuk digunakan bersama,dll) tetapi juga lewat penggunaan barang secara
bersama (handuk, sprei, dll), sentuhan (apabila ada kutil di badan), melalui ciuman (bila HPV sudah
menyebabkan gangguan pada mulut), serta kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tubuh
(terutama daerah sekitar organ kelamin).
Oleh karenanya bukan tidak mungkin seseorang terinfeksi HPV jauh sebelum ia melakukan
hubungan seks pertamakalinya. Namun pada umumnya penularan HPV terjadi melalui kontak
seksual (umur 15 hingga 49 tahun), tetapi tidak seorang dokter pun dapat memperkirakan kapan
infeksi itu terjadi.

Kebanyakan infeksi HPV juga dapat mengalami remisi setelah beberapa tahun. Beberapa di
antaranya bahkan akan menetap dengan atau tanpa menyebabkan abnormalitas pada sel.
Untuk menemukan HPV, dokter mencari displasia atau kutil kelamin. Oleh karenanya jika
tampak adanya kutil maka segeralah memeriksakan diri sehingga dokter dapat memeriksanya
sedangkan perubahan pada leher rahim dapat diperiksa atau diketahui dengan melakukan tes Pap.
Walaupun Pap smear dapat menyembuhkan kanker rahim, tidak berarti bahwa seseorang dapat
terbebas begitu saja. Orang yang pernah terinfeksi HPV harus rutin melakukan Pap smear karena
virus ini dapat sewaktu-waktu kembali tanpa disadari.

2.8 Gejala HPV


HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya karena virus ini jika
menjangkiti manusia tidak manimbulkan gejala dan tidak menyebabkan masalah kesehatan yang
serius sampai infeksi virusnya menjadi parah. Setiap saat HPV dapat menginfeksi tanpa
menunjukkan gejala. HPV tidak seperti virus lainnya yang menunjukkan gejala fisik menurun
apabila terjangkit virus ini tetapi seseorang baik pria maupun wanita dapat terkena HPV bertahuntahun sebelum ia menyadarinya.
Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh
mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa bintil-bintil
kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat menjadi
semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit lembab
akibat kebersihan kulit kurang dijaga.
Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak nyaman dan
sering kali baru disadari keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar. Kutil
dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan bahkan beberapa
tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh sampai dinyatakan kita terinfeksi
HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV).
Oleh karenanya, untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan maka dianjurkan untuk
rutin melakukan Pap smear/ tes Pap minimal setahun sekali bagi wanita di atas usia 21 tahun.
Umumnya dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan melihatnya.
Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa daerah dubur. Jika perlu, contoh
kutil dipotong dan diperiksa diperiksa dengan mikroskop (biopsi) . HPV yang menyebabkan kutil
kelamin tidak sama dengan virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita mempunyai kutil,
maka kita mungkin terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan kanker.
2.8.1 Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
Kutil pada organ kelamin, dubur/anus atau pada permukaan vagina
Pendarahan yang tidak normal
Vagina menjadi gatal, panas atau sakit
2.8.2 Gejala fisik yang terlihat pada pria :

Kutil pada penis, anus atau skrotum


Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)

BAB III
PENYELESAIAN
3.1 Pengobatan
Pengobatan Infeksi HPV
Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya
sistem kekebalan tubuh alami. Namun demikian infeksi menetap yang disebabkan oleh tipe-tipe
HPV resiko tinggi seperti tipe 16 atau 18 akan mengarah pada kanker serviks. Kanker serviks mulai
berkembang ketika sel-sel abnormal pada dinding serviks mulai memperbanyak diri tanpa
terkontrol dan membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan langsung untuk infeksi HPV. Sistem kekebalan tubuh
dapat memberantas infeksi HPV, namun orang tersebut dapat kembali tertular lagi. Bagi beberapa
wanita dengan infeksi HPV pada leher rahim menjadi resisten terhadap obat-obat di atas oleh
karenanya pengobatannya (pengambilan displasia dan kutil) dapat dilakukan dengan cara berikut:
Membakarnya dengan jarum listrik (kauterusasi listrik) atau laser
Membekukannya dengan Nitrogen cair
Memotongnya secara bedah
Mengobatinya dengan zat kimia
Pengobatan lain yang kurang lazim untuk kutil adalah obat 5-FU (5-fluorourasil) dan interferon
alfa. 5-FU berbentuk krim. Suatu obat baru, yaitu imikuimod, disetujui di AS untuk mengobati kutil
kelamin. Sidofoyir yang aslinya dikembangkan untuk mengobati virus Sitomegalia (CMV)
mungkin juga dapat membantu memerangi HPV. Infeksi HPV dapat bertahan lama terutama pada
orang HIV-positif. Oleh karena displasia dan kutil dapat kambuh maka, penyakit sebaiknya diobati
sesegera mungkin mengurangi kemungkinan penyebaran atau kambuh. Penatalaksanaan kanker
serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks memerlukan penanganan untuk
membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan
tambahan.
Sebanyak 20 % kutil akan hilang/ sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Pengobatan
dapat memindah/ mangangkat kutil atau sel abnormal tetapi tidak melindungi/ menyembuhkan dari
virus yang telah ada dalam tubuh kita. Obat seperti Podophyllin, Asam tricloroasetat atau krim
Aldara hanya dapat menyembuhkan kutil yang terdapat di permukaan kulit saja. Penggunaan obatobatan ini sebanyak satu atau dua kali seminggu dapat membantu menghilangkan 60% kutil yang
ada.

Prosedur untuk membuang kanker non invasif termasuk :

Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar
jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.

Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.

Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel
untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah, dan mengambil sel dari
mulut serviks.

Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker.

Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari
kasus kanker servikal non invasif.
Kanker invasive. Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada

serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyak penanganan. Penanganan
untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan
medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri.
Penatalakasanaan terdiri dari:
1. Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker
serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus.
Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini Invasi kurang dari
3 milimeter (mm) ke dalam serviks.Hysterectomy radikal Membuang serviks, uterus, bagian
vagina, dan nodus limfe pada area tersebut merupakan operasi standar dimana terdapat invasi
lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.
Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi,
namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara
dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi.
2. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat
diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi
dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya
dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang
lebih berat, radiasi merupakan penatalaksanaan terbaik.
Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri,
dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk
membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area
pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina,
dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat
berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3. Kemoterapi

Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis
extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani
dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi
agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling
konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi
ini memperlihatkan respon parsial.
Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon
total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh
semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker
serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine
sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.
Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya
mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian
National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4. Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi
dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara
kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis efek terapeutik
dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas
tersebut digunakan tidak bersamaan.
Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko
progresi selama 2 tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer,
dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian
metastasis jauh.

3.2 Pencegahan
Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HPV. Orang yang tidak
menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV pun tetap dapat menularkan infeksinya (sebagai
karier).

Pencegahan yang dapat dilakukan seperti :

Gunakan kondom
Jangan merokok
Jangan berganti-ganti pasangan seks, satu lebih baik
Lakukan tes pap minimal setahun sekali
Namun demikian, kondom tidak dapat mencegah penularan HPV secara keseluruhan karena
virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan daerah kulit yang terinfeksi yang tidak
diliputi oleh kondom. Laki-laki dan perempuan yang aktif secara seksual mungkin sebaiknya
melakukan tes Pap secara berkala pada Vagina dan/ atau dubur untuk mencari sel yang abnormal
atau tanda awal kutil. Hasil positif dapat ditindaklanjuti untuk mengetahui apakah pengobatan
dibutuhkan.
Tips menghindarkan wanita dari kemungkinan terkena kanker mulut rahim sebagai
berikut:
1. Vaksinasi
Pengembangan vaksin profilaksis HPV menawarkan harapan baru untuk pencegahan primer dari
kanker servik. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV
(6, 11, 16, 18) tipe yang menyebabkan 70% kanker servik dan 90% genital wart. Vaksin yang dibuat
dari non-infectious particles (VLP) ini direkomendasikan untuk wanita usia 11-12 tahun dan usia
13-26 tahun yang belum menerima vaksin seri penuh.
2. Waspadai gejalanya. Segera hubungi dokter kalau terdapat gejala-gejala yang tidak normal
seperti pendarahan, terutama setelah aktivitas seksual.
3. Pemeriksaan teratur. Lakukan tes pap smear setiap tahun. Ini dilakukan sampai berusia 70 tahun.
4. Pemeriksaan test IVA, merupakan inspeksi visual dengan asam asetat. Caranya dengan
mengoleskan secara langsung asam asetat atau cuka dapur encer (konsentrasi tiga sampai lima
persen) pada leher rahim. Setelah itu ditunggu kurang lebih satu menit lalu akan terlihat bercak
putih bila terdapat perubahan pada sel.
5. Jangan merokok karena yang dikandung tembakau dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker
melalui nikotin dikandung dalam darah Anda. Risiko wanita perokok 4-13 kali lebih besar
dibandingkan wanita bukan perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel,
termasuk selaput lendir mulut rahim, sehingga memudahkan masuknya mutagen virus dan
membuatnya rentan terhadap sel-sel kanker.
6. Hindarkan kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun
deodoran karena akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
Beberapa hal yang bisa dikerjakan untuk menghindari ancaman kanker leher rahim sbb :
1. Melakukan pap smear secara teratur (tiga tahun setelah hubungan seks pertama, tiga bulan
setelah melahirkan dan secara rutin minimal setahun sekali).
2. Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker leher rahim misalnya
berganti-ganti pasangan seksual, merokok, dll.
3. Menjaga kebersihan organ intim.

4. Selalu waspada dan segera ke dokter bila mengalami tanda-tanda yang mencurigakan, seperti
keputihan dan pengeluaran cairan yang berbau busuk dari vagina, perdarahan yang terjadi setelah
melakukan hubungan intim, dan perdarahan atau haid yang abnormal.
5. Jangan tunda lagi, luangkan waktu Anda untuk melakukan pemeriksaan pap smear.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher
rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur.
HPV tidak hanya tertular melalui pertukaran cairan tubuh (terutama malalui hubungan seks,
pertukaran jarum suntik untuk digunakan bersama,dll) tetapi juga lewat penggunaan barang secara
bersama (handuk, sprei, dll), sentuhan (apabila ada kutil di badan), melalui ciuman (bila HPV sudah
menyebabkan gangguan pada mulut), serta kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan tubuh
(terutama daerah sekitar organ kelamin).
4.2 Saran
Untuk mahasiswa agar menghetahui bahwa penyakit kanker serviks yang disebabkan oleh HPV
sangat berbahaya, sehingga kami menyarankan agar berhati hati dengan pergaulan bebas yang
berkelanjutan dengan seks bebas. pencegahan penyakit yang disebabkan oleh HPV
ialah melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan penderita.
Dan apabila terjadi dalam informasi data serta penulisan makalah ini ada kesalahan kami
mohon maaf dan berikan kami saran atau kritikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Human Papilloma Virus ( HPV ), http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=507
Anonim, 2007, Kampanye Bantu Cegah Kanker Serviks,
http://www.cegahkankerserviks.org/apa_saja_gejala_kanker_serviks.html
Anonim, 2008, Anal Genital Herpes (HPV) Pictures, http://herpescoldsores.com/std/genital_warts_pictures.htm
Anonim, 2008, Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV, http://www.klikpdpi.com/modules.php?
name=News&file=article&sid=2682
Anonim, 2008, HPV Pictures, http://www.lib.uiowa.edu/hardin/md/hpvpictures.html
Anonim, 2008, HPV symptoms, http://www.hpv-symptoms.org/hpv-symptoms-links.htm
Arnita, 2008, Lindungi Leher Rahim dari Kanker, http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=327
Barr E, Tamms G., 2007, Quadrivalent human papillomavirus vaccine,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17682997?dopt=Ab
dr. H Siswono, Sp.OG, RSUD Indramayu,
Jawetz, Melnick, 1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Ed. 16, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai