PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus Mole adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif,
dan biasanya terlokalisasi di genitalia atau anus dan sering disertai pembesaran
kelenjar di daerah inguinal. Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke
orang lain melalui hubungan seksual.
1
endemik terhadap chancroid. Daerah dimana kejadian ini masih kurang, yaitu di
Afrika Barat,. Di Kenya, chancroid menular melalui penderita HIV mulai muncul
sejak tahun 1980-an, diduga dari pekerja seks komersial dan pasien yang terkena
penyakit infeksi menular seksual. Dilaporkan, sejak terjadi peningkatan
penggunaan kondom oleh pekerja seks komersial maka kejadian dari ulkus
genitalia mulai menurun. Chancroid menyebabkan nyeri ulkus pada genitalia,
50% kasus disertai dengan limfadenitis inguinal unilateral. Bila tidak ditangani
akan membentuk abses yang dapat ruptur secara spontan, menghasilkan ulkus
yang tidak bisa terobati. Chancroid juga diketahui menjadi kofaktor utama
transmisi infeksi HIV-1. Hubungan ini terutama pada penyebaran HIV
heteroseksual di Afrika.
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari Ulkus Mole
2 Untuk mengetahui Epidemiologi dari Ulkus Mole
3 Untuk mengetahui Etiologi dari Ulkus Mole
4 Untuk mengetahui Patogenesis dari Ulkus Mole
5 Untuk mengetahui gejala-jegala klinis dari Ulkus Mole
6 Untuk mengetahui jenis-jenis bentuk klinis dari penyakit Ulkus Mole
7 Untuk mengetahui komplikasi dari dari Ulkus Mole
8 Untuk mengetahui cara mendiagnosis dari Ulkus Mole
9 Untuk mengetahui diagnosis banding dari dari Ulkus Mole
10 Untuk mengetahui Pengobatan dari Ulkus Mole
11 Untuk mengetahui prognosis dari Ulkus Mole
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada kelamin yang akut, disebabkan
oleh haemopilus ducrey. chancroid adalah infeksi menular seksual yang ditandai
dengan ulkus pada daerah genetalia disertai dengan pembengkakan kelenjar
limfe inguinal dan penanahan yang disebabkan oleh streptobacillus ducrey
(haemophilus ducreyi).
2.2 Epidemiologi
Ulkus mole ini ditemukan di seluruh dunia dan paling banyak terdapat di
daerah tropik dan sub tropik. Karena banyak di temukan di daerah tropik dan sub
tropik, maka oleh beberapa para ahli. Ulkus mole ini sering dikelompokkan dalam
penyakit-penyakit kelamin di daerah tropik. Di Negara-negara berkembang di
daerah tropik dan subtropik banyak kasus ulkus mole dilaporkan, sedangkan di
zona di luar negara-negara berkembang tropik dan subtropik, penyakit ini banyak
bejangkit di daerah-daerah yang standar hyginenya rendah seperti Turki,
Greendland, dan Winipeg Kanada ( Irianto, 2014).
Pria lebih sering menunjukkan gejala ulkus molle daripada wanita, hal ini
mungkin disebabkan oleh pria sering melakukan prostitusi dibanding wanita.
Penderita lebih banyak terjadi pada laki-laki heterosexual dan biasanya pada
wanita pekerja seks. Begitu pula ulkus molle lebih banyak ditemukan pada usia
muda dengan kegairahan seksual yang aktif, selain ditularkan melalui hubungan
seksual, dapat juga melalui kontak langsung (misal pada jari dokter / perawat).
Dengan sangat mudahnya hubungan seksual saat ini khususnya di Indonesia,
maka tidak dapat disangkal bahwa penularan penyakit ini cukup banyak dan
bahkan ditemukan bukan dalam bentuk murni ulkus molle, tetapi dalam bentuk
infeksi ganda dengan sifilis, yang pada keadaan ini kuman Haemophillus ducreyi
sering kali sukar ditemukan (Irianto, 2014)
4
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis
Masa inkubasi berkisar diantara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7
hari. Lesi kebanyakan multiple, biasanya di daerah genital. Mula-mula kelainan
kulit berupa papul kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat
pecah menjadi ulkus (Utama, 2011)
Setelah masa inkubasi satu hingga dua minggu, chancroid atau ulkus mole
menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari
dan benjolan berwarna abu-abu kekuningan serta jika dilukai atau dikikis misal
dengan kuku maka akan keluar darah, terasa nyeri yang sangat hebat
5
Gejala infeksi Chancroid adalah :
4. Pada wanita, borok yang mungkin terjadi di dalam vagina dan tidak segera
terlihat tanpa pemeriksaan panggul. Pada wanita ialah labia, klitoris,
vestibulum, anus, dan serviks.
7. Baik pria maupun wanita bisa mengalami demam dan kelelahan umum
dengan penyakit.
Gambar ulkus mole pada labia minor wanita Gambar ulkus mole pada penis pria
6
2.6 Jenis-Jenis Bentuk Klinis
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya
tidak teratur dan tepi berdarah.
Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti
timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini
menyerupai limfogranuloma venerum.2
7
2.6.7 Ulkus mole serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke
daerah lipat paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Kalau disertai sfilis stadium 1. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi
setelah 15-20 hari menjadi manifes, terutama jika di obati dengan
sulfonamide.1 Dapat terjadipada bagian atas penis dan kelenjar inguinal
kanan.
8
2.7.3 Fimosis parafimosis
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat dekstruktif. Dapat
mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut
dapat menjadi stiktura uretra.
Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan
bersifat destruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit
limfogranuloma venereum atau granuloma inguinale (Djuanda,A. 2009)
2.8 Diagnosis
9
1. Pemeriksaan sediaan hapus
2. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada
perbenihan atau pelat agar khusus ( Chocolate Agar) yang ditambahkan
darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan
bahwa perbenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri
yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan. Inkubasi
membutuhkan waktu 48 jam.
10
4. Biopsi
c. Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan
sel-sel limfoid.
Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak spesifik. Vaksin yang dipakai
(Dmelcos)terdiri atas 225 juta kuman mati/ml. Disuntikkan intradermal
0,1 ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai control disuntikkan
cairan pelarut intradermal pada sisi lain.
6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasi pada kulit sehat
daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu.
Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole. Sekarang cara ini tidak
dipakai lagi.
11
2.9 Diagnosis Banding (Djuanda,A. 2009)
Pada herpes genitalis kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan
jika memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. Tanda-
tanda radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole,
pada sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan
sel raksasa berinti banyak.
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat indurasi,
dan tanda-tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi pembesaran kelenjar getah
bening regional juga tidak disertai tanda-tanda radang akut kecuali tumor, tanpa
disertai periadenitis dan perlunakan.
Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi pembesaran
kelenjar getah bening ingunal, perlunakannya tidak serentak. Titer tes ikatan
komplemen untuk L.G.V. kurang dari 1/16 dan tes ulangan untuk meninggi.
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. Pada sediaan
jaringan tidak tampak badan Donovan.
12
2.10 Pengobatan
2.10.1.1 Sulfonamida
2.10.1.3 Penisilin
2.10.1.5 Kanamisin
Disuntikkan 1.m. 2 x 500 mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai
efek terhadap T.pallidum.
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/ hari selama 10-20 hari,
antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I. Di beberapa
negara H. ducreyi sudah resisten terhadap antibiotika golongan ini. STAMPS
(1974) mengobati 32 penderita ulkus mole dengan doksisiklin 300 mg dosis
tunggal dan hanya menemukan kegagalan pada 1 orang.
2.10.1.6 Kloramfenikol
13
2.10.1.7 Eritromisin
2.10.1.8 Kuinolon
2.10.1.9 Azitromisin
2.10.1.10 Seftriaksone
2.10.1.11 Siprofloksasin
2.10.1.13 Spectinomisin
14
2.10.2 Lokal
Dapat dilakukan kompres, rendam atau irigasi dengan larutan salin (NaCL)
2 kali sehari selama 15 menit. yang akan membantu menghilangkan debris
nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus (Utama,2011). Namun
jangan diberikan Antseptik local merupakan kontra indikasi karena dapat
mengganggu pemeriksaan untuk diagnosis dini sifillis dengan mikroskop
kepang gelap (Djuanda ,A. 2009).
2.11 Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan
tidak ditemukan infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan
aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna. Kontak seksual sebaiknya
diperiksa dan diterapi. Tetapi, tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal
dilaporkan kadang-kadang menetap (Irga,2010)
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PENYAKIT ULKUS MOLE PADA
WANITA USIA SUBUR (WUS)
1. Subjektif
Nama : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Alamat : Jombang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa
16
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini disangkal
- Riwayat DM disangkal.
- Alergi makanan laut, udang dan kepiting, serta kacang-kacangan. Alergi
terhadap obat-obatan disangkal.
Riwayat Sosial :
- Suami pasien bekerja sebagai sopir mobil.
- Pasien memiliki multiple sex partner disangkal
- Pasien menjaga kebersihan tubuh dengan mandi sehari 2 kali dengan air
PDAM dan mengganti celana dalam 2 kali sehari.
Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status higienitas : Cukup
Kesan gizi : Cukup
Vital sign :
Tekanan Darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : tidak dilakukan pemeriksaan
RR : tidak dilakukan pemeriksaan
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorak : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas atas : dalam batas normal
Ekstremitas bawah : dalam batas normal
17
Pemeriksaan Kebidanan secara inspeksi :
Pada regio vulva vagina, didapatkan ulkus multipel dengan diameter ±
5mm, tepi ulkus sedikit menggaung, dasar kotor, mudah berdarah, kulit
disekitar ulkus tampak radang akut yang jika dilakukan perabaan lunak
dan terasa sangat nyeri, fluor bewarna keabuan berbusa (+).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pengecatan gram: tidak dilakukan
Pemeriksaan kultur: tidak dilakukan
Pemeriksaan histopatologi: tidak dilakukan
Assement
Ny. S berumur 28 tahun dengan keluhan terdapat luka seperti sariawan
kemaluan, dan dari luka seperti sariawan tersebut keluar darah dan nanah,
dan pasien merasa sangat nyeri. Rasa nyeri dan panas pada kemaluan
dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Berawal ketika hendak berhubungan
suami istri 7 hari yang lalu, suami pasien melihat pada bagian vagina
terdapat benjolan kecil berwarna merah seperti gigitan nyamuk. Karena
dirasa tidak bermasalah, maka benjolan kecil tersebut tidak dihiraukan. 4
hari kemudian, benjolan tersebut bertambah besar, dan terasa nyeri.
Keluhan nyeri saat berkemih, keluar nanah saat berkemih, gangguan
berkemih, semuanya disangkal. Riwayat penyakit dahulu, pasien pernah
mengalami keluhan seperti ini disangkal, riwayat DM disangkal, alergi
makanan laut, udang dan kepiting, serta kacang-kacangan. Alergi terhadap
obat-obatan disangkal. Riwayat penyakit keluarga, riwayat DM disangkal,
riwayat hipertensi disangkal, asma disangkal, alergi makanan dan obat-
obatan disangkal Riwayat social, suami pasien bekerja sebagai sopir
mobil, pasien memiliki multiple sex partner disangkal, pasien menjaga
kebersihan tubuh dengan mandi sehari 2 kali dengan air PDAM dan
mengganti celana dalam 2 kali sehari.
18
Pada pemeriksaan inspeksi vulva vagina, didapatkan ulkus multipel
dengan diameter sekitar ± 5 mm, tepi ulkus sedikit menggaung, dasar
kotor, mudah berdarah, kulit disekitar ulkus tampak radang akut yang jika
dilakukan perabaan lunak dan terasa sangat nyeri, , fluor bewarna keabuan
berbusa (+).
Planning
1. Jika ulkus mole yang diderita oleh pasien telah parah segera rujuk ke
doketr SpOG
2. Jika ulkus mole ditangani oleh bidan, bidan hanya boleh memberikan
edukasi dan memberikan pengobatan serta therapinya yang berhak adalah
dokter, edukasinya sebagai berikut :
a. Pasien diberi penjelasan mengenai penyakit yang diderita,
penyebabnya, dan pengobatannya.
b. Menyarankan pasangan pasien untuk ikut memeriksakan diri.
c. Memotivasi pasien untuk menghindari / menghentikan gaya hidup
tidak sehat (multiple sex partner) dan motivasi perilaku monogami.
19
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia
disamping sifilis dan herpes genitalia. Prostitusi merupakan media penularan
penyakit ini. Secara epidemiologi, insiden ulkus mole banyak terjadi di negara-
negara berkembang dan menular melalui kontak kulit serta mukosa pada saat
melakukan aktivitas seksual. Pria lebih banyak daripada wanita terkena dengan
perbandingan 10:1. Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan
pembentukan bubo. Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan
mengandung pus. Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus
ducreyi. Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan pemeriksaan kultur
laboratorium. Bakteri ini membutuhkan keterampilan khusus ketika dikultur
karena tanpa metode dan media yang tepat, sangat sulit bagi bakteri ini untuk
bertumbuh. Pengobatan yang dilakukan berupa antimikroba dan terapi lokal
dengan jalan mengompres kelenjar getah bening ingunal untuk mengurangi
edema. Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri dari terapi sitemik dan terapi
topical, Prognosis ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan pasangannya
diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh
sempurna.
3.2 Saran
Semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengerti tentang
apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat
melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita
semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut.
Menghindari tindakan seks bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja
agar menghindari tidakan yang tidak bermoral tersebut karna dapat merusak
masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah seumur hidup.
20
DAFTAR PUSTAKA
Judanarso, J., dalam: Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.editors. 2009. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. 6th ed. Jakarta : Balai penerbit FKUI. Hal 418-422.
Utama, Hendra. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FKUI. Hal 103-108
Irianto, Koes.2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung : Alfabeta. Hal 135-137
Irga.2010.Chancroid,(online),(http://www.irwanashari.com/2009/05/ulkus-
mole.htmldiakses 18 Oktober2018).
21